Makalah Keperawatan Jiwa Klp 2 ( Done ).docx

  • Uploaded by: Arfin N S
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Keperawatan Jiwa Klp 2 ( Done ).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,383
  • Pages: 34
KEPERAWATAN JIWA 1 KONSEP DASAR RENTANG SEHAT-SAKIT DALAM KEPERAWATAN JIWA

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Faisal Amir., S.Kep., M.Si NAMA KELOMPOK : KELOMPOK 2 Ainul Yakin

16142010045

Alfita Dwi Wahyuni 16142010047 Deva Musyarofah

16142010055

Farico Misyaf P

16142010058

Hisyam Malik

16142010061

Rikayatul Huda

16142010075

Siti Mufarohah

16142010079

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA 2018

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt, karena atas berkat dan rahmatnya penulis dapat menulis makalah ini yang berjudul “ Konsep Dasar Rentang Sehat-Sakit dalam Keperawatan Jiwa” hingga selesai. Meskipun dalam makalah ini penulis mendapat banyak yang menghalangi, namun mendapat pula bantuan dari beberapa pihak baik secara moral, materil maupun spiritual. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih pada dosen pembimbing serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan dan saran atas selesainya penulisan makalah ini. Di dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan mengingat keterbatasannya pengetahuan dan pengalaman kami.Oleh sebab itu, sangat di harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk melengkapkan makalah ini dan berikutnya.

Bangkalan, 12 September 2018

Kelompok 2

Page 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1 DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ............................................................................................3 1.2. Rumusan masalah ......................................................................................4 1.3. Tujuan ........................................................................................................4 1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................................4 1.3.2. Tujuan Khusus ...........................................................................................4 1.4. Manfaat ......................................................................................................4

BAB 2 : PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sehat, Sakit, Penyakit .....................................................................6 2.2. Model Sehat-Sakit ........................................................................................8 2.3. Rentang Sehat-Sakit ...................................................................................13 2.4. Tahap Perilaku Sakit ..................................................................................15 2.5. Faktor Penentu Kesehatan Jiwa ..................................................................19 2.6. Paradigma Sehat Jiwa .................................................................................22 2.7. Dampak Sakit dan Penyakit .......................................................................24 2.8. Terapi dalam Kesehatan Jiwa .....................................................................28

BAB 3 : PENUTUP 3.1. Kesimpulan ..............................................................................................31 3.2. Saran ........................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................33

Page 2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.

LATAR BELAKANG Pada dasarnya setiap manusia menginginkan keadaan tubuhnya terus

dalam keadaan sehat. Sehat merupakan modal awal karena dengan keadaan tubuh yang sehat manusia bisa menjalankan semua aktivitasnya seperti biasa dalam menempuh keadaan sehat ini manusia tidak bisa hanya berdiri. Sehat harus ditempuh

dengan

sebuah

usaha

dengan

kata

lain

sehat merupakan sebuah fenomena yang dinamis bukan statis. Sering

muncul sebuah jargon di masyarakat bahwa :

Sehat itu mahal

jargon tersebut bisa dikatakan benar karena memang ketika seseorang mengalamisakit pasti dia membutuhkan obat dan suplemen-suplemen lainnya yangtentunya itu semua harus dibeli menggunakan uang. Keadaan sehat sangatterkait dengan fungsi organ jaringan serta unsur unsur penyusun tubuh lainnya. Seorang dikatakan sehat apabila itu semua berfungsi dengan semestinya. Pada zaman sekarang keadaan sehat sangat sulit untuk digapai mengingat banyaknya

aktor-aktor

penyakit

tubuhmanusia kapan saja dan dimana saja.

yang

dapat

menyerang

Untuk menjaga kesehatan tubuh

sebenarnya dipengaruhi oleh kebiasan perilaku setiap individu & banyak sekali indvidu yang belum memenuhi standar perilaku sehat yang ada. Mereka masih sering menganggap remeh adanya faktor penyebab penyakit disekitar mereka. Sehingga ketika mereka terserang sakit karena penyakit mereka baru sadar akan pentingnya perilaku sehat. Memang benar bilaistilah mencegah lebih baik dari pada mengobati & banyaknya faktor-akor penyakit yang ada di sekitar lingkungan merupakan ancaman utama setia4 individu untuk menggapai keadaan sehat. Terkadang seorang individu tidak memperdulikan kondisi kesehatannya

karena

sudah merasa sehat. Padahal mempertahankan kesehatan lebih sulit dari ada menggapainya. Sehingga sudah menjadi keajaiban setiap individu untuk selalu meningkatkan derajat kesehatannya serta mempertahankannya

Page 3

1.2.

RUMUSAN MASALAH 1. Apa Definisi Sehat, Sakit, Penyakit ? 2. Jelaskan Model Sehat-Sakit ? 3. Jelaskan Rentang Sehat-Sakit ? 4. Bagaimana Tahap Perilaku Sakit ? 5. Apa Faktor Penentu Kesehatan Jiwa ? 6. Bagaimana Paradigma Sehat Jiwa ? 7. Apa Dampak Sakit dan Penyakit ? 8. Bagaimana Terapi dalam Kesehatan Jiwa ?

1.3.

TUJUAN

1.3.1. TUJUAN UMUM Mahasiswa dapat menjelaskan tentang konsep dasar rentang sehatsakit dalam keperawatan jiwa.

1.3.2. TUJUAN KHUSUS 1. Untuk Mengetahui Definisi Sehat, Sakit, Penyakit 2. Untuk Mengetahui Model Sehat-Sakit 3. Untuk Mengetahui Rentang Sehat-Sakit 4. Untuk Mengetahui Tahap Perilaku Sakit 5. Untuk Mengetahui Faktor Penentu Kesehatan Jiwa 6. Untuk Mengetahui Paradigma Sehat Jiwa 7. Untuk Mengetahui Dampak Sakit dan Penyakit 8. Untuk Mengetahui Terapi dalam Kesehatan Jiwa

1.4.

MANFAAT Membuat kita mengetahui dan menambah wawasan baru dalam mengetahui, Definisi Sehat, Sakit, Penyakit, Model Sehat-Sakit, Rentang Sehat-Sakit, Tahap Perilaku Sakit, Faktor Penentu Kesehatan Jiwa, Paradigma Sehat Jiwa, Dampak Sakit dan Penyakit , Terapi dalam Kesehatan Jiwa. Sehingga, mahasiswa mampu memahami dan membuat

Page 4

resume setelah proses pembelajaran kelengkapan materi dan mahasiswa mampu memahami dan membuat resume setelah ketepatan jawaban dalam resume.

Page 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.

