Makalah Langge Pengukuran Suhu Efek Listrik.docx

  • Uploaded by: Rahman Langge
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Langge Pengukuran Suhu Efek Listrik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,952
  • Pages: 20
Pengukuran Suhu Efek Listrik Metode-metode listrik untuk pengukuran suhu sangat baik karena memberikan sinyal yang mudah dideteksi yang banyak dipergunakan untuk tujuan pengendalian. Disamping itu metode ini biasanya cukup teliti bila telah dikalibrasi dan dikompensasi dengan baik.

Macam – Macam Alat Pengukuran Suhu Efek Listrik Klasifikasi transduser yang melakukan pengukuran ini pada dasarnya terdiri dari 3 tipe yaitu termometer tahanan listrik, Thermistor dan termokopel. Pada pokok bahasan ini akan diberikan prinsip-prinsip kerja dan informasi aplikasi dari ketiga transduser ini

A. Termometer Tahanan Listrik / RTD (Resistance Temperature Detectors)

Termometer Hambatan Listrik adalah sebuah instrumen / sensor suhu yang merasakan suhu dengan perubahan besarnya elemen hambatan listrik yang bervariasi pada benda yang diukur. Termometer Hambatan Listrik digunakan untuk membuat pengukuran suhu yang akurat. Termometer Hambatan listrik menggunakan logam karena logam pada dasarny akan bertambah besar hambatannya terhadap arus listrik jika temperaturnya bertambah. Logam dapat dikatakan sebagai muatan positif yang berada di dalam elektron yang bergerak bebas. Jika suhu bertambah, elektron-elektron tersebut akan bergetar dan getarannya semakin besar seiring dengan naiknya suhu. Dengan besarnya getaran tersebut, maka gerakan elektron akan terhambat dan menyebabkan nilai hambatan dari logam tersebut bertambah. Contohnya adalah Platinum logam yang paling sering digunakan untuk Termometer Hambatan Listrik karena stabilitasnya dan daya yang tidak berubah drastis dengan tegangan, dibanding dengan nikel yang

Page 1

memiliki stabilitias dan kesensitifan yang lebih rendah namun memiliki harga yang lebih murah dari platinum. Lazimnya penggunaan termometer ini adalah dengan cara ditempelkan pada permukaan zat yang suhunya akan diukur. Biasanya hambatan diukur dengan cara mempertahankan arus tetap yang besarnya diketahui dalam termometer itu dan mengukur beda potensial kedua ujung hambatan dengan pertolongan potensiometer yang sangat peka. Hubungan antara resistansi dan suhu penghantar logam merupakan perbandingan linear. Resistansi bertambah sebanding dengan perubahan suhu padanya. Besar resistansinya dapat ditentukan berdasarkan rumus :

Besar resistansi pada suhu tertentu dapat diketahui dengan rumus:

Keterangan : R1 = resistansi pada suhu awal R2 = resistansi pada suhu tertentu Untuk menghasilkan tegangan keluaran dapat diperoleh dengan mengalirkan arus konstan melalui RTD atau dengan memasangnya pada salah satu lengan jembatan wheatstone. Gambar rangkaian jembatan wheatstone dengan RTD:

Page 2

Persamaan rangkaian jembatan wheatstone:

Hampir semua konduktor logam memiliki koefisien tahanan temperatur yang positif sehingga bertambah terhadap kenaikan suhu. Beberapa bahan seperti karbon germanium, memiliki koefisien tahanan temperatur yang negatif yang menandakan bahwa resistensi bahan tersebut berkurang terhadap tempertatur. Di bawah ini terdapat gambar yang memperlihatkan variasi tahanan terhadap suhu dari berbagai bahan yang lazim di gunakan.

