MAKALAH LARUTAN
D I S U S U N OLEH : TOMY BUNGARAN SIMANJUNTAK
(18 01 136)
VINA AFRI LIANA
(18 01 137)
WENNY OKTORY BR TARIGAN
(18 01 138)
YANTI PUTRI BR TARIGAN
(18 01 139)
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI MEDAN 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya sehingga makalah Kimia Fisika mengenai larutan ini dapat diselesaikan. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas mata kuliah Kimia Fisika. Pada kesempatan kali ini, kami tidak lupa menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini terutama untuk dosen Mata Kuliah Kimia Fisika dan orang-orang yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan kepada kami. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca yang bersifat memperbaiki, membangun, dan mengembangkan makalah ini sangat kami harapkan. Kami berharap makalah ini dapat berguna untuk para pembaca. Amin.
Medan, Maret 2019
Kelompok 11
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian larutan 2.2 Sifat Dasar Larutan 2.3 Komposisi Larutan 2.4 Prosedur Dalam Pembuatan Larutan 2.5 Jenis-jenis Larutan 2.6 Macam-macam Larutan 2.7 Konsentrasi Larutan 2.8 Sifat Koligatif Larutan 2.9 Soal dan Pembahasan BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Daftar Pustaka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Larutan umumnya berfase cair (liquid = l) dengan pelarut air, tetapi ada juga larutan yang berfase padat (solid = s) seperti kuningan, stainless steel, dan lain-lain, ataupun gas (g) seperti udara. Contoh umum yang sering kita jumpai yaitu garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misal aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.Tanpa kita sadari, selama ini kehidupan kita sangat berkaitan dengan zat kimia yang dapat kita temui dalam berbagai macam bentuk. Salah satunya dalam larutan yang akan dibahas lebih jauh dalam makalah ini. Misalnya garam dapur atau Natrium Klorida (NaCl). Selain memperkaya rasa masakan ternyata garan dapur (NaCl) yang kita kenal selama ini mempunyai kegunaan lain. Ternyata garam dapur (NaCl) dalam bentuk larutan jika disambungkan dengan power supply dapat menghantarkan arus listrik dan membuat lampu menyala.Demikian juga halnya dengan larutan-larutan lainnya, misalnya air suling, larutan gula, asam asetat, amonia, asam sulfat, asam klorida, natrium klorida, natrium hidroksida, dan masih banyak lagi.
1.2 Rumusan Masalah a) Apa yang dimaksud larutan? b) Apa saja sifat-sifat dasar dari suatu larutan? c) Apa saja macam-macam serta jeni-jenis dari larutan? d) Bagaimana sifat koligatif dari larutan? e) Apa saja komposisi dari larutan?
1.3 Tujuan a) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan larutan
b) Untuk mengetahui sifat dasar dari larutan c) Untuk mengetahui jenis-jenis serta macam-macam dari larutan d) Untuk mengetahui apa saja sifat koligatif dari larutan e) Untuk mengetahui komposisi dari larutan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Larutan Apakah kalian sering membuat segelas teh yang manis? Untuk menambah rasa manis diberikan beberapa sendok gula pasir lalu diaduk hingga larut semua. Air teh atau susu merupakan salah satu contoh larutan. Gula pasir merupakan zat terlarut dalam air teh tersebut. Dapatkah kalian melihat gula pasir dalam laruan tersebut? Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,sedang kan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarut atau solvasi. Larutan merupakan sebutan/istilah yang lazim digunakan untuk menyatakan suatu bentuk campuran zat yang homogeny. Di alam, kebanyakan reaksi berlangsung dalam larutan air (pelarutnya air) (Hermawan,2009). Larutan juga didefinisikan sebagai campuran dua atau lebih zat yang membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang membentuk larutan tidak berubah. Arti homogen menunjukkan tidak ada kecenderungan zat-zat dalam larutan terkonsentrasi pada bagian-bagian tertentu, melainkan menyebar secara merata di seluruh campuran. Sifatsifat fisika zat yang dicampurkan dapat berubah atau tidak, tetapi sifatsifat kimianya tidak berubah. Contoh: a) Larutan dari campuran alkohol dan air. Sifat fisika dan kimia setiap zat tidak berubah. b) Larutan dari campuran gula pasir dan air. Sifat fisika gula berubah dari kristalin menjadi molekuler, tetapi sifat-sifat kimianya tidak berubah. c) Larutan dari campuran NaCl dan air. Sifat-sifat fisika NaCl berubah dari kristalin menjadi ion-ionnya, tetapi sifat kimia NaCl tidak berubah. Ada dua komponen yang berhubungan dengan larutan, yaitu pelarut dan zat terlarut. Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat lain. Umumnya, pelarut merupakan jumlah terbesar dari sistem larutan. Zat terlarut adalah komponen dari larutan yang memiliki jumlah lebih sedikit dalam sistem larutan. Selain ditentukan oleh kuantitas zat, istilah pelarut dan terlarut juga ditentukan oleh sifat fisikanya (struktur). Pelarut memiliki struktur tidak berubah, sedangkan zat terlarut dapat berubah .Contoh: Sirup tergolong larutan. Di dalam sirup, jumlah air lebih banyak daripada gula. Oleh karena