DEFINISI SEHAT, SAKIT, PENYAKIT

DEFINISI SEHAT Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit. Membuat definisi kesehatan yang baik tidaklah mudah karena setiap orang mempunyai konsep kesehatan sendiri. Sehat bukanlah suatu pengetahuan ilmiah yang dapat diperoleh atau suatu benda suatu bagian tubuh, atau suatu fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan, atau pernapasan. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang mendefinisikannya sesuai dengan nilai yang ada pada dirinya. Pergeseran fokus dari sakit ke sehat sangat berarti. Badan kesehatan dunia (WHO) telah merumuskan kampanye kesehatan bagi semua pada tahun 2000. Kampanye tersebut secara tidak langsung menyatakan suatu tanggung jawab kolektif dari WHO untuk menyediakan akises pelayanan kesehatan kepada setiap orang di seluruh dunia, yang dimulai dari area kebutuhan nasional masing-masing negara. Pada survei yang dilakukan dalam konfrensi kesehatan WHO tahun 1991. Para ahli yang menghadiri konferensi tersebut menyatakan bahwa peningkatan kesehatan di Amerika telah salah arah. Selain itu, kesenjangan yang semakin lebar antara usaha peningkatan kesehatan yang dilaksanakan di Amerika dengan pandangan dunia tentang peningkatan kesehatan yang dilaksanakan di negara lain (WHO, 1992). Perbedaan tersebut terlihat jelas dalam tiga bidang: kesamaan, kekuasaan, dan jangkauan. Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan mandle, 1994): 1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyuluruh. 2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal. 3. Pernghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup

Page 6

Perawat dapat memiliki definisi yang berbeda-beda tentang sehat. Mereka membuat rencana perawatan berdasarkan pada definisi sehat dan standar pelayanan kesehatan yang diterapkan. Model sistem Neuman (1989, 1990) berfokus pada sehat sebagai totalitas dari seluruh proses kehidupan, termasuk memandang sakit sebagai proses. Sehat dalam pengertian yang paling luas adalah suatu keadaan yang dinamis di mana individu menyesesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternalo untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Lingkungan internal terdiri dari beberapa faktor yang psikologis, dimensi intelektual dan spiritual, dan proses penyakit lingkungan eksternal terdiri dari faktor-faktor diluar individu yang mungkin mempengaruhi kesehatan, antara lain variabel lingkungan fisik, hubungan sosial, dan ekonomi. Karena kedua lingkungan ini mengalami perubahan secara terus menerus, maka individu mampu beradaptasi untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Oleh karena itu sehat dan sakit harus didefinisikan dengan istilah yang bersifat individual. Sehat dapat mencakup suatu kondisi

dimana sebelumnya klien atau perawat mungkin

menganggap kondisi tersebut sebagai kondisi sakit. Contoh, seseorang dengan penyakit epilepsi yang telah belajar mengontrol kejangnya dengan pengobatan serta mampu berfungsi di rumah dan di tempat kerjanya, saat ini mungkin tidak dianggap. Sehat juga sangat erat hubungannya dengan tempat kerja dan tempat tinggal individu, dan stresor yang disebabkan oleh kedua lingkungan tersebut. DEFINISI SAKIT Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat. Secara sederhana sakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Tolak ukur yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit adalah jika terjadi perubahan dari rata-rata nilai normal yang telah ditetapkan. Ada beberapa definisi mengenai sakit yang dapat dijadikan acuan yaitu : 1. Menurut Parson Ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia termasuk jumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian.

Page 7

2. Menurut Bauman. Ada tiga kriteria keadaan sakit yaitu adanya gejala, persepsi tentang keadaan sakit yang dirasakan, dan kemampuan beraktivitas sehari-hari yang menurun. 3. Menurut Batasan Medis Ada dua bukti adanya sakit yaitu adanya tanda dan gejala 4. Menurut Perkins. Suatu keadaan tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan ada aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani maupun sosial. DEFINISI PENYAKIT Penyakit berbeda dengan rasa sakit. Penyakit sifatnya objektif karena masing-masing memilki parameter tertentu sedangkan rasa sakit sifatnya subjektif karena merupakan keluhan yang dirasakan seseorang. Perbedaan ini mempunyai implikasi yang berbeda. Seseorang yang menderita penyakit belum tentu merasakan sakit. Sebaliknya seseorang yang mengeluh sakit belum tentu menderita suatu penyakit ( Asmadi, 2008 ) 2.2.

MODEL SEHAT-SAKIT Model adalah suatu cara teoritis untuk memahami sebuah konsep atau ide.

Karena sehat dan sakit merupakan konsep yang rumit, maka digunakan berbagai model untuk memahami hubungan antara kedua konsep ini dengan sikap klien terhadap kesehatan dan cara pelaksaan kesehatan. Keyakinan terhadap kesehatan adalah pendapat, keyakinan, dan sikap seseorang

terhadap sehat dan sakit. Keyakinan terhadap kesehatan biasanya

memperngaruhi perilaku sehat. Berbagai

model

keperawatan

membantumendefinisikan

sehat

dan

memahami perilaku dan keyakinann klien terhadap kesehatan, sehingga perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan yang efektif.

Page 8

Keyakinan klien terhadap kesehatan bergantung pada beberapa faktor , antara lain persepsi tentang tingkat sehat, faktor-faktor yang dapat dimodifikasi seperti demografi , kepribadian, dan persepsi terhadap keuntungan yang diperoleh dari perilaku sehat yang positif. Berbagai model sehat biasanya terdiri dari komponen-komponen ini. Model rentang sehat-sakit, model sejatera tingkat tinggi, dan model agens pejamu lingkungan menggambarkan hubungan antara sehat dan sakit. Model keyakian model keyakinan tentang kesehatan menjelaskan dan memprediksikan perilaku sehat klien; model-model yang berbasi evolusioner dan peningkatan kesehatan telah dikembangkan oleh perawat dan berfokus pada peningkatan kesehatan. Model-model ini mewakili berbagai cara pendekatan yang berbeda terhadap isu-isu yang kompleks dan cara memahami sikap dan nilai klien terhadap sehat dan sakit. Berbagai perubahan yang ada di lingkungan internal dan eksternalnya yang memperhatikan keadaan fisik., emosional, intelektual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sakit adalah sebuah proses di mana individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Karena sehat dan sakit merupakan kualitas yang relatif, yang mempunyai beberapa tingkat, maka akan lebih akurat bila sehat dan sakit ditentukan sesuai dengan titik tertentu pada skala atau kontinum sehat-sakit. Literatur berguna untuk mendukung pandangan bahwa sehat dan cara mencapainya merupakan sebuah konsep sentral dan menjadi tujuan dalam pelayanan keperawatan. Seorang perawat dapat menentukan tingkat kesehatan klien pada titik tertentu sesuai dengan rentang sehat-sakit. Sejarahtera tingkat tinggi dan sakit berat merupakan dua titik ujung yang berlawanan yang terdapat pada rentang, dengan beberapa keadaan tertentu diantaranya. Faktor-faktor resiko antara lain mencakup variabel genetik dan psikologis, seperti usia, riwayat keluarga, gaya hidup, dan lingkungan. Sesuai dengan kemajuan yang terjadi pada seseorang berdasarkan pada tahap-tahap perkembangan manusia, ada faktor risiko tertentu yang cenderung terjadi pada diri seseorang. Contoh, remaja mempunyai

