Makalah Madrasah Nizhamiyah New.docx

  • Uploaded by: Andy Syatria
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Madrasah Nizhamiyah New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,536
  • Pages: 21
BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Madrasah merupakan isim makan dari fi’il madhi dari darasa,

mengandung arti tempat atau wahana untuk mengenyam proses pembelajaran. Dengan demikian, secara teknis Madrasah menggambarkan proses pembelajaran secara formal dan memiliki konotasi spesifik. Madrasah itu sendiri merupakan institusi peradaban Islam yang sangat penting. Dan Madrasah sebagai satu system pendidikan Islam berkelas dan mengajarkan sekaligus ilmu-ilmu keagamaan dan non keagamaan. Meskipun sebagian diantara lembaga-lembaga pendidikan itu menggunakan istilah school (sekolah), tetapi dilihat dari system pendidikannya yang terpadu lembaga pendidikan yang seperti itu biasa dikategorikan dalam bentuk Madrasah. Menurut Karen Amstrong dalam bukunya Islam a Short History, 2002: “Setiap sekolah mempunyai sumber penghasilan sendiri yaitu yang berasal dari harta wakaf yang diperuntukan buat pembiayaan-pembiayaan mahasiswa dan para gurunya”. Sekolah-sekolah seperti itu sangat memperhatikan pengajaran-pengajaran agama islam. Salah satu diantara sekolah-sekolah tinggi yang terpenting ini adalah Madrasah Nizamiyah di Baghdad. Madrasah merupakan lembaga pendidikan hukum yang paling utama dan tetap memanfaatkan metode pengajaran dan menawarkan bidang studi yang telah berkembang di Mesjid-Akademik yang mengkhususkan diri pada kajian hukum. Nizamiyah mengambil nama dari Nidham al-Mulk, berdiri sebagai Madrasah paling unggul pada abad ke-11. Terletak di pusat kerajaan, Nizamiyah

menjadi salah satu pusat pendidikan tinggi paling terkenal pada saat itu dan menjadi model bagi pembangunan lembaga-lembaga serupa di seluruh daerah kekuasaan Islam. Lagi pula, oleh karena tersedianya dokumen-dokumen tentang Madrasah ini, para ilmuwan mengetahui Nizamiyah dan cara kerjanya lebih baik dari pengetahuan mereka tentang Madrasah lain yang manapun.

1.2.

1.3.

Rumusan Masalah 1.2.1.

Bagaimanakah Sejarah Berdirinya Madrasah Nizhamiyah?

1.2.2.

Apakah Pengertian Lembaga Pendidikan Nizhamiyah ?

1.2.3.

Bagaimanakah Sistem Pendidikan Madrasah Nizhamiyah ?

1.2.4.

Siapakah Tokoh-Tokoh Madrasah Nizamiyah ?

1.2.5.

Bagaimanakah Pengaruh Madrasah Nizhamiyah ?

1.2.6.

Bagaimanakah Keruntuhan Madrasah Nizamiyah ?

Tujuan Masalah 1.3.1. Untuk Mengetahui Bagaimana Sejarah Berdirinya Madrasah Nizhamiyah. 1.3.2. Untuk Mengetahui Pengertian Lembaga Nizhamiyah. 1.3.3. Untuk Mengetahui Sistem Pendidikan Madrasah Nizhamiyah. 1.3.4. Untuk

Menyebutkan

Tokoh-Tokoh

Pendidikan

Madrasah

Nizhamiyah. 1.3.5. Untuk Menjelaskan Bagaimana Pengaruh Madrasah Nizhamiyah. 1.3.6. Untuk Mengetahui Bagaimana Keruntuhan Madrasah Nizhamiyah.

BAB II PEMBAHASAN

2.1.