struktur air tidak berubah (air tetap berupa cair), sedangkan struktur gula berubah dari kristalin menjadi molekuler. Air tetap dinyatakan sebagai pelarut. Larutan tidak terbatas pada sistem cairan, dapat juga berupa padatan atau gas. Udara di atmosfer adalah contoh larutan sistem gas (pelarut dan terlarut berwujud gas). Logam kuningan adalah contoh sistem larutan padat (campuran tembaga dan seng). 2.2 Sifat Dasar Larutan Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul,atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunannya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat ataupun cair. Larutan gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. 2.3 Komposisi Larutan Apa yang dimaksud komposisi larutan? Komposisi larutan adalah perbandingan zat-zat di dalam campuran. Untuk menentukan komposisi larutan digunakan iatilah kadar dan konsentrasi. Kedua istilah ini menyatakan kuantitas zat terlarut dengan satuan tertentu. Satuan yang digunakan untuk menyatakan kadar larutan adalah persen berat (%b/b), persen volume (%V/V), dan bagian per sejuta (bpj) atau ppm (part per million). Sedangkan satuan yang digunakan untuk konsentrasi adalah molaritas, molalitas, dan fraksi mol yang akan dibahas pada poin konsentrasi larutan. a) Kadar Larutan Persen Berat (%) Persen berat menyatakan fraksi berat zat terlarut terhadap berat larutan dalam satuan persen Persen berat biasa diterapkan dalam campuran padat-cair atau padat-padat. Secara matematika, persen berat suatu zat dirumuskan sebagai berikut :
Persen Volume (%) Persen volume menyatakan fraksi volume zat terlarut terhadap volume larutan dalam satuan persen. Persen volume biasa diterapkan untuk campuran cair-cair atau gas-cair. Secara matematik, persen volume suatu zat dirumuskan sebagai berikut :
Bagian Per Sejuta (Bpj) Untuk menyatakan kadar suatu zat yang kuantitasnya sangat sedikit, biasanya di ungkap kan dalam satuan bagian per sejuta (bpj) atau dalam bahasa inggrisnya part per million (ppm). Ungkapan bpj suatu zat dinyatakandengan rumus:
b) Konsentrasi Larutan Molaritas ( M ) Molaritas yaitu suatu besaran yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut terhadap setiap liter larutan. Berikut rumus Molaritas :
Keterangan : M = Molaritas (mol/L) n = Banyaknya mol zat terlarut (mol) V = Volume larutan (L) Molalitas ( m ) Molalitas yaitu besaran yang menyatakan banyaknya mol yang terlarut terhadap setiap 1000 gram pelarut. Jika pelarutnya air, maka massa pelarut bisa dinyatakan dalam volume pelarut. Hal ini disebabkan karena massa jenis air sama dengan 1 gram/mL. Berikut rumus molalitas :
m = molalitas (molal) n = banyaknya mol zat terlarut (mol) P = berat pelarut (Kg)
Fraksi Mol ( X ) Fraksi mol yaitu perbandingan antara jumlah mol suatu komponen larutan dengan komponen larutan lainnya. Fraksi mol ini tidak memiliki satuan karena merupakan suatu perbandingan. Berikut rumus fraksi mol :
Jika dijumlahkan fraksi mol Xa dan Xb maka secara keseluruhan nilainya adalah 1.
2.4 Posedur Dalam Pembuatan Larutan -
-
Cara kerja Menghitung massa zat terlarut pada neraca yang dilapisi dengan kaca arloji. Masukkan massa zat yang sudah ditimbang kedalam beaker glass. Kemudian tambahkan air sebanyak 100 ml. Aduk rata dengan menggunakan spatula. Lalu pindahkan larutan tersebut dengan menggunakan corong. Kemudian kocok perlahan sehingga larutan tercampur dengan rata. Dan lakukan pembuatan larutan pengenceran dengan menambahkan air ke dalam larutan yang sudah direaksi tadi dan pencampuran dengan cara menggabungkan larutan yang sama tetapi mempunyai konsentrasi yang berbeda. Kemudian lakukan yang sama dengan bahan yang berbeda.
b.) Cara mengencerkan -
Lakukan perhitungan pengenceran. Masukkan larutan pekat ke labu takar (dengan pemipetan). Tambahkan pelarut sampai leher labu takar. Kocok hingga homogen. Tambahkan pelarut sampai batas. Tutup dan kocok lagi.