Page 9

kemungkinan lebih besar mengalami stresor yang berhubungan dengan citra tubuh dan konsep dirinya bila dibandingkan dengan orang dewasa, atau seorang dewasa lanjut usia mempunyai kemungkinan menderita penyakit jantung yang lebih besar daripada seorang anak kecil. Kekurangan dari kontinum sehat sakit ini adalah sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesuai dengan titik tertentu yang ada diantara dua titik ekstrem pada kontinum. Contoh, apakah seseorang yang menderita fraktur kaki tetapi ia mampu beradaptasi dengan keterbatan mobilitas, dianggap lebih sehat atau kurang sehat daripada seseoang yang mempunyai fisik yang sehat tapi mengalami depresi berat setelah kematian pasangannya? Model ini akan menjadi efektif apabila digunakan untuk membandingkan tingkat kesehatan klien saat ini dengan tingkat kesehatan sebelumnya. Kemudian model ini juga akan bermanfaat saat perawat membantu klien menentukan tujuan untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik di masa yang akan datang. MODEL RENTANG SEHAT-SAKIT ( NEUMAN ) Menurut Neuman (1990): ”sehat dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu , yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal , dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi total” Jadi menurut model ini “sehat” adalah keadaan dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan spiritual yang sehat. Sedangkan “sakit” merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. MODEL KESEJAHTERAAN TINGKAT TINGGI Model ini pertama kali dikembangkan pada akhir tahun 1950-an, dan kemudian direvisi oleh bdunn (1977), model sejahtera tingkat tinggi berorientasi

Page 10

pada cara memaksimalkan potensi sehat pada setiap individu. Model ini menuntut individu untuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan. Model ini mencakup kemajuan ke arah tingkat fungsi yang lebih tinggi, yang menjadi suatu tantangan yang terbuka dan luas dimana individu mampu hidup dengan potensi yang paling maksimal. Akhirnya, ada suatu integrasi yang berkesinambungan dari cara pelaksanaan kesehatan yang dilakukan oleh individu yang akan meningkatkan tingkat kesehatan di sepanjang hidupnya (dunn,1959,1977; pender, 1993). Model keperawatan tentang kesejahteraan ditujukan pada perubahan perilaku dan berhasil diterapkan pada pusat perawatan lansia (gilpatrick, 1989); smith dan sorrell, vensi keperawatan yang dapat membantu klien mengubah perilaku tertentu yang mengundang risiko tinggi terhadap kesehatan. Intervensi ini terdapat dalam beberapa kategori yang luas dan didasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran secara dewasa (Gilpatrick, 1989) sejahtera tingkat tinggi merupakan suatu proses yang dinamis, bukan suatu keadaan yang statis dan pasif. Model sejahtera tingkat tinggi juga dapat digunakan untuk mencapai kesehatan keluarga dan komunitas. Keluarga dan komunitas mempunyai beberapa fungsi, dan pada model sejahtera tingkat tinggi ini mencakup ncara melaksanakan fungsi-fun gsi tersebut dengan baik dalam suatu sikap terintegrasi. KEMITRAAN PERAWAT-KLIEN Perawat yang melaksanakan praktik dengan menggunakan model keperawatan

holistik berusaha

untuk

menciptakan kondisi

yang dapat

meningkatkan kesehatab secara optimal. Sistem keyakinan yang dimiliki klien merupakan kerangka awal untuk membantu klien menemukan cara yang sehat dalam rangka memenuhi kebutuhannya (Rawlins, williams, dan beck, 1993). Pada model ini perawat menggunakan proses keperawatan dengan cara menganggap klien sebagai suatu yang relevan untuk mempertahankan kesehatan. Kapasitas perawat holistik yang paling kuat untuk menyembuhkan dan memberi pengajaran ditentukan oleh siapa mereka bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Perawat holistik yang senantiasa mengembangkan diri dan berusaha

Page 11

untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi diri sendiri, akan lebih mampu memfasilitasi proses penyembuhan dan kesehatan yang optimal bagi orang lain. MODEL AGENS-PEJAMU-LINGKUNGAN Model sehat dan sakit agens-pejamu-lingkungan berasal dari kerja kesehatan komunitas yang dilakaukan Leavell et al (1965) dan sejak saat itu dikembangkan menjadi sebuah model untuk menggambarkan penyebab sakit pada area kesehatan yang lain. Menurut pendekatan ini, tingkat sehat dan sakit individu atau kelompok di tentukan oleh hubungan yang dinamis,antar agen pejamun dan lingkungan. Agens ialah berbagai faktor internal dan eksternal, yang dengan atau tanpanya dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agens dapat bersifat biologis, kimia, fisik, mekanis, atau psikososial. Dengan adanya agens ini tidak berartin bahwa orang tersebut akan menderita sakit, tapi agens pasti ada (atau tidak ada, contohnya pada kondisi kurangnya nutrisi yang adekuat) bila terjadi suatu penyakit tertentu. Pejamu ialah seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau sakit tertentu. Faktor-faktor pejamu adalah situasi atau kondisi fisik dan psikososial yang menyebabkan seseorang atau sekelompok orang beresiko menjadi sakit. Contoh dari faktor-faktor tersebut antara lain riwayat keluarga, usia, atau gaya hidup pejamu. Lingkungan terdiri dari seluruh faktor yang ada di luar pejamu. Lingkungan fisik antara lain tingkat ekonomi, iklim, kondisi tempat tinggal, dan beberapa elemen seperti penerangan dan kebisingan. Lingkungan sosial terdiri dari berbagai faktor yang berhubungan dengan interaksi seseorang seseorang atau sekelompok orang dengan orang lain, termasuk stres, konflik dengan orang lain, kesulitan ekonomi, dan krisis hidup, misalnya kematian pasangan. Model agen-pejamu-lingkungan ini menyatakan bahwa sehat sakit di tentukan oleh intraksi yang dinamis dari tiga variabel tersebut .

