BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem organ terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama anatara alat-alat tubuh yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sitem koordinasi (Feriyawati, 2006). Tubuh manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistem endokrin. Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut. Impuls saraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf (Irianto, 2004). B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian sistem saraf ? 2. Apa saja bagian-bagian sistem saraf ? 3. Bagaimana peran neurotransmitter ? 4. Apa saja gangguan yang terdapat pada sistem saraf ? C. Tujuan 1. Mengetahui pengertian sistem saraf. 2. Mengetahui bagian-bagian sistem saraf. 3. Mengetahui peran neurotransmitter. 4. Mengetahui gangguan yang terdapat pada sistem saraf.
BAB II PEMBAHASAN
A. Sistem Saraf Sistem saraf merupakan serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf (Sloane, 2003). Sistem saraf merupakan salah satu sistem yang berfungsi untuk memantau dan merespon perubahan yg terjadi di dalam dan diluar tubuh atau lingkungan. Sistem saraf juga bertanggung jawab sebagai sistem persepsi, perilaku dan daya ingat, serta merangsang pergerakan tubuh (Farley et all, 2014). Kemampuan untuk dapat memahami, mempelajari, dan merespon suatu rangsangan merupakan hasil kerja terintegrasi sistem persarafan yang mencapai puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu (Batticaca, 2008). Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya, karena pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, dan sistem saraf perifer yang terdiri dari sisa saraf di dalam tubuh termasuk yang terhubung ke otak dan sumsum tulang belakang dan terbagi lagi menjadi dua yaitu sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.
1. Sistem Saraf Pusat a. Otak Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Otak mengandung hampir 98% jaringan saraf tubuh (Batticaca, 2008). Otak dibungkus oleh tiga selaput otak (meningen) dan dilindungi oleh tulang tengkorak. Selaput otak terdiri dari tiga lapis yaitu durameter (lapisan paling luar yang menutupi otak dan medula spinalis, serabut berwarna abu-abu yang bersifat liat, tebal dan tidak elastis), araknoid (membran bagian tengah yang tipis dan lembut yang menyerupai sarang laba-laba, berwarna putih karena tidak tidak dialiri aliran darah), dan piameter (membran yang paling dalam berupa dinding tipis dan transparan yang menutupi otak dan meluas ke setiap lapisan daerah otak) (Batticaca, 2008). 1) Otak depan a) Kelenjar pituitary. Kelenjar penghasil hormone dan melekat di hipotalamus. b) Thalamus. Stasiun tempat pertukaran pesan dari dan ke otak. c) Hipotalamus. Menyampaikan pesan ke kelenjar pituitary untuk mengubah pelepasan hormone. Didalamnya terkandung emosi, motivasi dan agresi. d) Cerebral cortex. Struktur terbesar otak. Mengontrol pengalaman sadar dan tingkat kecerdasan seseorang. e) Basal ganglia. Perencanaan gerakan motorik, aspek memori dan ekspresi emosional. f) Basal otak depan terdiri ari beberapa struktur yang terletak pada permukaan dorsal otak bagian depan. g) Inti basalis. Menerima input dari hipotalamus dan ganglia basal. Serta mengirim akson yang melepaskan asetilkolin ke korteks serebral. Bagian kunci dari system otak untuk gairah, lemah dan perhatian.
h) Hipokampus. Merupakan struktur besar yang terletak diantara thalamus dan korteks serebral. Menyimpan beberapa jenis memori. 2) Otak tengah Secara umum sebagai pusat reflex yang orientasinya mata dan telinga. a) Tektum. Merupakan atap otak tengah. b) Colliculum superior dan inferior. Terletak disetiap sisi tektum dan memproses informasi sensorik. c) Tegmentum. Mengandung inti untuk saraf cranial. d) Substansia nigra. Meningkatkan kandungan dopamine.
3) Otak belakang a) Medulla. gembungan di atas sumsum tulang belakang, dimana bertanggung jawab mengontrol pernafasan dan jenis jenis reflex serta air liur. b) Pons. Berada di atas medulla. Berkonsentrasi pada balance, pendengaran, dan beberapa fungsi parasimpatik. c) Serebelum. Dua gumpalan dibelakang medulla. Bertanggung jawab memelihara otot dan koordinasi otot, gerakan motorik.