2.5 Jenis-Jenis Larutan Larutan dapat diklasifikasikan misalnya berdasarkan fase zat terlarut dan pelarut. Tabel berikut menunjukkan contoh-contoh larutan berdasarkan fasekomponen-komponennya. Contoh Larutan Gas
Gas Udara (oksigen dan gas-gas lain dalam nitrogen)
Zat Terlarut Cairan Uap air di udara (kelembapan)
Cairan
Air terkarbonasi ( karbon dioksida dalam air)
Etanol dalam air: campuran berbagai hidrokarbon (minyak bumi)
Padatan
Hidrogen larut dalam logam. Misalnya platina
Air dalam arang aktif; uap air dalam kayu
Pelarut
Padatan Bau suatu zat padat yang timbul dari larutnya molekul padatan tersebut di udara Sukrosa (gula) dalam air; natrium klorida (garam dapur) dalam air; amalgam emas dalam raksa Aloi logam seperti baja dan duralumin
2.6 Macam-Macam Larutan a) Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: - Larutan Pekat Larutan pekat yaitu larutan yang relatif mengandung lebih banyak solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki konsentrasi yang lebih tinggi. -
Larutan Encer
Larutan encer yaitu larutan yang relatif mengandung lebih sedikit solute (zat telarut) dibanding solvent (zat pelarut) atau memiliki konsentrasi yang lebih rendah. b.) Berdasarkan daya hantarnya, larutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: -
Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik jika larutan tersebut mengandung partikel-partikel yang bermuatan listrik (ion-ion) dan bergerak bebas di dalam larutannya. Larutan elektrolit dapat dibagi menjadi dua, yaitu larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Larutan elektrolit kuat yaitu larutan yang terbentuk dari zat elektrolit yang terurai atau terionisasi sempurna (elektrolit kuat). Sedangkan larutan elektrolit lemah yaitu larutan yang terbentuk dari zat elektrolit yang tidak terurai atau terionisasi secara sempurna (elektrolit lemah).
Elektrolit kuat
Elektrolit kuat memiliki ciri-ciri antara lain; dapat terionisasi sempurna, dapat menghantarkan arus listrik, lampu menyala terang, serta memiliki gelembung gas. Pada asam-asam kuat seperti HCl, HNO3 dan H2SO4, gugus sisa asamnya memiliki daya tarik relatif kuat terhadap pasangan elektron ikatan sehingga hampir semua molekul asam dalam air terionisasi. Dapat dikatakan bahwa asam-asam tersebut terionisasi sempurna. HCl(aq) → H+ (aq) + Clˉ̄ (aq) Larutan elektrolit kuat tidak hanya berupa asam-asam kuat (H2SO4, HCl). Namun dapat juga berupa basa-basa kuat (NaOH, Ba(OH)2), serta garam (NaCl, KCl).
Elektrolit Lemah
Elektrolit lemah memiliki ciri-ciri sebagai berikut; terionisasi sebagian, dapat menghantarkan arus listrik, lampu menyala redup, dan terdapat gelembung gas namun tidak sebanyak pada elektrolit kuat.Pada asam-asam lemah seperti CH3COOH, H2S, HCN, dan H2SO3, gugus sisa asamnya memiliki daya tarik kurang kuat sehingga tidak semua molekulmolekul asam ini dalam air terionisasi, tetapi hanya sebagian kecil.Sisanya tetap dalam bentuk molekulnya. Tanda panah dua arah menunjukkan hanya sebagian kecil dari asam
asetat terurai menjadi ion-ionnya. Umumnya tetap sebagai molekul. Larutan elektrolit lemah biasanya berupa senyawa-senyawa dari asam lemah (HCN, CH3COOH) serta basa lemah (NH4OH, Al(OH)3). -
Larutan Non Eletrolit
Larutan non elektrolit yaitu larutan yang molekul-molekulnya tidak terionisasi sehingga tidak ada ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Contohnya seperti larutan gula, larutan urea, larutan alkohol. Zat non elektrolit dalam larutan, tidak terurai menjadi ionion tetapi tetap berupa molekul. Berikut tabel penjelasan mengenai larutan elektrolit dan larutan non elektrolit: Jenis Larutan Elektrolit Kuat
Elektrolit Lemah
Non Elektrolit
Sifat dan Pengamatan Lain Terionisasi sempurna Menghantarkan arus listrik Lampu menyala terang Terdapat gelembung gas Terionisasi sebagian Menghantarkan arus listrik Lampu menyala redup Terdapat gelembung gas Tidak terionisasi Tidak menghantarkan arus listrik Lampu tidak menyala Tidak terdapat gelembung gas
Contoh Senyawa
Reaksi Ionisasi
NaCl, HCl NaOH H2SO4,KCl
NaCl → Na+ + Cl ̄ NaOH →Na+ + OH ̄ H2SO4→ 2 H+ + SO42 ̄ KCl→ K+ + Cl ̄
NH4OH, HCN, Al(OH)3
NH4OH →NH4+ + OH ̄ HCN → H+ + CN ̄ Al(OH)3→ Al3+ + 3OH ̄
C6H12O6, C12H22O11, CO(NH2)2,C2H5OH
C6H12O6 C12H22O11 CO(NH2)2 C2H5OH
c) Berdasarkan kejenuhannya, larutan dapat dibedakan menjadi: - Larutan Sangat Jenuh Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute (zat terlarut) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Larutan tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp sehingga menyebabkan pengendapan (kelewat jenuh). -
Larutan Jenuh
Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila hasil konsentrasi ion = Ksp maka larutan tersebut tepat jenuh.
