Makalah Matanor Fix.docx

  • Uploaded by: damn kimia
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Matanor Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,737
  • Pages: 15
MAKALAH KARBON AKTIF

Disusun Oleh : Zulfi Nabila / 24030117120047 Aisyah Yuliani / 24030117120048 Fadjrin Nur Rahmayani / 24030117130050 Nurul Aisyah Putri / 24030117130052 Ade Arkhamuddin / 24030117130054 Layla Syafira Ningrum / 24030117130055 Muhammad Abdul Muqsith / 24030117130058

JURUSAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Karbon Aktif 2.2. Lokasi Ditemukan Karbon Aktif 2.3 Struktur Karbon Aktif 2.4 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Karbon Aktif 2.5 Manfaat Karbon Aktif 2.6 Peluang Usaha 2.7 Perusahaan yang mengelola Karbon Aktif 2.8 Permasalahan dan Solusi Akibat Karbon Aktif BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Kimia Material Anorganik dengan judul “Karbon Aktif”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima Kasih. Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Karbon atau arang aktif adalah suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada suhu tinggi (Chand et al., 2005). Karbon aktif banyak digunakan sebagai adsorben pada pemurniangas, pemurnian pulp, penjernihan minyak, katalis, dan juga untuk pemurnian produkpangan antara lain pembersihan larutan gula tebu, gula bit, gula jagung, menghilangkan rasa dan bau air minum, pemurnian minyak nabati, dan minuman alkohol (Wijayanti, 2009). Karbon aktif dalam arti luas mencakup berbagai olahan material berbentuk karbon amorf (Bansal, et al, 2005). Karbon aktif merupakkan karbon yang bebas serta memiliki permukaan dalam (internal surface), sehingga mempunyai daya serap yang baik. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon tersebut. Menurut Rahman, et al (2012), karbon aktif memiliki gaya adsorpsi yang sangat kuat yang disebabkan oleh volume pori penyerapan yang tinggi dari beberapa material yang diketahui. Luas permukaan bisa mencapai lebih dari 1000 m2 /g. Dengan kata lain, lima gram karbon aktif bisa menyamai luas lapangan sepak bola. Gugus fungsi yang terdapat pada karbon aktif tempurung kelapa yaitu gugus C=O pada bilangan gelombang 1751.24 cm-1, gugus C=C pada bilangan gelombang 1542.95 cm1

, gugus C-C pada bilangan gelombang 1155.28 cm-1 dan gugus C-H pada bilangan

gelombang 885.27 cm-1 (Bani et al. 2013). Menurut Rezaee et al., (2013), gugus fungsi yang terdapat pada karbon aktif tulang hewan yaitu O–H stretching vibration pada bilangan gelombang 3431.05 cm-1, C=O stretching vibration antara bilangan gelombang 1800 dan 1650 cm-1, dan C–O stretching vibration diantara bilangan gelombang 1600 dan 1400 cm1

.

I.2 Rumusan Masalah 1. Asal Usul Karbon aktif 2. Lokasi Karbon Aktif banyak ditemukan 3. Struktur kimia karbon aktif 4. Sifat fisik dan kimia karbon aktif 5. Manfaat karbon aktif 6. Peluang usaha 7. Perusahaan yang mengelola karbon aktif 8. Permasalahan yang berhubungan dengan karbon aktif

I.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui asal asul karbon aktif 2. Untuk mengetahui lokasi karbon aktif banyak ditemukan 3. Untuk mengetahui struktur kimia karbon aktif 4. Untuk menjelaskan sifat fisik dan kimia karbon aktif 5. Untuk mengetahui manfaat karbon aktif 6. Untuk mengetahui peluang usaha 7. Untuk mengetahui perusahaan yang mengelola karbon aktif 8. Untuk mengetahui permasalahan yang berhubungan dengan karbon aktif

BAB II PEMBAHASAN II.1 Karbon aktif 2.1.1 Asal Usul Karbon Aktif Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai bahan seperti tempurung kelapa, tulang dan batubara (Manocha, 2003), tongkol jagung (Alfiany et al., 2013), sekam padi (Yusuf dan Tjahjani, 2013), tulang ayam (Maftuhin et al., 2014), tulang sapi (Rezaee et al., 2013) dan tulang ikan (Lokapuspita et al., 2012). Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan cara mendeteksi sumber karbon aktif untuk menentukan sumber asal dan kehalalan produk karbon aktif, karena karbon aktif dari sumber yang berbeda memiliki komposisi kimia yang berbeda pula. Tempurung kelapa memiliki komposisi kimia yaitu selulosa, hemiselulosa dan lignin (Bledzki et al., 2010), sedangkan pada tulang komposisi kimianya berupa hidroksiapatit, kolagen, glikosaminoglikan, proteoglikan, dan glikoprotein (Zhao et al., 2002).

