Makalah Kmb Stroke.docx

  • Uploaded by: Alha Mida
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kmb Stroke.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,616
  • Pages: 13
KONSEP MEDIS A. DEFINISI Stroke didefinisikan sebagai deficit (gangguan) fungsi system saraf yang terjadi mendadak dan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Stroke terjadi akibat gangguan pembuluh darah di otak. Gangguan peredarah darah otak dapat berupa tersumbatnya pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan memunculkan gejala stroke. Kasus stroke baru terjadi pada 100 sampai 300 orang per 100.000 penduduk per tahun. Stroke merupakan pembunuh nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker, namun merupan penyebab kecacatan nomor satu.

B. KLASIFIKASI STROKE Secara patologi ada dua macam stroke, yaitu stroke sumbatan (stroke iskemik) dan stroke perdarahan (Michel, 2003). Stroke sumbatan terjadi ketika pembuluh dara ke otak mengalami sumbatan. Stroke perdarahan terjadi akibatnya pecahnya pembuluh darah yang menuju ke otak. 1. Stroke sumbatan dibagi menjadi dua, yaitu sumbatan akibat thrombus dan sumbatan akibat emboli. Thrombus terjadi didinding pembuluh darah sebagai bagian dari proses pengerasan dinding pembuluh darah (atherosclerosis). Emboli adalah jendela darah yang berasal dari tempat lain (misalnya : jendela dari jantung). 2. Stroke perdarahan dibagi menjadi dua, yaitu stroke perdarahan intraserebral (pada jaringan otak) dan stroke perdarahan subarachnoid (di bawah jaringan pembungkus otak). Perdarahan intraserebral dibagi menjadi dua yaitu perdarahan intraserebral primer (80-85%) dan perdarahan intraserebral sekunder (15-20%). Perdarahan otak primer dihubungkan dengan hipertensi yang tidak terkendali.

C. ETIOLOGI STROKE Seorang menderita stroke karena memiliki factor resiko stroke. factor resiko stroke dibagi menjadi dua, yaitu factor resiko yang tidak dapat diubah dan factor risiko yang dapat diubah. Factor yang tidak dapat diubah

Faktor yang dapat diubah

Usia tua

Hipertensi

Jenis kelamin laki-laki

Diabetes melitus

Ras

Dislipidemia

Riwayat keluarga

Merokok

Riwayat stroke sebelumnya

Obesitas

Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah Factor risiko stroke yang tidak dapat diubah adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, dan riwayat stroke sebelumnya. Semakin tua usia seseorang akan semakin mudah terkena stroke. Stroke dapat terjadi pada semua usia, namun lebih dari 70% kasus stroke terjadi pada usia di atas 65 tahun. Laki-laki lebih mudah terkena stroke. hal ini dikarenakan lebih tinginya angka kejadia factor risiko stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki. Risiko stroke meningkat pada seseorang dengan riwayat keluarga stroke. seseorang dengan riwayat keluarga stroke lebih cenderung menderita diabetes dan hipertensi (Hertzberg, dkk, 2006). Hal ini mendukung hipotesis bahwa peningkatan kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat diturunkannya factor risiko stroke. Kejadian stroke pada ras kulit berwarna lebih tinggi dari kaukasoid.

Factor Risiko yang Dapat Diubah Factor risiko stroke yang dapat diubah ini penting untuk dikenali. Penanganan berbagai factor risiko ini merupakan upaya untuk mencegah stroke. factor risiko stroke yang utama adalah hipertensi, diabetes, merokok, dan dislipidemia. 1. Hipertensi

Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama didunia, mengenai hampir 50 juta orang di Amerika Serikat dan hampir 1 miliar orang di seluruh dunia. Prevalensi hipertensi meningkat sesuai peningkatan usia. Klasifikasi hipertensi Klasifikasi

Tekanan Darah Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Normal

<120

<80

Pra hipertensi

120-139

80-89

Hipertensi tingkat I

140-159

90-99

Hipertensi tingkat II

≥160

≥100

Seorang disebut mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg atau lebih dari 135/85 mgHg pada individu yang mengalami gagal jantung, insufisiensi ginjal, atau diabetes melitus. Hipertensi merupakan factor risiko stroke dan penyakit jantung koroner yang paling konsisten dan penting. Hipertensi meningkat risiko stroke 2-4 kali lipat tanpa tergantung pada factor risiko lainnya. Hipertensi kronis dan tidak terkendali akan memacu kekakuan dinding pembuluh darah kecil yang dkenal dengan mikroangiopati. Hipertensi juga akan memacu munculnya timbunan plak (plak atherosklerotik) pada pembuluh darah besar. Timbunan plak akan menyempitkan lumen/diameter pembuluh darah. Plak yang tidak stabil akan mudah rupture/pecah dan terlepas. Plak yang terlepas meningkatkan risiko tersumbatnya pembuluh darah otak yang lebih kecil. Bila ini terjadi, timbulnya gejala stroke (Perreu dan Bogusslavsky, 2003).

