Makalah Komunikasi Kelompok 5.docx

  • Uploaded by: Pedrik Andawa Putra
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Komunikasi Kelompok 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,093
  • Pages: 21
Asuhan Keperawatan klien dengan masalah Hipertensi Mata kuliah: Keperawatan Medikal Bedah I Dosen:Suryagustina,Ners.,M.Kep

Di susun oleh: Kelompok 5 Ayu Lestari Bella Novita Pedrik Andawa Putra Sherent Valentina A Windari Yulia Kristi

2017.C.09a.0827 2017.C.09a.0828 2017.C.09a.0858 2017.C.09a.0865 2017.C.09a.0868 2017.C.09a.0871

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TAHUN 2018

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala berkat dan rahmat atas yang telah dia limpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini di buat untuk memenuhi mata kuliah keperawata medikal Bedah. Dalam makalah ini kami kami membahas tentang Asuhan keperawatan klien dengan masalah Hipertensi. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena itu masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan

demi

penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Sekian dan kami ucapkan terima kasih.

Palangaka Raya,06 Juli 2018

Penyusun

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1 1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1 BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Pengertian 2.2 2.3 2.4 BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan. Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan satu milyar orang di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia terkena Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita Hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan. Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masingmasing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejalagejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan. Prevalensi Hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8%, tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung (30,9%), sedangkan terendah di Papua sebesar (16,8%). Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami 1

hipertensi hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun mendapatkan pengobatan. Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal Ginjal dan Kebutaan. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung Koroner (45%) merupakan penyebab kematian tertinggi. Selain itu Hipertensi banyak terjadi pada umur 3544 tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%). Sedangkan menurut status ekonominya, proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat menengah bawah (27,2%) dan menengah (25,9%).

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII, 2003 Tekanan Darah

Tekanan

Darah

Sistol Tekanan

(mmhg) Normal

Darah

Diastol

(mmhg) <120

<80

Prahipertensi

120-139

80-89

Hipertensi

140-159

90-99

160 atau >160

100 atau>100

Stage 1 Hipertensi Stage 2

Terdapat jenis hipertensi yang lain: 1. Hipertensi Pulmonal Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3 kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival / sampai timbulnya gejala penyakit sekitar 2-3 tahun. Kriteria diagnosis untuk hipertensi

2

pulmonal merujuk pada National Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pad a jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya kelainan paru. 2. Hipertensi Pada Kehamilan Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, yaitu: a. Preeklampsia-eklampsia atau disebut juga sebagai hipertensi yang diakibatkan kehamilan/keracunan kehamilan ( selain tekanan darah yang meninggi, juga didapatkan kelainan pada air kencingnya ). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. b. Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin. c. Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik. d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat. Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan faktor keturunan, dan lain sebagainya.

Prevalensi Hipertensi berdasarkan Pengukuran Tekanan Darah.

*Batas ambang systole ≥140 mmHg, diastole ≥90 mmHg. Sumber: Riskesdes 2007, Riskesdes 2013, Balitbangkes, kemenkes

3

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Selanjutnya gambaran di tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan. Terdapat 13 provinsi yang persentasenya melebihi angka nasional, dengan tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%) atau secara absolut sebanyak 30,9% x 1.380.762jiwa = 426.655 jiwa

1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah adalah : Bagaimana cara memberikan Asuhan keperawatan dengan klien masalah hipertensi.

1.3 Tujuan 1) Untuk mengetahui defenisi hipertensi. 2) Untuk mengetahui masalah hipertensi pada klien. 3) Untuk mengetahui cara mengatasi hipertensi.

