Makalah PERSYARATAN LABORATORIUM KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
OLEH
Nama : Lila Muliani NPM : 85FA17010
Dosen Mata Kuliah : Nur Indah Umadji S.Pd.,M.Si
PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA MANDIRI GORONTALO 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan kehendaknya jualah makalah sederhana ini penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya . Penulis dalam pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kultur Sel dan Jaringan Tumbuhan. Adapun pembahasan dalam makalah sederhana ini mengenai
“PERSYARATAN LABORATORIUM
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN” Dalam penulisan makalah ini penulis menemukan berbagai hambatan yang di karenakan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis mengenai hal yang berkenaan dengan penulisan makalah ini . Harapan penulis makalah ini dapat berguna bagi orang lain yang membacanya dan juga bagi penulis.
Gorontalo,
Lila Muliani
2019
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... BAB l PENDAHULUAN ............................................................................... 1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 1.3 Tujuan ...................................................................................................... BAB ll PEMBAHASAN ................................................................................. 2.1 Pengertian Eksplan .................................................................................. 2.2 Alat-alat Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan ......................... 2.3 Ruang Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan .............................. 2.4 Kegiatan Laboratrium Kultur Jaringan Tumbuhan ........................... BAB lll PENUTUP. ........................................................................................ 3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 3.2 Saran ......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengenalan alat merupakan langkah pertama sebelum kita melakukan percobaan atau penelitian. Dengan mengenal alat, kita dapat mengetahui fungsi masing-masing bagian dari alat tersebut serta cara pengoperasian atau penggunaan alat-alat yang akan digunakan dalam percobaan atau penelitian yang dilakukan.
Dan dengan kita mengetahui akan fungsi dan cara
penggunaan alat-alat yang akan digunakan dapat memperlancar jalannya suatu percobaan
atau
penelitian.
Sehingga
dengan
berbekal
pengetahuan
pemahaman akan fungsi dan cara kerja dari alat yang digunakan kita dapat memperoleh hasil suatu percobaan atau penelitian yang maksimal. Selain pengetahuan pemahaman akan alat, kita juga dituntut untuk terampil dalam alat-alat yang kita gunakan. Hal tersebut harus dibarengi dengan ketelitian dalam melakukan suatu percobaan ataupun penelitian sehingga didapatkan hasil yang maksimal. Kultur jaringan memiliki prospek untuk dikembangkan karena dapat menjadi sarana pendidikan dan dapat menjadi lahan bisnis pembibitan komoditas unggul. Untuk memulai melakukan kegiatan kultur jaringan diperlukan ruang dan peralatan. Ukuran ruang yang diperlukan dapat disesuaikan dengan volume aktivitas kultur jaringan yang akan dilakukan. Ruang dan peralatan yang diprelukan untuk kegiatan kultur jaringan diuraikan berikut ini (Abbas, 2011). 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari eksplan ? 2. Apa saja alat-alat laboratorium kultur jaringan tumbuhan ? 3. Bagaimana ruang laboratorium kultur jaringan tumbuhan ? 4. Bagaimana kegiatan laboratorium kultur jaringan tumbuhan ? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui alat-alat laboratorium kultur jaringan tumbuhan dan mengetahui persyaratan ruangan laboratorium serta kegiatan laboratorium kultur jaringan tumbuhan.