MAKALAH PENGOLAHAN SUMBER DAYA MINERAL ENERGI
KOMINUSI
OLEH NAMA : AHMAD ANDI RAHMADI NIM : 03021281722056
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, Saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Indralaya,
Februari
Penyusun
2019
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………………..i Kata Pengantar ..............................................................................................................ii Daftar Isi .......................................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................1 A. Latar Belakang ............................................................................................1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................1 C. Tujuan...........................................................................................................1 BAB 2 PEMBAHASAN ...............................................................................................2 A. Definisi Kominusi .......................................................................................2 B. Tujuan Operasi Pengecilan Ukuran Pada Kominusi ...................................2 C. Prinsip Kominusi ........................................................................................2 D. Energi Kominusi .........................................................................................4 E. Kriteria Alat Kominusi ...............................................................................5 F. Alat-alat Kominusi ......................................................................................5 BAB 3 PENUTUP ........................................................................................................14 A. Kesimpulan ..................................................................................................14 B. Saran……………………………………………………………………....14
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan mineral (mineral dressing) adalah salah satu tahapan dalam kegiatan pertambangan dimana tujuan dari pengolahan mineral adalah untuk meningkatkan kadar logam berharga dengan cara membuang bagian-bagian dari bijih yang tidak diinginkan. Secara umum, setelah proses mineral dressing akan dihasilkan tiga kategori produk, yaitu Konsentrat, Tailing, dan Middling. Pada poses pengolahan, terdapat proses kominusi. Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah proses melepaskan bijih tersebut dari ikatnnya yang merupakan gangue mineral Pada kominusi, bijih atau mineral dari tambang yang berukuran besar lebih daripada 1 meter dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada 100 mikron. Pada umumnya bijih, mineral atau bahan galian dari tambang masih berukuran cukup besar. Sehingga sangat tidak mungkin dapat secara langsung digunakan atau diolah lebih lanjut. Bijih atau mineral dalam ukuran besar biasanya berkadar sangat rendah dan terikat dengan mineral pengotornya. Liberasi mineral berharga masih rendah pada ukuran bijih yang besar. Sehingga untuk dapat diolah dan untuk dapat meningkatkan kadar mineral tertentu harus melalui operasi pengecilan ukuran terlebih dahulu. Operasi pengecilan ukuran bijih umumnya dibagi dalam dua tahapan yaitu: operasai peremukan (crushing) dan operasi penggerusan (grinding). B. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi dari kominusi? 2. Bagaimana tahapan dalam proses kominusi? 3. Apa saja alat yang digunakan dalam proses kominusi?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan dari kominusi. 2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dalam proses kominusi serta alat-alat yang digunakan dalam proses tersebut.
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Kominusi Kominusi merupakan salah satu tahapan pada pengolahan bijih, mineral atau bahan galian. Pada kominusi, bijih atau mineral dari tambang yang berukuran besar lebih daripada 1 meter dapat dikecilkan menjadi bijih berukuran kurang daripada 100 mikron. Pada umumnya bijih, mineral atau bahan galian dari tambang masih berukuran cukup besar. Sehingga sangat tidak mungkin dapat secara langsung digunakan atau diolah lebih lanjut. Bijih atau mineral dalam ukuran besar biasanya berkadar sangat rendah dan terikat dengan mineral pengotornya. Liberasi mineral berharga masih rendah pada ukuran bijih yang besar. Sehingga untuk dapat diolah dan untuk dapat meningkatkan kadar mineral tertentu harus melalui operasi pengecilan ukuran terlebih dahulu. Operasi pengecilan ukuran bijih umumnya dibagi dalam dua tahapan yaitu: operasai peremukan atau crushing dan operasi penggerusan atau grinding. B. Tujuan Operasi Pengecilan Ukuran Pada Kominusi Pada prinsipnya tujuan operasi pengecilan ukuran bijih, mineral atau bahan galian adalah: 1. Membebaskan ikatan mineral berharga dari gangue-nya. 2. Menyiapkan ukuran umpan sesuai dengan ukuran operasi konsentrasi atau ukuran pemisahan. 3. Mengekspos permukaan mineral berharga, Untuk proses hyrometalurgi tidak perlu benar-benar bebas dari gangue. 4. Memenuhi keinginan konsumen atau tahapan berikutnya.