Page 12

Keperawatan komunitas telah mengembangkan intraksi antar agenspejamu-lingkungan ini ke sebuah model sebab akibat untuk menentukan kebutuhan kesehatan bagi keluarga yang tidak memiliki tempat tinggal (gambar 12). Model ini pertama kali di kembangkan oleh peszneker(1984) dan baru baru ini laporan barne et al(1990) mengemukakan bahwa respon yang dapat meningkatkan kesehatan ataupun yang dspst merusak kesehatan berasal dari intranksi antara seseorang atau kelompok orang dengan lingkungannya, di mana respons tersebut kemudian di dukung oleh kebijakan masyarakat. Contohnya, para gelandangan di hadapkan pada berbagai stressor atau agens yang dapat berpengaruh pada tingkat kesehatan mereka. Stressor- stressor tersebut ( mis. Gempat tinggal yang tidak adekuat, tindak kejahatan, dan unsur unsur alam) dapat meningkatkan resiko sakit pada gelandangan. Model agens-pejamu-lingkungan diperluas ke dalam suatu teori umum tentang berbagai penyebab penyakit. Sampai beberapa dekade terakhir, secara umum diyakini bahwa penyebab tunggal penyakit diidentifikasi. Penyakit infeksi secara khusus diperkirakan mempunyai penyakit tunggal; di mana agens (mis. Bakteri atau virus) dianggap sebagai satu-satunya penyebab. Saat ini diketahui bahwa sebagian besar penyakit mempunyai berbagai 2.3.

RENTANG SEHAT SAKIT

Konsep sehat sakit Komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit. a. Konsep Sehat (Travis and Ryan, 1998) 1. Sehat merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan 2. Sehat merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju pencapaian potensial tertinggi untuk sehat 3. Sehat merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah putus, kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, ”here and now.” 4. Sehat efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan, ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan sekitar.

Page 13

5. Sehat integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan, pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan. 6. Sehat adalah penerimaan terhadap diri. Faktor pengaruh status kesehatan, antara lain: 1. Perkembangan Status kesehatan dapat dipengaruhi oleh faktor perkembangan yang mempuyai arti bahwa perubahan status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia. 2. Sosial dan Kultural Hal ini dapat juga mempengaruhi proses perubahan bahan status kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan. 3. Pengalaman Masa Lalu Hal ini dapat mempegaruhi perubahan status kesehatan,dapat diketahiu jika ada pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalamam kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam status kesehatan selanjutya. 4. Harapan seseorang tentang dirinya Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status kesehatan kearah yang optimal. 5. Keturunan Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik. 6. Lingkungan Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan fisik. 7. Pelayanan Pelayanandapat berupa tempat pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan b. Rentang Sakit Rentang ini dimulai dari keadaan setengah sakit,sakit,sakit kronis dan kematian.

Page 14

Tahapan proses sakit : 1. Tahap gejala Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap dirinya karena timbulnya suatu gejala. 2. Tahap asumsi terhadap sakit Pada tahap inin seseorang akan melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan akan merasakan keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya. 3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan Tahap ini seorang mengadakan hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi kesehatan. 4. Tahap penyembuhan Tahap ini merupakan tahapan terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi,di mana srsrorang akan melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali berperan seperti sebelum sakit. 2.4.

TAHAP PERILAKU SAKIT Walaupun perilaku sakit individu dapat dipengaruhi oleh variable internal

dan eksternal, tapi pada umumnya setiap orang melalui lima tahap perilaku sakit. Pola ini terdiri dari bagaimana seseorang mencari, menemukan, dan mengikuti sampai selesai pelayanan kesehatan yang diberikan. Perawat akan menghadapi klien yang mengalami berbagai tahap perilaku sakit. Pengetahuan tentang seluruh tahapan ini memungkinkan perawat mampu menhkaji perilaku klien, menentukan tahap perilaku sakit, dan mengembangkan berbagai jenis intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi fisik, emosional, intelektual, social, dan spiritual selama klien sakit. TAHAP 1 : MENGALAMI GEJALA Selama tahap awal, klien akan menyadari bahwa “Ada sesuatu yang salah”. Seseorang biasanya mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi tidak menduga adanya diagnose tertentu.

Page 15

Persepsi seseorang terhadap suatu gejala terdiri dari kesadaran terhadap perubahan fisik seperti nyeri, kemerahan, atau benjolan; evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan bahwa perubahan tersebut merupakan suatu gejala penyakit, dan respon emosional. Sebagai contoh, seorang wanita berusia 38 tahun mendeteksi adanya benjolan pada saat ia melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Ia tahu bahwa benjolan tersebut tidak berhubungan dengan perubahan hormonal karena ia telah menyelesaikan periode menstruasinya. Ia menganggap benjolan tersebut menandakan bahwa ada sesuatu yang salah dan mungkin menjadi gejala kanker. Ia menjadi cemas dan sangat ketakutan terhadap diagmosa ini. Jika ia menganggap gejala tersebut sebagai suatu gejala yang berat atau dapat mengancam kehidupannya, mungkin ia akan segera mencari pengobatan atau ia akan menyangkal adanya gejala atau implikasi yang dirasakannya. Jika ia menyangkal gejala yang ada atau arti gejala tersebut untuk kesehatannya di masa yang akan dating, maka ia mungkin akan menunda untuk mencari bantuan atau pengobatan. Sebelum berlanjut pada tahap sakit lanjut, seseorang harus mengakui masalah kesehatan yang ada pada dirinya. TAHAP 2: ASUMSI TENTANG PERAN SAKIT Jika gejala menetap dan berubah menjadi berat, klien akan menerima peran sakitnya. Pada tahap ini kondisi sakitnya menjadi sebuah fenomena, dan orang yang sakit akan mencari konfirmasi dari keluarga dan kelompok sosialnya bahwa mereka benar-benar sakit dan oleh karena itu mereka harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya (Coe, 1978). Kelompok social akan mengenali adanya kondisi sakit dan mungkin juga akan memberi dukungan untuk membantu pengobatan selanjutnya. Asumsi terhadap peran sakit dapat menyebabkan perubahan emosional, seperti menarik diri atau depresi, dan perubahan fisik. Perubahan emosional dapat berupa perubahan yang sederhana atau kompleks, bergantung pada beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama waktu sakit.

Page 16

Untuk kasus penyakit yang memerlukan intervensi dari profesi dibidang kesehatan, maka seseorang mungkin akan menyangkal bahwa intervensi tersebut merupakan hal yang penting dilakukan sehingga mereka akan menunda kontak dengan system pelayan kesehatan. Setelah menerima sifat gejala yang menetap atau ancaman yang berpotensi terhadap tingkat kesejahteraannya pada saat ini dan pada masa yang akan dating, maka seseorang akan mencari kontak dengan system pelayanan kesehatan dan berubah menjadi seorang klien. TAHAP 3: KONTAK DENGAN PELAYANAN KESEHATAN Jika gejala tetap ada walaupun seseorang telah melakukan pengobatan sendiri di rumah, dan gejala menjadi berat, atau memerlukan perawatan darurat, maka seseorang akan termotivasi untuk mencari pelayanan kesehatan yang professional. Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli. Selain itu, klien juga akan mencari penjelasan tentang gejala yang ada, penyebab timbulnya gejala, proses penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kondisi kesehatannya di masa yang akan dating. Penyakit klien dapat divalidasi dengan titik yang ada pada kontinum sehatsakit. Seorang profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit atau penyakit tersebut memang ada dan mungkin dapat mengancam kehidupannya. Kemudian klien mungkin akan menerima atau menyangkal diagnose tersebut, bergantung pada beberapa factor. Berbagai variable yang menyebabkan timbulnya perilaku sakit akan mempengaruhi reaksi klien. Jika klien menerima diagnose tersebut, biasanya mereka akan mematuhi rencana pengobatan yang telah ditentukan. Jika mereka menyangkal diagnose tersebut, maka mereka mungkin mulai “melakukan kunjungan” ke dalam system pelayanan kesehatan. Pada keadaan itu, klien akan berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan sampai mereka menemukan orang yang membuat diagnose seperti apa yang diinginkan oleh klien atau sampai mereka mau menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan. Klien yang menganggap dirinya sakit, walaupun para profesi kesehatan menganggap mereka sehat, mungkin akan “berkunjung” ke beberapa dokter dan ahli terapi untuk memperoleh diagnose penyakit yang diinginkan oleh klien. Sebaliknya, klien yang sejak awal telah