2. Diabetes Diabetes melitus (DM) dijumpai pada 15-20% populasi usia dewasa. Diabetes merupakan salah satu factor risiko stroke dua kali lipat. Peningkatan kadar gula darah berhubungan lurusdengan risiko stroke (semakin tinggi kadar gula darah, semakin mudah terkena stroke). Normal

GTT

DM

Gula darah puasa

<110

110-125

≥126

2 jam setelah beban

<140

140-200

≥200

glukosa GTT : Gangguan toleransi glukosa

Diagnosa DM ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium gula darah puasa dan pemeriksaan gula darah setelah makan (beban glukosa). Pasien diminta puasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan gula darah. Pada umumnya pasien juga diminta untuk mengumpulkan sampel urinnya. Hal ini ditujukan untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urin. Pada keadaan normal tidak ada glukosa dalam urin. Bila kadar gula di dalam darah tinggi, sebagian glukosa akan dibuang melalui urin gangguan toleranis glukosa harus diwaspadai sebagai gejala awal DM. perubahan pola hidup dan pemeriksaan laboratorium berkala sangat dianjurkan.

3. Merokok Berbagai penelitian menghubungkan kebiasaan merokok dengan peningkatan risiko penyakit pembuluh darah (termasuk stroke). merokok memacu peningkatan kekentalan darah, pengerasan dinding pembuluh darah, dan penimbunan plak di dinding pembuluh darah. Merokok meningkatkan risiko stroke sampai dua kali lipat. Ada hubungan yang linier antara jumlah batang rokok yang diisap per hari dengan peningkatan risiko stroke. risiko stroke akan bertambah 1,5 kali setiap penambahan 10 batang rokok per hari (Olsen, 2003).

4. Dislipidemia Profil lemak seseorang ditentukan oleh kadar kolesterol darah, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, dan Lp(a). Kolesterol dibentuk di dalam tubuh yang terdiri dari dua bagian utama yaitu kolesterol LDL dan kolesterol HDL. Kolesterol LDL disebut sebagai “kolesterol jahat”, yang membawa kolesterol dari hati ke dalam del. Jumlah kolesterol LDL yang tinggi akan menyebabkan penimbunan kolesterol di dalam sel. Hal ini akan memacu munculnya proses atherosclerosis (pengerasan dinding pembuluh darah arteri). Proses atherosclerosis akan menimbulkan komplikasi pada organ target (jantung, otak, dan ginjal). Proses tersebut pada otak akan meningkatkan risiko terkena stroke.

Kolesterol HDL sering pula disebut sebagai “kolesterol baik”, yang membawa kolesterol dari del ke hati. Kadar HDL yang rendah secara konsisten di hubungkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Kadar HDL yang rendah memacu munculnya proses atherogenik (pembentukan plak di dinding pembuluh darah arteri) Profil lemak pada umunya diperiksa setelah subyek berpuasa 6-8 jam. Profil lemak yang normal adalah : a. Kadar kolesterol darah di bawah 200 mg/dl, b. Kadar kolesterol LDL di bawah 150 mg/dl, c. Kadar kolesterol HDL di atas 35 mg/dl, dan d. Kadar trigliserida di bawah 200 mg/dl. Hal yang juga tidak kalah pentingnya adalah rasio kolesterol LDL dan kolesterol yang kurang dari 3,5. Kadar kolesterol total < 200 mg/dL 200 – 239 md/dL