Sejarah Berdirinya Madrasah Nizhamiyah Pembicaraan mengenai awal kebangkitan madrasah selalu dikaitkan

dengan nama Nizham Al-Mulk (w. 485 H/1092 M), salah seorang wazir Dinasti Saljuq,-meskipun sebenarnya madrasah telah berkembang sebelum berdirinya madrasah Nizhamiyah. Dialah yang membangun sejumlah madrasah yang kemudian disebut "madrasah Nizhamiyah" di berbagai tempat/ kota utama daerah kekuasaan Dinasti Saljuq. Peran pentingnya bukanlah sebagai orang pertama yang mendirikan madrasah, tetapi lebih pada semangatnya untuk membangun sejumlah lembaga tinggi tersebut secara besar-besaran. Langkah perkembangan lembaga pendidikan tinggi Islam pada masa-masa sesudahnya, biasanya diilhami oleh madrasah ini, terutama di wilayah-wilayah yang berada di bawah patronase Nizham Al-Mulk sebagi wazir (tahun 1064). Bangunan baru yang disebut Madrasah Nizhamiyah ini mengambil Mesjid-khan 1 sebagai model. Madrasah (dalam bentuk klasiknya) dapat disebut college (akademi) sebagaimana dikenal sekarang. Pada masa itu, Turki Saljuq (Bani Saljuq) telah mengambil alih pemerintahan Timur Tengah dari Bani Buwaih yang mengangkangi kekhalifahan Abbasyiah. Seperti diketahui, sebelum Dinasti Saljuk, kekuasaan atas bagian terbesar wilayah Islam dipegang oleh Dinasti Buwaihi (945-1055 M) dan Dinasti Fatimiyah (969-1171 M). Irak, Iran dan belahan timur lainnya dikuasai oleh 1Ahmad Syalabi, History of Muslim Education (Beirut: Dar Kassyaf, 1954), h. 257.

Buwaihi. Sedang Mesir, Afrika Utara dan Syria berada di bawah kekuasaan Fathimiyah. Faham Syi'ah yang menjadi anutan kedua dinasti tersebut sempat, berkembang luas di tengah-tengah masyarakat. Peran penguasa Syiah terhadap ajarannya bersamaan dengan ekspansi kekuasaan atas daerah-daerah milik dinasti Abbasyiah. Dengan rontoknya dinasti Abbasyiah sejak abad ke-9, situasi politik memburuk drastis sampai ke Hijaz. Pada awal abad ke-10 kaum Syiah muncul ker panggung kekuasaan di hampir seluruh Timur-Tengah. Dinasti Fathimiyah berjaya di Mesir dan Afrika Utara. Sementara, dinasti Buwaihi bercokol di Irak, Iran dan bahkan juga sempat menguasi daerah Sunni di Baghdad. Berbeda dengan Syiah Fatimiyah yang agak toleran di Mesir, Hijaz harus berhadapan dengan Syiah Qarmatiyah. Penyebaran Syiah Qarmatiyah ini terbukti mendatangkan bencana bagi Hijaz mulai dari Bahrain sampai Ke Arab barat. Dengan pimpinan Thahir al-Qarmati pada 317 H/929 M, kaum Syi'ah Qarmatiyah ini menyerbu Makkah dan membunuh 30.000 jamaah haji dan penduduk setempat. Setelah menjarah Makkah mereka mengambil Hajar Aswad ke al-Hijr, kubu mereka di Arabia Barat. Hajar Aswad itu baru dikembalikan 22 tahun kemudian, ketika Manshur al-Alawi, pemimpin Qartamiyah Afrika Utara, berhasil membujuk mereka agar mengembalikannya ke Makkah (Ka'bah).2 Selama kekacauan ini, suasana di kota Makkah nyaris lumpuh, pasar-pasar tak lagi tenang berdagang ketika musim haji, mereka lebih senang pergi ke tempat lain. Fungsi Haraymain sebagai pusat pendidikan mengalami kemerosostan, bahkan makin terbatas pada Masjid Al-Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di 2 Pendirian Madrasah Nizhamiyah bertujuan untuk melawan gerakan Syi’ah, Maksum Mukhtar, Madrasah, Sejarah dan Perkembangannya (Jakarta: Logos, 1999), h. 53.