Page 17

didiagnosa sakit, terutama sakit yang dapat mengancam kehidupannya, mungkin akan mencari ahli yang lain untuk meyakinkan mereka bahwa kesehatan atau kehidupan mereka tidak terancam. Klien dengan diagnose kanker akan mencari pendapat dari beberapa orang dokter sebagai usaha klien untuk menghindari diagnose yang sebenarnya. TAHAP 4: PERAN KLIEN DEPENDEN Setelah menerima penyakitnya dan mencari pengobatan, klien akan memasuki tahap keempat dari perilaku sakit. Pada tahap ini klien bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress hidupnya. Seorang klien dapat melakukan peran dependennya di dalam institusi pelayanan kesehatan, di rumah, ataupun di tempat pelayanan masyarakat. Secara social klien dengan peran dependen diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya, semakin sakit klien, maka mereka semakin dibebaskan dari tanggung jawabnya. Setelah memasuki tahap dependen, klien juga harus menyesuaikan dengan perubahan jadwal sehari-hari. Perubahan ini akan berpengaruh pada peran klien di tempat kerja, keluarga, dan masyarakat, dan dapat menyebabkan stress pada dimensi emosional, intelektual, social, perkembangan, dan spiritualnya. TAHAP 5: PEMULIHAN DAN REHABILITASI Tahap akhir dari perilaku sakit-yaitu penyembuhan dan rehabilitasi-dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya seperti saat terjadi penurunan demam. Jika penyembuhan tidak dilakukan dengan tepat, maka perawatan jangka panjang mungkin perlu diberikan sebelum klien mampu mencapai tingkat fungsi yang optimal (contoh, fraktur kaki), pada kasus penyakit kronik, pada tahap akhir mungkin mencakup penyesuaian terhadap penurunan kesehatan dan fungsi dalam jangka waktu yang lama. Tidak semua klien melewati setiap tahap yang ada, dan tidak semua klien melewatinya dengan kecepatan yang sama atau dengan sikap yang sama.

Page 18

Seseorang yang selama ini berada dalam kondisi kesehatan yang baik tetapi tibatiba menderita serangan jantung dan dibawa ke ruang gawat darurat, contohnya, segera mengalami peran dependen, walaupun sevara emosional mereka tidak melalui tahapan sebelumnya. Namun demikian, pola perilaku sakit yang telah digambarkan biasanya terjadi pada banyak kasus, dan pemahaman terhadap semua tahap yang adaakan membantu perawat mengidentifikasi perubahan perilaku sakit klien dan bersama-sama dengan klien membuat rencana perawatan yang efektif. 2.5.

FAKTOR PENENTU KESEHATAN JIWA

Faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa Menurut videbeck (2008) faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa diantaranya: a) Faktor individual 1. Struktur biologis Gangguan jiwa juga tergolong ilmu kedokteran, dalam beberapa penelitian yang dilakukan oleh para psikiater mengenai neutransmiter, anatomi dan faktor genetik juga ada hubungannya dengan terjadinya gangguan jiwa. Dalam setiap individu berbeda-beda struktur anatominya dan bagaimana menerima reseptor ke hipotalamus sebagai respon dan reaksinya dan rangsangan tersebut hingga menyebabkan gangguan jiwa. 2. Ansietas dan ketakutan Kekhawatiran pada sesuatu hal yang tidak jelas dan perasaan yang tidak menentu akan sesuatu hal yang menyebabkan individu merasa terancam, ketakutan hingga terkadang mempersepsikan dirinya terancam. b) Faktor psikologik Hubungan antara peristiwa hidup yang mengancam dan gangguan mental sangat kompleks tergantungdari situasi, individu dan bagaimana setiap orang mampu berkomunikasi secara efektif. Hal ini sangat tergantung pada bantuan teman, dan tetangga selama periode stres. Struktur sosial, perubahan sosial dan

Page 19

tingkat sosial yang dicapai sangat bermakna dalam pengalaman hidup seseorang hingga terkadang sampai menarik diri dari hubungan sosial. Kepribadian merupakan bentuk ketahanan relatif dari situasi interpersonal yang berulang-ulang yang khas untuk kehidupan manusia. Perilaku yang sekarang bukan merupakan ulangan impulsif dan riwayat waktu kecil, tetapi merupakan retensi pengumpulan dan pengambilan kembali. Setiap penderita yang mengalami gangguan jiwa fungsional memperlihatkan kegagalan yang mencolok dalam satu atau beberapa fase perkembangan akibat tidak kuatnya hubungan personal dengan keluarga, lingkungan sekolah atau dengan masyarakat sekitarnya. Bagaimana setiap individu mempu mngontrol emosionalnya dalam kehidupan sehari-hari. c) Faktor budaya dan sosial Gangguan jiwa yang terjadi diberbagai negara mempunyai perbedaan terutama mengenai pola perilakunya. Karakteristik suatu psikosis dalam suatu sosio budaya tertentu berbeda berbeda dengan budaya lainnya. Perbedaan ras, golongan, usia dan jenis kelamin mempengaruhi pula terhadap penyebab mula gangguan jiwa. Tidak hanya itu saja, status ekonomis juga berpengaruh terhadap terjadinya ganguan jiwa. d) Faktor presipitasi Menurut Stuart (2007) selain diatas, faktor Stressor Presipitasi mempengaruhi dalam kejiwaan seseorang. Sebagai faktor stimulus dimana setiap individu mempersepsikan dirinya melawan tantangan, ancaman, atau tuntutan untuk koping. Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Lingkungan dapat mempengaruhi konsep diri dan komponennya. Lingkungan dan stresor yang dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.