-
Larutan Tak Jenuh
Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Larutan ini partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp ( masih dapat larut). d) Larutan Asam-Basa - Asam Basa Menurut Arhenius Menurut Arrhenius,asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ, yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut: HxZ⎯⎯→ x H+ + ZX ̄ Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam,sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepaskan ion H+ disebut ion sisa asam. Berdasarkan valensinya, asam dibedakan atas: ~ Asam bervalensi satu, misalnya: HCl, HCN, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain. ~ Asam bervalensi dua, misalnya: H2SO4, H2CrO4, H2CO3, dan lain-lain. ~ Asam bervalensi tiga, misalnya: H3PO4, H3AsO4, dan lain-lain. Sifat-sifat asam diantaranya, yaitu di dalam air menghasilkan ion H+, dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi merah, larutannya dalam air dapat menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan dapat menyebabkan perkaratan pada logam (korosif). Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat meningkatkan konsentrasi ion OHˉ (aq). Jadi, pembawa sifat basa adalah ion OHˉ. Jumlah ion OHˉ yang dapat dihasilkan oleh satu molekul basa disebut valensi atau martabat basa. Berdasarkan valensinya basa dibedakan atas : ~ Basa bervalensi satu, misalnya: NaOH, KOH, AgOH, NH4OH, dan lain-lain. ~ Basa bervalensi dua, misalnya: Ca(OH)2,Mg(OH)2,Fe(OH)2,dan lain-lain. ~ Basa bervalensi tiga, misalnya: Fe(OH)3,Cr(OH)3,dan lain-lain. Sifat yang dimiliki oleh basa, yaitu jika di dalam air dapat menghasilkan ion OHˉ, dapat mengubah warna kertas lakmus merah menjadi biru, larutannya dalam air dapat menghantarkan arus listrik (larutan elektrolit), dan jika mengenai kulit, maka dapat menyebabkan kulit melepuh (kaustik). Walaupun teori Arrhenius berhasil mengungkapkan beberapa kasus, tetapi memiliki keterbatasan. Selain hanya memandang aspek reaksi asam- basa di dalam pelarut air, juga
pembentukan ion H+ atau ion OHˉmerupakan kekhasan teori asam-basa Arrhenius. Artinya jika suatu reaksi tidak membentuk ion H+ atau ion OHˉ tidak dapat dikatakan sebagai asam atau basa. -
Teori Asam Basa Brønsted– Lowry
Menurut Brønsted-Lowry, dalam reaksi yang melibatkan transfer proton,asam adalah spesi yang bertindak sebagai donor proton. Contoh pada reaksi asam ini dapat dilihat sebagai berikut: HCl + H2O ⎯⎯→ H3O+ + Clˉ Sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai akseptor proton. Contoh dari reaksi basa ini dapat dilihat pada: NH3 + H2O ⎯⎯→ NH4+ + OHˉ Proton (ion H+) dalam air tidak berdiri sendiri melainkan terikat pada molekul air karena atom O pada molekul H2O memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi dengan proton membentuk ion hidronium, H3O+. Persamaan reaksinya: H2O(l) + H+(aq) → H3O+(aq). Dalam larutan, asam atau basa lemah akan membentuk kesetimbangan dengan pelarutnya. Misalnya HF dalam pelarut air dan NH3 dalam air.
Pasangan a1– b2 dan a2– b1 merupakan pasangan asam– basa konjugasi. Asam konjugasi yaitu asam yang terbentuk dari basa yang menerima proton. Basa konjugasi yaitu basa yang terbentuk dari asam yang melepas proton Teori Brönsted – Lowry memperkenalkan adanya zat yang dapat bersifat asam maupun basa, yang disebut sebagai zat amfoter. Contohnya adalah air. Di dalam larutan basa, air akan bersifat asam dan mengeluarkan ion positif (H3O+). Sedangkan dalam larutan asam, air akan bersifat basa dan mengeluarkan ion negatif (OHˉ).
-
Asam-Basa Lewis
Pada umumnya definisi asam-basa mengikuti apa yang dinyatakan oleh Arrhenius atau Bronsted-Lowry, tapi dengan adanya struktur yang diajukan Lewis muncul definisi asam dan basa baru. Asam Lewis didefinisikan sebagai spesi yang menerima pasangan electron dan merupakan senyawa dengan elektron valensi < 8. Basa Lewis didefinisikan sebagai spesi yang memberikan pasangan electron dan mempunyai pasangan elektron bebas. Reaksi antara boron trifluorida dengan amonia menurut teori ini merupakan reaksi asam-basa; dalam hal ini boron trifluorida berindak sebagai asam dan amonia sebagai basa. Dengan menggunakan diagram dot-elektron, persamaan reaksi kedua spesies ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Di dalam kulit valensi atom pusat N dalam molekul NH3, terdapat tiga pasang elektron ikatan (N-H) dan satu pasang elektron menyendiri, sedangkan untuk atom pusat B alam molekul B3 terdapat tiga pasang elektron ikatan (B-F). Sepasang elektron menyendiri atom elektron non bonding ini dapat disumbangkan kepada atom pusat B untuk kemudian dimiliki bersama-sama, Dengan demikian terjadi ikatan kovalen koordinat B- N dan struktur yang terjadi berupa dua bangun tetrahedron bersekutu pada salah satu sudutnya.
Kekuatan Asam- Basa
Asam dapat dibedakan menjadi asam kuat dan asam lemah, begitu pula basa. Reaksi ionisasi asam kuat, secara umum dapat ditulis Asam kuat, disebut asam kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1 Untuk menyatakan derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan melihat valensinya. Asam lemah, disebut asam lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya (seperti halnya asam kuat). Basa kuat, disebut basa kuat karena zat terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi basanya.