2.1.2 Proses Pembuatan Karbon Aktif Bahan dasar yang digunakan memberikan pengaruh terhadap struktur permukaan besar dari karbon aktif yang dapat dilihat dari Scanning Electron Micrographs (SEM). Ada 3 kriteria bahan dasar yang dapat dibuat sebagai karbon aktif, yaitu: 1. bahan dasar harus mengandung karbon 2. pengotor pada bahan dasar harus dijaga seminimal mungkin 3. bahan dasar harus mempunyai kualitas yang konstan.

Secara umum proses pembuatan karbon aktif terdiri dari tiga tahap yaitu: 1. Dehidrasi Dehidrasi ialah proses penghilangan kandungan air didalam bahan baku dengan cara pemanasan didalam oven dengan temperatur 170oC. Pada suhu sekitar 275oC terjadi dekomposisi karbon dan terbentuk hasil seperti tar, methanol, fenol dan lain-lain. Hampir 80% unsur karbon yang diperoleh pada suhu 400-600oC (Cerny, 1970). 2. Karbonisasi Karbonisasi adalah suatu proses dimana unsur-unsur oksigen dan hidrogen dihilangkan dari karbon dan akan menghasilkan rangka karbon yang memiliki struktur tertentu. Hesseler berpendapat bahwa untuk menghasilkan arang yang sesuai untuk dijadikan karbon aktif, karbonisasi dilakukan pada temperatur lebih dari 400oC akan tetapi hal itu juga tergantung pada bahan dasar dan metoda yang digunakan pada aktivasi. Smisek dan Cerny, menjelaskan bahwa saat karbonisasi terjadi beberapa tahap yang meliputi

penghilangan air atau dehidrasi, perubahan bahan organik menjadi unsur karbon dan dekomposisi tar sehingga pori-pori karbon menjadi lebih besar. Produk dari hasil proses karbonisasi memiliki daya adorpsi yang kecil. Hal ini disebabkan pada proses karbonisasi suhunya rendah, sebagian dari tar yang dihasilkan berada dalam pori dan permukaan sehingga mengakibatkan adsorpsi terhalang. Produk hasil karbonisasi dapat diaktifkan dengan cara mengeluarkan produk tar melalui pemanasan dalam suatu aliran gas inert, atau melalui ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang sesuai misalnya selenium oksida, atau melalui sebuah reaksi kimia. Karbon aktif dengan daya adsorpsi yang besar, dapat dihasilkan oleh proses aktivasi bahan baku yang telah dikarbonisasi dengan suhu tinggi (Hassler, 1951). 3. Aktivasi Aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau mengoksidasi molekulmolekul permukaan sehingga arang mengalami perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi (Sembiring, 2003). Produk dari karbonisasi tidak dapat diaplikasikan sebagai adsorben (karena struktur porosnya tidak berkembang) tanpa adanya tambahan aktivasi. Dasar metode aktivasi terdiri dari perawatan dengan gas pengoksidasi pada temperatur tinggi. Proses aktivasi menghasilkan karbon oksida yang tersebar dalam permukaan karbon karena adanya reaksi antara karbon dengan zat pengoksidasi (Kinoshita, 1988). Tujuan utama dari proses aktivasi adalah menambah atau mengembangkan volume pori dan memperbesar diameter pori yang telah terbentuk pada proses karbonisasi serta untuk membuat beberapa pori baru. Adanya interaksi antara zat pengaktivasi dengan struktur atom-atom karbon hasil karbonisasi adalah mekanisme dari proses aktivasi. Selama aktivasi, karbon dibakar pada suasana oksidasi yang akan menambah jumlah atau volume pori dan luas permukaan produk melalui proses eliminasi atau penghilangan volatil produk pirolisis. Aktivator dapat meningkatkan keaktifan adsorben melalui mekanisme sebagai berikut : 1. Aktivator menembus celah atau pori-pori diantara pelat-pelat kristalit karbon (pada karbon aktif) yang berbentuk heksagonal dan menyebar di dalam celah atau poripori tersebut, sehingga terjadi pengikisan pada permukaan kristalit karbon. 2. Aktivator mencegah senyawa organik bereaksi dengan oksigen yang akan bereaksi dengan kristalit oksigen. 3. Menurut teori interkalasi, struktur dari suatu komposisi senyawa akan mengalami modifikasi jika disisipkan ion atau atom lain kedalam struktur tersebut. Pada aktivasi maka ion atau atom yang disisipkan adalah aktivator. 4. Aktivasi dapat berupa aktivasi fisik dimana digunakan gas-gas inert seperti uap air (steam), CO2 dan N2. sedangkan pada aktivasi kimia, digunakan aktivator yang berperan penting untuk meningkatkan luas permukaan adsorben dengan cara menngusir senyawa non karbon dari pori-pori. (Hassler, 1951). Aktivasi karbon aktif dapat dilakukan melalui 2 cara, yakni aktivasi secara kimia dan aktivasi secara fisika (Kinoshita, 1988). 1. Aktivasi Secara Kimia

