MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN II “CAPITAL BUDGET (BIAYA MODAL)”
DISUSUN OLEH: FIRMANSYAH SULAEMAN
A021171005
RAENY RIZMA WARMAN
A021171022
NURHAYATI
A021171023
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN 2019
KATA PENGANTAR Segala puji hanya milik Allah SWT. Sholawat dan salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu Tugas mata kuliah Manajemen Keuangan di Universitas Hasanuddin Makassar Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Manajemen. Dalam memenuhi persyaratan tersebut penulis mencoba membuat makalah yang berjudul “KAPITAL BUDGET (BIAYA MODAL)” Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua dan dosen, sehingga kendala-kendala yang kami hadapi teratasi. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan Manajemen Pemasaran, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita. Makalah ini di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami sendiri maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca. Kami sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kepada dosen pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Makassar, 25 Maret 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI Kata Pengantar ..................................................................................................................ii Daftra Isi .............................................................................................................................iii Bab I Pendahuluan ............................................................................................................4 1.1. Latar Belakang .....................................................................................................4 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................4 1.3. Tujuan ...................................................................................................................4 Bab II Pembahasan ...........................................................................................................5 2.1 Biaya Modal Rata-rata Tertimbang ...................................................................5 2.2 Biaya modal Marginal dan Biaya Modal Rata-rata ..........................................9 2.3 Lompatan dalam Biaya Modal Rata-rata Tertimbang dan Skedul Investasi 9 2.4 Pertimbangan Dinamis: Review Biaya Modal Secara Reguler ........................10 Bab III Penutup .................................................................................................................11 3.1. Kesimpulan ..........................................................................................................11 3.2. Saran ......................................................................................................................11 Daftar Pustaka ...................................................................................................................12
iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Biaya modal bisa diartikan sebagai tingkat keuntungan yang disyaratkan. Kita pernah membahas mengenai hubungan positif antara resiko dengan tingkat keuntungan. Hubungan semacam itu juga berlaku untuk biaya modal. Pembahasan kali ini akan membahas mengenai aplikasi konsep resiko pada penganggaran modal. Semakin tinggi resiko, semakin tinggi tingkat keuntungan yang disyaratkan. Biaya modal dipakai sebagai discount rate untuk perhitungan analisis penganggaran modal. Selain itu, kita akan membahas mengenai perhitungan biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital). Biaya modal tersebut merupakan salah satu elemen dalam analisis penganggaran modal. Penganggaran modal merupakan investasi yang beresiko, karena itu manajer keuangan perlu menggabungkan konsep resiko penganggaran modal dengan hubungan positif antara resiko dengan tingkat keuntungan. Lebih spesifik lagi, risiko akan mempengaruhi discount rate yang akan dipakai dalam analisis NPV atau IRR. Semakin tinggi risiko, akan semakin tinggi discount rate yang dipakai dalam analisis investasi. Discount rate tersebut sering juga disebut sebagai biaya modal rata-rata tertimbang (weighted average cost of capital). 1.2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah: 1.2.1. Jelaskan tentang biaya modal rata-rata tertimbang ? 1.2.2. Jelaskan bagaimana biaya modal dan Biaya Modal Rata-rata ? 1.2.3. Bagaimana lompatan dalam Biaya Modal Rata-rata Tertimbang dan Skedul Investasi ? 1.2.4. Jelaskan pertimbangan Dinamis terkait riview biaya modal secara reguler ?
1.3. Tujuan 1.3.1. Untuk menjelaskan tentang biaya modal rata-rata tertimbang. 1.3.2. Untuk menjelaskan bagaimana biaya modal dan Biaya Modal Rata-rata 1.3.3. Untuk menjelaskan Bagaimana lompatan dalam Biaya Modal Rata-rata Tertimbang dan Skedul Investasi. 1.3.4. Untuk menjelaskan pertimbangan Dinamis terkait riview biaya modal secara reguler.