Risiko Rendah

Sedang

Rekomendasi -

Cek berkala

-

Cek factor risiko lain

-

Perubahan pola hidup

-

Cek berkala minimal 1 tahun

>240 mg/dL

Tinggi

-

Perubahan pola hidup

-

Hubungi dokter

Bagaimana hubungan kolesterol dan stroke? Banyak penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kolesterol darah yang tinggi meningkatkan risiko stroke. Penelitian Amarenco, dkk (2006) pada 492 pasien stroke iskemik (sumbatan) menunjukkan bahwa kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan kolesterol sampai dua kali lipat. Pemberian terapi obat untuk mengurangi kadar kolesterol (statin) bermanfaat untuk menurunkan risiko stroke sumbatan. Beberapa penelitian

menghubungkan penurunan kadar kolesterol darah sampai di bawah 100 mg% dengan munculnya stroke perdarahan namun hal ini tidaklah terbukti (Olsen, 2003). 5. Obesitas Seseorang dengan berat badan berlebih memiliki risiko yang tinggi untuk menderita stroke. Penelitian Oki, dkk (2006) menyimpulkan bahwa seseorang dengan indeks massa tubuh ≥ 30 memiliki risiko stroke 2,46 kali dibandingkan yang memiliki indeks massa tubuh 2,46 kali disbanding yang memiliki indeks massa tubuh < 30.

Faktor Risiko Lain Factor risiko stroke lainnya adalah gangguan tidur obstruksi, kadar homosistein yang tinggi, kadar lipoprotein yang tinggi, kontrasepsi hormonal, infeksi, dan penyakit jantung. Konsultasikan kepada dokter tentang berbagai factor risiko tersebut.

D. PATOFISIOLOGI STROKE

E. MANIFESTASI KLINIS Usaha mengenali tanda-tanda atau gejala stroke sangat penting untuk memastikan penderita mendapatkan perawatan lebih cepat dan tepat, sekaligus menghindari kefatalan. Beberapa tanda dan gejala stroke sebagai berikut 1. Gejala stroke sementara (sembuh dalam beberapa menit/jam) : a. Tiba-tiba sakit kepala b. Pusing, bingung c. Penglihatan atau kehilangan ketajaman pada satu atau dua mata d. Kehilangan keseimbangan (limbung), lemah e. Rasa kebal atau kesemutan pada sisi tubuh. 2. Gejala stroke ringan (sembuh dalam beberapa minggu) : a. Beberapa atau semua gejala di atas b. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki c. Bicara tidak jelas.

3. Stroke berat (sembuh atau mengalami perbaikan dalam beberapa bulan atau tahun, tidak bisa sembuh total) : a. Semua/beberapa gejala stroke sementara dan ringan b. Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran) c. Kelemahan atau kelumpuhan tangan/kaki d. Bicara tidak jelas atau hilangnya kemampuan bicara e. Sukar menelan f. Kehilangan control terhadap pengeluaran air seni dan fases g. Kehilangan daya ingat atau konsentrasi h. Terjadi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak menentu, mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil. Di lain sisi, secara umu tanda dan gejala stroke dibagi menjadi dua, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Gejala stroke pun bervariasi dari ringan sampai terjadinya penurunan kesadaran. 1. Adanya serangan deficit neurologis atau kelumpuhan total seperti lumpuh badan sebelah baik kanan atau yang kiri saja. 2. Rasa baal atau mati rasa sebelah saja, badan seperti kesemutan atau terbakar. 3. Mulut mencong, lidah mencong jika dijulurkan sehingga berbicaranya akan pelo, kadang-kadang menjadi sengau dan kata-katanya menjadi tidak dapat dimengerti (afasia). 4. Bicara ngaco 5. Sulit menelan (disfagia) 6. Tidak dapat mengerti apa yang dibicarakan orang lain 7. Demensia (pelupa) 8. Vertigo atau perasaan pusing yang berputar (tidak perna terjadi sebelumnya) 9. Penglihatan terganggu, hanya sebagian lapangan pandang yangjelas, tanpa disertai rasa nyeri. Kadang disertai dengan penglihatan ganda. 10. Tuli satu telingan atau pendengaran berkurang 11. Kelopak mata sulit dibuka atau terjatuh 12. Banyak tidur dan selalu mau tidur