4

5

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipertensi Hipertensi merupakan kenaikan intermiten atau berlarut-larut dalam tekanan darah distolik maupun sistolik, yang muncul dalam dua tipe utama, yaitu hiprtensi esensial ( juga disebut sebagai hipertensi primer atau diopatik, yang merupakan hipertensi paling penting) dan hipertensi sekunder (yang disebabkan oleh penyakit ginjal atau penyebab lain yang bisa diidentifikasi). Hipertensi ganas merupakan bentuk hipertensi yang parah dan timbul sangat mendadak dan umum terjadi dalam kedua tipe hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Progosisinya baik jika gangguan ini dideteksi sejak dini dan jika mulai ditangani sebelum pasien mengalami komplikasi.tekanan darah yang naik dengan hebat (krisis hipertensi) bisa berakibat fatal. Hipertensi menyerang orang kulit hitam tiga kali lebih banyak daripada orang kulit putih. Jika tidak ditangani, hipertensi menimbulkan mortalitas tinggi. Akan tetapi, di banyak kasus, penanganan dengan perawatan bertingkat memberi prognosis yang lebih baik. Hipertensi sistolik memiliki resiko yang sama atau lebih besar daripada elevasi distolik. Hipertensi sisitolik umumnya terlihat pada lansia dan menimbulkan resiko stroke atau infarksi miokardial. Hipertensi biasanya tidak menimbulkan efek klinis sampai terjadi perubahan vascular di jantung, otak, atau ginjal. Kenaikan tekanan darah yang tinggi merusak intima pembuluh kecil, sehingga menyebabkan akumulasi fibrin di pembuluh, perkembangan edema lokal, dan bisa juga pengumpulan intravaskular.

2.2 Penyebab Hipertensi Sebagian besar penderita hipertensi menderita hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hipertensi, antara lain:

6

2.2.1 Usia. Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang terserang hipertensi semakin besar. Hipertensi pada pria umumnya terjadi pada usia 45 tahun, sedangkan pada wanita biasanya terjadi di atas usia 65 tahun. 2.2.2 Keturunan. Hipertensi rentan terjadi pada orang dari keluarga yang memiliki riwayat darah tinggi 2.2.3 Obesitas. Meningkatnya berat badan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang dialirkan ke dalam sel melalui pembuluh darah juga meningkat. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah dan jantung. 2.2.4 Terlalu banyak makan garam atau terlalu sedikit mengonsumsi makanan yang mengandung kalium. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya natrium dalam darah, sehingga cairan tertahan dan meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah. 2.2.5 Kurang aktivitas fisik dan olahraga. Keadaan ini dapat mengakibatkan meningkatnya denyut jantung, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Kurang aktivitas dan olahraga juga dapat mengakibatkan peningkatan berat badan, yang merupakan faktor risiko hipertensi. 2.2.6 Merokok. Zat kimia dalam rokok bisa membuat pembuluh darah menyempit, yang berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah dan jantung.

2.3 Tanda dan gejala Gejala yang ditimbulkan oleh proses ini tergantung pada lokasi pembuluh yang rusak. 2.3.1 Otak : Stroke 2.3.2 Retina : Kebutaan 2.3.3 Jantung : beban kerja jantung meningkat, sehingga menyebabkan hipertrofi ventricular kiri dan kemudian gagal jantung sisi kiri dan kanan, MI, dan edema pulmoner.

7

2.3.4 Ginjal : Protenuria, edema, dan akhirnya gagal ginjal.

2.4 Penanganan Hipertensi Penangan hipertensi sekunder berfokus pada koreksi penyebab dan kontrol efek hipertensif. 2.4.1 Bantu pasien melakukan modifikasi gaya hidup yang diperlukan, antara lain menurunkan berat badan, membatasi asupan alcohol, melakukan latihan fisik secara teratur,mengurangi asupan natrium,dan berhenti merokok. 2.4.2 Jika pasien gagal mencapai tekanan darah yang diinginkan atau membuat perkembangan signitifakan, lanjutkan modifikasi gaya hidup dan mulai lakukan terapi obat. 2.4.3 Untuk hipertensi stadium 1 dan tidak ada indikasi yang memaksakan (gagal jantung, post-MI,resiko tinggi terkena penyakit koroner, atau pencegarah stroke rekuren),beri diuretik tipe-thiazide pada sebagian besar pasien. Pertimbangan untuk menggunakan ACEI, perintang reseptor angiotensin. 2.4.4 Untuk hipertensi stadium 2 dan tidak ada indikasi memaksakan, beri kombinasi dua obat pada sebagian besar pasien

2.5 Penatalaksanaan Hipertensi Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obatobatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari X - }) sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 me nit dengan frekuensi 3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress. Untuk pemilihan serta penggunaan obat-obatan hipertensi disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter keluarga anda. Ada pun makanan yang harus dihindari atau dibatasi oleh pen de rita hipertensi adalah: 2.5.1 Makanan yang berkadar lemakjenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).