Otak dan sumsum tulang belakang di lindungi oleh 3 selaput pelindung : a) Meninges. Didalamnya terdapat durameter, arachnoid(selaput labalaba yang halus), subarachnoid (berisi pembuluh darah dan cairan serebrospinal), pia mater (menempel pada permukaan CNS). b) Serebrospinal fluid. Menopang dan memberikan bantalan pada otak. CSF di produksi terus menerus oleh choroid plexuses. c) Cerebral ventrikels.
b. Spinal cord (sumsum tulang belakang) Sumsum
tulang
belakang
(medulla
spinalis)
merupakan
perpanjangan dari sistem saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke selangkangan dan struktur dari sum sum tersebut beruas ruas dan pada setiap sisi ruas terdapat syaraf sensorik dan motorik. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah (kaki). Secara anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari dan ke otak. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat dua substansi yaitu : a) Substansi abu-abu. Di pusat sumsum, di penuhi badan sel saraf dan dendrite. b) Substansi putih. Terdiri dari myelin dan membawa info dari substansi abu abu ke otak atau bagian sumsum tulan belakang. c) Masing masing mengirim info sensorik ke otak dan menerima.
2. Sistem Saraf Tepi Sistem saraf tepi atau sistem saraf perifer adalah bagian dari sistem saraf yang di dalam sarafnya terdiri dari sel-sel yang membawa informasi ke (sel saraf sensorik) dan dari (sel saraf motorik) sistem saraf pusat (SSP) yang terletak di luar otak dan sumsum tulang belakang (Janet, 2008). Susunan saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh
atau otot, misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Berdasarkan cara kerjanya sistem saraf tepi terbagi menjadi dua yaitu sistem saraf sadar dan tak sadar. a. Sistem Saraf Sadar Sistem saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda makan, menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini meneruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain sebagai berikut. a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini merupakansaraf sensori. b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf tersebut merupakan saraf motorik. c) Saraf trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami tentang jenis-jenis saraf kranial. b. Sistem Saraf Tak Sadar (Otonom) Sistem saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Apabila hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat
denyut
jantung,
melebarkan
pupil
mata,
dan
menghambat kerja saluran pencernaan. Sistem saraf otonom ini dibedakan menjadi dua. a) Saraf Simpatik Saraf ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar pupil
mata,
memperbesar
bronkus.
Adapun
fungsi
yang
menghambat, antara lain memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi kantung seni. b) Sistem Saraf Parasimpatik Saraf ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena cara kerja kedua saraf itu berlawanan, maka mengakibatkan keadaan yang normal.
B. Peran Neurotransmitter Neurotransmitter didefinisikan sebagai pembawa pesan kimia yang membawa, meningkatkan, dan menyeimbangkan sinyal antara neuron, atau sel-sel saraf, dan sel-sel lain dalam tubuh. Utusan kimiawi ini dapat memengaruhi beragam fungsi fisik dan psikologis termasuk detak jantung, tidur, nafsu makan, suasana hati, dan ketakutan. Miliaran molekul neurotransmitter bekerja terus-menerus untuk menjaga otak kita berfungsi, mengatur segalanya mulai dari pernapasan hingga detak jantung, hingga tingkat pembelajaran dan konsentrasi kita. Fungsi sistem saraf melalui bahan kimia yang disebut neurotransmitter, yang mengatur fungsi sistem saraf. Stimulasi sistem saraf simpatik mendorong sekresi neurotransmiter dalam jumlah besar, epinefrin, dan