Page 20

Tanda dan gejala ganguan jiwa Tanda ganguan jiwa menurut (Suliswati dkk, 2007), meliputi: a. Perubahan yang berulang dalam pikiran, daya ingat, persepsi yang bermanifestasi sebagai kelainan bicara dan perilaku b. Perubahan ini menyebabkan tekanan batin dan penderitaan pada individu dan orang lain dilingkungannya. c. Perubahan perilaku, akibat dari penderitaan ini menyebabkan gangguan dalam kegiatan sehari-hari, efiensi kerja dan hubungan dengan orang lain. Tanda dan gejala gangguan jiwa menurut Yosep (2007) adalah sebagai berikut: a. Ketegangan (tension), rasa putus asa murung, gelisah, cemas, perubuatanperbuatan yang terpaksa (convulsive), hysteria, rasa lemah, tidak mampu mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk. b. Gangguan kognisi pada persepsi: merasa mendengar (mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik genting, membakar runah, padahal orang disekitarnya tidak mendengarkannya dan suara tersebut sebenarnya tidak ada hanya muncul dari dalam diri individu sebagai bentuk kecemasan yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut orang lain. c. Gangguan kemauan: klien memilik kemauan yang lemah (abulia) susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau dan acak-acakan. d. Gangguan emosi: klien merasa senang, gembira yang berlebihan (Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha, orang kaya, titisan Bung Karno tetapi di lain waktu ia bisa merasa sangat sedih, menangis, tidak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya. e. Gangguan psikomotor: hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang berlebihan naik ke atas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncatloncat, melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang

Page 21

disuruh, diam lama tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh (Yosep, 2007). 2.6.

PARADIGMA SEHAT JIWA

Pengertian Paradigma Sehat Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik. Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan tetapi bagaimana menjadikan orang tetap dalam kondisi sehat. Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, yang utama lingkungan dan perilaku. Kesehatan juga merupakan hak asasi manusia dan menentukan kualitas hidup sumber daya manusia. Sejalan dengan berkembangnya waktu paradigma pelayanan kesehatan sedang dikaji ulang. Paradigma sehat merupakan model pembangunan kesehatan jangka panjang yang diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri. Paradigma sehat didefinisikan sebagai cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif, antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit (Soejoeti, 2005)

Page 22

Dasar Paradigma Sehat Dasar dari paradigma sehat sangat berkaitan erat dengan keoptimalan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Hal ini bersumber dari Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyatakan 1. Pertama : menimbang bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan

salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Kedua : setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip

nondiskriminatif,

parsitipatif,

dan

berkelanjutan

dalam

rangka

pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan kesehatan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional 3. Ketiga : setiap hal yang menyebabkan tersedianya gangguan kesehatan pada

masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi pembagunan negara 4. Keempat : setiap upaya pembangunan harus dilandasi dengan wawasan

kesehatan dalam arti pembangunan nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat 5. Kelima : menimbang bahwa undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang

kesehatan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu dicabut dan diganti dengan UndangUndang Kesehatan yang baru 6. Keenam : berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam bagian

pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima maka perlu membentuk UndangUndang tentang kesehatan (KepMenKes 1998).

Page 23

2.7.

DAMPAK SAKIT DAN PENYAKIT

DAMPAK SAKIT PADA KLIEN DAN KELUARGA Kondisi sakit tidak dapat dioisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarganya harus menghadapi berbagai perrubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Setiap klien yang dialaminya, oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan harrus bersiffat individual. Klien dan keluarga umumnya akan mengalami perubahan perilaku dan emosional, seperti perubahan peran, gambaran diri, konsep diri, dan

dinamika dalam

keluarga. 1.

Perubahan Perilaku dan Emosi

Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap ancaman penyakit. Reaksi perilaku dan emosi individu bergantung pada asal penyakit, sikap klien dalam menghadapi penyakit yang di deritanya, dan berbagai variabel dari perilaku sakit. Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupan akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien atau keluarga. Seorang suami atau seorang ayah yang menderita demam, contohnnya, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaranuntuk menghabiskn waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin menjadi lebih mudah marah dan lebih suka memilih untuk tidak berinteraksi dengan keluarganya. Penyakit yang berat, terutama yang dapat mengancam kehidupan, dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarik diri. Hal tersebut merupakan respon umum terhadap stress yang di sebabkan oleh sakit. Perawat mengabaikan berrbagai intervensi untuk membantu klien dan keluarga membentuk koping terhadap stres karena stresor itu sendiri biasanya tidak dapat diubah lagi.

Page 24

2.

Dampak sakit pada peran keluarga Setiap orang mempunyai berrbagao peran dalam kehidupannya. Seperti

pencari nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebgai orang tua. Ketika terjadi suatu penyakit, perran-perran klien dan keluarganya mungkin akan berubah. Perubahan tersebu mungkin dapat bersifat tidak terlihat dan terjadi dalam jangka waktuyang singkat atau dapat bersifat drastis dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Pada umumnya individu dan keluarga lebih mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang sifatnya tidak terlihat dan terrjaddi dalam jangka waktu yang singkat. Pada sebagian besar kasus yang ada, merreka mengetahui bahwa perubahan tersebut hanya sementara. Contohnya, seorang ibu yang mempunyai dua orang anak usia pra-sekolah yang menderita infeksi virus, dan sudah mendearita sakit selama satu minggu; maka sekama waktu tersebut, ia tidak melaksanakan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga dan akan merawat anak-anaknya.pada awalnya mungkin ia mau merawat dirinya sendiri. Setelah berrangsur-angsur sembuh, maka ia akan kembali melakukan perra-perrannya tersebut. Dengan perubahan jangka pendek, seorang klien tidak akan mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan. Tapi pada perubahan jangla panjang, klien memerlukan proese penyesuaianyang sama dengan proses berduka. Klien dan keluarrrga sseringkali memerlukan konseling dan petunjuk yang spesifik untuk untuk membantu mereka membentuk koping terrhadap

perubahan

perran yang di alaminya, dtudi kadud berikut membeeri gambaran cara terjadinya peubahan demikian Pada beberapa kasus, anggota keluarga mungkin salah mendufga bahwa orang yang sedangsakit perlu di bebaskan dari kewajiban mereka dalam mengambil keputusan dan tanggung jawab anggota keluarga mengambil alih seluruh peran klien, termasuk peran sebagai pencarri nafkan dan pembuat keputusan.misalnya, meskipunTn. Lampe dari seluruhtanggung jawabnya, maka ia mungkin akan merasa terisolasi dan menatuk diri dari krluarrganya, maka perawat harus melibatkan keluarrg dalam pembuatan rencana perawatan (deChesnay dan magnuson, 1988

Page 25

3.