Page 3

Jenis

Jangkauan

Platina

300ºF Sampai

Ketelitian

Keuntungan

±1ºF -Umur Panjang

+1500ºF

Kekurangan -Waktu Respon lambat

-Sensitivitas Tinggi -Tidak Selinear Tembaga -Koefisien temperature Tinggi

Tembaga

-325 ºF sampai ±0,5ºF -Linearitas Tinggi +250ºF

-Rangkuman temperatur

-Memiliki ketelitian terbatas yang tinggi

Nikel

32ºF sampai

±0,5ºF -Relatif Murah

+150ºF

-Stabilitas Tinggi

-Memiliki linearitas Rendah -Jangkauan Temparatur Rendah

Secara praktis semua termometer tahanan untuk pemakaian industri dipasang di dalam sebuah tabung atau lobang guna membeikan proteksi terhadap kerusakan mekanis pada alat. Salah satu RTD yang lazim digunakan adalah RTD yang terbuat dari sebuah kumparan kawat platinum pada papan pembentuk dari bahan isolator. RTD jenis ini dapat digunakan sebagai sensor suhu yang mempunyai ketelitian 0,03 ºC dibawah 500ºC dan 0,1 ºC diatas 1000ºC

Konstruksi RTD bahan platinum:

Page 4

RTD terpasang pada permukaan logam:

Prinsip kerja rangkaian: Bila RTD berada pada suhu kamar maka beda potensial jembatan adalah 0 Volt. Keadaan ini disebut keadaan setimbang. Bila suhu RTD berubah maka resistansinya juga berubah sehingga jembatan tidak dalam kondisi setimbang. Hal ini menyebabkan adanya beda potensial antara titik A dan B. Begitu juga yang berlaku pada keluaran penguat diferensial. Amplifier diferensial (penguat diferensial) menggunakan IC op-amp yang berfungsi untuk menguatkan tegangan keluaran dari rangkaian jembatan menjadi tegangan yang lebih besar. Jika rangkaian jembatan pada posisi setimbang maka pada titik A dan B mempunyai tegangan dan arus yang sama.

B. Thermistor

Thermistor atau tahanan thermal adalah alat semikonduktor yang berkelakuan sebagai tahanan dengan koefisien tahanan temperature yang tinggi (William D.Cooper,1999). Nama Thermistor berasal dari Thermally Sensitive Resistor. Page 5

Thermistor memiliki prinsip kerja memberikan perubahan resistansi terhadap perubahan suhu. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu PTC (Positive Temperature Coefficient) dan NTC (Negative Temperature Coefficieent). Pada thermistor jenis PTC, nilai resistansi berbanding senilai terhadap perubahan suhu.Sedangkan pada NTC, nilai resistansi berbanding terbalik terhadap nilai perubahan suhu.Thermistor PTC terbuat dari material Kristal tunggal sedangkan Thermistor NTC terbuat dari material logam oksida.Hal inilah yang menyebabkan tipe NTC lebih banyak tersedia di pasaran. Beberapa Karakteristik dari Thermistor diantaranya:  Nilai resistansi tinggi dengan kisaran 30 ohm hingga 41.5Kohm  Respon waktu terhadap suhu cepat sekitar ½ detik  Sensitivitas sangat tinggi  Perubahan resistansi besar  Harga Relatif murah Termometer dengan jenis NTC berfungsi untuk mengubah suhu menjadi resistansi / hambatan listrik yang berbanding terbalik dengan perubahan suhu. Semakin tinggi suhu, semakin kecil resistansi. Simbol Thermistor :

Konstruksi Thermistor tipe GM102 :

Thermistor dibentuk dari bahan oksida logam campuran, kromium, kobalt, tembaga, besi atau nikel. Berikut adalah jenis Thermistor dengan berdasarkan ukuran dan penggunaannya ;.

Page 6

a.

Bentuk Thermistor : Butiran, Digunakan pada suhu > 7000C dan memiliki nilai resistansi 100 Ω hingga 1 MΩ.

b.

Bentuk Thermistor : Keping, Digunakan dengan cara direkatkan langsung pada benda yang diukur panasnya.

c.

Bentuk Thermistor : Batang, Digunakan untuk memantau perubahan panas pada peralatan elektronik, mempunyai resistansi tinggi dan disipasi dayanya sedang. Thermistor dibuat sekecil-kecilnya agar mencapai kecepatan tanggapan (respon time) yang baik.

Pemakaian thermistor didasarkan pada tiga karakteristik dasar, yaitu: a.

Karakteristik R (resistansi) terhadap T (suhu)

b.

Karakteristik R (resistansi) terhadap t (waktu)

c.