norepinefrin bersama-sama disebut katekolamin. Zat ini memasuki aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh untuk meningkatkan aktivitas stimulasi simpatik (Shelley,2009). Pelepasan katekolamin memicu berbagai perubahan tubuh yang penting. Denyut jantung meningkat, pembuluh kapiler jantung membesar, dan pembuluh darah mengerut, meningkatkan tekanan darah. Darah dialihkan ke jaringan otot. Laju pernapasan meningkat, dan jumlah udara yang mengalir ke paru-paru meningkat. Pencernaan dan buang air kecil umumnya menurun. Pupil mata membesar dan kelenjar keringat distimulasi untuk menghasilkan lebih banyak keringat. Perubahan ini akrab bagi siapa saja yang telah mengalami peristiwa yang sangat menegangkan atau emosi yang kuat, seperti ketakutan atau rasa malu. Neurotransmitter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron. terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan datangnya potensial aksi. Neurotransmitter adalah bahan kimia yang bersifat endogen yang mengirimkan sinyal dari neuro ke sel target di sinap, Neurotransmitter yang dikemas kedalam vesikel sinaptik berkerumun dibawah membran disisi presynaptic sinaps, dan dilepaskan kedalam celah sinaptik, di mana mereka mengikat pada reseptor di membran pada sisi postsynaptic dari sinaps. (Feriawati : 2006). Pelepasan neurotransmiter biasanya mengikuti kedatangan sebuah potensial aksi pada sinapsis, tetapi juga dapat mengikuti potensi listrik dinilai. Rendahnya tingkat dasar rilis sederhana, juga terjadi tanpa stimulasi listrik. Neurotransmitter disintesis dari precusor berlimpah dan sederhana, seperti asam amino, yang tersedia dari julah kecil langkah biosintesis untuk mengkonversi. Ketika gelombang tersebut mencapai sinapsis, sejumlah molekul neurotransmitter dilepaskan dan bergerak menuju penyerap yang terletak pada membrane neuron lain yang berada di dekat sinapsis. Seluruh aktivitas manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan
hormon yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di otak memanfaatkan neurotransmitter. (King : 102). Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan transmiter tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin, dopamin, serotonin, asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain. 1. Asetilkolin Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap dari koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya. Ketika kemudian gelembung melepaskan asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah kembali asetat dan kolin dengan bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan retikulum proteoglikan dan mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang dan kolin juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan kembali bagi keperluan sintesis asetilkolin baru. (Feriawati : 2006). Aseltilkolin (Ach) biasanya merangsang penembakan neuron dan terlibat dalam aksi otot-otot, belajar dan ingatan (Brooks, 2006). ACh ditemukan di seluruh sistem saraf pusat dan parifer. Bisa laba-laba bisa hitam menyebabkan ACh memancar keluar dari sinaps antara sumsum tulang belakang dan otot-otot rangka, menyebabkan kejang yang hebat. Obat kurare yang digunakan oleh beberapa suku asli di amerika selatan untuk menpersenjatai anak panah mereka menghalangi reseptor untuk ACh, melumpuhkan
otot-otot.
Sebaliknya,
nikotin
merangsang
reseptor
aseltilkolin. Penderita Alzheimer, gangguan otak degeneratif yang
melibatkan penururnan ingatan, memiliki kekurangan aseltilkolin. (King, 2010). Beberapa obat meredakan gejala-gejala penyakit Alzheimer dengan mengompensasikan kehilangan pasokan aseltilkolin dari otak. (Brooks : 2006)
2. Noepinefrin, epinephrine, dan dopamine Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines. Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini dihambat oleh oleh katekol (umpan balik negatif oleh hasil akhirnya) (Damasio : 2009).
a. Norepineprin Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada batang otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan. Pada sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor aksitasi, namun pada yang lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin juga sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf simpatis dimana ephineprin merangsang beberapa organ tetapi menghambat
organ
yang
lain.
(Starwn
&
Geracioti;
2007).