Dampak pada citra tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat mengkibatkan perubahan pada penampilan fisik, dan klien dan keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap berbagai perubahan teerrsebut. Reaksi klienddan keluarga terhadap perubahan gambaran tubuh bergantung pada beberapa hal berikut ini: 1. Jenis perrubahan (mis, kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu). 2. Kapasitas adaptasi 3. Kecepatan perubahan. 4. Dukungan yang terrsedia. Jika terjadi perrubahan pada tubuh, misalnya akibat amputasi kaki, maka umumnya klien akan mengalami tahap sebgai berikut: syok, meernarrik diri, mengakui,menerima dan rehabilitasi. Pada awalnya mungkin klien akan mengalami syok terhadap perubahan yang terjadi atau perubahan yang akan terjadi dan mungkin akan melakukan depersonalisasi dan membicarakan seolaholah hal tersebut terjaddi pada orang lain. Setelah klien dan keluarga menyadarikenyataan yang sebenarnya, maka mereka akan terjadi ansietas dan mungkin menarrik diri. Serta menolak untuk mendiskusikan hak tersebut. Menarik diri merrupakan mekanisme koping adaptiff yang dapat meembantu klien menyesuaikan diri. Setelah klien dan keluarga mengakui perubahan yang terjadi, maka mereka akan masuk ke dalam perriode berduka. Pada akhir dari tahap pengakuan terrsebut, merreka akan menerima kehilangan yang ada. Selama masa rehabilitasi, klien akan siap belajar bagaimana cara beeradaptasi terhadap perubahan gambaran tubuhnya dengan cara menggunakan prodtesis atau dengan cara mengubah tujuan dan gaya hidupnya. 4.

Dampak pada konsep diri Konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri,

mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahan padaseluruh aspek kepribadiannya. Konsep dirri tidak hanya berrgantung pada aspek psikologis dan

Page 26

spiritual diri. Akibat sakit terhadap konsep diri klien dan anggota keluarga mungkin dapta bersiffat kompleks dan kurang bisa diobservasi bila dibandinkan dengan perrubahan peran. Konsep diriberperan penting dalam hubungan seseorangdrrngan anggota keluarrganya yang lain. Klien yang ddengan anggota keluarrganya yang lain. Klien yang mengalami perrubahan konsepdiri karena kondisi sakitnya mungkin tidak lagi mampu memenuhi harapankeluarganya, yang akhirnya akan menimbulkan ketegangan atau konflik. Akibatnya, anggota keluarga akan mengubah interaksi mereka dengan klien. Sebagai contoh, klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan di keluarga atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota dan keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya. Akhirrnya, klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya. Dalam memberikan perawatan, perawat mampu mengobservasi perubahan pada konsep didri klien-atau padda konsep diri anggota keluarga-dan mengembang suatu rencana perrawatan untuk membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat kondisi sakit yang di alami oleh klien (lihat Bab 23) 5.

Dampak pada Dinamika Keluarga Karena adanya pengaruh sakit pada klien dan keluarganya, makan dinamika

keluarga seringkali mengalami perubahan. Intervensi keperawatan perlu ditujukan unukklien dan keluarga (Reeder, 1991). Dinamika keluarga merupakan proses di mana keluarga melakukan fungsi, koping terhadap perubahan dan tantangan hidup sehari-hari. Jika salah satu orang tua dalam sebuahh keluarga menderita sakit, maka kegiatan dan pengambilan keputusan dalam keluarrga serringkali terhenti dan anggota keluarrga yang lainnya menunggu sampai sakitnya sembuh, atau mereka menundda kegiatan karena mereka enggan mengambil alih peran atau tanggung jawab orang yang sedang sakit tersebut. Pada beberapa kasus penyakit yang berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru, yang merupakan suatu perubahan yang dapat menimbulkan strees emosional. Anak kecil, contohnya, akan mengalami rasakehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya tidak mampu memberi

Page 27

kasih sayang dan rasa aman kepada meraka. Kesulitan emosi mungkin tetap berrlangsung walaupun orrang tua atau anggota keluarrganya yang lain berhasil mengambil alih perran tanggung jawab dari orang tuanya yang sedang di rawat di rrumah sakit. Jika orrang tua dari orrang yang sudah dewasa menderita sakit dan tidak dapat melaksanakan kegiatan rrutinnya, maka anaknya yang sudah dewasa terrsebut serringkali melaksanakan tanggung jawab orrang tuanya sendiri. Penggantian situasi tersebut dapat menimbulkan stres, dan menyebabkan tanggung jawab dan berrtentangan bagi anaknya atau menyebabkan konflik pada saat pengambilan keputusan. 2.8.

TERAPI DALAM KESEHATAN JIWA

Terapi Dalam Kesehatan Jiwa Terapi merupakan cara untuk mengobati pasien dengan gangguan tertentu, dimana terapinya disesuakan dengan sakit yang diderita oleh pasien tersebut. Terapi dalam psikologi berarti perawatan masalaha-masalah tingkah laku manusia. Dengan demikian terapi dapat dipahamu sebagai poses pengembalin keberfungsian sosial klien dengan cara memberikan kesadaran bagi klien untuk memperoleh kesembuhan dengan metode terapi yang sesuai kebutuhan klien. Ada beberapa jenis terapi yang digunakan dalam enjalankan pengobatan dan pengembalian keberfungsian sosial klien. Diantaranya dengan beberapa cara medis maupun spiritual keagamaan. Farida dalam bukunya meenyebutkan 10 jenis-jenis terapi bagi gangguan jiwa diantaranya, yaitu: 1. Psikofarmakoterapi adalah terapi gangguan jiwa dengan menggunakanobatobatan. Obat yang iberikan adalah jenis psikofarmaka atau psikotropika yang memberikan efek terapeutik secara langsung kepada proses mental klien. Terapi ini bermanfaat untuk memberikan efek tenang pada pasien. 2. Terapi somatis adalah terapi yang ditujukan pada fisik klien gangguan jiwa, dengan tujuan dapat merubah perilaku maladatif menjadi adaptif. walaupun perlakuannya terhadap fisik klien, yang menjadi target adalah perubahan perilakunya. Adapun caranya dengan diikat, isolasi dan fototerapi. Terapi ini