Salah satu besaran yang penting dalam operasi kominusi adalah rasio ukuran bijih awal terhadap ukuran bijih hasil atau produk, atau biasa disebut dengan reduction ratio atau rasio reduksi. Nilai Reduction ratio akan berpengaruh terhadap kapasitas produksi dan juga berpengaruh terhadap energi produksi C. Prinsip Kominusi Prinsip peremukan adalah adanya gaya luar yang bekerja atau diterapkan pada bijih dan gaya tersebut harus lebih besar dari kekuatan bijih yang akan diremuk. Mekanisme peremukannya tergantung pada sifat bijihnya dan bagaimana gaya diterapkan pada bijih
tersebut. Setidaknya ada empat gaya yang dapat digunakan untuk meremuk atau mengecilkan ukuran bijih. 1. Compression, gaya tekan. Peremukan dilakukan dengan memberi gaya tekan pada bijih. Peremukannya dilakukan diantara dua permukaan plat. Gaya diberikan oleh satu atau kedua permukaan plat. Pada Kompresi, energi yang digunakan hanya pada sebagian lokasi, bekerja pada sebagian tempat. Terjadi ketika Energi yang digunakan hanya cukup untuk membebani daerah yang kecil dan menimbulkan titik awal peremukan. Alat yang dapat menerapkan gaya compression ini adalah: Jaw crusher, gyratory crusher dan roll crusher. 2. Impact, gaya banting. Peremukan terjadi akibat adany gaya impak yang bekerja pada bijih. Bijih yang dibanting pada benda keras atau benda keras yang memukul bijih. Gaya impak adalah gaya compression yang bekerja dengan kecepatan sangat tinggi. Dengan gaya Impact, energi yang digunakan berlebihan, berkerja pada seluruh bagian. Terjadi ketika energi yang digunakan berlebih dari yang dibutuhkan untuk peremukan. Banyak daerah yang menerima beban berlebih. Alat yang mampu memberikan gaya impak pada bijih adalah impactor, hummer mill. 3. Attrition atau abrasion. Peremukan atau pengecilan ukuran akibat adanya gaya abrasi atau kikisan. Peremukan dengan Abrasi , Gaya hanya bekerja pada daerah yang sempit (dipermukaan) atau terlokalisasi. Terjadi ketika energi yang digunakan cukup kecil, tidak cukup untuk memecah/meremuk bijih. Alat yang dapat memberikan gaya abrasi terhadap bijih adalah ballmill, rod mill. 4. Shear, potong. Pengecilan ukuran dengan cara pemotongan, seperti dengan gergaji. Cara ini jarang dilakukan untuk bijih. Distribusi ukuran bijih hasil operasi pengecilan, kominusi ditentukan oleh jenis gaya dan metoda yang digunakan. Pengecilan ukuran bijih yang memanfaatkan gaya impak, akan menghasilkan ukuran dengan rentang atau distribusi yang lebar. Sedangkan kominusi yang memanfaatkan gaya abrasi akan menghasilkan dua kelompok distribusi ukuran yang sempit. Gambar dibawah ini menunjukkan ilustrasi distribusi ukuran bijih hasil kominusi dengan berbagai gaya yang berbeda.
Gambar. Gaya Dan Distribusi Ukuran D. Energi Kominusi Secara umum energy yang dibutuhkan untuk operasi pengecilan ukuran bijih, mineral atau bahan galian dapat diformulasikan sebagai berikut: Keterangan:
dE = – C dx/x
n
x : ukuran E : energy input C : konstanta n : eksponen. Untuk Rittinger n = 2, Kick n = 1 dan Bond n = 1,5.