8

2.5.2 Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan keringyangasin). 2.5.3 Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink). 2.5.4 Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin, selai kacang). 2.5.5 Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam). 2.5.6 Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandunggaram natrium. 2.5.7 Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape. Di Indonesia terdapat pergeseran pol a makan, yang mengarah pad a makanan cepat saji dan yang diawetkan yang kita ketahui mengandung garam tinggi, lemak jenuh, dan rendah serat mulai menjamur terutama di kota-kota besardi Indonesia.

2.6 Berdasarkan penyebab hipertensi: 2.6.1 Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hid up seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. 2.6.2 Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena dapat terjadi tanpa gejala, sehingga bisa ditemukan saat sudah muncul komplikasi. Namun gejala bisa muncul bila tekanan darah sudah sangat tinggi. Gejala yang mungkin ditimbulkan, antara lain: 1) Sakit kepala.

9

2) Lemas. 3) Masalah dalam penglihatan. 4) Nyeri dada. 5) Sesak napas. 6) Aritmia. 7) Adanya darah dalam urine.

2.7 Diagnosis Hipertensi Hipertensi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah. Karena hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala dan lebih sering dialami oleh seseorang yang lanjut usia. Orang dewasa, terutama yang berusia di atas 40 dan berisiko tinggi, disarankan setidaknya melakukan pemeriksaan darah setiap tahun. Berikut tahapan pemeriksaan darah yang benar dengan menggunakan alat pengukur tekanan darah (sphygmomanometer), agar didapatkan hasil yang akurat: 2.7.1 Pasien tidak boleh berolahraga, merokok, dan mengonsumsi minuman dengan kandungan kafein 30 menit sebelum pemeriksaan tekanan darah dilakukan. 2.7.2 Pasien diminta untuk duduk dengan tenang di kursi, dengan kaki berpijak pada lantai. 2.7.3 Pastikan buang air kecil sebelum melakukan pemeriksaan darah. 2.7.4 Baik dokter maupun pasien tidak boleh berbicara selama pemeriksaan dilakukan. 2.7.5 Lepas pakaian yang menutupi area pemasangan manset. 2.7.6 Tekanan darah diukur pada kedua lengan. Untuk pengukuran tekanan darah selanjutnya, gunakan lengan dengan tekanan darah yang lebih tinggi untuk mengukurnya. 2.7.7 Pengukuran tekanan darah diulang minimal 2 kali dengan jeda 1-2 menit. Bila diperlukan, dokter akan menganjurkan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah, urin, atau foto Rontgen, untuk melihat kemungkinan komplikasi yang sudah ditimbulkan akibat hipertensi.

10

2.8 Pengobatan Hipertensi Menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat antihipertensi, bisa menjadi langkah efektif untuk mengatasi hipertensi. Nilai tekanan darah dan risiko pasien terserang komplikasi, seperti serangan jantung dan stroke, akan menentukan pengobatan yang akan dijalani. Secara umum, terdapat 2 prinsip dari pengobatan hipertensi, yaitu: 2.8.2.1

Perubahan gaya hidup.

Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, bisa menurunkan tekanan darah dalam beberapa minggu. Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani, antara lain: 2.8.1.1 Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop hypertension) DASH (dietary approaches to stop hypertension), yaitu pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu rendah lemak, gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging merah dan makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi. 2.8.1.2 Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari. 2.8.1.3 Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga. 2.8.1.4 Menurunkan berat badan. 2.8.1.5 Berhenti merokok. 2.8.1.6 Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol. 2.8.1.7 Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola. 2.8.1.8 Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stres. Cara-cara di atas bisa dilakukan dengan atau tanpa dibarengi konsumsi obat anti hipertensi. Meski demikian, penerapan gaya hidup sehat lebih awal bisa membuat penderita terhindar dari konsumsi obat anti hipertensi. 2.8.2.2 Penggunaan

Obat-obatan.

Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus mengonsumsi obat untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa menurunkan dosis atau menghentikan pengobatan jika tekanan darah penderita sudah terkendali dengan mengubah gaya hidup. Penting bagi pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis yang sudah ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang muncul. Beberapa

11

obat yang digunakan untuk menangani hipertensi antara lain:Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stres. 2.8.2.1 Diuretik Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide. 2.8.2.2 Antagonis kalsium. Antagonis

kalsium menurunkan

tekanan

darah

dengan

melebarkan

pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini adalah amlodipine dan nifedipine. 2.8.2.3

Beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan pembuluh dan

memperlambat detak jantung. Contoh obat golongan beta-blocker adalah atenolol dan bisoprolol. 2.8.2.4 ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan cara membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini adalah captopril dan ramipril. 2.8.2.5 Angiotensin-2 receptor blocker (ARB). Fungsi obat ini hampir sama dengan ACE inhibitor yaitu membuat dinding pembuluh darah menjadi rileks, sehingga kedua obat tersebut tidak boleh diberikan secara bersamaan. Contoh obat ini adalah losartan dan valsartan. 2.8.2.6 Penghambat renin. Obat ini berfungsi menghambat kerja renin, yaitu enzim yang dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan tekanan darah. Contoh obat penghambat renin adalah aliskiren.

12

Jurnal Penelitian Hipertensi 1.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG HIPERTENSI KEHAMILAN TERHADAP PEMELIHARAAN TEKANAN DARAH IBU HAMIL DI PUSKESMAS PUNDONG BANTUL

Oleh: Istichomah, S.Kep.Ns ABSTRACT Hipertensi kehamilan adalah salah satu gangguan vascular tang terjadi pada saat kehamilan atau pada saat ibu postpartum. Paa hipertensi kehamilan terjadi peningkatan tekanan darah yang disebabkan karena berbagai hal antara lain karena disfungsi endotel yang menyebabkan gangguan hemodinamik atau sirkulasi. Hipertensi kehamilan akan meningkat prevalensinya pada ibu primigaravida, usia ibu hamil yang terlalu muda atau terlalu tua, kehamilan ganda, riwayat hipertensi sebelumnya, pendidikan yang rendah dan pendapatan yang rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap peningkatan tekanan darah ibu hamil. Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimen dengan perancangan Statistic Group Comparison post test kelompok control dan eksperimen. Tehnik sampling yang digunakan adalah incidental. Jumlah sample penelitian ini adalah 30 orang responden, masing – masing 15 responden untuk kelompok control dan 15 responden untuk kelompok eksperimen. Hasil penelitian diuji Chi Square dengan tingkat kepercayaan α = 95% atau 0,05 dan hasilnya adalah Ho diterima dan Ha ditolak. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang hipertensi kehamilan terhadap pemeliharaan tekanan darah ibu hail. Saran dari peneliti diharapkan pendidikan kesehatan terus dilakukan untuk mencegah terjadinya hipertensi kehamilan.

2.

HUBUNGAN TENTANG HIPERTENSI

ANTARA HIPERTENSI

TINGKAT DENGAN

DI POSYANDU

UPAYA

LANSIA

GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA 2008 Oleh: SUMADI

PENGETAHUAN

LANSIA

MENGENDALIKAN

PUSKESMAS

SEMIN

I

13

ABSTRACT Menurut pengamatan WHO, selama 10 tahun terakhir, terlihat bahwa jumlah penderita hipertensi yang dirawat di berbagai rumah sakit meningkat lebih dari 10 kali lipat. Prevalensi hipertensi di Indonesia yang ditentukan berdasarkan kriteria ambang hipertensi (bordeline hypertention) yaitu tekanan darah dengan rentang antara 140/90 – 159/94 mmHg, diperkirakan 4,8-18,8%. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan 30 lansia, 20 (67%) lansia tidak mengetahui atau memahami tentang hipertensi dan upaya pengendaliannya, sedangkan 10 (33%) lansia mengetahui dan memahami tentang hipertensi dan upaya pengendaliannya. Tujuan umum penelitian adalah untuk diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan upaya mengendalikan hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Semin I Gunungkidul tahun 2008. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk diketahuinya tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi dan upaya mengendalikan hipertensi. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Semin I Gunungkidul bulan November 2007 sampai dengan Februari 2008 yang jumlahnya 367 orang. Sampel penelitian adalah semua lansia yang memenuhi kriteria inklusi yang jumlahnya 50 sampel yang ditentukan dengan tekhnik acidental sampling. Pengumpulan data dengan metode angket kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data menggunakan analisisi statistik korelasi Product Momment dengan bantuan program SPSS 13.0. Hasil uji deskriptif diketahui Tingkat pengetahuan lansia tentang hipertensi 44 lansia (88%) cukup baik dan upaya lansia dalam mengendalikan hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Semin I Gunungkidul 41 lansia (82%) cukup baik. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa variabel pengetahuan berhubungan secara bermakna dengan upaya lansia mengendalikan hipertensi di Posyandu Lansia Puskesmas Semin I Gunungkidul tahun 2008. Angka koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0,676 dengan tingkat signifikansi 1%.