Page 28

digunakan untuk memberikan efek jera supaya klien dapat merubaha perilakunya menjadi normal. 3. Pengikatan adalah terapi menggunakan alat mekanik atau manual yang membatasi aktifitas klien. Bertujuan enghindarkan cedera fisik pada iri klirn atau orang lain. Tentunya dengan prosedur yang telah ditentukan. Oleh terapis yang memang suah mengerti prosedurnya. Pengikatan ini dilakukan pada gangguan jiwa yang apabila dibiarkan perilakunya dapat membahayakan diri. 4. Isolasi adalah terapi dimana klien diberikan ruangan tersendiri untuk mengendalikan perilaku dan melindungi orang lain disekitarnya dari bahaya potensial yang mungkin terjadi. Akan tetapi terapi ini tidak cocok untuk klien yangberpoteensi bunuh diri, karena dengan diisolasi bisa saja pasien tersebut malah bunuh diri. 5. Fototerapi adalah cara memaparkan klien pada sinar terang 5-20x lebih terang dari sinar ruangan, dengan posisi duduk, mata terbuka, pada jarak 1,5 meter didepannya diletakkan lampu setinggi mata. Terapi ini berhasil mengurangi 75% dengan efek seperti ketegangan pada mata, sakit kepala, cepat terangsang, mual, kelelahan dan sebagainya. 6. Terapi deprivasi tidur yaitu terapi yang dilakukan dengan cara mengurangi tidurklien sepanjang 3,5 jam. Cocok untuk yang depresi, karena terapi ini bertujuan untuk memperbanyak aktifitas klien supaya tidak terlalu berfikir keras tentang masalahnya. Setelah dikurangi tidurnya selama 3,5 jam, maka klien akan akan tertiddur lelap dimalam berikutnya. Apabila tidak berhasil, terapi ini dilakukan berulang kali. 7. Terapi keluarga, merupakan sitem utama dalammemberikan perawatan, baik dalam keadaan sakit meupun sehat. Keluarga harus tahu bagaimana keadaan anggota keluarga yang lain. Supaya dapat saling mengontrol dan memberikan mesukan. Adapun tujuan dari terapi keluarga ini adalah menurunkan konflik dan kecemasan, meningkatkan kesaaran akan kebutuhan masing-masing anggota keluaga, meningkatkan kemampuan dalam menangani krisis, membantu menangani tekanan dari luar maupun dalam, dan meningkatkan kesehatan jiwa. Keluarga merupakan komponen yang penting dalam proses penyembuhan, karena merupakan orang terdekat klien.

Page 29

8. Terapi rehabilitasi merupakan terapi yang terdiri atas terapi okupasi (bekerja), rekreasi, terapi gerak dan terapi musik. Terapi okupasi yaitu suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan psrtissipassi dari klien, untuk proses pengeembangan diri, supaya dapat menyesuaikan diri engan lingkungan. Tjuannya adalah untuk mengembalikan fungsi fisik dan mental, penyesuaian diri klen terhadap aktifitasnya, meningkatkan toleransi kerja dan menyalurkan minat dan bakat dari klien tersebut. Terapi rekreasi adalah terapi yang menggunakan kegiatankegiatan seperti pertandingan, tarian, pesta, liburan dan permainan sebagai media terapi. Terapi musik merupakan cara untuk memberikan situasi menyenangkan bagi pasien gangguan jiwa. 9. Terapi psikodrama menggunakan masalahh emosi atau pengelaman klien dalam suatau drama. Terapi ini memberikan kesempatan kepada klienuntuk menyadari pikiran, perasaan, perilaku yamg mem[engaruhi orang lain. Terapi bermain peran ini bertujuan memfokuskan pemikiran klien upaya sadar akan fungsi dan keberadaan dirinya. 10.

Terapi

lingkungan

adalah

suatu

tindakan

penyembuhan

dimana

lingkungan menjadi faktornya, dengan cara manipulasi lingkungan yang dapat mendukung kesembuhan klien. Seperti adanya udara bersih (pure air), air jernih dan sehat (pure water), pembuangan yang aman dan memadai (efficient drainage), lingkungan yang bersih (cleanliness), sinar matahari yang memadai (light).

Page 30

BAB 3 PENUTUP 3.1. KESIMPULAN Sehat dalam pengertian yang paling luas adalah suatu keadaan yang dinamis di mana individu menyesesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternalo untuk mempertahankan keadaan kesehatannya. Sakit adalah keadaan tidak normal atau tidak sehat. Secara sederhana sakit merupakan suatu bentuk kehidupan atau keadaan diluar batas normal. Penyakit sifatnya objektif karena masing-masing memilki parameter tertentu sedangkan rasa sakit sifatnya subjektif karena merupakan keluhan yang dirasakan seseorang. Model rentang sehat-sakit, model sejatera tingkat tinggi, dan model agens pejamu lingkungan menggambarkan hubungan antara sehat dan sakit. Konsep sehat sakit komponen ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk pelayanan yang diberikan pada manusia dalam rentang sehat sakit. Perawat akan menghadapi klien yang mengalami berbagai tahap perilaku sakit. Pengetahuan tentang seluruh tahapan ini memungkinkan perawat mampu menhkaji perilaku klien, menentukan tahap perilaku sakit, dan mengembangkan berbagai jenis intervensi yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi fisik, emosional, intelektual, social, dan spiritual selama klien sakit. Menurut videbeck (2008) faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa diantaranya: Faktor individual, faktor psikologik, faktor budaya dan sosial, faktor presipitasi. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik. Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan tetapi bagaimana menjadikan orang tetap dalam kondisi sehat.

Page 31

Kondisi sakit tidak dapat dioisahkan dari peristiwa kehidupan. Klien dan keluarganya harus menghadapi berbagai perrubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Setiap klien yang dialaminya, oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan harrus bersiffat individual. Klien dan keluarga umumnya akan mengalami perubahan perilaku dan emosional, seperti perubahan peran, gambaran diri, konsep diri, dan

dinamika dalam

keluarga. Terapi merupakan cara untuk mengobati pasien dengan gangguan tertentu, dimana terapinya disesuakan dengan sakit yang diderita oleh pasien tersebut. Terapi dalam psikologi berarti perawatan masalaha-masalah tingkah laku manusia. Dengan demikian terapi dapat dipahamu sebagai poses pengembalin keberfungsian sosial klien dengan cara memberikan kesadaran bagi klien untuk memperoleh kesembuhan dengan metode terapi yang sesuai kebutuhan klien. 3.2. SARAN Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber- sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan. Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi kami sendiri sebagai penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah ini rekan mahasiswa Perawat lebih memahami tentang Konsep Dasar Rentang Sehat-Sakit dalam Keperawatan Jiwa

Page 32

DAFTAR PUSTAKA

Potter and Perry. 2005. Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice Ed. 4. Jakarta : EGC Digilib.uin-suka.2014.www.digilib.uin-suka.ac.id-terapigangguanjiwa.

Diakses

pada tanggal 17-09-2018 Pukul 08.05 fidahusain93.files.wordpress.com/2011/10/konsep-sehat-dan-sakit-paradigmakeperawatan-caring.pdf. Diakses pada tanggal 17-09-2018 Pukul 07.00 repository.unimus.ac.id/906/3/BAB%20II.pdf . Diakses pada tanggal 18-09-2018 Pukul 10.57 www.pdfcoke.com/document/322043773/Makalah-Konsep-Sehat-Sakit.

Diakses

pada tanggal 20-09-2018. Pukul 08.08 www.academia.edu/10354820/Konsep_Paradigma_Sehat_dan_Sejarah_Perkemba ngan_Promosi_Kesehatan.

Page 33

Related Documents


More Documents from "Miztank Prawiro"