4
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Biaya Modal Rata-rata Tertimbang Biaya modal bisa di definisikan sebagai tingkat keuntungan yang diharapkan atau tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika kita melakukan analisis investasi, biaya modal akan digunakan sebagai discount rate dalam analisis NPV atau IRR. Biaya modal tersebut pada dasarnya merupakan biaya modal rata-rata tertimbang tersebut kita harus melakukan beberapa langkah: Mengidentifikasi sumber-sumber dana Menghitung biaya modal individual (biaya modal untuk setiap sumber dana) Menghitung proporsi dari masing-masing sumber dana. Menghitung rata-rata tertimbang dengan menggunakan proporsi dana sebagai pembobot. A. Mengidentifikasi Sumber-sumber Dana Secara umum ada dua jenis sumber dana yang paling sering digunakan, yaitu utang dan saham. Utang bisa terdiri atas utang bank atau utang melalui obligasi. Pemberi utang memperoleh kompensasi berupa bunga. Saham merupakan bentuk penyertaan. Saham bisa berupa privat placement (penempatan dana tidak melalui pasar modal), bisa juga dengan dana yang diperjual-belikan di pasar sekunder. Pendapatan saham berasal dari dividen dan capital gain. Capital gain adalah selisih antara harga jual dengan harga beli. Disamping dua jenis tersebut, saham preferen mempunyai ciri-ciri gabungan antara utang dengan saham. Saham preferen adalah saham (bentuk kepemilikan) dan berhak memperoleh dividen. Tetapi dividen tersebut bersifat (secara umum) tetap, sehingga mirip dengan bunga. B. Menghitung Biaya Modal Individual 1. Biaya modal utang (KD) Biaya modal atau utang merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan yang berkaitan dengan penggunaan utang. Karena bunga bisa di pakai sebagai pengurang pajak, biaya modal utang dihitung net pajak. Misal perusahaan menggunakan utang untuk mendanai suatu proyek, dengan bunga sebesar 20%, tingkat pajak adalah 30%. Perusahaan tersebut dengan demikian mempunyai biaya modal utang sebesar 20% (1-0.3)=14%. Di samping kupon bunga, ada biaya lain yang harus dibayarkan oleh perusahaan. 5
Utang dagang dan aktual tidak dimasukkan ke dalam perhitungan biaya modal. Alasannya adalah karena untuk analisis penganggaran modal, utang dagang dan sejenisnya dikurangkan dari aset lancar. Kemudian kita akan menghitung modal kerja bersih (aset lancar – utang dagang dan akrual). Investasi dalam modal kerja masuk dalam perhitungan kas dalam penganggaran modal, bukannya dalam perhitungan biaya utang. Untuk utang jangka pendek yang mempunyai tingkat bunga yang eksplisit, kita akan menghitung Biaya utangnya. Contoh utang semacam itu adalah commersial paper atau utang bank jangka pendek. 2. Biaya Modal Saham Preferen Saham preferen merupakan karakteristik gabungan antara utang dengan saham, karena merupakan bentuk kepemilikan (saham), tetapi dividen yang dibayarkan mirip dengan bunga karena bersifat tetap (pada umumnya). Perhitungan biaya modal saham preferen mudah dilakukan, sama seperti perhitungan biaya utang. Parameter yang akan diestimasi relatif jelas. Biaya saham preferen adalah:
Kps = Dps / P Dimana: kps = biaya saham preferen Dps = dividen saham preferen P = harga saham preferen 3. Biaya Modal Saham Biasa Biaya modal saham lebih sulit dihitung karena melibatkan biaya kesempatan (opportunity cost) yang tidak bisa diamati secara langsung. Sebagai deposito bank pemerintah (resiko dianggap nol) dengan tingkat bunga 15%. Dengan demikian biaya kesempatan pemegang saham tersebut adalah15%. Tetapi investasi di suatu perusahaan biasanya melibatkan risiko, sehingga angka15% harus dinaikkan untuk mengkompensasi risiko tersebut. Discounted cash flow (aliran kas yang Didiskontokan) Pada waktu itu kita membicarakan penilaian saham dengan pertumbuhan konstan, harga saham bisa dituliskan sebagai berikut ini (modul mengenai Nilai Waktu Uang)
PV = D1 / P + g Dengan mengubah r menjadi ks (biaya modal saham), PV menjadi P (harga saham), persamaan di atas bisa diubah menjadi berikut ini: 6
Ks = D1 / P + g Dimana: ks = biaya modal saham D1 = dividen pada tahun pertama P = harga saham saat ini g = tingkat pertumbuhan Tingkat pertumbuhan bisa dihitung melalui beberapa cara. Pertama kita menggunakan formula ini.
g = (1 – DPR) (ROE) Dimana DPR = dividen payout Ratio ROE = return on equity Kedua, tingkat pertumbuhan juga bisa dihitung melalui data historis. Penggunaan data historis mempunyai asumsi bahwa pola masa lalu akan sama dengan pola dimasa mendatang (pola konstan). Pendekatan Bond-Yield Pendekatan yield obligasi didasarkan pada argumen bahwa tingkat keuntungan di syaratkan untuk investasi yang beresiko akan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat investasi yang lebih kecil resiko nya. Saham mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan obligasi. Jika terjadi kebangkrutan, pemegang saham mempunyai prioritas klaim yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi. Hal tersebut berarti, kas dari likuidasi akan diberikan ke pemegang utang. Jika masih ada kas sisa, baru pemegang saham akan memperoleh bagiannya. Biasanya tidak ada kas sisa, baru tersisa untuk pemegang saham. Karena saham mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk obligasi. Pendekatan yield obligasi bisa dituliskan sebagai berikut ini.