Karakteristik V (tegangan) terhadap I (arus) Grafik hubungan antara resistansi terhadap suhu thermistor :

Cara kerja rangkaian: Saat temperatur masih dingin hambatan thermistor sangat besar dibandingkan dengan R2, sehingga transistor dalam kondisi menghantar lalu rele kontak (terhubung) dan heater (pemanas) menghasilkan panas. Akan tetapi, ketika ruangan menjadi panas, thermistor juga ikut panas sehingga hambatannya turun. Hambatan paralel thermistor Page 7

dengan R2 menjadi kecil, sehingga tegangan bias Tr juga kecil, mengakibatkan Tr dalam kondisi cut off, rele tidak kontak dan heater tidak bekerja. Akibatnya, suhu ruangan turun. Demikian seterusnya proses akan berulang dari awal dan suhu ruangan menjadi konstan.

C. Termokopel

Prinsip kerja termokopel secara sederhana berupa dua buah kabel dari jenis logam yang berbeda ujungnya, hanya ujungnya saja, disatukan (dilas). Titik penyatuan ini disebut hot junction. Prinsip kerjanya memanfaatkan karakteristik hubungan antara tegangan (volt) dengan temperatur. Setiap jenis logam, pada temperatur tertentu memiliki tegangan tertentu pula. Pada temperatur yang sama, logam A memiliki tegangan yang berbeda dengan logam B, terjadilah perbedaan tegangan (kecil sekali, miliVolt) yang dapat dideteksi. Jika sebuah batang logam dipanaskan pada salah satu ujungnya maka pada ujung tersebut elektron-elektron dalam logam akan bergerak semakin aktif dan akan menempati ruang yang semakin luas, elektron-elektron saling desak dan bergerak ke arah ujung batang yang tidak dipanaskan. Dengan demikian pada ujung batang yang dipanaskan akan terjadi muatan positif. Kerapatan electron untuk setiap bahan logam berbeda tergantung dari jenis logam. Jika dua batang logam disatukan salah satu ujungnya, dan kemudian dipanaskan, maka elektron dari batang logam yang memiliki kepadatan tinggi akan bergerak ke batang yang kepadatan elektronnya rendah, dengan demikian terjadilah perbedaan tegangan diantara ujung kedua batang logam yang tidak disatukan atau dipanaskan. Besarnya termolistrik atau gem ( gaya electromagnet ) mengalir dari titik hot-juction ke coldjunction atau sebaliknya. Setelah terdeteksi perbedaan tegangan (volt). Beda tegangan

Page 8

ini linear dengan perubahan arus, sehingga nilai arus ini bisa dikonversi kedalam bentuk tampilan display. Sebelum dikonversi, nilai arus di komparasi dengan nilai acuan dan nilai offset di bagian komparator, fungsinya untuk menerjemahkan setiap satuan amper ke dalam satuan volt kemudian dijadikan besaran temperatur yang ditampilkan melalui layar/monitor berupa seven segmen yang menunjukkan temperatur yang dideteksi oleh termokopel. Hubungan antara perbedaan suhu dengan tegangan yang dihasilkan termokopel bukan merupakan fungsi linier melainkan fungsi interpolasi polinomial. Namun demikian, untuk pengukuran suhu yang lebih kecil perubahan tegangan relative linear. Secara matematis ditunjukkan sebagai berikut: V= α(T1-Tref) Dimana: V = TeganganUkur T1 = suhu ukur(K) Tref = suhu referensi (K) α = koefisien seebek

a.

Berbagai Sifat dan Tipe Termokopel Sebuah termokopel terdiri dari dua buah kawat yang kedua ujungnya disambung

sehingga menghasilkan suatu open-circuit voltage sebagai fungsi dari suhu, diketahui sebagai tegangan termolistrik atau disebut dengan seebeck voltage, yang ditemukan oleh Thomas Seebeck pada 1921. Hubungan antara tegangan dan pengaruhnya terhadap suhu masing-masing titik pertemuan dua buah kawat adalah linear. Walaupun begitu, untuk perubahan suhu yang sangat kecil, tegangan pun akan terpengaruh secara linear, atau dirumuskan sebagai berikut : (National Instrument , Application Note 043) dengan ΔV adalah perubahan tegangan, S adalah koefisien seebeck, dan ΔT adalah perubahan suhu. Nilai S akan berubah dengan perubahan suhu, yang berdampak pada nilai keluaran berupa tegangan termokopel tersebut, dan nilaiS akan bersifat non-linear di atas rentang tegangan dari termokopel tersebut.

