Makalah Kep. Jiwa.doc

  • Uploaded by: Bernadetha Berlian
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kep. Jiwa.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 3,696
  • Pages: 19
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena oleh rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah untuk mata kuliah KEPERAWATAN JIWA 1. Kiranya apa yang telah kami kerjakan ini dapat berguna bagi setiap orang yang membacanya. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat, tata bahasanya, kerapian, keindahan maupun dalam sistem penulisannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima setiap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki proposal ini di kemudian hari. Akhir kata kami berharap semoga Makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi dan dapat menjadi reverensi dalam menambah ilmu pengetahuan bagi setiap pembaca.

Kupang, Maret 2019

Penulis

i 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ i DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii BAB I PEMBAHASAN..................................................................................................... 1 A. Latar Belakang.................................................................................................. 1 B. Manfaat.............................................................................................................. 1 C. Tujuan................................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3 A. Konsep Proses Pemuliahan Odgj.................................................................... 3 B. Peran Perawat Dalam Menangani Pasien Odgj............................................. 11 C. Bentuk Pelayanan Dan Kolaborasi Interdisiplin Dalam Kesehatan Dan Keperawatan Jiwa Terkini............................................................................... 11 BAB III PENUTUP........................................................................................................... 14 A. Kesimpulan.................................................................................................................... 14 B. Saran.............................................................................................................................. 14 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 15

ii 2

3

BAB I PEMBAHASAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang paling mulia derajatnya dibandingkan dengan makhluk lainnya. Mereka diberi dua kekuatan utama, yaitu kekuatan rohani dan kekuatan mekanis (Taqiyuddin An-Nabhani,2003). Dua kekuatan ini saling memengaruhi. Segala sesuatu di dunia ini mempunyai ketentuan ukuran, termasuk juga manusia. Manusia mempunyai ukuran atau batas-batas ketentuan, baik pada aspek fisik/jasmani maupun aspek rohani/jiwa/mental. Segala sesuatu yang membuat manusia melampaui batas keseimbangan

dapat

menimbulkan

gangguan

fisik,

mental,

bahkan

menyebabkan

ketidakseimbangan pada perilaku seseorang. Penyakit-penyakit kejiwaan seperti sombong, benci, dendam, fanatisme, serakah, dan kikir disebabkan oleh bentuk kelebihan. Rasa takut, kecemasan, pesismisme, HDR, adalah kekurangan. Semua ini dapat menyebabkan stres pada diri seseorang yang bisa mengakibatkan gangguan jiwa pada orang tersebut. Gagguan jiwa telah terjadi sejak zaman dahulu sampai sekarang. Sehingga memerlukan perhatian dan perkembangan lebih. B. Manfaat 1. Bagi penulis  Untuk menyelesaikan tugas matakuliah tugas keperawatan jiwa 1  Untuk memahami bahwa betapa pentingnya dukungan dari berbagai pihak dalam membantu proses penyembuhan ODGJ d 2. Bagi pembaca  Sebagai bahan referensi  Sebagai pedoman dalam meningkatkan pengetahuan dalam menangani pasien ODGJ

C. Tujuan 1. Untuk meuraikan secara jelas mengenai konsep proses pemulihan (recovery process) dan support environment & social yang baik dalam penanganan ODGJ dan keluarganya (jelaskan mulai dari konsep hingga proses recovery); dan bagaimana cara mengatasi stigma yang tepat pada ODGJ 2. Untuk menjelaskan peran perawat dalam menangani pasien ODGJ 1

3. Untuk menjelaskan bentuk Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin dalam kesehatan dan keperawatan jiwa terkini