Setidaknya ada tiga persamaan dari tiga teori yang dapat digunakan untuk menghitung besar energy yang diperlukan dalam kominusi. Namun yang paling banyak dipakai adalah teori dari Bond’s law, 1951. Bond mengembangkan persamaan yang didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa energy yang diperlukan pada kominusi sebanding dengan 1/(d)0,5 yaitu: Keterangan: Kb : konstanta bond d2 : ukuran produk d1 : ukuran umpan Kemudian Bond mengembangkan rumus tersebut untuk kebutuhan praktis dengan pendekatan sebagai berikut:
Jika W adalah energy input yang diperlukan dalam kwh per short ton, d1 adalah ukuran ayakan yang dapat meloloskan umpan sebanyak 80 persennya, d2 adalah ukuran ayakan yang dapat meloloskan produk sebanyak 80 persennya dalam micron, dan wi adalah work index yang menyatakan kwh yang diperlukan untuk mengecilkan satu short ton bijih dari ukuran tak berhingga menjadi 100 mikron dengan 80 % lolos, maka energy pengecilan ukurannya dapat dinyatakan sebagai berikut:
W adalah energy dalam kwh yang diperlukan untuk mengecilkan ukuran bijih sebanyak satu ton. Jadi W adalah kwh/ton. Sedangkan Total energy yang diperlukan dalam kominusi dapat dihitung dengan persamaan berikut:
P adalah daya total dalam kw yang diperlukan untuk pengecilan ukuran bijih. m adalah laju pengumpanan dalam ton/jam.
E. Kriteria Alat Kominusi Kriteria ideal untuk alat-alat kominusi secara umum adalah sebagai berikut: (1) Mempunyai kapasitas yang besar/fleksibel — bisa disesuaikan (2) Konsumsi energi kecil per satuan produk yang dihasilkan (3) Menghasitkan produk sesuai dengan spesifikasi (umumnya: berukuran tertentu dan seseragam mungkin). Salah satu ukuran efisiensi sebuah operasi kominusi adalah berdasarkan energi yang diperlukan untuk menciptakan luas permukaan yang baru, karena bertambahnya kecilnya ukuran partikel (semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas mukanya persatuan massa).
F. Alat-alat Kominusi Alat-alat
kominusi,
secara
umum
dapat
dibedakan
menjadi:
crusher
(penghancur/peremuk), grinder (penggerus), ultrafine grinders (penggerus sangat lembut) dan cutting machines (mesin-mesin pemotong). Crusher pada umumnya digunakan untuk memecahkan bongkahan-bongkahan partikel besar menjadi bongkahan-bongkahan kecil. Crusher primer (primary crusher) banyak digunakan pada pemecahan bahan-bahan tambang dan ukuran besar menjadi ukuran antara 6 in sampai 10 in (150 sampai 250 mm). Crusher
sekunder (secondary crusher) akan meneruskan kerja crusher primer, yaitu menghancurkan partikel padatan hasil crusher primer menjadi berukuran sekitar ¼ in (6 mm). Selanjutnya, grinder akan menghaluskan partikel-partikel keluaran crusher sekunder. Produk dan grinder antara (intermediate grinder) berukuran sekitar 40 mesh ( mm). Penghalusan sampai ukuran sekitar 200 mesh ( mm) dilakukan oleh grinder halus (fine grindei). Ukuran partikel yang Iebih halus (antara 1 sampai 50 pm) dapat diperoleh dengan ultrafine frinder. Cutter umumnya didesain untuk memberikan bentuk dan ukuran partikel tertentu, yaitu dengan panjang antara 2 sampai 10 mm. Jenis-jenis pokok dan alat kominusi adalah sebagai berikut:
A. CRUSHERS Crusher merupakan mesin penghancur padatan berkecepatan rendah, digunakan untuk padatan kasar dalam jumlah yang besar. Crusher yang digunakan pada awal reduksi untuk mereduksi ukuran bongkah-bongkah dari lapangan. Alat-alatnya seperti : 1. Jaw Crushers. Karakteristik umum Jaw Crusher: · Umpan masuk dan atas, diantara dua jw yang membentuk huruf V (terbuka bagian atasnya). · Salah satu jaw biasanya tidak bergerak (fixed), · Sudut antara 2 jaw antara 20 · Kecepatan buka-tutup jaw antara 250 sam pai 400 kali per menit. Istilah – istilah Jaw Crusher yaitu : 1. Mouth adalah lubang penerima feed (umpan) 2. Throat adalah jarak horisontal pada mouth 3. Sit adalah jarak horisontal pada throut 4. Closed set adalah jarak fixed jaw dan moveble jaw saat swim jaw di muka. 5. Opened set adalah jarak fixed jaw dan moveble jaw saat swim jaw berada paling belakang. 6. Throw adalah jarak yang ditempuh aleh swim jaw saat mencapai opebed set. 7. Nip Angle adalah sudut yang dibentuk oleh garis singgung yang dibuat dari permukaan antara material dengan jaw. Kapasitas dari jaw crusher dipengaruhi oleh gravitasi, kekerasan dan moisture constanta. Oleh Taggart dirumuskan : T = 0,6 Ls Dimana : T = Kapasitas Jaw Crusher (ton/jam)
L = Panjang lubang / penerimaan S = Lebar lubang pengeluaran Faktor – faktor yang mempengaruhi efesiensi Jaw Crusher yaitu : 1. Lebar lubang pengeluaran 2. variasi dari pada throw 3. Kecepatan yang tinggi akan menggunakan efisiensi 4. Ukuran dari pada feed 5. Reduction Ratio 6. Kapasitas dari umpan 7. Reduction Ion Choke Crushing adalah pecahnya material akibat dari pada material itu sendiri, dimana akan menghasilkan produk yang lebih halus. Arresteed Crushing adalah pecahnya batuan akibat dari pada alat dan material itu sendiri. (a). Blake Jaw Crusher Beberapa mesin Blake Crusher dengan bukaan umpan pada (1.8 x 2.4 m) dapat memproses batuan berdiamater 6 ft (1.8 m sampai 1000 ton/jam, dengan ukuran produk maksimum 10 in (250 mm). jaw yang lain bergerak horizontal 20° sampai 30°. Prinsip kerja: Roda (flywheel) berputar menggerakkan lengan pitman naik turun karena adanya sumbu eccentric. Gerakan naik-turun dan lengan pitman menyebabkan toggle bergerak horizontal (kekiri dan kekanan) _ movable jaw bergerak menekan dan memecah bongkah-bongkah padatan yang masuk dan melepaskannya saat movable jaw bergerak menjauhi fixed jaw.
(b). Dodge Crusher Biasanya berukuran Iebih kecil dan Blake Crusher. Movable jaw bagian bawah dipasang tetap sehingga lebar dan discharge opening relatif konstan. Ukuran bahan yang keluar akan Iebih uniform, tetapi sangat rawan terhadap kebuntuan (clogged/chokea) akibat lubang bukaan keluar (discharge opening) yang tetap.
Prinsip kerja: Perputaran sumbu eccentric mengakibatkan lengan pitman bergerak naik-turun. Gerakan ini menyebabkan movable jaw frame sebelah atas bergerak horisontal kekirikekanan menekan bongkah-bongkah padatan sampal pecah dan melepaskannya kebawah.
2. Gyratory Crusher Gyratory crusher secara sepintas melingkar (sirkular), diantara mana material padata dihancurkan. Kecepatan kepala dan jaw penghancur (crushing head) umumnya antara 125 sampai 425 girasi/menit. · Lebih efisien untuk kominusi kapasitas besar terutama untuk kapasitas > 900 ton/jam. Kapasitas Gyratoiy crushers bervariasi dari 600 - 6000 ton/jam, tergantung ukuran produk yang diinginkan (antara 0.25 inch). Kapasitas gyratory crusher terbesar mencapai 3500 · Discharge dan gyratoly crusher lebih kontinyu (dibandingkan dengan jaw crushe,). · Konsumsi tenaga per ton material lebih rendah dibanding jaw crushers. · Perawatannya lebih mudah. Prinsip kerja: Roda berputar, memutar countershaft piringan C akan memutar main Karena main-shaft bergerak eccentric, crushing head akan bergerak eccentric y terlihat seperti jaw crusher, dengan
jaw berbentuk (dibandingkan dengan jaw crushers), ton/jam. dan gearing, dan piringan C. Selanjutnya, main-shaft yang terpasang eccentric pada piringan C. Iringan menghimpit padatan (discharge opening minimum), memecahnya dan melepaskannya (sampai discharge opening maksimum).