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Eksplan Eksplan adalah bagian dari tanaman yang digunakan dalam kulturisasi. Eksplan ini menjadi bahan dasar bagi pembentukan kalus (bentuk awal calon tunas yang kemudian mengalami proses pelengkapan bagian tanaman, seperti daun, batang, dan akar). Sebagian eksplan sebaiknya dipilih dari pucuk muda tanaman dewasa yang diketahui asal-usul dan varietasnya, tidak terinfeksi penyakit, dan jenisnya unggul. 2.2 Alat-alat di Laboratorium Kultur Jaringan Peralatan yang mutlak dimiliki untuk memulai melakukan kegiatan kultur jaringan, yaitu timbangan analitik, destilator, pH meter, autoklaf, laminar airflow, dan gelas-gelas standar. Peralatan yang kemungkinan dapat menimbulkan resiko pada pemakainya atau menimbulkan kerusakan bila salah prosedur dalam mengoperasikan (Abbas, 2011). 1. Timbangan Analitik Sebelum menimbang suatu bahan yang penting diperhatikan adalah: 1) kapasitas timbangan. Timbangan analitik yang ada di Laboratorium Bioteknologi memiliki kapasitas maksimum 300 gram. Untuk keperluan melebihi 300 gram dimohon tidak menggunakan timbangan analitik karena dapat menyebabkan kerusakan timbangan . 2) Water pas. Water pas timbangan harus selalu berada di dalam lingkaran indikator timbangan. Bila melakukan penimbangan pada saat water pas tidak berada pada posisi yang sebenarnya, maka pembacaan angka digital yang ditampilkan tidak akurat (Abbas, 2011). Cara mengoperasikannya yaitu pertama-tama kabel listrik timbangan dihubungkan dengan sumber arus listrik, kemudian tombol on ditekan pelanpelan. Setelah itu, tombol sero ditekan agar timbangan menunjuk angka nol baru bahan yang akan diukur beratnya diletakkan di atas wadah objek timbangan. 2. pH meter Berbagai jenis pengukur pH yang dapat digunakan untuk menetapkan pH media seperti kertas lakmus dan pH meter digital. Pengukuran pH media
sebaiknya menggunakan pH meter digital supaya pengukuran atau penetapan angka pH yang dikehendaki dapat dilakukan dengan tepat (Abbas, 2011). Prosedur penggunaan pH meter digital, yaitu pertama-tama kabel pH dihubungkan dengan sumber listik, kemudian pengaturan suhu diset sesuai dengan suhu ruangan, selanjutnya pH meter dikalibrasi dengan cara membuka penutup plastik detektor dan mencelupkan detektor pada pH standar (larutan yang sudah diketahui dengan pasti pH-nya). Sambil memutar tombol kalibrasi sampai angka digital pada pH meter menunjukka angka sesuai dengan pH larutan standar. Misalnya larutan standar memiliki pH 7, maka angka pembacaan pada pH meter digital harus disesuaikan atau ditetapkan sama dengan 7 (Abbas, 2011). 3. Destilator Kegiatan kultur jaringan mutlak harus menggunakan air destilasi atau air suling (air yang bebas dari mineral organik dan anorganik) supaya kebutuhan tanaman akan hara organik dan anorganik dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu, destilator merupakan alat yang vital untuk melakukan kegiatan kultur jaringan (Abbas, 2011). Kebutuhan air sangat besar, khususnya dalam bentuk aquadest atau aquabidest. Karena alat tersebut, sebaiknya laboratorium budidaya in vitro atau laboratorium jaringan mempunyai alat destilasi sendiri yang besar, sesuai dengan kebutuhan. Kadang-kadang diperlukan aquadest yang mempunyai kandungan ion minimal. Jika demikian laboratorium membutuhkan alat de-ionizer (Suryowinoto, 1996). Prinsip kerja dsestilator yaitu air dipanaskan kemudian terbentuk uap air. Uap air dialirkan melalui wadah pendingin sehingga uap air mengalami kondensasi atau pengembunan. Titik air yang terbentuk melalui proses kondensasi ditampung pada wadah tertentu. Air hasil tampungan itu disebut air destilasi (Abbas, 2011). 4. Autoklaf Menurut Suryowinoto (1996), autoklaf digunakan untuk sterilisasi media, maupun alat-alat seperti pipet, skalpel, gunting, pinset, cawan petri, botol, mutlak dibutuhkan autoklaf..