Ks = yield obligasi + premi obligasi Jika kita menggunakan rumus di atas, kita memerlukan estimasi yield dari obligasi perusahaan (atau obligasi yang mempunyai kelas risiko yang sama), dan premi risiko saham atas obligasi. Pendekatan CAPM (Capital Asset Pricing Model) Model CAPM menggunakan argumen yang sama dengan pendekatan yield obligasi. Menurut CAPM, tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham sama dengan tingkat keuntungan bebas risiko ditambah dengan premi risiko. Secara spesifik, model CAPM bisa dituliskan sebagai berikut ini. 7
Ks = RF + £ (Rm - Rf) Dimana : ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham Rf = tingkat keuntungan bebas risiko £ = risiko sistematis Rm = tingkat keuntungan pasar Tingkat keuntungan bebas risiko adalah tingkat keuntungan dari aset yang mempunyai risiko (kebangkrutan atau default dalam hal ini) yang bisa dikatakan nol. Keputusan Biaya Modal Saham Perhitungan biaya modal saham yang dihasilkan oleh ketiga metode diatas akan menghasilkan angka yang berbeda-beda Ringkasan Biaya Modal Saham:
Discounted Cash Flow = 28%
Bond-Yield premium = 29%
Capital Asset Pricing Model = 22% Hal semacam itu merupakan hasil yang wajar. Untuk
memutuskan berapa biaya modal saham yang seharusnya, pertimbangkan kita (sebagai analisis) diperlukan. Hasil-hasil diatas menunjukkan bahwa biaya modal saham nampaknya berada di antara 22%-29%. Misalkan biaya modal saham (ks) dipilih sebesar 25%. C. Menghitung Biaya Modal Rata-rata Tertimbang (WACC) Langkah selanjutnya adalah menghitung proporsi sumber dana yang dipakai oleh perusahaan. Idealnya, nilai pasar yang dipakai sebagai dasar perhitungan proporsi sumber dana. Meskipun nilai pasar idealnya merupakan pilihan terbaik untuk menghitung komposisi sumber dana, tetapi informasi tersebut tidak tersedia dengan mudah. Salah satu alternatif adalah menggunakan nilai buku. Nilai buku bisa diambil dari neraca keuangan perusahaan. Saham biasa masuk dalam kategori total modal saham (saham biasa + laba yang ditahan + agio). D. Biaya Modal Saham Eksternal Jika perusahaan menerbitkan saham baru, biaya emisi (flotation cost) akan muncul. Biaya tersebut dipakai untuk membayar biaya yang berkaitan dengan penerbitan saham, seperti biaya akuntan, mencetak saham, dan lainnya. Penerimaan kas bersih dengan demikian akan lebih kecil setelah biaya emisi tersebut dimasukkan. Model kas yang Didiskontokan (discounted Cash Flow) bisa mengakomodasi biaya emisi seperti berikut 8
ini.
ke = D1 / P (1-f) + g Dimana: ke = biaya modal saham eksternal D1 = dividen pada tahun pertama P = harga saham saat ini f = flotation cost g = tingkat pertumbuhan Biaya modal saham eksternal lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan biaya modal saham. Model CAPM dan yield obligasi tidak secara langsung bisa mengakomodasi biaya emisi eksternal, karena formula CAPM atau yield obligasi tidak memasukkan faktor biaya emisi. Tetapi model CAPM dan yield obligasi secara eksplisit memperhatikan risiko dalam estimasi biaya modal.