Aktivasi kimia merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan pemakian bahan-bahan kimia (Sembiring, 2003). Aktivasi secara kimia biasanya menggunakan bahan-bahan pengaktif seperti garam kalsium klorida (CaCl2), magnesium klorida (MgCl2), seng klorida (ZnCl2), natrium hidroksida (NaOH), natrium karbonat (Na2CO3) dan natrium klorida (NaCl). Selain garam mineral biasanya digunakan ialah berbagai asam dan basa organik seperti asam sulfat (H2SO4), asam klorida (HCl), asam hipoklorit (H3PO4), kalium hidroksida (KOH), dan natrium hidroksida (NaOH). Kerugian penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif terletak pada proses pencucian bahan-bahan mineral tersebut kadang-kadang sulit dihilangkan lagi dengan pencucian (Jankowska, 1991). Sedangkan keuntungan penggunaan bahan-bahan mineral sebagai pengaktif adalah waktu aktivasi yang relatif pendek, karbon aktif yang dihasilkan lebih banyak dan daya adsorbsi terhadap suatu adsorbat akan lebih baik (Jankowska, 1991). Bahan-bahan pengaktif tersebut berfungsi untuk mendegradasi atau penghidrasi molekul organik selama proses karbonisasi, membatasi pembentukan tar, membantu dekomposisi senyawa organik pada aktivasi berikutnya, dehidrasi air yang terjebak dalam rongga-rongga karbon, membantu menghilangkan endapan hidrokarbon yang dihasilkan saat proses karbonisasi dan melindungi permukaan karbon sehingga kemungkinan terjadinya oksidasi dapat dikurangi (Manocha, 2003). Aktivasi secara kimia dengan menggunakan aktivator KOH tanpa kehadiran oksigen akan mengontrol rekasi pembakaran karbon melalui mekanisme sebagai berikut: 6 KOH + C 6 KOH + C 6 KOH + 2 CO2

4K + CO2 + 2H2O 2K + 3H2 + 2K2CO3 2K2CO3 + 2 H2O

Pada proses tersebut, karbon bereaksi dengan oxidizing agent dan menghasilkan karbon dioksida yang berdifusi pada permukaan karbon. Amorphous carbon yang menghalangi pori bereaksi pada tahap oksidasi awal dan sebagai hasilnya closed pore akan terbuka. Selanjutnya reaksi akan berlanjut dengan mengikis dinding karbon untuk membentuk pori-pori baru. 2. Aktivasi Secara Fisika Aktivasi fisika merupakan proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dengan bantuan panas, uap dan CO2 (Sembiring, 2003). Metode aktivasi secara fisika antara lain dengan menggunakan uap air, gas karbon dioksida, oksigen, dan nitrogen. Gas-gas tersebut berfungsi untuk mengembangkan struktur rongga yang ada pada arang sehingga memperluas permukaannya, menghilangkan konstituen yang mudah menguap dan membuang produksi tar atau hidrokarbonhidrokarbon pengotor pada arang. Aktivasi fisika dapat mengubah material yang telah dikarbonisasi dalam sebuah