13. Gerakan tidak terkoordinasi, kehilangan keseimbangan, sempoyongan. 14. Gangguan kesadaran, dari pingsan sampai koma.

F. PENATALAKSANAAN Penanganan atau penatalaksanaan pasien stroke dapat diaplikasikan dengan langkahlangkah berikut. 1. Langkah pertama a. Air way Bebaskan jalan napas pasien. Hal ini berfungsi untuk memastikan oksigen masuk ke dalam tubuh pasien, terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran. Pasien tersebut segera diletakkan dengan posisi terlentang, leher disanggah sampai hiperekstensi maksimal. Semua benda yang ada didalam mulut pasien dikeluarkan termasuk gigi palsu dikeluarkan untuk mencegah terjadinya aspirasi (masuknya cairan atau benda asing ke dalam saluran napas). b. Breathing Jika pasien tidak bernapas atau terjadi henti napas maka diberikan oksigen 4 liter/menit melalui hidung. Jika tidak terdapat oksigen, dapat diberikan bantuan napas buatan dari mulut ke mulut. Pasien pun segera dibawa ke rumah sakit untuk secepatnya mendapatkan pertolongan. c. Circulation Di rumah sakit, hal-hal di atas juga dilakukan. Perbaikan sirkulasi dan perfusi ke otak dengan cara mempertahankan jantung dan tekanan darah juga dilakukan. Pemantauan EKG dilakukan dalam 24 jam pertama dan pasien langsung diinfus dengan NaCl 0,9%. 2. Langkah kedua Melakukan penilaian deficit neurologis dengan mempertimbangkan seberapa berat gangguan neurologis yang terjadi dan apakah gangguan neurologis tersebut masih akan memburuk atau membaik. 3. Langkah ketiga Menentukan jenis stroke dengan penilaian scoring dan pemeriksaan penunjang. 4. Langkah keempat

Langkah keempat merupakan penatalaksanaan suportif. Hal ini dilakukan agar kondisi fisik pasien cepat membaik. Sebagai contoh, elevasi kepala 30º untuk mengurangi peningkatan tekanan intracranial, badan pasien dibolak-balik untuk menghindari terjadinya dekubitus di punggung dan pinggang. Selain itu, dilakukan control tekanan darah secara kontinyu. Control kadar gula darah, kolesterol, dan fungsi jantung selalu dilakukan dan diawasi dalam 48 jam pertama pascastroke. Penanganan pasien stroke secara khusus disesuaikan dengan jenis strokenya, yaitu stroke iskemik dan stroke perdarahan. 1. Stroke Iskemik Prinsip penatalaksanaan stroke iskemik adalah membatasi daerah yang mengalami infark dengan meningkatkan perfusi darah ke otak, mengobati penyakit yang menjadi penyebab stroke, dan mencegah terjadinya udema otak dalam otak. Dalam penatalaksanaan yang bersifat khusus ini, biasanya seorang dokter berupaya menyarankan beberapa terapi obat yang berperan. Obat-obat tersebut yaitu sebagai berikut : a. Obat antitrombolitik R-tPA (Recombinant tissue plasminogen activator) dan urokinase yang diberikan secara intravena. Obat ini berfungsi untuk menghancurkan thrombus-thrombus di dalam pembuluh darah otak. Obat ini berfungsi untuk mencegah terjadinya thrombus yang akan mempersempit lumen pembuluh darah. b. Obat antikoagulan yang berfunsi untuk mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi thrombus, misalnya heparin, coumarin, dicoumarol oral. Obat ini terutama diberikan pada pendrita stroke yang mengalami kelainan jantung. Efek samping obat ini dapat terjadi trombositopenia yang dapat mengakibatkan perdarahan sehingga harus dilakukan control hitung jumlah trombosit setiap harinya. c. Obat yang berfungsi sebagai neuroproteksi atau melindungi organ otak yang bekerja menghambat masuknya kalsium yang berlebihan ke dalam sel otak. d. Antagonis glutamate (antagonis NMDA = N-Methyl-D-Aspar-tate) yang bekerja mengikat glisin pada reseptor glutamate.

e. Obat yang berfungsi sebagai membrant stabilizer. Ibat ini diduga bekerja dengan membatasi terjadinya penimbunan asam lemak bebas, asam arakhidonat, dan digliserida. f. Obat yang berfungsi untuk mencegah kerusakan membrane sel otak. g. Obat-obat tambahan lain dapat diberikan sesuai dengan penyakit yang menjadi penyebabnya. Jika menderita hipertensi, pasien dapat diberik antihipertensi. Jika hiperkolesterol