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Proses Pemulihan (Recovery Process) Dan Support Environment & Social 1. Trend Perkembangan Recovery “Trend pelayanan global untuk mengatasi gangguan jiwa sudah bergerak ke arah pemberdayaan

individu

yang

mengalami

gangguan

jiwa

melalui

sebuah

proses recovery dengan dukungan dari lingkungan, masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan. Dibutuhkan pelayanan yang memadai di masyarakat untuk mendukung proses recovery orang yang mengalami gangguan jiwa. Sudah saatnya ada community 2

mental health center dengan fasilitas dan tenaga professional dibidang kesehatan jiwa,” ujar Prof. Suryani, S.Kp., MHSc., Ph.D. Prof. Suryani menyampaikan hal tersebut saat membaca orasi ilmiah berkenaan dengan Penerimaan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Keperawatan Jiwa pada Fakultas Keperawatan Unpad, di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35 Bandung, Jumat (9/02). Orasi ilmiah tersebut berjudul Pendekatan “Model Recovery sebagai Alternatif dalam Penyembuhan dan Pemulihan Gangguan Jiwa Kronis”. Diungkapkan Prof. Suryani, gangguan jiwa merupakan salah satu penyakit yang sedang dan menjadi trend global. Secara global, 1 dari 4 orang menderita gangguan jiwa baik di negara maju maupun negara berkembang. Penyakit ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Di Indonesia, dengan jumlah penduduk 251 juta, prevalensi gangguan jiwa berat termasuk skizofrenia meningkat dari 0,5% (2007) menjadi 1,7% (2013). “Program penanganan gangguan jiwa yang ada di Indonesia hingga saat ini masih berfokus pada pengobatan dan mengandalkan rumah sakit jiwa sebagai pelayanan utama bagi penderita gangguan jiwa, sehingga banyak penderita yang kambuh setelah pulang ke rumah, disebabkan tidak adanya pelayanan kesehatan jiwa di masyarakat. Keadaan ini tidak cost efektif, karena jika pasien sering kambuh maka biaya akan lebih sering dan lebih banyak dikeluarkan,” ujar Prof. Suryani. Puskesmas sebagai pelayanan primer yang ada di masyarakat pun belum melaksanakan program kesehatan jiwa sebagaimana seharusnya. Program kesehatan jiwa yang ada dan terlaksana di puskesmas adalah pendataan pasien. “Program lainnya seperti layanan konseling, health promotion, dan lain – lain tidak berjalan. Bahkan obat untuk penderita gangguan jiwa di Puskesmas sering tidak ada. Di Puskesmas tidak ada psikiater, psikolog, atau perawat jiwa,” ujar perempuan kelahiran Pariaman, 2 Februari 1968 ini. Recovery yang dijalani pasien bukan hanya untuk sekadar pulih dari penyakit, tapi untuk membuat kehidupan orang yang mengalami keterbatasan akibat penyakitnya menjadi lebih berarti. Recovery menekankan bahwa meskipun individu tidak bisa mengontrol gejala penyakitnya tapi mereka bisa mengontrol kehidupan mereka. 3

“Yang dibutuhkan dalam proses recoveryadalah menemukan dan menghadapi setiap tantangan dari keterbatasan akibat penyakit yang diderita dan membangun kembali integritas diri yang baru yang lebih berarti agar individu bisa hidup, bekerja, dan berkontribusi di masyarakatnya. Karena itu selama menjalani proses recovery, individu membutuhkan

dukungan

dari

lingkungan.

Mereka

membutuhkan supportive

environment dari keluarga, tetangga, masyarakat, pemerintah, dan swasta,” kata Prof. Suryani.