produk yang memiliki luas permukaan yang luar biasa dan struktur pori. Tujuan dari proses ini adalah mempertinggi volume, memperluas diameter pori yang terbentuk selama karbonisasi dan dapat menimbulkan beberapa pori yang baru. Fluidized bed reactor dapat digunakan untuk proes aktivasi fisika. Tipe reaktor ini telah digunakan untuk pembuatan karbon aktif dari batu (Swiatkowski, 1998). Penggunaan gas nitrogen selama proses aktivasi karena nitrogen merupakan gas yang inert sehingga pembakaran karbon menjadi abu dan oksidasi oleh pamanasan lebih lanjut dapat dikurangi, selain itu dengan aktivasi gas akan mengembangkan struktur rongga yang ada pada arang sehingga memperluas permukaannya (Sugiharto, 1978). Kenaikan temperatur aktivasi pada kisaran 450 °C - 700 °C dapat meningkatkan luas permukaan spesifik dari karbon aktif (Raharjo, 1997). Berdasarkan proses oksidasi karbon aktif yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu: 1. L-Karbon (L-AC) Karbon aktif yang dibuat dengan oksidari pada suhu 300-400⁰C dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia L-AC sangat cocok dalam mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa seperti Pb2+, Cn2+, Cd2+, karakter permukaannya yang bersifat asam akan berinteraksi dengan logan basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan asam atau garam seperti NaCl yang hampir sama perlakuannya pada pertukaran ion. 2. H-Karbon (H-AC) Karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800-1000⁰C kemudian didinginkan pada atmosfer inersial. H–AC memiliki permukaan yang bersifat basa sehingga tidak efektif didalam mengadsorbsi logam berat alkali pada 14 suatu larutan air tetapi sangat lebih efisien dalam mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrolit dan senyawa kimia yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air, akan tetapi H-AC dapat dimodifikassi dengan menaikkan angka asiditas. Permukaan yang netral akan mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia.

II.2 Lokasi Karbon Aktif Banyak Ditemukan Karbon aktif dapat dibuat dari cangkang kelapa sawit. Salah satu perkebunan kelapa sawit terbesar ada di Riau. Luas Lahan Sawit di Propinsi Riau 2.103.175, dan 146 PKS dengan Total Kapasitas Produksi Pengolahan 6.137 Ton/jam TBS. Limbah cangkang sawit yang dihasilkan sebanyak 6,5 % per ton tandan buah segar. Berarti dalam sehari, produksi pengolahan TBS perhari adalah 122.740 Ton/TBS sehingga menghasilkan cangkang sebanyak 7.978,1 ton/hari cangkang sawit. Penghasilan cangkang sawit Riau dalam setahun adalah sebanyak 2.912.006,5 Ton/tahun (Distamben Riau, 2012).

Selain itu karbon aktif juga dapat dibuat dengan bahan dasar batubara. Salah satu perusahaan yang mengelola batubara menjadi karbon aktif adalah PT. Indonesia Swing. Di Indonesia daerah penghasil batubara adalah Aceh Barat, Sawahlunto Sumatera Barat, Sorong Papua dan daerah lainnya yang memiliki tambang batubara. II.3 Struktur Karbon Aktif 2.3.1 Struktur Fisika Karbon Aktif Karbon aktif mempunyai bentuk yang amorf yang terdiri dari pelat-pelat datar di mana atom-atom karbonnya tersusun dan terikat secara kovalen dalam kisi heksagonal. Hal tersebut telah dibuktikan dengan penelitian menggunakan sinar-X yang menunjukkan adanya bentuk-bentuk kristalin yang sangat kecil dengan struktur grafit.

Gambar

2.1

Struktur Fisika Karbon

Aktif Daerah kristalin memiliki ketebalan 0,7-1,1 nm, jauh lebih kecil dari grafit. Hal ini menunjukkan adanya 3 atau 4 lapisan atom karbon dengan kurang lebih terisi 20-30 heksagon di tiap lapisannya. Rongga antara kristal-kristal karbon diisi oleh karbon-karbon amorf yang berikatan secara tiga dimensi dengan 8 atom-atom lainnya terutama oksigen. Susunan karbon yang tidak teratur ini diselingi oleh retakan-retakan dan celah yang disebut pori dan kebanyakan berbentuk silindris.