Norephinefrine menghambat penembakan neuron dalam sistem saraf pusat, tetapi membangkitkan otot jantung, usus, dan alat urogenitalia. Stress merangsang pelepasan norepinefrin (Starwn & Geracioti; 2007). Neurotransmitter ini juga membantu mengendalikan kewaspadaan. Terlalu sedikit norepinefrin dikaitkan dengan depresi, dan terlalu banyak memicu keadaan gelisah dan mania. Misalnya, amfetamina dan kokain menyebabkan keadaan perilaku hiperaktif dan mania dengan
meningkatkan norepinefrin di otak secara cepat (Nelson & Gehlert; 2006). b. Epinefrin Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya. Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak. Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam mengatur konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran darah ginjal, mengatur laju metabolisme, kontraksi otot polos, termogenesis kimia, vasodilatasi, vasokonstriksi, dll. (Feriawati, 2006). c. Dopamin Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana mempengaruhi proses otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk merasakan kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untuk mengontrol gerakan keseimbangan. Jika kekurangan dopamin akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan seperti kasus pada penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan dalam skizofrenia. dari perut tegmental area yang banyak bagian limbic sistem akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan memungkinkan untuk mempunyai kepribadian paranoia. Jika kekurangan Dopamin di bidang mesocortical dari daerah perut tegmental ke neocortex terutama di
daerah prefrontal dapat mengurangi salah satu dari memori. (Feriawati : 2006). Dopamin
(dopamine)
membantu
mengendalikan
pergerakan
volunter dan mempengaruhi tidur, suasana hati, perhatian, dan belajar. Obat-obat perangsang, seperti kokain dan ampetania menghasilkan gairah,
kewaspadaan,
meningkatkan
sesuana
hati,
menurunkan
kelelahan, dan terkadang meningkatkan aktivitas motorik terutama dengan mengaktifkan reseptor dopamin. Tingkat dopamin yang rendah dikaitkan
dengan
penyakit
parkinson,
penurunan
pergerakan
fisik,tingkat dopamin yang tinggi dikaitkan dengan skizofrenia, gangguan jiwa berat. (King, 2010). 3. Serotonin Serotonin
(5-hydroxytryptamine,
atau
5-HT)
adalah
suatu
neurotransmitte rmonoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat (CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan. Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter yang berperan pada proses marah, agresif, temperature tubuh, mood, tidur, human sexuality, selera makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah. Serotonin memiliki aktivitas yang luas pada otak dan variasi genetic pada reseptor serotonin dan transporter serotonin, yang juga memiliki kemampuan untuk reuptake yang jika terganggu akan memiliki dampak pada kelainan neurologist. (Cook, 2006). Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin biasanya digunakan sebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga merupakan salah satu dari pusat penelitian pengaruh genetic pada perubahan genetic psikiatri. (Damasio : 2009). Pada beberapa studi yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa pada beberapa orang dengan gangguan cemas memiliki serotonin transporter yang tidak normal dan efek dari perubahan ini adalah adanya peluang terjadinya depresi jauh lebih besar dibanding orang normal. Dari peneltian
terbaru juga didapatkan bahwa serotonin bersama-sama dengan asetilkolin dan norepinefrin akan bertindak sebagai neurotransmitter yang dilepaskan pada ujung-ujung saraf enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan mensekresi serotonin yang membantu dalam pengaturan tidur normal. Serotonin juga merupakan salah satu dari beberapa bahan aktif yang akan mengaktifkan proses peradangan, yang akan dimulai dengan vasodilatasi pembuluh darah lokal sampai pada tahap pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin juga memiliki kendali pada aliran darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system analgesic, dan peristaltic usus halus. Serotonin terlibat dalam pengaturan tidur, suasana hati, perhatian, dan belajar. Dalam mengatur tidur dan bangun, serotonin bekerja sama dengan aseltilkolin dan norepinefrin (Miller & O’Callaghan, 2006). Tingkat serotonin yang rendah dikaitkan dengan depresi (Leykin et al, 2007). Obat antidepresi Prozac bekerja denhgan meningkatkan tingkat serotonin di otak (Little, zhang, & Cook, 2006).
4. Neuropeptida Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan biasanya bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang terdapat pada transmitter molekul kecil. (Feriawati : 2006) Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter.