2. Pendapat Kelompok Mengenai Konsep Proses Pemulihan (Recovery Process) Dan Support Environment & Social) Kelompok kami menyimpulkan bahwa dalam proses pemulihan (Recovery Process) ODGJ terdapat 3 kategori yang dapat mendukung proses pemulihan yaitu : a) Dukungan Sosial Keluarga pada ODGJ Keluarga merupakan salah satu faktor utama yang dapat mendukung pemulihan ODS. Proses penanganan yang diberikan keluarga dapat berupa penanganan positif maupun penanganan negatif. 1) Penanganan Positif Penanganan positif yang diberikan keluarga berupa dukungan sosial, strategi koping keluarga,

motivasi

dan

pengetahuan

keluarga

mengenai

skizofrenia

dan

penanganannya.  Dukungan Sosial Dukungan sosial merupakan suatu upaya yang diberikan oleh keluarga dalam proses pemulihan ODGJ. Dukungan sosial dapat membantu kelancaran proses pemulihan ODGJ. Dukungan sosial keluarga adalah segala jenis bantuan yang diberikan oleh keluarga kepada ODGJ yang berupa kenyamanan, perhatian sehingga menimbulkan perasaan bahwa dirinya dicintai, dihargai dan menjadi 4

bagian dari keluarga tersebut.

Dukungan keluarga diberikan kepada ODGJ

meliputi dukungan yang diberikan ketika proses pengobatan, perawatan diri ODGJ dan pemenuhan segala kebutuhan ODGJ  Bentuk Dukungan Sosial Segala jenis dukungan keluarga yang dapat memperlancar proses pemulihan ODS. Terdapat lima jenis dukungan sosial, antara lain:  Dukungan pendampingan merupakan dukungan sosial keluarga yang meliputi perawatan, ketersediaan waktu dan tenaga dalam hal pengobatan dan keseharian ODS.  Dukungan emosional dapat berupa kedekatan maupun keterbukaan antara ODS dan keluarga. Keluarga mengetahui segala kondisi ODS, karena ODS terbuka kepada keluarganya dan menceritakan segala seuatu yang ODS alami maupun menyampaikan segala keluhannya kepada keluarga. Keluarga juga memberikan respon yang tepat terhadap setiap keluhan atau pengalaman yang disampaikan ODS.  Dukungan instrumental meliputi pembiayaan selama menjalani proses pengobatan baik itu terapi maupun obat-obatan, perawatan ODS dan pemenuhan kebutuhan ODS seperti peralatan mandi, pakaian,dan makanan  Dukungan kelompok berupa kesediaan orang lain dalam memberikan waktunya kepada individu yang bersangkutan sehingga tercipta suasana saling memiliki, saling berbagi cerita, pengalaman maupun nasihat dan melakukan aktivitas bersama. Dukungan kelompok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dukungan dari luar keluarga yang diakses oleh keluarga maupun ODS sebagai upaya keluarga dalam proses pemulihan ODS.  Dukungan informasi, salah satu bentuk dukungan yang diberikan keluarga dengan memberikan nasihat, tanggapan ataupun saran untuk membantu ODS dalam proses pemulihannya.  Pengaruh Dukungan Sosial  Bagi ODS 5

Pengaruh dari dukungan sosial positif yang diberikan keluarga dapat berdampak positif bagi ODS sebagai penerima dukungan. Pengaruh bagi ODS, antara lain: Pertama, kemandirian ODS adalah kemampuan ODS dalam mengerjakan sebagian besar aktivitasnya tanpa bantuan dari orang lain. Kedua, keterampilan sosial merupakan keterampilan yang dimiliki ODS untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Ketiga, aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan ODS guna mempertahankan kemandirian berupa memiliki pekerjaan atau melakukan kegiatan. Keempat, emosi yakni reaksi ODS terhadap rangsangan yang berasal dari luar dan dalam diri ODS sehingga ODS cenderung untuk bertindak.  Bagi keluarga Dukungan sosial yang diberikan keluarga dapat berpengaruh bagi keluarga itu sendiri sebagai pemberi dukungan kepada ODS. Pengaruh bagi ODS, antara lain: Pertama, pekerjaan merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan keluarga untuk bisa mencapai suatu tujuan. Tujuan keluarga adalah imbalan berupa uang guna memenuhi kebutuhan hidup keluarga serta kebutuhan ODS. Kedua, emosi merupakan reaksi Keluarga terhadap rangsang dari luar dan dalam diri keluarga yang merupakan perwujudan dari suatu perasaan dan pikiran yang timbul semasa perawatan ODS serta kecenderungan untuk bertindak. Ketiga, sosial meliputi hubungan keluarga dengan lingkungan sosial keluarga masih terjaga dengan baik. Keluarga tetap melakukan kewajiban sebagai masyarakat, dan berbaur dengan lingkungan sosial, begitu pula dengan relasi keluarga dengan keluarga besar.  Strategi koping keluarga Strategi koping keluarga adalah upaya yang dilakukan keluarga dalam pemecahan suatu masalah atau mengurangi stres yang diakibatkan oleh suatu masalah atau peristiwa. Beberapa strategi koping keluarga yang ditemukan pada keluarga ODS, yaitu pertama, emotion focused coping merupakan strategi koping yang berdasarkan kemampuan keluarga dalam meredakan emosi yang ditimbulkan oleh stressor (sumber stres), tanpa berusaha untuk mengubah situasi yang menjadi sumber stres secara langsung. Strategi koping ini 6