2.3.2 Struktur Kimia Karbon Aktif Selain mengandung karbon, karbon aktif juga mengandung sejumlah kecil hidrogen dan oksigen yang secara kimiawi terikat dalam berbagai gugus fungsi seperti karbonil, karboksil, fenol, lakton, quinon, dan gugus-gugus eter. Gugus fungsional dibentuk selama proses aktivasi oleh interaksi radikal bebas pada permukaan karbon dengan atom-atom seperti oksigen dan nitrogen. Gugus fungsional ini membuat permukaan karbon aktif reaktif secara kimiawi dan mempengaruhi

sifat adsorbsinya. Ilustrasi struktur kimia karbon aktif dengan gugus fungsionalnya dapat dilihat dari gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Struktur Kimia Karbon Aktif (Subandriyo, 2003)

2.3.3 Struktur Pori Karbon Aktif Ukuran pori karbon aktif dapat berkisar antara 10 Å sampai lebih besar dari 250 Å dan ukuran pori tersebut dibagi dalam tiga kategori (Buekens et al., 1985 dalam Rumidatul, 2006), yaitu : 1. Makropori yang berukuran diameter lebih besar dari 250 Å dengan volume sebanyak 0,8 ml/g dan permukaan spesifik antara 0,5 - 2 m2 /g. 2. Mesopori yang berukuran diameter berkisar antara 50 - 250 Å dengan volume 0,1 ml/g dan permukaan spesifik antara 20 - 70 m2 /g. 3. Mikropori yang berukuran diameter lebih kecil dari 50 Å. Distribusi ukuran pori merupakan parameter yang penting dalam hal kemampuan daya serap arang aktif terhadap molekul yang ukurannya bervariasi. Disamping distribusi pori, bentuk pori merupakan parameter yang khusus untuk daya serap arang aktif yang terjadi. Pori-pori dengan bentuk silinder lebih mudah tertutup yang menyebabkan tidak aktifnya bagian permukaan dari arang aktif tersebut. Bila arang aktif digunakan untuk penjernihan air, lebih banyak dibutuhkan pori-pori yang terbuka karena air sebagian besar mengandung macam-macam partikel.

II.4 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Karbon Aktif 2.4.1 Sifat Kimia Karbon Aktif Arang aktif tidak hanya mengandung atom karbon saja, tetapi juga mengandung sejumlah kecil oksigen dan hidrogen yang terikat secara kimia dalam bentuk gugus-gugus fungsi yang bervariasi, misalnya gugus karbonil (CO), karboksil (COO), fenol, lakton, dan beberapa gugus eter. Oksigen pada permukaan arang aktif, kadangkadang berasal dari bahan baku atau dapat juga terjadi pada proses aktivasi dengan uap (H2O) atau udara. Keadaan ini biasanya dapat menyebabkan arang bersifat asam atau basa. Pada umumnya bahan baku arang aktif mengandung komponen mineral. Komponen ini menjadi lebih pekat selama proses aktivasi arang. Di samping

itu, bahan-bahan kimia yang digunakan pada proses aktivasi sering kali menyebabkan perubahan sifat kimia arang yang dihasilkan (Hassler, 1974). 2.4.2 Sifat Fisika Karbon Aktif Berdasarkan sifat fisika, arang aktif mempunyai beberapa karakteristik, antara lain berupa padatan yang berwarna hitam, tidak berasa, tidak berbau, bersifat higroskopis, tidak larut dalam air, asam, basa ataupun pelarut-pelarut organik (Hassler, 1974). Di samping itu, arang aktif juga tidak rusak akibat pengaruh suhu maupun penambahan pH selama proses aktivasi.