Madinah. Namun, menjelang abad ke-11 kaum Sunni meraih kembali kontrol politik atas hampir seluruh wilayah Timur. Penguasa-penguasa Sunni seperti Ghaznawi diTransoxiana dan Afghanistan (1052-1186 M), Saljuk di Anatolia, Syria dan Irak (1037-1300 M), dan Ayyubiyyah di Mesir,Yaman, Syria dan Irak (1169-1500 M), meski sering terlibat konflik sesama mereka, namun mampu membendung pasang naik kaum Syiah yang telah menancapkan kekuasaannya di Baghdad dan menemnpatkan khalifah Abbasyiah di bawah kontrolnya. Dinastidinasti Sunni tersebut berusaha sungguh-sungguh menjalankan kebijakan politik dan keagamaan sesuai dengan ajaran ortodoksi Sunni. Hasilnya, ulama Sunni yang mengembara ke mana-mana selama masa sulit tersebut terdorong untuk kembali ke daerahnya masing-masing. Munculnya orang-orang Saljuk pada abad ke-11 M sebagai pendukung ahli Sunnah dan jatuhnya sebagian kerajaan Islam ke tangan mereka serta sikap mereka yang sangat setia kepada khilafah merupakan faktor utama yang dapat mengukuhkan mazhab Sunni dan melemahkan pengaruh dan kedudukan golongan Syiah. Dalam periode inilah madrasah muncul dalam rangka memperkuat mazhab sunni dengan cara memberikan Perhatian besar untuk mempelajari ilmu fiqh empat mazhab. Bani Saljuq berasal dari Asia Tengah yang kemudian berpindah ke Barat, sambil melakukan Islamisasi sepanjang perjalanannya. Sebelum menyerang Baghdad, pemimpin Saljuq menyetujui untuk tidak menghapus otoritas keagamaan khalifah, sebagaimana yang dilakukan Bani Buwaih yang Syi'ah sebelumnya, tetapi hanya membentuk pemerintahan politik di bawah pimpinan

salah seorang dari keluarga Saljuq yang bergelar sultan. Nizham al-Mulk adalah seorang wazir yang sangat berkuasa, atau perdana menteri dari sang sultan. Untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya, Nizham al-Mulk membantu pembangunan ratusan madrasah yang mengajarkan fiqih dalam mazhab Syafi'i. Selain itu, Nizham al-Mulk yang lahir di daerah Thus, Persia, adalah seorang pecinta pengetahuan, terutama hadits. la pernah memimpin halaqah hadits di Baghdad dan di berbagai kota Khurasan yang dihadiri sejumlah besar orang. Di samping itu ia juga adalah politikus berbakat. Karirnya menanjak sejalan dengan menguatnya Dinasti Saljuq, tempat dia menjadi wazir (perdana menteri) bagi Sultan Alp Arslan (455-465/1063-1072) dan sultan Malik Syah (465-485/10721092). Pada masa keduanyalah puncakkejayaan Saljuq tercapai. Kecintaan Nizham al-Mulk terhadap pengetahuan dan kesuksesannya dalam karir politik menjadi faktor sangat menentukan bagi kemajuan pendidikan Islam. Nizham alMulk yang Sunni ini mempunyai komitmen berpegang teguh kepada doktrin Asy'ariyah3 dalam "kalam" (teologi) dan ajaran Syafi'i dalam fiqh, yang kemudian ditanamkannya kepada madrasah yang dikembangkannya. Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah berperan dalam menentang pengusiran dan penganiayaan para sarjana Syafi'iyah dan para teolog Asy'ariyah dari daerah Khurasan, yang merupakan kebijakan wazir Dinasti Saljuk sebelumnya, Al-Khunduri (w.455 H/1063 M). Berkat pengaruhnya, sarjana seperti Al-Juwayni (w.478/1085) dan sufi-faqih Abu Al-Qasim Al-Qusyairy (w.465/1072) dapat kembali ke Naysapur dan melanjutkan karir ilmiahnya setelah sebelumnya 3Faujan Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam (Jakarta: Putra Grafik, 2005), h. 218.

terpaksa mengasingkan diri ke Hijaz. Nizham Al-Mulk membangun pertama kali madrasahnya di Naisapur4 untuk Al-Juwayni. Selanjutnya, diteruskan di setiap kota utama Khurasan dan Irak, seperti Baghdad, Basrah, Isfahan, Herat, Balkh, dan Mosul. Madrasah-madrasah yang didirikan oleh Nizham al-Mulk dalam perkembangannya kemudian tidak hanya terdapat di kota-kota, tapi juga di beberapa tempat sampai ke daerah terpencil atau di desa-desa. Setiap kali ia menemukan seorang yang terkenal dan berpengetahuan luas maka ia mendirikan madrasah agar orang alim tersebut mengajar di situ dan diberi wakaf yang memadai. Semua madrasah yang dibangunnya dikenal dengan nama madrasah Nizhamiyah. 2.2.