Basa lemah, disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya,α≠ 1, (0 <α < 1). Penentuan besarnya konsentrasi OHˉ tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat). e) Larutan Penyangga (Buffer) Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar. Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem biologis. Enzim pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan” yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH. Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah. Di dalam tubuh makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan penting. Dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4. pH darah tidak boleh turun di bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8 karena akan berakibat fatal bagi tubuh. pH darah dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat (H2CO3/HCO3 ̄ ) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3 ̄ ] sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42 ̄ ). Larutan penyangga H2PO4−/HPO42 ̄ juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa makanan yang dapat merusak gigi. - Komponen Larutan Penyangga Larutan penyangga asam Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam (pH < 7). Larutan buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A−). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan: 1. Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
2. Mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah tersebut. Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO− Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan kimia: CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO−(aq) + H+(aq) Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi mengarah pada pembentukan CH3COOH. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa konjugasi (CH3COO−). Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi pembentukan CH3COO− dan H+, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion H+ yang menjadi berkurang karena OH− yang ditambahkan bereaksi dengan H+ membentuk H2O. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam lemah (CH3COOH). Larutan penyangga basa Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan: 1. Mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang dapat terionisasi menghasilkan ion BH+) 2. Mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah tersebut. Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ Dalam larutan tersebut, terdapat kesetimbangan: NH3(aq) + H2O(l) ⇌ NH4+(aq) + OH−(aq) Pada penambahan asam (H+), kesetimbangan akan bergeser ke arah kanan, yakni reaksi pembentukan NH4+ dan OH−, sebagaimana untuk mempertahankan konsentrasi ion OH− yang menjadi berkurang karena H+ yang ditambahkan bereaksi dengan OH− membentuk H2O. Dengan kata lain, asam yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen basa lemah (NH3). Pada penambahan basa (OH−), kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri, sehingga reaksi mengarah pada pembentukan NH3 dan air. Dengan kata lain, basa yang ditambahkan akan dinetralisasi oleh komponen asam konjugasi (NH4+).
- pH Larutan Penyangga Larutan penyangga asam Dalam larutan buffer asam yang mengandung CH3COOH dan CH3COO−, terdapat kesetimbangan:
Setelah disusun ulang, persamaan pH larutan di atas akan menjadi persamaan larutan penyangga yang dikenal sebagai persamaan Henderson – Hasselbalch sebagaimana persamaan berikut ini:
Jika a = jumlah mol asam lemah, g = jumlah mol basa konjugasi, dan V = volum larutan penyangga,
Larutan penyangga basa Dalam larutan buffer basa yang mengandung NH3 dan NH4+, terdapat kesetimbangan:
Jika b = jumlah mol basa lemah, g = jumlah mol asam konjugasi, dan V = volum larutan penyangga,
2.7 Konsentrasi Larutan Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan pelarut. Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya: Fraksi Mol (X) Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan. Fraksi mol dilambangkan dengan X.
Molalitas (m) Molalitas adalah satuan konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang terdapat didalam 1000 gram (1 kilogram) pelarut. Rumus:
Dimana : m = molalitas larutan (molal) gr zat terlarut= massa zat terlarut (gram) gr pelarut = massa zat pelarut (gram) Mr = massa rumus zat terlarut Molaritas Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Rumus:
Dimana : M = molaritas (mol/liter) ml larutan = volume larutan (liter) gr = massa zat terlarut (gram) Mr = massa molekul relatif zat terlarut Normalitas Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+. Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH ̄ . Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan : N = M x valensi 2.8 Sifat Koligatif Larutan Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak bergantung pada jenis zat terlarut tetapi hanya bergantung pada konsentrasi partikel zat terlarutnya. Sifat koligatif larutan terdiri dari dua jenis, yaitu sifat koligatif larutan elektrolit dan sifat koligatif larutan nonelektrolit.
Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit Meskipun sifat koligatif melibatkan larutan, sifat koligatif tidak bergantung pada interaksi antara molekul pelarut dan zat terlarut, tetapi bergatung pada jumlah zat terlarut yang larut pada suatu larutan. Sifat koligatif terdiri dari penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmotik. -
Penurunan Tekanan Uap
Molekul - molekul zat cair yang meninggalkan permukaan menyebabkan adanya tekanan uap zat cair. Semakin mudah molekul - molekul zat cair berubah menjadi uap, makin tinggi pula tekanan uap zat cair. Apabila tekanan zat cair tersebut dilarutkan oleh zat terlarut yang tidak menguap, maka partikel-partikel zat terlarut ini akan mengurangi penguapan molekul-molekul zat cair. Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsentrasi zat terlarutnya semakin tinggi. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis : ΔP = P0 – P P0 > P Dimana : P0 = Tekanan uap zat cair murni P = Tekanan uap larutan Pada tahun 1878, Marie Francois Raoult seorang kimiawan asal Prancis melakukan percobaan mengenai tekanan uap jenuh larutan, sehingga ia menyimpulkan tekanan uap jenuh larutan sama dengan fraksi mol pelarut dikalikan dengan tekanan uap jenuh pelarut murni. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis. Kesimpulan ini dikenal dengan Hukum Raoult dan dirumuskan dengan. Persamaan penurunan tekanan uap dapat ditulis : P = P0.Xp ΔP = P0.Xt P = tekanan uap jenuh larutan P0 = tekanan uap jenuh pelarut murni Xp = fraksi mol zat pelarut Xt = fraksi mol zat terlarut -
Kenaikan Titik Didih
Titik didih zat cair adalah suhu tetap pada saat zat cair mendidih. Pada suhu ini, tekanan uap zat cair sama dengan tekanan udara di sekitarnya. Hal ini menyebabkan terjadinya penguapan di seluruh bagian zat cair. Titik didih zat cair diukur pada tekanan 1 atmosfer. Dari hasil penelitian, ternyata titik didih larutan selalu lebih tinggi dari titik didih pelarut murninya. Hal ini disebabkan adanya partikel - partikel zat terlarut dalam suatu larutan menghalangi peristiwa penguapan partikel - partikel pelarut. Oleh karena
itu, penguapan partikel - partikel pelarut membutuhkan energi yang lebih besar. Perbedaan titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni di sebut kenaikan titik didih yang dinyatakan dengan (ΔTb). Persamaannya dapat ditulis : ΔTb = Tb – Tb0 Dimana : Tb = titik didih larutan (°C) Tb0 = titik didih pelarut (°C) ΔTb= kenaikan titik didih (°C) Perhatikan gambar di bawah ini, pada setiap saat P selalu lebih kecil dari P°, sehingga grafik tekanan uap larutan selalu ada di bawah pelarut dan titik didih larutan akan lebih tinggi dari pelarut murninya.
Kenaikan titik didih hanya tergantung pada jenis pelarut dan molaritaslarutan, tidak tergantung pada jenis zat terlarut. Untuk larutan encer, hubungan antara kenaikan titik didih dengan molaritas larutan dinyatakan sebagai berikut. ΔTb = Kb x m Dimana : ΔTb = kenaikan titik didih (°C) m = molalitas larutan (molal) Kb = tetapan kenaikan titik didih molal (°C/molal)
Tetapan kenaikan titik didih molal adalah nilai kenaikan titik didih jika molaritas larutan sebesar 1 molal. Harga Kb ini tergantung pada jenis pelarut. Harga Kb dari beberapa pelarut diberikan pada tabel berikut ini.
Penurunan Titik Beku (∆Tf ) Titik beku larutan adalah suhu pada saat tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Tekanan luar tidak terlalu berpengaruh pada titik beku. Pada postingan sebelumnya sudah dibahas bahwa pada tekanan 760 mmHg (1 atm), air membeku pada suhu 0 °C, sedangkan pada tekanan 4,58 mmHg air akan membeku pada suhu 0,0099 °C. -
Adapun pengertian dari titik beku suatu cairan adalah suhu dimana tekanan uap cairan sama dengan tekanan uap padatannya. Titik beku larutan lebih rendah daripada titik beku pelarut murni. Hal ini disebabkan zat pelarutnya harus membeku terlebih dahulu, baru zat terlarutnya. Adanya zat terlarut mengakibatkan suatu pelarut semakin sulit membeku, akibatnya titik beku larutan akan lebih rendah dibandingkan dengan titik beku pelarut murninya. Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutannya disebut penurunan titik beku larutan (Atkins, 1994). Larutan akan membeku pada suhu yang lebih rendah dari pelarutnya. Perhatikan gambar di bawah ini!
Pada setiap saat tekanan uap larutan selalu lebih rendah daripada pelarut murni. Ini berarti penurunan tekanan uap jenuh menyebabkan penurunan titik beku larutan. ΔTf= Tf0- Tf
Dengan : ΔTf = penurunan titik beku (°C) Tf0 = titik beku pelarut (°C) Tf = titik beku larutan (°C) Hubungan antara penurunan titik beku dengan molalitas larutan dirumuskan sebagai berikut. ΔTf = Kf.m
Dengan : ΔTf = penurunan titik beku (°C) m = molalitas larutan (molal) Kf = tetapan penurunan titik beku molal(°C/molal) Beberapa harga tetapan penurunan titik beku molal pelarut diberikan pada tabel berikut ini.