SECONDARY CRUSHING Proses crushing yang dilakukan setelah primary crushing, alat-alatnya seperti : 1. Cone Crusher Prinsip kerja: Seperti Gyratory Crushers. Crushing head disangga oleh beberapa yang diputar oleh beberapa bevel gears. Bevel gears digerak (main shaft). · Baik digunakan sebagai alat penghancur sekunder (secondary konis menyediakan ‘luasan kerja’ (= luas gilas) yang lebih besar. · Ukuran umpan: 0.8 -14.3 inch (< umpan Gyratory Crushe Ukuran produk antara 0.5 inch · Ukuran standard Cone Crushers (20 mesh (0.033 inch).
2. Roll Crusher Crushing rolls biasanya digunakan untuk memecah padatan lunak (hardness rendah), misalnya: batubara, gipsum, limestone, bata tahan api dan lain skala MOHS <4. · Biasanya, alat-alat yang dirancang untuk berukuran kecil (veiy fine particles) dengan jumlah cukup banyak Ukuran umum smooth-roll crusher diameter 24 in sampai dengan diameter 78 in (2000 mm), panjang 36 in (914 mm). Kecepatan putaran antara 50 – 300 rpm. Umpan padatan berukuran sampai dengan 1/2 sampai 3 in (12 mm sampai 75 mm), dengan produk berukuran antara 1/2 in (12 m) mesh. Akan tetapi, ukuran partikel dapat secara fleksibel diatur dengan mengatur jarak antara 2 batangan rol penggilas. Operasi efektif biasanya pada rasio ukuran produk: umpan antara 1:4 sampal 1:3. Prinsip kerja: Dua batangan logam horizon dengan arah yang berlawanan dan kecepatan yang sama. Umpan masuk ke celah produk dapat diatur dengan mengatur jarak antara 2 silinder. · Sebagai alat penghancur, saat terutama jika digunakan untuk material keras batuan keras. lain-lain padatan dengan ini juga akan menghasilkan produk (600 mm), panjang 12 in (300 mm), diputar dengan arah yang berlawanan dengan celah-celah roll, tertekan dan pecah. Ukuran ini kurang disukai karena roll-nya mudah koyak; · Biasanya banyak digunakan untuk penghancuran batubara; oil shale, fosfat dan Batuan batuan dengan kandungan silikat
B. GRINDER/ IMPACTOR Istilah grinder biasanya digunakan untuk mesin-mesin kominusi dengan kapasitas sedang. Produk dan crusher, jika perlu dihaluskan lagi, biasanya dilakukan oleh grinder. 1. Hammer Mill Bagian penggerak dari hammer mill adalah rotor yang berputar dengan kecepatan tinggi didalam casing silinder. Sumbu rotor biasanya horisontal. Kapasitas untuk Hammer Mll tergantung kehalusan produk yang diinginkan, misal: 0.1 sampai 15 ton/jam untuk ukuran produk 200-mesh atau lebih halus. Untuk Impactor bisa s/d 600 ton/jam Ukuran umpan: hampir sama dengan toothed rolled crushers Ukuran produk: antara 1 in (25 mm) sampai dengan 20mesh, tetapi dapat dibuat lebih lebih fleksible, sesuai dengan ukuran grid yang terpasang (jika alatnya dilengkapi ukuran produk bisa sangat halus). Hammer Mill lebih serbaguna pemakaianya: menumbuk bahan-bahan berserat (misalnya kulit kayu dan kulit); bahan-padatan yang agak lengket (sticky material, misalnya lempung) sampai pada batuan keras!