Pengertian Lembaga Pendidikan Nizhamiyah Salah satu jenis lembaga pendidikan tinggi yang muncul pada akhir abad

IV hijriah adalah madrasah. Sedangkan Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan yang didirikan tahun 457-459 H/1065-1067 M (abad IV) oleh Nizham al-Muluk dari dinasti Saljuk. Pendirian Madrasah ini telah memperkaya khasanah lembaga pendidikan dilingkungan masyarakat Islam. Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertama kali muncul dalam sejarah pendidikan islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola pemerintah. Madrasah Nizamiyah ini pada mulanya hanya ada di kota Baghdad, ibu kota dan pusat pemerintahan Islam pada waktu itu. Sebelum berdirinya Madrasah Nizamiyah di Baghdad, paling tidak ada 4Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru (Jakarta: Logos, 2002), h. viii.

empat madrasah besar di Nishapur, yaitu Madrasah Baihaqiyyah, Madrasah Assa’diyyah yang dibangun oleh Amir Nasr bin Subuktakin, Madrasah Abu Sa’ad al-Astarabadi dan Madrasah yang didirikan untuk Abu Ishaq al-Isfarayini. Madrasah Nizamiyah ini didirikan dekat pinggir sungai Dijlah, di tengah-tengah pasar selasah di Baghdad. Mulai dibangun pada tahun 457 H/1065 M) dan selesai dibangun pada tahun 459 H (dua tahun lamanya baru selesai).5 Madrasah Nizhamiyah dibangun diberbagai tempat/kota terutama daerah kekuasaan dinasti Saljuk dalam membangun sejumlah lembaga secara besarbesaran dan menggunakan Mesjid-khan sebagai model madrasah yaitu masjid yang di sisinya didirikan khan (asrama atau pemondokan) sebagai tempat penginapan bagi para pelajar yang datang dari berbagai kota. jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa Madrasah Nizhamiyah adalah madrasah yang pertamakali muncul dalam sejarah pendidikan Islam yang berbentuk lembaga pendidikan dasar sampai perguruan tinggi yang dikelola oleh pemerintah.6 Dinasti saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku qiniq dalam masyarakat Turki Oquz. Ia mengabdikan diri pada raja begu daerah turkaman yang meliputi laut arab dan laut kaspia. Saljuk kaum yang membebaskan diri dari dinasti samiah. Setelah saljuk meninggal, kekuasaannya dilanjutkan oleh Thurgul Bek, ia berhasil mengalahkan dinasti Ghaznawi (429 H/1036 M), kemudian ia memproklamirkan berdirinya Dinasti Saljuk dan 5 Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, (Jakarat: PT Grafindo Persada, 2004), h. 11. 6Samsul Nizar, SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM : MENELUSURI JEJAK SEJARAH PENDIDIKAN ERA RASULLULLAH SAMPAI INDONESIA, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 158.

mendapatkan pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad.7 Bani Saljuk memasuki Baghdad pada masa Thurgul yang mengantikan bani Buwaihi. Thurgul digantikan oleh Alp Arselan dengan perdanamentri yang terkenal, yaitu Nizham Mulk, pada masa inilah Saljuk berjaya hingga berlanjut pada masa khalifah Malik Syah. 8 Nizham al-Mulk mendirikan gedung-gedung ilmiyah untuk ahlli fiqih, membangun madrasah-madrasah untuk para ulama dan asrama untuk orang beribadah serta fakir miskin. Madrasah Nizham al-Mulk bernama Nizhamiyah dan termasyhur di seluruh dunia. Di antara madrasah tersebut yang terkenal dan terpenting adalah Nizhamiyah di Baghdad (selain madrasah di Balkh, Naisabur, Jarat, Ashfahan, Basrah, Marw, Mausul, dan lain-lain). Madrasah-madrasah Nizhamiyah itu dapat disamakan dengan fakultasfakultas atau perguruan tinggi masa sekarang, mengingat gurunya adalah ulama besar yang termasyhur.9 Tujuan Nizham al-Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalah untuk memperkuat pemerintah Turki Saljuk dan untuk menyiarkan Mazhab keagamaan pemerintah. Karena sultan-sultan Turki adalah dari golongan ahli sunnah, sedangkan pemerintahan Buwaihiyah yang sebelumnya kaum Syi’ah, oleh sebab itu Madrasah Nizhamiyah adalah untuk menyokong sultan dan menyiarkan mazhad ahli sunnah ke seluruh rakyat.10

7Tim Penyusun, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam, Pemikiran dan Peradaban IV (Jakarta : Ichtiar Baru, 2002), h. 30. 8Ibid, h. 158. 9Samsul Nazir, Op.cit, h. 159.