Daftar
peptida
ini
semakin
panjang
dengan
ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum dapat dibuktikan secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan dalam fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal. Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli meyangka bahwa peptida dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke
dalamjaringan otak, namun saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai neurotransmitter, dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf. Neuropeptida tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun demikian, zat ini disintesis sebagai bagian integral dari molekul protein besar oleh ribosom-ribosom dalam badan sel neuron. Molekul protein selanjutnya mula-mula memasuki retikulum endoplasma badan sel dan kemudian ke aparatus golgi. (Cook : 2007) Neurotransmitter Endorfins, salah satunya neurotransmitter yang merupakan candu alami yang terutama merangsang penembakan neuron. Endorfins melindungi tubuh dari rasa sakit dan meninggalkan perasaan senang, pelajari jaraj jauh, wanita melahirkan, dan seseorang yang syok setelah tabrakan mobil, mereka semua telah meningkatkan tingkat endorfrinsnya (Armstrong & Hatfield, 2006). Pada awal abad keempat sebelum masehi, orang-orang Yunani menggunakan opium untuk membangkitkan rasa senang. Lebih dari 2.000 tahun kemudian, formula ajaib dibalik kecanduan opium akhirnya ditemukan. Pada awal tahun 70an, para ilmuwan menemukan opium menyambung ke sistem candu alami yang berada di dalam jalur otak (Pert, 1999; Pert & Snyder, 1973). Morfin (narkotika terpenting dari opium) meniru tindakan endorfins dengan merangsang reseptor dalam otak yang terlibat dengan kesenangan dan rasa sakit (Vetter et al, 2006). Neurotransmitter
Lokasi
Fungsi
Implikasi psikis
Koinergenik :
System saraf otonom
Bangun, tidur,
Meningkatkan
Asetilkolin
simpatis dan
persepsi, nyeri,
derajat depresi
parasimpatis,
dan pergerakan
dan menurunkan
terminal saraf
memori.
derajat penyakit.
presinapsis parasimpatis, terminal postsinapsis.
System saraf pusat : serebral korteks, hipokampus, system limbic, basal ganglia. Monoamine
System saraf otonom,
Pernapasan,
Menurunkan
Norephineprin
terminal saraf
persepsi, daya
derajat depresi,
postsinapsis simpatis.
penggerak,
meningkatkan
System saraf pusat :
pikiran,
derajat mania
thalamus, system
kardiovaskular,
keadaan cemas
limbic, hipokampus,
bangun dan tidur. dan skizofrenia.
serebelum, korteks serebri. Dopamine
Frontal korteks,
Pergerakan dan
Menurunkan
system limbic, basal
koordinasi,
derajat penyakit
ganglia, thalamus,
emosional,
Parkinson dan
hipofisis posterior
penilaian,
depresi,
dan medulla spinalis.
pelepasan
meningkatkan
prolaktin.
derajat mania dan skizofrenia.
Serotonin
Hipotalamus,
Bangun, tidur,
Menurunkan
thalamus, system
libido, nafsu
derajat depresi,
limbic,korteks
makan, perasaan,
meningkatkan
serebral, serebelum,
agresi, persepsi,
derajat
medulla spinalis.
nyeri, koordinasi
kecemasan.
dan penilaian. Histamine
Hipotalamus
-
Menurukan derajat depresi.
Asam amino :
Hipotalamus,
Kemunduran
Menurunkan
GABA : ( gama
hipokampus, korteks,
aktivitas tubuh
derajat korea
amino buthyric
serebelum, basal
Huntington,
acid )
ganglia, medulla
gangguan
spinalis, retina.
ansietas, skizofrenia, dan berbagai jenis epilepsy.
Glisin
Medulla spinalis,
Menghambat
derajat tok
batang otak.
motor neuron
sik/keracunan
berulang.
“glicin enchephalopy”
Glutamate dan
Sel-sel
Menilai
Menurunkan
aspartate
pyramid/kerucut dari
informasi
tingkat derajat
korteks, serebelum
sensori,
dan gerakan
dan sistem sensori
mengatur
yang
aferen primer,
berbagai motor
berhubungan
hipokampus,
dan reflex spinal.
dengan gerakan
thalamus,
motor spastic.
hipotalamus, medulla spinalis. Neuropeptida :
Thalamus,
Mengatur nyeri
Modulasi
endorphin dan
hipotalamus, struktur
dan mengatur
aktivitas
enkefalin
limbic dan batang
peristaltic
dopamine oleh
otak. Enkefalin juga
(enkefalin).
opiod peptida
di temukan di traktus
dapat
gastrointestinal.
menumpukkan berbagai ikatan terhadap gejala skizofrenia.
Substansi p
Hipotalamus, struktur Pengaturan nyeri. Menurunkan limbic, otak tengah,
derajat korea
batang otak,
Huntington.
thalamus, basal ganglia dan medulla spinalis. Ditemukan juga pada traktus gastrointestinal dan kelenjar saliva. Somatostatin
Korteks serebral,
Menghambat
Menurunkan
thalamus,
norephineprin,
derajat penyakit
hipokampus, basal
merangsang
alzeimer ,
ganglia, batang otak,
pelepasan
meningkatkan
medulla spinalis.
serotonin,
derajat korea
dopamine
Huntington.
asetilkolin.