dilakukan dengan cara, yakni accepting responsibility, Strategi keluarga untuk menerima bahwa keluarga memiliki peran dalam menghadapi sumber stres dan mencari jalan keluar, seperti bertanggungjawab, menghadapi sumber stres, dan menerima keadaan yang menjadi stressor tersebut. Selain itu terdapat avoidance yakni Perilaku menghindar atau melarikan diri dari permasalahan yang sedang dihadapi. Kedua, problem focused coping merupakan strategi koping yang dilakukan keluarga dengan menghadapi masalah atau sumber stres secara langsung melalui tindakan yang bertujuan untuk mengubah atau menghilangkan sumber stres. Berbagai cara dilakukan keluarga untuk menghadapi sumber stres tersebut, antara lain planful problem-sloving yaitu upaya menganalisa dan mencari solusi dari sumber stres dilakukan berulang-ulang sampai masalah tersebut dapat ditangani dengan baik. Upaya ini dapa berupa mencari pengobatan yang tepat terhadap pemulihan ODS, apabila tidak ada kemajuan berusaha menggunakan metode pengobatan yang lain. Selain itu keluarga merasa memiliki tanggungjawab terhadap ODS, sehingga keluarga merawat ODS dan berusaha agar ODS dapat pulih. Selain planful problem-sloving, terdapat seeking social support yakni Upaya keluarga untuk mencari informasi mengenai skizofrenia yang dialami anggota keluarganya ke sumber ahli yang memiliki pengetahuan tentang skizofrenia atau orang yang memiliki pengalaman serupa dalam merawat ODS, serta mencari dukungan emosional dari orang lain seperti keluarga besar, lingkungan kerja maupun tetangga dalam proses pemulihan ODS. Ketiga, religious coping strategy yaitu Upaya-upaya yang dilakukan oleh keluarga dalam memahami dan mengatasi sumber-sumber stres dalam hidup berdasarkan keyakinan keluarga dan dengan berbagai cara untuk mempererat hubungan dengan Tuhan.Strategi koping keluarga ini terdiri dari koping religius bersifat kognitif (cognitive religious coping) yakni upaya keluarga dalam memberikan makna terhadap gangguan jiwa yang dihadapi oleh anggota keluarganya. Pemberian makna yang dilakukan keluarga dengan menganggap bahwa skizofrenia yang dialami ODS merupakan suatu nasib, cobaan atau takdir yang diperoleh keluarga, sehingga keluarga merasa pasrah dan menerima 7