Beberapa hal yang melatarbelakangi berdirinya Madrasah Nizhamiyah adalah sebagai berikut: 1.

penyebaran ilmu pengetahuan oleh Nizham Al-Mulk karena ia adalah seorang sarjana. Pantas jika ia memiliki semangat untuk membangun lembaga pendidikan yang modern.

2.

Konflik keagamaan yang sangat panjang dalam sejarah Islam hingga abad 5/11 antara kelompok-kelompok yang mengembangkan pemikiran keagamaan dalam Islam, misalnya Mu'tazilah, Syi'ah, Asy'ariyah, Hanafiyah, Hanbaliyah dan Syafl'iyah. Perdana Menteri (wazir) Saljuq sebelum Nizham Al-Mulk adalah Al-Kunduri seorang bermazhab Hanafi dan pendukung paham teologi Mu'tazilah. Salah satu kebijakannya sebagai wazir adalah mengusir dan menganiaya para penganut Asy'ariyah yang sering disebut sebagai penganut Syafi'i. Setelah digantikan Nizham al-Mulk, beberapa penulis sejarah pendidikan Islam menyebut bahwa tak ada indikasi pergantian pejabat yang berbeda paham teologi dan mazhab fiqih itu merubah kebijakan politik keagamaan sebelumnya, sehingga merupakan aksi balasan.Nizham al-Mulk sebagai penganut Syafl'iyah hanya membangun madrasah yang diperuntukkan secara khusus bagi perkembangan mazhab Syafi'iyah. Tidak ada bukti bahwa ia melakukan tindakan balasan, sehingga menghancurkan mazhab lainnya, seperti Mutazilah dan Syiah. Kelompok- kelompok itu pada akhirnya melemah

10Ahmad Salaby Ahmad Salaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarat : Bulan Bintang, 1973), h. 109.

dengan sendirinya. Jadi, sebenarnya ia ingin posisi Syafi'iyah-Asy'ariyah menguat melalui jalur pendidikan. 3.

Madrasah Nizhamiyyah juga dimaksudkan sebagai wadah penataran bagi pegawai pemerintahan terutama dalam mengurusi dan memperbaiki sistem administrasi Negara. Lulusan madrasah yang siap pakai akan ditempatkan di kepegawaian negara sesuai dengan keahliannya, misalnya sebagai katib (sekretaris), qadhi (hakim) dan sebagainya.Terbukti, sistem madrasah berhasil dalam bidang ini.

4.

pengembangan kestabilan politik dalam negeri. Sebagai wazir, tindakan Nizham al-Mulk membangun madrasah adalah untuk menguatkan jaringan dan kerangka kerja ulama dan umara', yang berarti hubungan yang serasi antara pemerintah dan rakyat, terutama kelompok Syafi'iyahAsy'ariyah. Madrasah pada masa Nizham al-Mulk dibangun dalam rangka memenuhi kebutuhan khusus yaitu penerapan kebijakan politik di seluruh negeri di bawah kekuasaannya. Lembaga terbaik untuk meyangga hubungannya dengan rakyat adalah lembaga tanpa ikatan resmi, misalnya di bawah otoritas khalifah, seperti mesjid. Lembaga independen tersebut adalah madrasah yang dibangunnya. Empat faktor tersebut menunjukkan bahwa munculnya madrasah sebagai fenomena sejarah berkaitan dengan banyak faktor, tidak hanya sekedar faktor pendidikan dan agama. Dalam konteks Madrasah Nizhamiyah tadi, kasus-kasus seperti konflik faham keagamaan, konflik politik, dan kebutuhan rekruitmen tenaga kerja untuk mengisi jabatan-jabatan