Prinsip kerja autoklaf adalah pemanasan dan tekanan yang dipadukan sehingga semua mikro organisme tidak ada yang dapat bertahan hidup pada kisaran suhu mendekati 100 C, tetapi dengan tekanan yang tinggi membuat tidak dapat hidup. Elemen panas yang dihubungkan dengan sumber arus listrik membuat air dalam autoklaf mendidih yang menimbulkan panas dan tekanan yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Biasanya digunakan tekanan 1,2 kg/cm2 dengan suhu 1200c dengan waktu 25-30 menit. Sudah cukup untuk mensterilkan media kultur (Abbas, 2011). Alat-alat atau media kultur yang akan diautoklaf dimasukkan kedalam autoklaf kemudian penutup autoklaf dikancing. Saat penutup autoklaf dikancing, kancing yang saling berlawanan dikunci secara persamaan. Selanjutnya kabel dihubungkan ke sumber arus listrik kemudian tombol off/on di set. Pengatur pembuangan udara dibiarkan dulu terbuka sampai ada tetesan uap air yang keluar, baru dikencangkan supaya media udara yang ada didalam autoklaf terbuang terlebih dahulu. Tanda saat autoklaf selesai yaitu timbul bunyi seperti suara sirine yang berarti autoklaf harus di off (Abbas, 2011). 5. Laminar Airflow Laminar airflow merupakan alat yang mutlak dimiliki untuk melakukan kegiatan kultur jaringan karena dalam kegiatan kultur jaringan terutama pada saat kegiatan transfer atau mengkulturkn tanaman harus bekerja pada tempat dan ruang yang steril. Pada kondisi normal udara dipenuhi dengan spora-spora dari jamur yang berterbangan, begitu pula bakteri-bakteri banyak berterbangan diudara bersama dengan debu yang diterbangkan oleh angin yang dapat mengontaminasi media kultur. Untuk itu perlu suatu alat laminar airflow yang didalamnya terdapat tekanan udara bersih yang dapat membuat udara luar tidak dapat masuk (Abbas, 2011). Prinsip kerja laminar airflow yaitu hembusan udara bersih didalam laminar airflow dibangkitkan oleh kipas yang dihembuskan melewati filter atau penyaring udara. Udara bersih tersebut menimbulkan tekanan didalam laminar airflow yang lebih tinggi dibanding dengan tekanan udara luar yang menyebabkan udara luar
yang penuh dengan sumber kontaminan tidak dapat masuk kedalam laminar airflow (Abbas, 2011). Cara pengoperasiannya yaitu pertama-tama kabel listrik laminar airflow dihubungkan dengan sumber arus listrik, kemudian tombol on laminar airflow di set pada posisi on dan menyalahkan lampu ultraviolet selama 15-20 menit agar semua sumber kontamian yang ad didalam laminar airflow mati oleh tekanan yang ada didalamnya. Setelah di on kan selama 15 menit lampu UV dimatikan kemudian permukaan bagian dalam laminar airflow disemprot dengan alkohol 70% setelah itu laminar airflow siap digunakan (Abbas, 2011). 6. Botol Kultur Digunakan sebagai wadah untuk kegiatan kultur jaringan 7. Labu Ukur dan Gelas Ukur Suatu labu berskala (dikenal dengan labu volumetri atau labu ukur) adalah suatu wadah berdasar datar, berbentuk alpukat, dengan leher panjang dan sempit. Suatu lingkaran tipir yang dietsa pada leher menunjukkan volumenya pada temperatur ini tertentu 20 C, labu itu kemudin dikatakan berskala untuk berisi sebuah labu dengan ditandai dengan memberikan cairan dengan volume yang dinyatakan. Suatu labu dapat juga ditandai dengan memberikan ciran dengan volume yang ditentukan pada kondisi-kondisi tertentu; namun labu ini tidak cocok untuk pekerjaan eksak dan jarang digunakan. Bejana yang dimkasudkan untuk berisi cairan dengan volume tertentu ditandai dengan C atau TC atau In, sementara yang dimaksudkan untuk memberikan volume tertentu, ditandai dengan D atau TD (Widodo dan Retno, 2010). 8. Pipet Volume berbagai Ukuran Pipet volume digunakan untuk memipet masing-masing larutan stok yang telah diisapkan dalam kegiatan pembuatan media (Abbas, 2011). Pipet volume digunakan untuk mengambil cairan sesuai volume yang diinginkan secara tepat. Ukuran pipet juga bervariasi, 5,10,15,20, 25 cm3 dan seterusnya (Widodo dan Retno, 2010).