C. Gangguan Pada Sistem Saraf. 1. Epilepsi Sebuah penyakit pada sistem saraf pusat yang mempengaruhi 1 dari 26 orang di Amerika Serikat (Epilepsy Foundation, 2014), epilepsi seringkali bersifat idiopatik, yang berarti bahwa tidak ada penyebab spesifik untuk gejala yang dapat diidentifikasi. Epilepsi simtomatik dapat ditelusuri hingga membahayakan selama kelahiran, cedera parah pada kepala, penyakit menular seperti meningitis atau ensefalitis, atau gangguan metabolisme atau nutrisi. Risiko untuk epilepsi juga mungkin diturunkan. Epilepsi ditandai oleh kejang, yang berkisar dari hampir tidak terlihat hingga kejang disertai dengan pernapasan tidak teratur dan hilangnya kesadaran. Epilepsi tidak dapat disembuhkan, tetapi seringkali dapat dikendalikan melalui pengobatan dan intervensi perilaku yang dirancang untuk mengelola stres (Shelley,2009). 2. Parkinson Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologic progresif yang mengenai pusat otak yang bertanggung jawab untuk mengontrol dan
mengatur gerakan. Manifestasi utama penyakit Parkinson adalah gangguan gerakan, kaku otot, tremor menyeluruh, kelemahan otot, dan hilangnya refleks postural. Pasien mempunyai kesukaran dalam memulai, mempertahankan, dam membentuk aktivitas motorik dan pengalaman lambat dalam menghasilkan aktivitas normal (Smeltzer & Bare, 2002). Pasien dengan penyakit Parkinson mengalami degenerasi progresif ganglia basal, sekelompok nukleus di otak yang mengendalikan koordinasi motorik halus. Hasil dari kemunduran ini adalah tremor, rigiditas, dan lambatnya pergerakan. Sebanyak satu juta orang Amerika memiliki penyakit Parkinson, yang terutama menyerang orang berusia 50 dan lebih tua (Parkinson's Disease Foundation, 2016); pria lebih mungkin terkena penyakit daripada wanita daripada wanita. Meskipun penyebab Parkinson tidak sepenuhnya diketahui, penipisan neurotransmitter dopamin mungkin terlibat. Pasien Parkinson dapat diobati dengan obatobatan, tetapi dosis besar, yang dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, sering diperlukan untuk mengendalikan gejala. 3. Cerebral palsy Cerebral Palsy Saat ini, lebih dari 764.000 orang di Amerika Serikat mengalami atau mengalami gejala cerebral palsy (CerebralPalsy.org, 2016). Cerebral palsy adalah kelainan kronis dan tidak progresif yang ditandai dengan kurangnya kontrol otot. Ini berasal dari kerusakan otak yang disebabkan oleh gangguan pasokan oksigen otak, biasanya saat melahirkan. Pada anak yang lebih besar, kecelakaan parah atau pelecehan fisik dapat menyebabkan kondisi ini. Selain tidak dapat mengontrol fungsi motorik, mereka yang memiliki kelainan ini mungkin (tetapi tidak perlu) juga mengalami kejang, kejang, keterbelakangan mental, kesulitan dengan sensasi dan persepsi, dan masalah dengan penglihatan, pendengaran, dan / atau ucapan. Cerebral palsy juga terjadi pada anak dengan nama Bell Palsy, Bell’s palsy adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non supuratif, non-neoplasmatik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen
stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Penyebabnya tidak diketahui, meskipun kemungkinan penyebab dapat meliputi iskemia vascular, penyakit virus (herpes simplek, herpes zoster), penyakit autoimun atau kombinasi semua faktor (Batticaca, 2008).