kondisi yang dialami oleh anggota keluarganya. Koping religius bersifat perilaku (Behavioural religious coping) yakni upaya yang dilakukan keluarga dalam menghadapi stres ditunjukkan dengan melakukan berbagai ritual keagamaan berdasarkan keyakinan yang dianut oleh keluarga dari ODS.  Motivasi keluarga Suatu dorongan yang dapat membangkitkan semangat keluarga dalam memberikan dukungan dari segala aspek terhadap pemulihan ODS. Dorongan yang dimaksud adalah harapan baik keluarga maupun ODS itu sendiri dalam proses pemulihan ODS dan masa depan ODS, serta kerjasama yang baik di dalam keluarga sehingga keluarga ingin memberikan perawatan yang terbaik kepada ODS  Pengetahuan keluarga Upaya yang dilakukan keluarga dalam merawat ODS dan membantu proses pemulihan ODS adalah dengan berusaha memahami mengenai skizofrenia dan cara yang dapat dilakukan keluarga guna mendukung proses kelancaran pemulihan ODS melalui tenaga medis atau orang yang ahli dibidangnya serta orang yang telah memiliki pengalaman mengenai merawat ODS. Pengetahuan keluarga terdiri dari kepercayaan, pengalaman keluarga serta prasangka keluarga. 2) Penanganan negative Penanganan negatif yang diberikan keluarga terhadap ODS dapat menghambat proses pemulihan ODS. Penanganan negatif yang dilakukan keluarga, meliputi:  Pemasungan  Tidak memberikan dukungan b) Pengobatan terhadap OGDJ yang dilakukan oleh keluarga Pengobatan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam proses pemulihan ODS. Pengobatan merupakan segala upaya yang dilakukan keluarga dengan tujuan untuk penyembuhan suatu keadaan sakit. terhadap ODS dibagi menjadi dua, yakni pengobatan profesional dan pengobatan nonprofesional.  Pengobatan professional 1) Obat  Pengobatan non professional

8

 Manual Therapy atau body therapy adalah pengobatan yang berbasis tubuh untuk yang menggunakan manipulasi manual atau pergerakan satu atau lebih bagian tubuh untuk mengatasi ketidakseimbangan yang terjadi di dalam tubuh.  Spiritual adalah jenis pengobatan yang berkeyakinan terhadap sang pencipta terkait penyebab penyakit dan pengobatannya. Terdapat beberapa jenis pengobatan spiritual, antara lain:

c) Peran social dalam pemulihan ODGJ Sosial memiliki peran besar dalam proses pemulihan ODS selain peran pengobatan dan keluarga. Peran sosial dibagi menjadi dua kelompok, yakni formal dan informal.  Formal  Pemerintah  Tenaga kesehatan  Tokoh masyarakat  Informal  Masyarakat  Lingkungan kerja  Tetangga  Keluarga besar (Extended Family) 3. cara mengatasi stigma yang tepat pada ODGJ menurut pandangan kelompok kami, cara mengatasi stigma buruk masyarakat terhadap ODGJ adalah 1. Memberikan edukasi Dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang betapa pentingnya pendekatan dan perilaku yang baik terhadap masyarakat ODGJ sangat memberikan pengaruh yang baik terhadap proses pemulihan ODGJ. Untuk itu sebagai masyarakat yang Sehat jiwa hendaknya tidak mengucilkan dan mengasinkan atau menjauhi odgj tetapi sebaiknya merangkul, mendukung dan melidungi odgj dan diperlakukan seperti masyarakat sehat jiwa lainya. 2. Kolaborasi Dimana masyarakat merupakan salah satu peran penting dalam mendukung proses penyembuhan ODGJ, sehingga kita dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk memiliki stigma yang baik terhadap ODGJ dan serta bekerja sama dengan TIM KESEHATAN agar memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi ODGJ