pemerintahan, telah ikut menjadi pendorong lahir dan berkembangnya pendidikan model madrasah, Hal ini menunjukkan sangat luasnya pembangunan madrasah pada masa itu. Di Irak madrasah terkenal pada masa Nizham al-Mulk. Nur Al-Din (w.571/1174) dan Shalah Al-Din AlAyyubi (w.589/1193) berperan penting dalam penyebaran madrasah di daerah Mesir, Syria dan Palestina. Untuk memberantas mazhab-mazhab yang ditanamkan oleh golongan Syi'ah kepada rakyat yang dianggap batil, maka Nizham al-Mulk berupaya semaksimal mungkin mendirikan Madrasah Nizhamiyah untuk menanamkan mazhab ahli sunnah yang dianggap lebih benar, karena kepercayaan ahli sunah adalah berdasarkan pelajaran-pelajaran agama yang benar11 yang lebih memprioritaskan alquran dan sunnah dibandingkan dengan ra'yi. Penanaman kepercayaan, menarik perhatian pelajar atau mahasiswa dalam belajar, dan sikap sangat setia kepada khalifah dapat mengukuhkan mazhab ahlusunah dan melemahkan pengaruh kedudukan Syi'ah, karena perhatian ahlusunah sangat besar terhadap ilmu fiqih yang terdapat dalam empat mazhab fiqih. Menurut sejarah Islam, Nizham al-Mulk adalah orang yang mulamula mendirikan madrasah, sedangkan Darul hikam yang ada pada waktu itu hanya dijadikan sebagai gedung perpustakaan saja, maka dapat dipahami

bahwa

Madrasah

Nizhamiyah

telah

teroganisir

oleh

pemerintah, buktinya terlihat dari kurikulum, guru-guru, struktur organisasinya, sarana dan prasarana, serta pembiayaan yang diurus oleh pemerintah. Hal ini sekaligus merupakan kelebihan dan keunggulan 11Ibid, h. 109.

Madrasah Nizhamiyah dibandingkan dengan lembaga pendidikan yang ada sebelumnya.

2.3.

Sistem Pendidikan Nizhamiyah Untuk menjelaskan sistem pendidikan di Madrasah Nizhamiyah, secara

sederhana akan dibahas komponen-komponen pendidikan yang terdapat pada Madrasah Nizhamiyah yang dianggap sebagai model sistem pendidikan modern. 1.

Tujuan Pendidikan Madrasah Nizhamiyah Tujuan Pendidikan Madrasah Nizhamiyah tidak terlepas dari tiga tujuan pokok: a.

Mengkader calon-calon ulama yang menyebarkan pemikiran Sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran Syi’ah.

b.

Menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab Sunni dan menyebarkan ke tempat-tempat lain.

c.

Membentuk kelompok pekerja Sunni untuk berpatisipasi dalam menjalankan pemerintahan, khususnya dibidang peradilan dan manajemen.12

2.

Kurikulum dan Materi yang diberikan Madrasah Nizhamiyah

12 Abdul Majid Abdul Futuh, al-Tarikh al-Siayasi wa al-Fikri, (al-Mansur : Matba’ al-Wafa, 1980), h. 179.

Rencana pengajaran di Madrasah Nizhamiyah tidak ditemui dengan tegas, menurut Mahmud Yunus rencana pengajarannya adalah ilmu-ilmu Syari’ah saja dan tidak ada ilmu-ilmu hikmah (filsafat), ini terbukti sebagai berikut: a.

Para ahli Sejarah tidak seorangpun yang mengatakan bahwa diantara mata pelajaran ada ilmu kedokteran, ilmu falak, dan ilmu-ilmu pasti, mereka hanya menyebut mata pelajaran nahwu, ilmu kalam,dan fiqh.

b.

Guru-guru yang mengajar di Madrasah Nizhamiyah adalah ulamaulama Syari’ah sehingga Madrasah tersebut merupakan madrasah Syari’ah bukan madrasah Filsafat.

c.

Pendiri Madrasah Nizhamiyah itu bukanlah orang yang membela ilmu Filsafat dan bukan pula orang-orang yang membantu pembebasan filsafat.

d.