Prinsip kerja: Bongkahan padatan yang masuk dipecah oleh palu pada ujung cakram yang berputar padatan yang pecah selanjutnya digerus pada dinding dan keluar melalul kisi (grid). Pada reversible hammer hammer ke crushing plate/breaker plate/anvils yang dibuat bergerigi. Butiran pecah karena terpukul oleh palu, terbentur dinding (crushing plate) atau bertumbukan dengan butir lain. Ukuran padatan keluar dapat diatur dengan memasang kisi ukuran lubang kisi seperti yang diinginkan.
2. TUMBLING MILLS Tumbling Mills umumnya berbentuk silinder horisontal yang berputar perlahan pada sumbu horisontalnya. Didalamnya terdapat padatan yang mengisi sekitar 50% volume ruang silinder (disebut sebagai grinding medium). Karená putaran mill, grinding medium akan terangkat sampai ketinggian tertentu, kemudian jatuh dan menimpa/memukul Grinding medium dapat berbentuk: batangan logam (dalam rod bola-bola logam (dalam rod mill menghaluskan padatan yang abrasive. (a). Ball-Mill Merupakan salah satu bentuk yang berbentuk silinder atau konis yang berputar pada sumbu horisontalnya. Didalamnya berisi bola-bola penggilas sebagai media penghancur. Tergantung pada bahan yang akan dihancurkan, bola porselen dil. Biasanya, Prinsip kerja: Silinder/kompartemen berputar pada sumbu horisontalnya. Partikel didalam akan terlempar dan tergilas bola sangat halus. Produk halus dikeluarkan dengan: · overflow melalui lubang yang terpasang pada sumbu (hollow trunnion), dan/atau · kemiringan dan partikel keluar melalui lubang pada sisi bagian keluar mill), dan/atau · dihembus oleh udara. Biasanya berupa kompartemen bola-bola penggilas dapat terbuat dan: besi, baja, Partikel-partikel padatan bola-bola penggilas menjadi butir dikeluarkan lubanglubang pada periferi (lubang partikel-partikel yang sangat halus dan kering). · Ukuran umpan Ball-Mills tergantung padatingkat kerapuhan umpan padatan. - Untuk padatan yang sangat rapuh (veiy fragile): 2.5 - Ukuran umum umpan: ‘s.’ 1 cm (i’ 0.5 inch) · Ukuran bola-bola penggilas (diameter): 1 Volume bola-bola penggilas: ‘S.’ 50% volume kompartemen. · Reduction Ratio 20:1 sampai 200:1 · Ruang dalam ball mill (the chambet kadang yang berlubang/grate), dan masing bola-bola penggilas dengan ukuran yang berbeda menunjukkan bahwa semakin besar ukuran bola, semakin halus produk yangdihasilkan. · Pada dinding-dinding kompartemen, seringkali juga dipasang liners untuk membantu ‘pengadukan’ dan penggilasan, dengan memperbesar efek benturan antara partikel dengan dinding. Dibawah sebuah ball-mill.
Gambar. Ball Mill
(b). Rod-Mill Secara konsep mekanisme kerjanya sama seperti ball mill namun yang berbeda adalah media penghancur feed. Ialah batang-batang baja.
Gambar. Rod Mill
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Dari hasil pembahasan makalah ini, dapat diambil kesimpulan, yaitu : 1. Kominusi adalah proses mereduksi ukuran butir atau proses meliberasi bijih. Yang dimaksud dengan proses meliberasi bijih adalah proses melepaskan bijih tersebut dari ikatnnya yang merupakan gangue mineral.
2. Tahapan dalam proses kominusi antara lain : a. Primary crushing, alat yang digunakan adalah jaw crusher dan gyratory crusher b. Secondary Crushing, alat yang digunakan adalah cone crusher, hammer mill dan roll crusher c. Fine crushing (grinding mill), alat yang digunakan adalah, ball mill dan rod mill
B. SARAN Saran yang penulis dapat sampaikan yaitu semoga apa yang telah kita pelajari pada perkuliahan Pengolahan Bahan Galian ini khususnya pada materi Kominusi ini dapat kita terapkan dengan kemampuan kita masing-masing.