2.2. Biaya Modal Marginal dan Biaya Modal Rata-rata Biaya modal rata-rata berbeda dengan biaya modal Marginal. Biaya modal Marginal merupakan biaya modal yang diperoleh sebagai akibat bertambahnya dana Modal yang diperoleh. Sebagai contoh, misal perusahaan menggunakan dua jenis utang, pertama dengan nilai Rp200 juta Dengan tingkat bunga 10%, kedua dengan nilai Rp200 JT dengan tingkat bunga 15%. Misalkan perusahaan melakukan peminjaman lagi sebesar Rp200 juta Dengan tingkat bunga20%. Biaya modal utang marginal adalah 20%, karena biaya tersebut merupakan biaya modal yang diperoleh dengan masuknya modal baru. Jika kita menghitung biaya modal rata-rata, maka biaya modal utang rata-rata adalah (10% + 15% + 20%)/3 = 15%. Dalam perhitungan biaya modal, biaya modal Marginal adalah biaya modal yang relevan, karena biaya tersebut mencerminkan biaya dimasa mendatang (yang akan diperoleh). Biaya modal rata-rata mencerminkan informasi masa lampau, yang tidak relevan lagi. Tetapi dalam beberapa situasi kita menggunakan biaya modal masa lampau, karena beberapa alasan, seperti mudah dilakukan, biaya modal masa lampau bisa dipakai untuk estimasi biaya modal Marginal (masa mendatang). Perhitungan biaya modal di atasnya mengasumsikan penggunaan biaya modal Marginal. Tetapi dalam praktek, biaya modal sering diestimasi berdasarkan laporan keuangan, yang berarti biaya modal diestimasi dengan menggunakan data masa lampau. Biasanya alasan kepraktisan menjadi pembenaran penggunaan data masa lampau (tidak mudah memperkirakan biaya modal Marginal dalam beberapa situasi). 2.3. Lompatan Dalam Biaya Modal Rata-rata Tertimbang dan Skedul Investasi 9
Jika biaya modal salah satu komponen berubah, maka akan ada lompatan dalam biaya Modal Rata-rata Tertimbang. Misalkan saja struktur modal yang dilakukan oleh perusahaan adalah modal saham, utang, dan saham preferen sebesar 60%, 30%, dan 10%, berturut-turut. Biaya modal utang (sesudah pajak), saham preferen, dan saham biasa adalah 12.6% (sesudah pajak), 20%, dan 25%, berturut-turut. WACC untuk komposisi tersebut adalah: WACC = (0.3x12.6) + (0.1x20) + (0.6x25) = 20.78% Secara teoritis perusahaan akan melakukan investasi sampai MCC (marginal cost of capital) sama dengan marginal rate of return (MRR). 2.4. Pertimbangan Dinamis dalam Riview Biaya Modal Secara Reguler Seberapa sering biaya modal (WACC) dihitung? Kondisi perusahaan dan lingkungan nya berubah. Risiko dan kesempatan investasi perusahaan berubah. Perubahan ini mengakibatkan perubahan komposisi struktur modal yang baru dan juga perubahan tingkat keuntungan yang disyaratkan (biaya modal). Kondisi lingkungan yang berubah juga mengakibatkan perubahan biaya modal, misal inflasi yang berubah mengakibatkan kenaikan tingkat keuntungan yang disyaratkan secara umum. Perubahan risiko (misal semakin tinggi keuntungan yang disyaratkan secara umum. Perubahan risiko (misal semakin tinggi, terjadi jika kondisi ekonomi memburuk) mengakibatkan premi risiko meningkat. Karena situasi berubah secara dinamis, perusahaan perlu mengevaluasi biaya modal rata-rata tertimbang nya secara periodik. Berapa sering? Nampaknya tidak ada formula yang pasti. Perhitungan bisa dilakukan setiap tahun, bisa juga setiap lima tahun. Tetapi hal yang jelas, jika kondisi perusahaan dan lingkungan secara fundamental berubah, maka sudah saatnya menghitung biaya modal rata-rata tertimbang kembali.
10
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Makalah ini membicarakan mengenai biaya modal rata-rata tertimbang (WACC atau weighted average cost of capital). WACC bisa di aplikasikan dalam banyak situasi seperti penentuan tingkat keuntungan minimal dalam evaluasi investasi. WACC diestimasi diestimasi melalui beberapa langkah berikut ini: (1) Mengidentifikasi Sumbersumber, (2) menghitung Biaya Modal individual, (3) menghitung proporsi dari masingmasing sumber dana, (4) menghitung rata-rata tertimbang dengan menggunakan proporsi dana sebagai pembobot. Ada tiga jenis modal yang sering digunakan yaitu utang, saham preferen, dan saham biasa. Dari ketiganya, menghasilkan biaya modal saham biasa merupakan tugas yang paling sulit. Biaya modal saham biasa bisa dicari dengan menggunakan pendekatan Bond-Yield, CAPM, dan model Discounted Cash Flow.
3.2. Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh darii kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumbersumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Hanafi, Mamduh M. 2004. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
12
13