II.5 Manfaat Karbon Aktif Arang aktif dapat digunakan dalam berbagai bidang, antara lain industri, kesehatan, lingkungan dan pertanian: 2.5.1 Industri Produk arang aktif lebih dari 70% digunakan di sektor industri (Harris, 1999). Penggunaan utama dari arang aktif adalah untuk pemurnian larutan, seperti industri gula, sirop, air minum, sayuran, lemak, minyak, minuman alkohol, bahan kimia dan farmasi; penyerap gas beracun pada masker; penghilang bau pada sistem alat pendingin; penyerap emisi uap bahan bakar pada otomotif serta sebagai filter rokok (Austin, 1984; Harris, 1999). Arang aktif juga telah digunakan sebagai bahan tambahan dalam produk untuk pemeliharaan kebersihan dan kehalusan kulit dan rambut, antara lain sabun, lulur dan sampo. 2.5.2 Kesehatan Di dalam bidang kesehatan, arang aktif digunakan dalam penanganan keracunan eksternal dan terapi diare sekretonik (Muthschler, 1986). Pada keracunan secara oral, untuk menghindari penyerapan sejumlah racun yang masih ada dalam saluran cerna dapat dilakukan dengan pemberian adsorben. Adsorben yang paling berkasiat dan kurang berbahaya sehingga paling banyak digunakan adalah arang aktif. Menurut Muthschler (1986) toksin Kolera, Salmonella dan Shigella serta galur Coli patogen menyebabkan meningkatnya sekresi elektrolit dan air kedalam lumen usus (diare sekretonik). Terapi diare sekretonik dapat dilakukan dengan penggunaan adsorben (misalnya arang aktif), zat pengembang (misalnya pektin) atau astrigen (preparat yang mengandung tanin). 2.5.3. Lingkungan Kadirvelu et al. (2001) telah membuktikan kemampuan arang aktif sebagai adsorben terhadap logam Hg, Pb, Cd, Ni, Cu dalam limbah cair industri radiator, pelapisan nikel dan pelapisan tembaga. Kemampuan arang aktif sebagai penghilang logam tersebut dipengaruhi oleh pH dan konsentrasi karbon. Kenaikan kadar karbon menaikkan persen adsorpsi arang aktif terhadap ion logam. Penggunaan arang aktif sangat penting dalam proses penjernihan air dan udara Harris (1999). Dalam proses penjernihan air, arang aktif selain mengadsorpsi logam-logam seperti besi, tembaga. nikel, juga dapat menghilangkan bau, warna dan rasa yang terdapat dalam larutan

atau buangan air. Di beberapa negara arang aktif dilaporkan telah digunakan sebagai penyerap residu pestisida pada proses penjernihan air untuk mendapatkan air minum yang bebas pestisida (Gerard dan Barthelemy, 2003 dalam Gani, 2007). Arang aktif dapat mendeaktivasi kontaminan pestisida yang terdapat di dalam tanah dengan dosis antara 100-400 kg/ha (Miller & McCarty, 2002). Arang aktif dalam tanah dapat meningkatkan total organik karbon dan mengurangi biomassa mikroba, respirasi, dan agregasi serta pengaruh pembekuan cahaya pada tanah, karena arang aktif dapat menyerap dan menyimpan panas (Weil et al., 2003). Arang aktif digunakan untuk penyerap gas beracun pada industri pengolahan cat dan perekat (Asano et al., 1999) dan dapat mereduksi emisi formaldehida dari 3,46 mg/l menjadi 0,66 mg/l pada pembuatan papan partikel menggunakan bahan perekat Urea Formaldehida . (Santoso dan Pari, 2012). 2.5.4 Pertanian Walaupun penelitian penggunaan arang aktif untuk pertanian telah banyak dilaporkan, namun sampai saat ini praktik penggunaan arang aktif pada bidang tersebut belum banyak dilakukan. Penambahan arang aktif bambu pada media tumbuh dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi anakan Eucalyptus urophylla lebih baik dibandingkan kontrol, namun pertumbuhannya akan lebih baik bila pada waktu penanaman arang aktif dicampur dengan kompos (Gusmailina dkk., 2000). Media tumbuh semai melina (Gmelina arborea Roxb) yang ditambahkan arang aktif dengan kadar 15% dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi 8,20%, diameter batang 45,95% dan bobot biomassa 58,82% (Lempang dan Tikupadang, 2013). Penggunaan arang aktif juga menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan akar dan bobot biomassa tanaman pule landak, serta pengembangan stek tanaman Capsicum omnium (Ciner & Tipirdamaz, 2002), juga mencegah pembusukan akar pada tanaman melon (Nischwitz et al., 2002). Arang aktif selain digunakan sebagai komponen tambahan pada media tanah, juga dapat digunakan pada media kultur in vitro. Widiastuty dan Martowo (2004) melaporkan bahwa penambahan arang aktif proanalisis 2 g/l ke dalam media kultur anggrek Oncidium dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi plantlet, luas daun, jumlah tunas anakan dan jumlah akar. 2.6 Peluang Usaha Arang yang biasa dikenal orang sebagai bongkahan hitam dan kotor sebagai bahan bakar, kini telah dimanfaatkan sebagai produk kecantikan. Arang aktif alias activated charcoal terbukti ampuh membersihkan serta mengangkat kotoran pada wajah karena memiliki zat karbon aktif di dalamnya. Karbon mengandung oksigen dan dipercaya dapat menyerap gas dan racun berbahaya dalam kulit. Karena daya absorbsinya yang kuat, arang aktif berfungsi sebagai magnet yang dapat menarik kotoran yang terjebak di pori-pori. 1. Dapat dibuat sebagai Facial foam Facial foam yang mengandung arang aktif dipercaya dapat membersihkan wajah secara lebih mendalam, mencerahkan kulit, mengecilkan pori-pori dan mengurangi produksi sebum yang berlebihan.