-
Tekanan Osmotik
Tekanan osmotik adalah gaya yang diperlukan untuk mengimbangi desakan zat pelarut yang melalui selaput semipermiabel ke dalam larutan. Membran semipermeabel adalah suatu selaput yang dapat dilalui molekul - molekul pelarut dan tidak dapat dilalui oleh zat terlarut. Menurut Van't Hoff, tekanan osmotik larutan dirumuskan :
Π=MxRxT
Dimana : Π = tekanan osmotic (atm) M = molaritas larutan (mol/L) R = tetapan gas ideal (0,0821 L atm/K mol) T = suhu mutlak (K) Pada tekanan osmotic terdapat : Larutan isotonik adalah 2 buah larutan yang punya tekanan osmotik yang sama. Ada juga beberapa istilah lain seperti larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar dan istilah larutan hipotonik yang bermakna larutan yang tekanan osmotiknya lebih kecil. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit Pada konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit memliki nilai yang lebih besar daripada sifat koligatif larutan non elektrolit. Banyaknya partikel zat terlarut hasil reaksi ionisasi larutan elektrolit dirumuskan dalam faktor Van't Hoff. Perhitungan sifat koligatif larutan elektrolit selalu dikalikan dengan faktor Van't Hoff : i = [1 + (n – 1) α] Dimana :
i = faktor Van't Hoff n = jumlah koefisien kation α = derajat ionisasi
-
Penurunan Tekanan Uap Rumus penurunan tekanan uap jenuh dengan memakai faktor Van't Hoff adalah: ΔP = P0.Xt . i
-
Kenaikan Titik Didih Persamaannya adalah: ΔTb = Kb x m x i
-
Penurunan Titik Beku Persamaannya adalah ΔTf = Kf x m x i
-
Tekanan Osmotik Persamaannya adalah Π=MxRxTxi
2.9 Soal dan Pembahasan
1) Tentukan massa dari CO(NH2)2 yang terdapat pada 500 mL larutan CO(NH2)2 0,2 M. Diketahui Mr CO(NH2)2 = 60 gr/mol. Pembahasan Dik : V = 500 mL = 0,5 L M = 0,2 mol/L Dit : m =...... Jawab : Jumlah mol CO(NH2)2 adalah n=M×V n = 0,2 M × 0,5 L = 0,1 mol Massa CO(NH2)2 m = n × Mr m = 0,1 mol × 60 gr/mol m = 6 gram 2) Sebanyak 70 mL alkohol dilarutkan dalam air hingga volume larutan 100 mL. Berapa kadar etanol dalam larutan tersebut? Pembahasan Diketahui : Volume Alkohol = 70 mL Volume Larutan = 100 mL Ditanya : % Volume Alkohol ….?
3) Sebanyak 1 kg sampel air sungai setelah diteliti mengandung 10 mg Pb. Berapa kadar Pb dalam sampel sungai tersebut? Pembahasan: Diketahui : Massa campuran = 1 kg = 1.000.000 mg Massa Pb = 10 mg Ditanya: kadar Pb…? Jawaban: Kadar Pb dalam air sungai
Jadi, kadar Pb dalam sampel air sungai tersebut sebesar 10 ppm.
4) Hitung fraksi mol urea (CO(NH2)2) yang dibuat dengan melarutkan 30 gr urea ke dalam 90 gram air? (Ar O = 16; N = 14; C = 12; H = 1) Pembahasan: Diketahui: Mr CO(NH2)2 = 60 Massa CO(NH2)2 = 30 gr Mr H2O = 18 Massa H2O = 90 gr Ditanyakan : Xt ….? Jawaban: n CO(NH2)2 = 30/60 = 0,5 mol n H2O = 90/18 = 5 mol Fraksi Mol Urea
Jadi, fraksi mol urea (CO(NH2)2) yang dibuat dengan melarutkan 30 gr urea ke dalam 90 gram air sebesar 0,09. 5) Berapa fraksi mol pelarut yang dibuat dengan melarutkan 90 gram glukosa (Mr = 180) dalam 90 gram air (Mr = 18) Pembahasan: Diketahui: Massa glukosa = 90 gr Mr glukosa = 180 gr/mol Massa air = 90 gr Mr air = 18 gr/mol Ditanyakan: Xp….? Jawaban: n glukosa = 90/180 = 0,5 mol n air = 90/18 = 5 mol Fraksi Mol Pelarut
6) Dua buah larutan A dan B diuji menggunakan menyala bila menguji larutan A dan timbul elektrodenya, sedangkan bila larutan B diuji, gelembung-gelembung gas pada elektrodenya. disimpulkan bahwa ....
alat uji elektrolit. Lampu alat uji gelembung-gelembung gas pada lampu tidak menyala tetapi ada Dari pengamatan tersebut dapat
Pembahasan : Larutan elektrolit kuat ditandai oleh lampu yang menyala dan timbulnya gelembunggelembung gas, larutan elektrolit lemah ditandai oleh lampu yang tidak menyala tetapi timbul gelembung-gelembung gas atau lampu yang menyala tapi tidak ada gelembung gas, sedangkan larutan non elektrolit ditandai oleh tidak adanya perubahan-perubahan apapun pada alat uji.
7) Larutan natrium hidroksida mempunyai derajat ionisasi 1, artinya . . . . Pembahasan : elektrolit kuat dalam air dapat terionisasi sempurna dengan derajat ionisasi=1. Banyaksedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan derajat ionisasi atau derajat disosasi (α), yaitu perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan. Jika semu zat yang dilarutkan mengion, maka derajat ionisasinya= 0. Jadi, Batas-batas nilai derajat ionisasi (α) adalah 0 ≤ α ≤ 1. 8) Sebanyak 10 ml larutan NH3 0,1 M (Kb=10-5) dicampur dengan 100 ml larutan NH4Cl 0,1 M. Hitunglah pH larutan tersebut. Pembahasan : Diketahui : V NH3 =10 ml M NH3 = 0,1 M V NH4Cl = 100 ml M NH4Cl = 0,1 M Ditanya : pH ?