4. Multiple Sclerosis Multiple Sclerosis Sekitar 2,3 juta orang di seluruh dunia menderita multiple sclerosis (National Multiple Sclerosis Society, 2016). Penyakit degeneratif ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan, terkadang, kebutaan, tuli, dan kemunduran mental. Gejala awal termasuk mati rasa, penglihatan ganda, menyeret kaki, kehilangan kontrol kandung kemih atau usus, kesulitan berbicara, dan kelelahan ekstrim. Gejala dapat muncul dan hilang selama bertahun-tahun; setelah itu, kerusakan terus menerus. Efek multiple sclerosis dihasilkan dari disintegrasi mielin, selaput lemak yang mengelilingi serat saraf dan memfasilitasi konduksi impuls saraf. Multiple sclerosis adalah kelainan autoimun, disebut demikian karena sistem kekebalan tubuh gagal mengenali jaringannya sendiri dan menyerang selubung mielin yang mengelilingi serabut saraf. Sklerosis multiple (SM) merupakan keadaan kronis, penyakit sistem saraf pusat
degenerative
dikarakteristikkan
oleh
adanya
bercak
kecil
demielinasi pada otak dan medulla spinalis. Tanda dan gejala SM bervariasi dan banyak, gejala primer paling banyak dilaporkan berupa kelelahan,
lemah,
kebas,
kesukaran
koordinasi
dan
kehilangan
keseimbangan. Gangguan penglihatan akibat adanya lesi pada saraf optik atau penghubungnya dapat mencakup penglihatan kabur, diplopia, kebutaan parsial dan kebutaan total (Smeltzer & Bare, 2002) 5. Huntington Penyakit Huntington Penyakit kelainan bawaan sistem saraf pusat, penyakit Huntington ditandai oleh kemunduran fisik dan mental yang kronis. Gejalanya meliputi kejang otot tak sadar, kehilangan kemampuan
motorik, perubahan kepribadian, dan tanda-tanda disintegrasi mental lainnya. Penyakit ini menyerang sekitar 30.000 orang secara langsung, dan 200.000 lebih berisiko di Amerika Serikat (Huntington's Disease Society of America, 2016). Gen untuk Huntington telah diisolasi, dan tes sekarang tersedia yang menunjukkan tidak hanya jika seseorang adalah pembawa gen tetapi juga pada usia berapa (secara kasar) seseorang akan meninggal karena penyakit tersebut. 6. Polio Poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat menular yang menyerang sebagian besar anak kecil. Ini menyerang saraf tulang belakang dan menghancurkan tubuh sel neuron motorik sehingga impuls motorik tidak dapat dibawa dari sumsum tulang belakang ke luar ke saraf perifer atau otot. Tergantung pada tingkat kerusakan yang dilakukan, orang tersebut dapat dibiarkan dengan kesulitan dalam berjalan dan bergerak dengan benar, mulai dari anggota tubuh yang menyusut dan tidak efektif hingga kelumpuhan penuh. Kasus polio telah menurun secara substansial di seluruh dunia, meskipun polio masih merupakan masalah kesehatan utama di Pakistan dan Afghanistan. 7. Paraplegia dan Quadripelgia Paraplegia dan Quadriplegia Paraplegia adalah kelumpuhan pada ekstremitas bawah tubuh; itu hasil dari cedera pada bagian bawah sumsum tulang belakang. Quadriplegia adalah kelumpuhan keempat ekstremitas dan batang tubuh; itu terjadi ketika bagian atas sumsum tulang belakang terputus. Orang yang memiliki kondisi ini biasanya kehilangan kontrol kandung kemih dan usus dan otot-otot di bawah area luka mungkin kehilangan nada, menjadi lemah dan lembek 8. Dementia Dementia Dementia (artinya "kekurangan pikiran") adalah kehilangan kemampuan kognitif yang serius di luar apa yang mungkin diharapkan dari penuaan normal. Riwayat cedera otak atau kecenderungan berbasis genetik mungkin terlibat dalam penurunan jangka panjang. Meskipun
demensia paling umum di antara orang dewasa yang lebih tua, itu dapat terjadi pada setiap tahap dewasa. Memori, perhatian, bahasa, dan penyelesaian masalah dipengaruhi pada awal gangguan dan sering menyebabkan diagnosis. Bentuk demensia yang paling umum adalah Alzheimer, terhitung 60-70% dari kasus. Pada kebanyakan orang, gejalanya muncul di pertengahan 60-an, dan penyakit ini berkembang secara irreversible, karena plak dan kusut di otak yang semakin menyusut. Selain tanda-tanda awal penurunan kognitif, terutama kesulitan dengan ingatan jangka pendek, fungsi sosial, dan penggunaan bahasa, terganggu ketika penyakit berkembang. Sekitar 48 juta orang di seluruh dunia menderita Alzheimer (Alzheimer's Association, 2016). Penyakit alzhaimer atau demensial senile merupakan penyakit kronik, progresif dan merupakan gangguan degenerative otak dan diketahui mempengaruhi memori, kognitif dan kemampuan untuk merawat diri (Smeltzer &Bare, 2002) 9. Tumor otak Tumor otak merupakan lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor otak menunjukkan manifestasi klinis yang tersebar bila tumor ini menyebabkan peningkatan tekanan intracranial serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala-gejala yang biasanya banyak terjadi akibat tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema, perubahan kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfungsi saraf cranial (Smeltzer & Bare, 2002). 10. Meningitis Meningitis
adalah
radang
pada
meningen
(membran
yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur. Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan tekanan intrakranial, saktit kepala dan demam, perubahan pada tingkat kesadaran, iritasi meningen, kejang, adanya ruam dan infeksi fulminating (Smeltzer & Bare, 2002).