14

3.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES LANSIA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA “WALUYO HUSODO” TULUNG AGUNG 1 Mei 2009

Oleh: Elis Ofta Dwinawati ABSTRACT Dibanyak negara saat ini prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas, inaktifitas fisik dan stres psikososial. Hipertensi sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat (Public Health Problem) dan akan menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres lansia dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “Waluyo Husodo” Tulungagung. Metode penelitian yang digunakan adalah non eksperimen dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampel yaitu dengan purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah di uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan skala Likert. Analisa data menggunakan rumus korelasi Kendall Tau dan uji signifikan menggunakan rumus. Hasil penelitian didasarkan atas karakteristik responden yang meliputi usia, berat badan, jenis kelamin, keaktifan mengikuti olahraga dalam 1 minggu, dan riwayat hipertensi. Setelah dianalisa dapat disimpulkan, ada hubungan antara tingkat stres lansia dengan kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha “Waluyo Husodo” Tulungagung, yang ditunjukkan oleh nilai signifikan sebesar 0,007 atau p < 0,005 dan uji z sebesar 3,76 lebih besar dari z tabel 1,96 dengan taraf signifikan 5 %. Saran, bagi PSTW lebih meningkatkan pengetahuan lansia tentang stres dengan hipertensi dan lebih rutin dalam mengontrol tekanan darah. Bagi lansia, lebih hati-hati dalam menjaga kesehatan fisik dan emosional.

15

4.

Profil Hipertensi pada Anak di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

Oleh: Syafruddin Haris, Herlina Dimiati, M.Sidqi Anwar Abstract Hipertensi pada anak masih mendapat perhatian yang serius karena dapat menimbulkan cacat menetap dan berakibat kematian. Prevalensi hipertensi anak tidak diketahui secara pasti, dilaporkan sekitar 1%-5%. Hipertensi tersering yang dijumpai di rumah sakit rujukan adalah hipertensi sekunder. Tujuan. Mengetahui profil klinis dan respon terapi pasien hipertensi pada anak di ruang rawat inap anak RSUD Zainoel Abidin (RSUDZA), Banda Aceh selama periode 5 tahun. Metode. Penelitian deskriptif retrospektif untuk melihat gambaran hipertensi pada anak di RSUDZA. Data diperoleh dari catatan medik pasien hipertensi sejak tahun 2007- 2011. Data dikumpulkan berdasarkan derajat hipertensi, penyakit yang mendasari hipertensi, dan pengobatan yang diberikan. Hasil. Selama 5 tahun (2007-2011), terdapat 41 pasien hipertensi (26 laki-laki dan 15 perempuan). Hipertensi derajat satu 10 orang, derajat dua 16 orang, dan hipertensi krisis 15 orang. Umur tersering adalah 10-11 tahun. Tidak terdapat hubungan antara rerata umur dengan derajat hipertensi. Penyakit yang mendasari adalah 16 orang glomerolunefritis akut, 13 sindrom nefrotik, 7 gagal ginjal kronik, serta 5 penyakit lainnya. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyakit yang mendasari dengan derajat hipertensi. Respon pengobatan hipertensi dengan satu macam obat 9 orang, dua obat 19, dan 13 respon dengan gabungan tiga atau lebih obat. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah obat dengan derajat hipertensi. Kesimpulan. Hipertensi pada anak di RSUDZA paling sering terdapat anak berumur 10-11 tahun. Penyebab tersering adalah glomerulonefritis akut. Terdapat hubungan bermakna antara jumlah obat yang diberikan dengan derajat hipertensi.