9) Sebuah campuran dibuat dengan mereaksikan 200 ml CH3COOH 0,1 M dengan 200 ml CH3COONa 0,1 M. Dengan harga Ka = 1,7 x 10-5, tentukan besarnya : a. pH campuran buffer b. pH campuran setelah ditambah ml CH3COOH 0,1 M c. pH campuran setelah ditambah ml NH4OH 0,1 M
Pembahasan : Diketahui: V CH3COOH = 200 ml M CH3COOH = 0,1 M V CH3COONa = 200 ml M CH3COONa = 0,1 M Ka = 1,7 x 10-5 Ditanya : a. ) pH campuran buffer b.) pH campuran setelah ditambah ml CH3COOH 0,1 M c.) pH campuran setelah ditambah ml NH4OH 0,1 M Jawab :
10) 100 ml CH3COOH murni dicairkan dalam 900 ml air. Jika density nya 1,05 gr/ml. Hitunlah konsentrasi dalam satuan konsentrasi Pembahasan : Diketahui : P = 1,05 gr/ml V CH3COOH = 100 ml V air = 900 ml Ditanya : Satuan konsentrasi ? Jawab : P = m/V m CH3COOH = P.V = 1,05 gr/ml . 100 ml = 105 gr mair = P.V= 1 gr/ml . 900 ml = 900 gram a. %Berat = Berat zat terlarut/ Berat larutan x 100% = 105 gr/ 1005 gr x 100% = 0,104 x 100% = 10,4% b. %volume = volume zat terlarut/volume larutan x 100% = 100 ml/1000 ml x 100% = 0,1 x 100% = 10% c. Molaritas = gr/Mr x 1000/v = 105/60 x 1000/1000 = 1,75 M
d. Normalitas = gr/BE x 1000/V = 105/60 x 1000/1000 = 1,75 N e. Molalitas = gr/BM x 1000/V = 105/600 x 1000/900 = 1,94 molal f. nt = 105/60 = 1,7 mol np = 900/18 = 50 mol xt = nt/nt +np = 1,75/1,75+50 = 0,0338 11) Suatu larutan diketahui memiliki nilai pH sebesar 3. Tentukan besar konsentrasi ion H+ dalam larutan tersebut Pembahasan : Diketahui : pH = 3 Ditanya : [H+] ? Jawab : -log [H+] = 3 log [H+] = -3 log[H+] = log 10-3 [H+]= 10-3 M 12) Suatu larutan diketahui memiliki pH sebesar 4,5. Tentukan pOH dari larutan tersebut! Pembahasan : Diketahui : pH = 4,5 Ditanya : pOH ? Jawab : pH + pOH = 14 4,5 + pOH = 14 pOH = 14 − 4,5 = 9,5
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Larutan adalah campuran dua zat atau lebih yang terdiri dari pelarut dan zat terlarut yang membentuk satu macam fasa (homogen) dan sifat kimia setiap zat yang membentuk larutan tidak berubah. Pada dasarnya larutan memiliki tiga fase yaitu padat, cair, dan gas. Komposisi larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut Sifat dasar larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom ataupun ion dari dua zat atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. · Larutan berdasarkan daya hantarnya dibagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit. Dan larutan elektrolit dibagi lagi menjadi dua yaitu larutan elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Berdasarkan jenuh atau tidaknya larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu larutan jenuh, larutan tak jenuh, dan larutan kelewat jenuh. Berdasarkan sifat kualitatif, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu alrutan pekat dan larutan encer. · Banyaknya zat terlarut (solute) yang melarut dalam pelarut yang banyaknya tertentu untuk menghasilkan suatu larutan jenuh disebut kelarutan (solubility) zat itu. Kelarutan umumnya dinyatakan dalam gram zat terlarut per 100 mL pelarut, atau per 100 gram pelarut pada temperatur yang tertentu. Jika kelarutan zat kurang dari 0,01 gram per 100 gram pelarut, maka zat itu dikatakan tak larut (insoluble). Dan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain jenis zat terlarut, jenis pelarut, temperatur, dan tekanan
DAFTAR PUSTAKA https://mafia.mafiaol.com/2013/07/titik-beku-dan-penurunan-titik-beku.html https://mafia.mafiaol.com/2013/07/kenaikan-titik-didih-larutan.html https://id.wikipedia.org/wiki/Sifat_koligatif_larutan https://smpsma.com/rumus-sifat-koligatif-larutan-elektrolit.html https://www.myrightspot.com/2017/07/soal-kimia-sma-kelas-11-tentang-larutan-penyangga-danpembahasannya.html http://denipermanadenchoen.blogspot.com/2013/04/larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit_16.html http://setiyanisetiyani.blogspot.com/2013/10/makalah-kimia-dasar-larutan_27.html http://materi-kimia-sma.blogspot.com/2013/03/pengertian-larutan.html https://kimiafarmasi.wordpress.com/2010/09/04/larutan/ http://ngeblogbarengjae.blogspot.com/2011/03/sifat-dasar-larutan.html https://www.academia.edu/8638189/MAKALAH_KIMIA_FARMASI_DASAR_LARUTAN https://www.academia.edu/4901511/MAKALAH_KIMIA_ https://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/larutan-asam-basa/a-pengertian-asam-basa/