11. Aneurisma intrakranial Aneurisma intracranial (serebral) adalah dilatasi dinding arteri serebral yang berkembang sebagai hasil dari kelemahan dinding arteri. Pecahnya aneurisma selalu terjadi tiba-tiba, tidak selalu disertai dengan sakit kepala yang berat dan sering kehilangan kesadaran untuk periode yang bervariasi. Mungkin ada nyeri dan kaku leher bagian belakang dan medula spinalis akibat adanya iritasi meningen (Smeltzer & Bare, 2002)
12. Cedera kepala Cedera Kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak. Cedera kepala dapat disebabkan karena kecelakaan lalu lintas, terjatuh, kecelakaan industri, kecelakaan olah raga dan luka pada persalinan (Tarwoto, 2007). 13. Cedera medula spinalis Trauma pada medula spinalis dapat bervariasi dari trauma ekstensi fiksasi ringan yang terjadi akibat benturan secara menadadak sampai yang menyebabkan transeksi lengkap dari medula spinalis dengan quadriplegia. Cedera tulang belakang selalu diduga pada kasus dimana setelah cedera klien mengeluh nyeri serta terbatasnya pergerakan klien dan punggung (Batticaca, 2008) 14. Stroke Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Batticaca, 2008). Manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut gejala klinis meliputi: kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah yang timbul mendadak, gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan, penurunan kesadaran, afasia (kesulitan bicara), disatria (bicara cadel atau pelo),gangguan
penglihatan, diplopia, ataksia, verigo, mual, muntah dan nyeri kepala (Tarwoto, 2007). 15. Sindrom Guillain Barre Sindrom Guillain Barre merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onset waktu akut dari gejala-gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses penyakit mencakup demielinasi dan degenerasi selaput myelin dari saraf perifer dan kranial (Batticaca, 2008).
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan materi yang telah dipaparkan, jadi kesimpulan dalam materi ini adalah: 1. Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain. kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu. 2. Sistem saraf terbagi atas dua yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan dari sistem saraf pusat. 3. Neurotransmitter didefinisikan sebagai pembawa pesan kimia yang membawa, meningkatkan, dan menyeimbangkan sinyal antara neuron, atau sel-sel saraf, dan sel-sel lain dalam tubuh. Utusan kimiawi ini dapat memengaruhi beragam fungsi fisik dan psikologis termasuk detak jantung, tidur, nafsu makan, suasana hati, dan ketakutan. Miliaran molekul neurotransmitter bekerja terus-menerus untuk menjaga otak kita berfungsi, mengatur segalanya mulai dari pernapasan hingga detak jantung, hingga tingkat pembelajaran dan konsentrasi kita. 4. Terdapat banyak gangguan atau penyakit pada sistem saraf diantaranya epilepsi, parkinson, cerebral palsy, multiple sclerosis, huntington, meningitis, paraplegia quadreplegia, tumor otak, aneurisma intrakranial, cedera kepala, stroke dan sindrom guillain barre.