dan

diabetes

mellitus,

penderita

dapat

diberikan

obat

hiperlipidemia dan antidiabetes. Bahkan, insulin juga dapat diberikan untuk penderita stroke dengan kadar gula di atas 200 mg/dl. 2. Stroke perdarahan Pada penderita stroke perdarahan dilakukan terapi konservatif yaitu terapi obat dan bedah. Tujuan dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan, menghentikan, dan mencegah perdarahan yang terjadi di pembuluh darah otak. pembedahan dilakukan saat 24-48 jam pertama pada stadium 1 dan 2 (Tabel 2). Tindakan bedah akan ditundah jika terjadi vasospasme (pengerutan) pembuluh darah otak sebab tindakan bedah akan semakin memperparah kondisi pasien. Terapi konservatif meliputi : a. Melakukan perawatan secara intensif b. Mempertahankan fungsi vital (pernapasan dan sirkulasi) c. Memberikan obat sedative dan penghilang nyeri d. Bedrest e. Terapi udema otak f. Terapi antihipertensi g. Terapi deficit neurologis iskemik akibat vasospasme h. Antifibrinolis, dan i. Rehabilitas

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan tambahan yang rutin dilakukan oleh seseorang yang terkena stroke adalah CT SCAN, MRI dan angiografi pembuluh darah otak. pemeriksaan ini rutin dan harus dilakukan oleh dokter untuk memastikan apakah pasien menderita stroke iskemik

atau stroke hemoragik/perdarahan. Pada beberapa rumah sakit yang tidak memiliki fasilitas tersebut, para dokter biasanya menggunakan suatu protap (prosedur tetap) berupa tehnik scoring yang sudah baku untuk menentukan kondisi pasien, seperti Siriraj score, Besson score, dan Allen score. Hasil dari skorinf tersebut, dokter akan melakukan diagnosis kerja apakah pasien mengalami stroke iskemik atau stroke perdarahan.

H. KOMPLIKASI STROKE Serangan stroke tidak berakhir dengan akibat pada otak saja. Gangguan emosional dan fisik akibat terbaring lama tanpa dapat bergerak ditempat tidur adalah bonus yang tak dapat dihindari. Setelah mengalami stroke, beberapa penderita juga mengalami gangguan kesehatan yang lain seperti berikut. 1. Depresi Penderita stroke umunya mengalami stres berat atau depresi ketika kembali dari rumah sakit setelah menjalani perawatan. Hal ini biasanya disebabkan karena ratarata penderita stroke tidak sembuh total. 2. Darah beku Darah begu mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh, terutama pada kaki sehingga menyebabkan pembengkakan yang mengganggu. Selain itu, pembekuan darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengallirkan darah ke paru-paru (emboli paru-paru) sehingga penderita sulit bernapas dan dalam beberapa kasus sering mengalami kematian. 3. Memar (dekubis) Jika penderita stroke menjadi lumpuh, penderita harus sering dipindahkan dan digerakkan secara teratur agar bagian pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit tidak terluka akibat terhimpit alas tempat tidur. Bila luka-luka tidak dirawat, bisa terjadi infeksi. Keadaan ini akan menjadi semakin buruk bila penderita dibiarkan terbaring di tempat tidur yang basah karena keringat. 4. Otot mengerut dan sendi kaku Kurang gerak akan menyebabkan sendi menjadi kaku dan nyeri. Misalnya, jika otototot betis mengerut, kaki terasa sakit ketika harus berdiri dngan tumit menyentuh lantai. Hal ini biasanya ditangani dengan fisioterapi.

5. Pneumonia (radang paru-paru) Ketidakmampuan untuk bergerak setelah mengalami stroke membuat pasien mungkin mengalami kesulitan menelan dengan sempurna atau sering terbatuk-batuk sehingga cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya dapat terjadi pneumonia. 6. Nyeri pundak Otot-otot di sekitar pundak yang mengontrol sendi-sendi pundak akan mudah cedera pada waktu penderita diganti pakaiannya, diangkat, atau ditolong untuk berdiri. Untuk mencegahnya, biasanya tangan yang terkulai ditahan dengan sebilah papan atau kain khusus yang dikaitkan ke pundak atau leher agar bertahan pada posisi yang benar. Bila menolong penderita stroke untuk berdiri, lakukan dengan cara yang benar agar tidak membuat otot-otot daerah tersebut terbebani terlalu berat.

DAFTAR PUSTAKA

https://books.google.co.id/books?id=TrFtdwJ8qwkC&lpg=PA1&dq=definisi%20stroke& hl=id&pg=PA70#v=onepage&q=definisi%20stroke&f=false https://books.google.co.id/books?id=vLINv2vZ3dQC&lpg=PA18&dq=patofisiologi%20s troke&hl=id&pg=PA32#v=onepage&q=patofisiologi%20stroke&f=false

Related Documents


More Documents from "Adam Prayogi"