2. Dapat dibuat sebagai Spons khusus dari serat tanaman konjac dan serbuk arang. Spons ini mampu membersihkan wajah, tapi juga menyamarkan pori-pori yang besar dan mengatasi minyak berlebih. 3. Dapat dibuat Sabun Mandi Sabun mandi ini mengandung activated charcoal. Arang yang berasal dari bambu khususnya, membantu membersihkan tubuh dari kotoran-kotoran dan memiliki aroma yang menyegarkan. 4. Dapat dibuat Pasta Gigi Kandungan arang di dalamnya juga diklaim mampu menyerap tanin, suatu senyawa yang biasa ditemukan pada kopi dan teh penyebab gigi menguning. Pasta gigi yang mengandung arang juga ampuh mengangkat noda-noda sisa makanan dan minuman yang menempel di permukaan gigi serta menghilangkan bakteri penyebab napas nggak sedap. 5. Dapat dibuat Masker Kandungan arang yang dilengkapi dengan tanah liat khususnya, dipercaya dapat membantu menyerap racun, melembutkan kulit, dan bikin kulitmu tampak lebih muda. 6. Dapat dibuat Deodoran Deodoran asal Inggris memiliki kandungan utama berupa bubuk arang dan lycopodium. Berbentuk bedak tabur ini dipercaya mampu menyerap keringat berlebih tanpa meninggalkan bekas pada pakaian. Meski teksturnya cukup kuno, deodoran yang memiliki warna gelap ini cukup diminati, khususnya bagi mereka yang punya masalah keringat berlebih.. 2.7 Perusahaan yang mengelola Karbon Aktif 1. PT. Aquatech Indonesia yang berlokasi di Jl. R.E Marthadinata Komp. Mahkota Ancol Blok D no1 Jakarta Utara ,DKI Jakarta ,Indonesia ini menyuplai Activated Carbon Filter. 2. PT. Tirta Semesta Engineering yang berlokasi di Puri Surya Jaya, RWU Athena H3-61, Gedangan, Sidoarjo ,Jawa Timur ,Indonesia ini menyuplai karbon aktif 3. PT. Intan Prima Karbon Industri yang berlokasi di Jl. Pangeran Jaya Karta No. 141 Blok 1B no. 11 Jakarta 10730 ini menyuplai karbon aktif murni. 4. PT Taman Eden Kimia Tambang Emas yang berlokasi di Jl. Jl. Manyar Permai 10 Blok 7A No. J & K - Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara ,DKI Jakarta ,Indonesia ini menyediakan karbon aktif. 2.8 Permasalahan dan Solusi Akibat Karbon Aktif 1. Bubuk karbon aktif berbahaya untuk di hirup karena bisa membuat paru-paru hitam. Solusinya simpan karbon aktif dalam wadah tertutup karena karbon aktif dapat mudah menyerap kotoran di udara.

BAB III Penutup

III.1 Kesimpulan •

Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau arang yang diperlakukan secara khusus untuk mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi.



Pembuatan karbon aktif dilakukan dengan proses dehidrasi, karbonisasi dan dilanjutkan dengan proses aktivasi material karbon

Related Documents

Makalah Matanor Fix.docx
December 2019 5
Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62

More Documents from ""

Makalah Matanor Fix.docx
December 2019 5
Silabus Pik.docx
April 2020 13
Use And Care Guide - 8580423
December 2019 19
Jgs8750bds Daniel Kimia
December 2019 37
Eksoterm.docx
November 2019 11