Page 9

Termokopel

diberi

tanda dengan hurup besar

yang mengindikasikan

komposisinya berdasar pada aturan American National Standard Institute (ANSI), seperti dibawah ini : Tabel Sifat dari beberapa tipe termokopel pada 250C ; Tipe

Material( + dan -) Temp.Kerja (0C)

Sensitivitas (µV/0C)

E

Ni-Cr dan Cu-Ni

-270 ~ 1000

60.9

J

Fe dan Cu-Ni

-210 ~ 1200

51.7

K

Ni-Cr dan Ni-Al

-270 ~ 1350

40.6

T

Cu dan Cu-Ni

-270 ~ 400

40.6

-50 ~ 1750

6

-50 ~ 1750

6

-50 ~ 1750

6

R

S

B

Pt dan Pt(87%)Rh(13%) Pt dan Pt(90%)Rh(10%) Pt(70%)-h(30%)dan Pt(94%)-Rh(6%)

Tipe-Tipe Termokopel Tersedia beberapa jenis termokopel tergantung aplikasi penggunaannya, yaitu : 1.

Tipe K (Chromel (Ni-Cr alloy) / Alumel (Ni-Al alloy) Termokopel untuk tujuan umum. Lebih murah. Tersedia untuk rentang suhu −200 °C hingga +1200 °C.

2.

Tipe E (Chromel / Constantan (Cu-Ni alloy) Tipe E memiliki output yang besar (68 µV/°C) membuatnya cocok digunakan pada temperatur rendah. Properti lainnya tipe E adalah tipe non magnetik.

3.

Tipe J (Iron / Constantan) Rentangnya terbatas (−40 hingga +750 °C) membuatnya kurang populer dibanding tipe K.

Page 10

4.

Tipe J memiliki sensitivitas sekitar ~52 µV/°C

5.

Tipe N (Nicrosil (Ni-Cr-Si alloy) / Nisil (Ni-Si alloy) Stabil dan tahanan yang tinggi terhadap oksidasi membuat tipe N cocok untuk pengukuran suhu yang tinggi tanpa platinum. Dapat mengukur suhu di atas 1200 °C. Sensitifitasnya sekitar 39 µV/°C pada 900 °C, sedikit di bawah tipe K. Tipe N merupakan perbaikan tipe K. Termokopel tipe B, R, dan S adalah termokopel logam mulia yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Mereka adalah termokopel yang paling stabil, tetapi karena sensitifitasnya rendah (sekitar 10 µV/°C) mereka biasanya hanya digunakan untuk mengukur temperatur tinggi (>300 °C).

1.

Type B (Platinum-Rhodium/Pt-Rh) Cocok mengukur suhu di atas 1800 °C. Tipe B memberi output yang sama pada suhu 0 °C hingga 42 °C sehingga tidak dapat dipakai di bawah suhu 50 °C.

2.

Type R (Platinum /Platinum with 7% Rhodium) Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum.

3.

Type S (Platinum /Platinum with 10% Rhodium) Cocok mengukur suhu di atas 1600 °C. sensitivitas rendah (10 µV/°C) dan biaya tinggi membuat mereka tidak cocok dipakai untuk tujuan umum. Karena stabilitasnya yang tinggi Tipe S digunakan untuk standar pengukuran titik leleh emas (1064.43 °C).

4.

Type T (Copper / Constantan) Cocok untuk pengukuran antara −200 to 350 °C. Konduktor positif terbuat dari tembaga, dan yang negatif terbuat dari constantan. Sering dipakai sebagai alat pengukur alternatif sejak penelitian kawat tembaga. Type T memiliki sensitifitas ~43 µV/°C

Pada dunia elektronika, termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase). Termokopel yang sederhana dapat dipasang, dan memiliki jenis konektor standar yang sama, serta dapat mengukur temperatur dalam jangkauan suhu yang cukup besar dengan batas kesalahan pengukuran kurang dari 1 °C.