2.3 Ruang DiLaboratorium Kultur Jaringan 1. Ruangan Analisa/ Ruangan Serba Guna Ruangan ini biasanya digunakan untuk tern pat menganalisis, mengamati mendiskusikan hasil perlakuan terhadap eksplan yang telah ditanam terdahulu. Hasil perlakuan yang telah dilakukan terhadap eksplan tertentu perlu diamati untuk melihat perbedaannya dan untuk membandingkannya dengan keadaan awal eksplan sewaktu ditanam. Oleh sebab itu dibutuhkan alar-alar dan ruangan untuk analisa lebih lanjut. alat- alat dan bahan yang ada diruangan analisa, antara lain adalah 1). Gambar- gambar informasi tentang kultur jaringan, 2). Bahan-bahan media: (di dalam lemari), 3). Alat- alat yang dibutuhkan untuk pengamatan hasil kultur jaringan (mili meter blok, jangka sorong, mistar) biasanya disimpan di lemari. Didalam ruangan ini urnurnnya terdapat : Mikroskop Object glass dan cover glass Microtome dan perlengkapannya Loupe. Untuk kebutuhan yang lebih tinggi/canggih, alat-alat yang berhubungan dengan pengamatan DNA juga diperlukan seperti : inkubator/water bath, lemari es, sentrifuge, elektroforesis, pipet mikro dengan berbagai ukuran, eppendorf 1,5 mJ dan 25 j.Ll, ujung tip dengan berbagai ukuran dan perlengkapan pengamatan (larutan etidium bromide), kamera foro folaroid tipe tertentu atau komputer yang dilengkapi dengan kamera khusus untuk pengamatan DNA. 2 . Ruangan Sterilisasi Ruangan sterilisasi adalah ruangan tempat dimana seluruh alat kultur jaringan dibersihkan. Sebaiknya ruangan sterilisasi dibagi dua bagian, yaitu ruangan pertama digunakan untukmensterilkan alat-alatyang tidak terkontaminas~ ruangan kedua digunakan untuk mensterilkan alat-alat yang terkontarninasi. Untuk rnensterilkan alat yang tidak terkontaminasi alar yang dibutuhkan di dalam ruangan ini adalah westafel dan autoklaf. 3 . Ruangan Preparasi Ruangan preparasi adalah ruangan yang digunakan untuk mempersiapkan eksplan, membuat media dan hallainnya. Pada ruangan ini dibutuhkan fasilitas, seperti meja untuk mempersiapkan bahan tanaman, untuk meletakkan alatalat.
Ruang persiapan dibutuhkan untuk Mempersiapkan/ membuat media kultur jaringan, Mempersiapkan dan mensterilisasi eksplan dari lapang yang akan digunakan Tempat mencuci alar pembuatan media. Tempat penyimpanan alat alat gelas. Tempat penyimpanan zat kimia, media kultur jaringan. 4. Ruang Transfer Pada ruangan transfer ini, kondisi harus benar-benar aseptik. Di dalarn ruangan inilah dilakukan isolasi bagian tanaman yang hendak ditanam, sterilisasi eksplan tahap ke dua, dan penanaman eksplan ke media tanam. Pintu - pintu penghubung harus senantiasa tenutup rapat sehingga kemungkinan debu yang akan masuk sangat kecil. 5. Ruang Kultur Ruangan ini merupakan ruangan terbesar dari seluruh ruangan yang diperlukan dan harus dimungkinkan umuk melakukan perluasan, karena kemungkinan senantiasa terjadi pertarnbahan kultur setiap peri ode rertentu. Kultur yang tumbuh dan mampu memperbanyak diri, maka harus senantiasa di sub kultur setelah 2 - 3 bulan tergantung jenis tanamannya. Ruang kultur harus memiliki pengaturan terhadap suhu ( dengan menggunakan AC) dan cahaya ( dengan pemberian lampu). Walaupun diketahui bahwa proses pad a tanaman yang ditanam pada kultur jaringan bukanlah fotosintesis murni, melainkan foto organogenesis melalui pernenuhan kebutuhan karbohidrat dari gula dan juga bahan hara lainnya didalam media, namun cahaya sangat diperlukan umuk mengendalikan perkembangan eksplan. 6. Ruang Stok. Untuk pembuatan media kultur jaringan, dibutuhkan zat hara makro, mikro dan trace element lainnya. Untuk kemudahan pembuatan media dan mengeliminir kesalahan, maka zat - zat hara yang hanya dibutuhkan dalam jumlah sangat sedikit tersebut, dibuat dalam bentuk stok larutan, artinya dilakukan pemekatan larutan, sehingga dalam pembuatan media, kita hanya melakukan pemipetan dalam jumlah kecil sesuai dosis yang dibutuhkan. Oleh karena itu dibutuhkan ruangan yang berfungsi untuk menyimpan stok yang telah dibuat tersebut. Ruangan ini berhubungan dengan ruang preparasi dan ruang kultur.