Zaman berdirinya Madrasah Nizhamiyah bukanlah zaman filsafat melainkan zaman menindas filsafat serta orang-orang filsuf. Melalui Madrasah Nizhamiyah ini, penanaman ideologi sunni

dilakukan dinasti saljuk berlangsung secara efektif, terutama untuk mempertahankan stabilitas pemerintah dari bahaya pemberontakan yang kerap muncul atas nama aliran Islam tertentu yang berideologi berbeda dari dinasti saljuk. Berdasarkan keterangan diatas, diketahui bahwa Madrasah Nizhamiyah tidak mengajarkan ilmu pengetahuan yang bersifat duniawi, tetapi lebih berfokus pada pelajaran ilmu agama terutama ilmu fiqh.

Mazhab fiqh yang menonjol adalah fiqh Imam Syafi’i dan teologi Asy’ary. Rencana pengajaran atau Kurikulum di Madrasah Nizhamiyah secara rinci menurut Mahmud Yunus adalah; al-Qur’an (membaca, menghafal, dan menulis), sastra Arab, sejarah Nabi SAW., fiqh, ushul fiqh. Kurikulum dan Materi yang diberikan Madrasah Nizhamiyah hanya mempelajari ilmu agama, tidak ada mengenai ilmu umum, seperti ilmu filsafat, ilmu mantik, dan ilmu keterampilan lainya. Karena terlihat madrasah ini khusus didirikan untuk menyebarkan mazhab Sunni atau kepentingan politik, sebab dari latar belakang diadakannya Madrasah Nizhamiyah untuk menghadapi pengaruh Mu’tazilah dan Syi’ah yang sangat kuat. Pengajaran di Madrasah Nizhamiyah berjalan dengan cara para guru berdiri di depan kelas menyajikan materi-materi kuliah (ceramah/talqin ), sementara para siswa duduk mendengarkan di atas meja-meja kecil yang disediakan. Kemudian dilanjutkan dengan dialog atau diskusi ( munaqasyah ) antara guru dan para siswa mengenai materi yang diberikan dalam suasana semangat keilmuan yang tinggi.13

2.3.

Tokoh-Tokoh Madrasah Nizhamiyah Masyhurnya madrasah Nizhamiyah tidak telepas dari peran guru yang

mengaja,

mendidik

dan

membimbing

para

mahasiswa

yang

akhirnya

menghasilkan sarjan-sarjana yang berkedudukan di pemerintahan sebagai 13Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Hidakarya Agung, 1990), h. 6.

karyawan dan pegawai negara Menerut makdisi, guru-guru yang diangkat tidak lepas dari tujuan didirikanya madrasah tersebut. Pertama ; menyebarkan pemikiran sunni untuk menghadapi tantangan pemikiran syi'ah, kedua ; menyediakan guru-guru sunni yang cakap untuk mengajarkan mazhab sunni dan menyebarkannya ke tempattempat lain, ketiga ;

membentuk

kelompok

pekerja

sunni

untuk

berpartisipasi

dalam

menjalankan pemerintahan, memimpin kantor khususnya di bidang peradilan dan manajemen Guru-guru yang memberikan pelajaran di madrasah Nizhamiyah antara lain yaitu: 1.

Abu Ishak al-Syirazi (w.476 H = 1083 M)

2.

Abu Nashr al-Shabbagh (w.477 H = 1084 M)

3.

Abu Qosim al-A'lawi (w.482 H = 1089 M)

4.

Abu Abdullah al-Thabari (w.495 H = 1101 M)

5.

Abu Hamid al-Ghazali (w.505 H = 1111 M)

6. Radliyud Din al-Qazwaini (w.575 H = 1179 M) 7. Al-Firuzabadi (w.817 H = 1414 M).14

2.4.

Pengaruh Madrasah Nizhamiyah Madrasah Nizhamiyah telah banyak memberikan pengaruh terhadap

masyarakat, baik di bidang politik, ekonomi, maupun bidang sosial keagamaan. Nizham al-Mulk sebagai pejabat pemerintah yang memiliki andil besar dalam pendirian dan penyebaran madrasah, kedudukan dan kepentingannya dalam pemerintahan merupakan suatu yang sangat menentukan. Dalam bidang ekonomi 14Samsul Nizar, Op. Cit, h. 163-164.

Madrasah Nizhamiyah memang dimaksudkan untuk mempersiapkan pegawai pemerintah, khususnya dilapangan hukum dan administrasi disamping sebagai lembaga untuk mengajarkan ilmu syari’ah dalam rangka mengembangkan ajaran sunni. Madrasah Nizhamiyah diterima oleh masyarakat karena sesuai dengan lingkungan dan keyakinannya dilihat dari segi sosial keagamaan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1.