16

5.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT HIPERTENSI DENGAN PE

Oleh: Lia Luluk Rahayu dan Ida Untari Abstract Prevalensi kasus hipertensi di Jawa Tengah tahun 2011 sebesar 1,96% menurun bila dibandingkan dengan tahun 2010 sebesar 2,00%. Terdapat tiga kota dengan prevalensi sangat tinggi di atas 10% yaitu Kota Magelang (22,41%), Kota Salatiga (10,18%) dan Kota Tegal (10,36%). Data yang tercatat di Puskesmas Nguter, dari tahun 2011 sampai Oktober 2012 penderita Hipertensi mengalami peningkatan. Pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi dengan pengaturan pola diet hipertensi memberi alternative pilihan yang mungkin dapat membantu menurunkan tekanan darah dalam batas normal dan mencegah timbulnya komplikasi hipertensi. Tujuan: Mengetahui hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi dengan pengaturan pola diet hipertensi di Puskesmas Nguter Sukoharjo. Metode Penelitian: Rancangan penelitian yang digunakan adalah analisa korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling, sejumlah 30 responden. Instrumen menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji Kendall Tau. Hasil: Terdapat pengetahuan baik 9 responden (30,0%), pengetahuan cukup 11 responden (36,7%), dan pengetahuan kurang 10 responden (33,3%). Pola diet hipertensi baik ada 9 responden (30%), pola diet hipertensi cukup ada 18 responden (60%), pola diet hipertensi kurang ada 3 responden (10%). Uji analisa menunjukan ada hubungan antara pengetahuan masyarakat tentang penyakit hipertensi dengan pengaturan pola diet hipertensi dengan nilai p = 0,000 pada signifikan 5%. Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang hipertensi dengan pola diet hipertensi.

BAB 3 PENUTUP

1.1 Kesimpulan komunikasi adalah keseluruhan bentuk perilaku seseorang secara sadar ataupun tidak sadar yang dapat memengaruhi orang lain tidak hanya komunikasi yang diucapkan dan ditulis, tetapi juga termasuk gerakan tubuh serta tanda-tanda somatik dan simbol-simbol. Dalam berkomunikasi, diperlukan ketulusan hati antara pihak yang terlibat agar komunikasi yang dilakukan efektif. Pihak yang menyampaikan harus ada kesungguhan atau keseriusan bahwa informasi yang disampaikan adalah penting, sedangkan pihak penerima harus memiliki kesungguhan untuk memperhatikan dan memahami makna informasi yang diterima serta memberikan respons yang sesuai. Untuk penerapan komunikasi pada orang dewasa meliputi: 1. Permasalahan dan Perkembangan Komunikasi 2. Sikap Komunikasi 3. Suasana Komunikasi 4. Teknik Komunikasi

1.2 Saran 1. Mahasiswa mempu menerapkan komunikasi terapeutik kepada klien dewasa supaya terjalin dengan efektif. 2. Pemahaman mahasiswa sangat diperlukan dalam berkomunikasi dengan klien. 3. Di harapakan kita sebagai mahasiswa bisa professional dalam melakukan kmunikasi terapeutik pada saat di lapangan, sehingga pasien kita tangani merasa nyaman saat kita rawat.

17

DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/08/Komunikas i-dalam Keperawatan-Komprehensif.pdf Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Agar Terhindar dari Kerusakan Organ Jantung, Otak dan Ginjal.2013.www.depkes.go.id/download.php?file...hipertensi.pdf. di publikasika 2007 Sabtu, 22 September 2018 Sebagian Besar Penderita Hipertensi tidak Menyadarinya. http://www.depkes.go.id/article/view/17051800002/sebagianbesar-penderita-hipertensi-tidak-menyadarinya.html Dipublikasikan Pada : Rabu, 17 Mei 2017 00:00:00 https://www.alodokter.com/hipertensi.html

Related Documents


More Documents from "Rosy Noor Azhizah"