Umumnya alat yang ada di ruangan ini adalah lemari es, untuk menyimpan stok dalam bentuk larutan dan beberapa zat kimia lainnya. 2.4 Kegiatan di Laboratorium 1. Persiapan Media yang akan digunakan berupa media cair dan padat. Ke dua media ini disiapkan dalam botol erlenmeyer yang ditutup dengan kasa steril dan aluminium foil. Botol yang berisi media disterilkan dengan cara memanaskannya dalam autoklaf yang bersuhu 120 ºC dan tekanan 1,5 kg/cm2 selama 20 menit. Setelah disterilkan, media kultur disimpan dalam tempat yang steril atau kulkas. Ruangan dan peralatan yang dipakai harus disterilkan dengan larutan antiseptik atau alkohol. Lampu UV dalam ruangan entkas atau laminar airflow dinyalakan satu jam sebelum digunakan, tujuannya untuk mensterilkan ruangan tersebut (Suryowinoto, 1996). 2. Pengambilan dan Perawatan Eksplan Eksplan bisa diambil dari tunas pucuk, tunas ketiak daun, ujung akar, atau daun muda. Bahan eksplan disterilkan dengan cara merendamnya dalam larutan kalsium hipoklorit 5% selama 5 menit. Setelah itu, eksplan dibilas beberapa kali menggunakan akuades yang steril. Bahan eksplan yang sudah steril dan botol erlenmeyer yang berisi media cair dimasukkan ke dalam entkas. Bagian luar eksplan dikupas memakai pisau tajam yang steril sampai eksplan berukuran 1-1,5 mm. Setelah eksplan siap tanam, tutup botol erlenmeyer dibuka dan eksplan diambil menggunakan pinset, lalu dimasukkan ke dalam media cair. Botol yang sudah ditanami eksplan ditutup dengan kasa sterl dan aluminium foil (Suryowinoto, 1996). 3. Pengocokan Botol yang sudah ditanami eksplan diletakkan di atas meja pengocok atau shaker yang sudah dilakukan. Frekuensi pengocokan dilakukan 6 jam sehari selama 1,5-2 bulan. Tujuan pengocokan sebagai berikut. (Suryowinoto, 1996) a. Menggiatkan kontak antara permukaan eksplan larutan media. b. Memudahkan peresapan larutan nutrisi ke dalam jaringan eksplan. c. Melancarkan sirkulasi udara.
d. Menjaga homogenitas atau keseragaman larutan nutrisi dalam media. e. Merangsang lepasnya PLB yang terbentuk.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan pada makalah ini yaitu alat-alat biasa digunakan dalam persyaratan laboratorium kultur jaringan tumbuhan seperti timbangan analitik, pH meter, destilator, laminar Airflow, autoklaf, botol kultur, labu ukur, gelas ukur, pipet volume. Ruangan yang digunakan pada kaboratorium kultur jaringan tumbuhan seperti ruang Analisa/ Ruangan Serba Guna, ruang sterilisasi, ruang preparasi, ruang transfer, ruang kultur, dan ruang stok. Kegiatan yang dilakukan dalam labratorium kultur jaringan tumbuhan seperti persiapan, Pengambilan dan Perawatan Eksplan, dan pengocokan. 3.2 Saran Pelaksanaan kultur jaringan di Indonesia belum cukup banyak dilakukan. Sebaiknya dapat memperhatikan masalah mengenai pertanian terutama dalam metode kultur jaringan yang seharusnya dapat menghasilkan keberhasilan yang besar.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, Barahima. 2011. Prinsip Dasar Teknik Kultur Jaringan. Bandung: Alfabeta. Rahayu, P. C. Dan Wahyu Wiryanta. 2004. Aneka Cara Memprebanyak Tanaman. Jakarta: Agromedia Pustaka. Suryowinoto, Moeso. 1996. Pemuliaan Tanaman secara In Vitro. Yogyakarta: Kanisius. Widodo, D. S. dan Retno A. L. 2010. Kimia Analisis Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.