Ajaran yang diberikan di Madrasah Nizhamiyah adalah ajaran sunni.

2.

Madrasah Nizhamiyah diajar oleh para ulama yang terkemuka.

3.

Madrasah difokuskan pada ajaran fiqh yang dianggap sesuai dengan kebutuhan masyarakat.15

2.5.

Keruntuhan Madrasah Nizhamiyah Madrasah Nizamiyah sedikit demi sedikit mengalami kemunduran setelah

wafatnya Nizam al-Mulk. Madrasah yang sistem pendidikan dan organisasinya ditiru di Eropa ini sempat berjaya sampai akhir abad ke-14, ketika Timur Lenk menghancurkan Baghdad. Timur lenk dengan bala tentaranya menyerbu kota Baghdad dan menghancurkan segala peradaban serta membantai ribuan orang di wilayah yang ditaklukkannya. Baghdad hancur lebur sekitar tahun 1393 M.16

15Ibid, h. 168. 16 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam , (Jakarta: Grafindo Persada, 2000), h. 120.

BAB III

PENUTUP 3.1.

Kesimpulan Dari pemaparan diatas dapat ditarik benang merahnya bahwa Madrasah

Nizhamiyah adalah Madrasah terbesar pertama di dunia Islam. Nizhamiyah adalah sebuah lembaga pendidikan dalam bentuk madrasah yang dikelola oleh pemerintah pada masa Bani Saljuk. Madrasah ini mempunyai corak yang berbeda dari lembaga pendidikan sebelumnya. Madrasah ini didirikan di kota Baghdad dan sekitarnya, didirikan oleh seorang perdanamentri itu bernama Nizham al-Mulk dengan memakai sistem modern. Madrasah Nizhamiyah mempunyai manajemen yang bagus, dikelola dengan baik seperti dapat dilihat dari segi pendanaan, gedung-gedung yang bagus dan dalam jumlah yang banyak. Guru-guru digaji selama masa jabatannya, perpustakaan yang lengkap, asrama dan makan untuk mahasiswanya, biaya sekolah gratis dan kurikulum ditetapkan oleh pemerintah Baghdad Mentri yang diberikan di madrasah Nizhamiyah adalah diarahkan untuk mengembangkan mazhab sunni dan melemahkan mazhab syi'ah serta Mu'tazilah oleh karena itu materinya lebih berorientasi pada ilmu keagamaan melalui empat mazhab, tetapi yang paling menonjol adalah mazhab Syafi'i. Para lulusannya dipersiapkan untuk duduk di pemerintahan saljuk yang bermazhab sunni

3.2.

Saran Mengkaji sejarah masa lalu akan menginspirasi tumbuhnya peradaban

baru bagi umat Islam yang dapat dijadikan bahan rujukan dalam kehidupan

seharihari, baik sebagai individu, keluarga, masyarakat atau warga negara, sehingga sangat memungkinkan untuk memegang kunci peradaban dunia. Meskipun secara politik Madrasah Nizhamiyah telah menorehkan benihbenih pendidikan yang diarahkan untuk mengembangkan berbagai mazhab dan sering kali kita terjebak hanya dalam satu mazhab dan melemahkan mazhab lain. Semoga

kita

dapat

memberikan

manfaat

dan

mampu

mencerahkan

pemikirpemikir Islam untuk memajuan peradaban khususnya praktisi pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Futuh, Abdul Majid. 1980. al-Tarikh al-Siayasi wa al-Fikri. Al-Mansur: Matba’ al-Wafa. Azra, Azyumardi. 2002. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta: Logos. Mahmud Yunus. 1990. Sejarah pendidikan Islam. Jakarta: Hidakarya Agung. Ramayulis dan Samsul Nizar. 2003. Ensiklopedia Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Quantum Teaching. Salaby,Ahmad. 1973. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Shaleh, Abdul Rachman. 2004. Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa. Jakarta: PT Grafindo Persada. Syalabi, Ahmad. 1954. History of Muslim Education. Beirut: Dar Kassyaf. Suwito, Faujan. 2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Putra Grafik. Yatim, Badri. 2000. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Grafindo Persada.

Related Documents


More Documents from "Azman Said"