Page 11

Berfungsi sebagai sensor suhu rendah dan tinggi, yaitu suhu serendah 3000F sampai dengan suhu tinggi yang digunakan pada proses industri baja, gelas dan keramik yang lebih dari 30000F. Thermokopel dibentuk dari dua buah penghantar yang berbeda jenisnya (besi dan konstantan) dan dililit bersama.

b. Prinsip Kerja Jika salah satu bagian pangkal lilitan dipanasi, maka pada kedua ujung penghantar yang lain akan muncul beda potensial (emf). Thermokopel ditemukan oleh Thomas Johan Seebeck tahun 1820 dan dikenal dengan Efek Seebeck.

a) Efek Seebeck: Sebuah rangkaian termokopel sederhana dibentuk oleh 2 buah penghantar yang berbeda jenis (besi dan konstantan), dililit bersama-sama. Salah satu ujung T merupakan measuring junction dan ujung yang lain sebagai reference junction. Reference junction dijaga pada suhu konstan 320F (00C atau 680F (200C). Bila ujung T dipanasi hingga terjadi perbedaan suhu terhadap ujung Tr, maka pada kedua ujung penghantar besi dan konstantan pada pangkal Tr terbangkit beda potensial (electro motive force/emf) sehingga mengalir arus listrik pada rangkaian tersebut. Kombinasi jenis logam penghantar yang digunakan menentukan karakteristik linier suhu terhadap tegangan. Tipe-tipe kombinasi logam penghantar thermokopel: 

Tipe E (kromel-konstantan)



Tipe J (besi-konstantan)



Tipe K (kromel-alumel)



Tipe R-S (platinum-platinum rhodium)



Tipe T (tembaga-konstantan)

Page 12

Tegangan keluaran emf (elektro motive force) thermokopel masih sangat rendah, hanya beberapa milivolt. Thermokopel bekerja berdasarkan perbedaan pengukuran. Oleh karena itu jika untuk mengukur suhu yang tidak diketahui, terlebih dulu harus diketahui tegangan Vc pada suhu referensi (reference temperature). Bila thermokopel digunakan untuk mengukur suhu yang tinggi maka akan muncul tegangan sebesar Vh. Tegangan sesungguhnya adalah selisih antara Vc dan Vh yang disebut net voltage (Vnet). Besarnya Vnet ditentukan dengan rumus: Vnet = Vh – Vc Keterangan : Vnet = tegangan keluaran thermokopel Vh = tegangan yang diukur pada suhu tinggi Vc = tegangan referensi

Gambar grafik tegangan terhadap suhu pada thermokopel tipe E, J, K dan R:

Gambar di bawah ini menunjukkan beberapa thermokopel yang dihubungkan secara seri membentuk thermopile. Thermopile ini diletakkan di titik tengah pyrometer radiasi dan lensa yang digunakan untuk memfokuskan radiasi (pancaran panas) agar jatuh pada thermopile

Page 13

Gambar Thermopile:

Gambar Pyrometer Radiasi:

Untuk masa sekarang thermokopel sudah dibuat dengan kemasan yang mempunyai unjuk kerja yang lebih peka yang disebut thermopile yang digunakan sebagai pyrometer radiasi.

Grafik hubungan suhu terhadap arus keluaran:

Page 14

b) Efek peltier : Jika arus dilewatkan melalui termokopel yang pada mulanya suhu kedua ujungnya adalah sama, maka sejumlah panas akan dilepas pada salah satu ujungnya dan sejumlah lain panas akan diserap pada ujung lainnya sehingga terjadi perbedaan suhu pada kedua ujung tersebut. Perpindahan panas tersebut dipengaruhi oleh arus yang mengalir, dengan hubungan seperti persamaan:

Dimana f adalah koefisien Peltier (volt). Efek Peltier ini menjadi dasar utama system pendinginan efek termoelektrik. Dan hal itu terjadi karena disebabkan oleh arus yang mengalir di dalam rangkain.

Page 15

c) Efek Thomson : Jika arus mengalir melalui konduktor termokopel yang pada mulanya bersuhu seragam, maka panas Joulean akan menyebabkan gradien suhu sepanjang termokopel tersebut, dengan hubungan:

Dimana t adalah koefisien Thomson (V/K) dan dT/dx adalah gradien suhu yang terjadi pada konduktor. Secara termodinamik koefisien Seebeck (a), Peltier (f) dan Thomson (t) adalah saling berhubungan. Besaran a dan f sangat tergantung pada sifat kedua konduktor pada termokopel tersebut sehingga harus dinyatakan dalam nilai beda (a = aA - aB dan f = fA - fB). Dengan demikian, hubungan ketiga koefisien tersebut dapat dinyatakan dengan dua persamaan berikut:

Page 16

D. Contoh Aplikasi Penggunaan Pengukur Suhu dengan Efek Listrik

1. Aplikasi dan Penggunaan RTD Berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh RTD sangat cocok digunakan untuk kebutuhan industri karena memiliki kemampuan untuk mengukur suhu dari -200 °C sampai + 850 ° C, berikut adalah contoh penggunaan dari RTD; 

Pengukur suhu pada mesin pabrik



Pengukur suhu pipa saluran gas



Pengukur suhu pipa Minyak



Pengontrol suhu pada mesin industri

2. Aplikasi dan Penggunaan Thermistor Dilihat dari kemampuan pembacaan suhu yang dapat dikerjakan oleh thermistor. Thermistor lebih cocok digunakan dalam kehidupan sehari hari, berikut adalah pengaplikasian thermistor dalam kehidupan sehari hari;  Pengukur Suhu Pada AC  Sebagai pembatas arus pada rangkaian elektronik  Pengukur temperatur mobil  Alarm tanda kebakaran

3. Aplikasi dan Penggunaan Termokopel Melihat karakter dari termokopel, instrumen ini tepat digunakan untuk mengukur suhu dengan nilai yang besar. Dalam dunia industri, termokopel dijadikan sebagai transduser yang dipakai untuk megukur suhu pada saat proses produksi salah satu contohnya adalah pada tungku pencairan logam. Dalam dunia industri, termokopel sangat penting adanya, yang digunakan dalam hal berikut ;  Industri besi dan baja,  Pengaman pada alat-alat pemanas,  Sebagai thermopile pada sensor suhu radiasi,  Pembangkit listrik tenaga panas radioisotope

Page 17

E. Kelebihan dan Kekurangan Sensor Suhu Elektrik

Kelebihan Termometer Tahanan Listrik /RTD

Thermistor

Thermocouple

Memiliki Kestablian yang tinggi

Sensitivitas tinggi

Jangkauan temperatur sangat tinggi

Keakuratan tinggi

Memiliki respon yang cepat

Memiliki harga yang relatif Murah

Linear dan hasil yang bisa di prediksi

Memiliki biaya yang relatif murah

Memiliki respon yang cepat

Tidak rentan dengan medan elektromagnet

Sangat cocok untuk pengaplikasian di kehidupan sehari hari

Sensitifitas tinggi

Bisa digunakan berulang

Memiliki ketahanan yang baik dari gangguan sinyal lisrik

Diameter Sensor alat lebih kecil

Mudah untuk dikalbrasi

Memiliki stabilitas yang lama

Memiliki daya tahan yang kuat

Kekurangan Temometer Tahanan Listrik /RTD

Thermistor

Thermocouple

Self heating karena arus listrik

Memiliki jangkauan pengukuran Kurang stabil yang rendah

Memiliki respon yang rendah

Self heating karena arus listrik

Tingkat akurasi yang rendah

Kurang sensitive dibandig thermistor

Memiliki hasil resistensi yang tidak linear

Memerlukan suhu referensi

Kurang cocok untuk digunakan pada kehidupan sehari hari

Tidak cocok untuk penggunaan di sektor industri

Susah untuk dikalibrasi

Membutuhkan sumber arus

Rentan mengalami Hysterisi

Tegangan output rendah

Page 18

F. Kesimpulan

 Pengukuran suhu efek listrik adalah Pengukuran suhu dengan cara memberikan sinyal yang mudah dideteksi dan digunakan untuk tujuan pengendalian.  Termometer Tahanan Listrik adalah instrumentasi suhu berdasarkan kenaikan resistensi logam terhadap suhu.  Thermistor adalah alat semi-konduktor dengan tahanan yang mempunyai koefisien suhu negatif, berlawanan dengan koefisien yang positif pada kebanyakan logam.  Termokopel adalah sensor suhu yang banyak digunakan untuk mengubah perbedaan suhu dalam benda menjadi perubahan tegangan listrik (voltase).

Page 19

Daftar Pustaka Raytek Corporation, Principles of Non-Contact Temperature Measurement, 2003

http://anistkr.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-sensor-dan-fungsinya.html

http://m-edukasi.net/online/2008/jenissensor/sensor%20suhu%20dan%20fungsinya.html

http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-suhu-thermopilemlx90247/

http://elektronika-dasar.web.id/komponen/sensor-tranducer/sensor-suhu-Thermistor/

Page 20

Related Documents


More Documents from "Arif Hidayah"