9

D. Peran Perawat Jiwa Yang Baik Dalam Mendukung Keluarga Untuk Merawat ODGJ Sehingga Dapat Pulih Kembali (Uraikan Secara Lengkap) 1. Sebagai Pendamping (partner) Dimana perawat merupakan sosok yang mengerti tentang bagaimana melakukan pendekatan yang baik terhadap ODGJ, sehingga dengan mendampingi keluarga (Big Family) dalam menangani ODGJ sehingga mampu meningkatkan koping stress pada keluarga dalam menangani ODGJ 2. Edukasi Dimana perawat mengajarkan kepada keluarga bagaimana cara menangani dan merawat secara mandiri pasien ODGJ 3. Advokasi Dimana perawat menjadi pembela/pelindung bagi ODGJ dan keluarga dalam mengatasi koping stress akibat factor stigma buruk dari masyarakat terhadap ODGJ E. Bentuk Pelayanan Dan Kolaborasi Interdisiplin Dalam Kesehatan Dan Keperawatan Jiwa Terkini Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan profesional (perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. 1. Pasien pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari anggota tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka disinilah 10

peran perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik. 2. Masyarakat Masyarakat yang dimaksud adalah RT/RW dan lingkungan sekitar pasien ODGJ yang berperan dalam mengsuport keluarga dan pasien

ODGJ dalam bentuk tidak

mengucilakan,mengasinkan dan menjauhi 3. Perawat dan dokter Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan.  Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi interdisiplin yang efektif meliputi kerjasama, tanggung jawab, komunikasi, kewenangan dan kordinasi seperti skema di bawah ini. 1. Kewenangan 2. Komunikasi 3. Tanggung jawab 4. Tujuan umum 5. Kerja sama 6. Kolaborasi interdisiplin 7. Efektif 8. Pemberian pertolongan 9. Koordinasi 10. ketegasan

11

 Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika : 1. Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama 2. Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya 3. Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik 4. Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam tim. 3. Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan profesional (perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari anggota tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik. Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. 12

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal pemberian pengobatan. A. Elemen Penting Dalam Mencapai Kolaborasi Interdisiplin Efektif Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi interdisiplin yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, kewenangan dan kordinasi seperti skema di bawah ini. 1) Kewenangan 2) Komunikasi 3) Tanggung jawab 4) Tujuan Umum 5) Kerjasama 6) Kolaborasi Interdisiplin Efektif 7) Pemberian Pertolongan 8) Kordinasi 9) ketegasan

1. Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. 2. Ketegasan penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai. 3. Tanggung jawab artinya mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. 13

4. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien sakit jiwa dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. 5. Pemberian pertolongan artinya masing-masing anggota dapat memberikan tindakan pertolongan namun tetap mengacu pada aturan-aturan yang telah disepakati. 6. Kewenangan mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya. 7. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang dibutuhkan dalam perawatan pasien sakit jiwa, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan. 8. Tujuan umum artinya setiap argumen atau tindakan yang dilakukan memiliki tujuan untuk kesehatan pasien sakit jiwa. Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika :    

Semua profesi mempunyai visi dan misi yang sama Masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari pekerjaannya Anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik Masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang tergabung dalam tim.

3. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab. Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa antara lain : 1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian 2. 3. 4. 5. 6.

unik profesional untuk pasien sakit jiwa Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas Meningkatnya kohesifitas antar profesional Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain.

14

B. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi : 1. 2. 3. 4. 5.

Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim Struktur organisasi yang konvensional Konflik peran dan tujuan Kompetisi interpersonal Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantanganhidup, dapat menerima orang lainsebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.Perkembangan akan penyakit dan jenis gangguan jiwa dari tahun ke tahun akan semakin banyak dan lebih memerlukan perhatian dari pemerintah dan masyarakat . B. Saran

15

Semoga dengan mempelajari makalah ini pembaca mampu memahami konsep proses pemulihan ODGJ, peran penting perawat dalam menangani ODGJ

DAFTAR PUSTAKA Kusuma, Farida dan Hartono, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika Damaiyanti dan Iskandar. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama. Riyadi, S dan Teguh Purwanto. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Yogyakarta : Graham Ilmu Yusuf, Fitriyasari dan Nihayati. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika. Videbeck S.L, PhD, RN. (2008). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta.EGC. Yosep H.I, S.Kp., M.Si., M.Sc. & Sutini T, S.Kep., Ners., M.kep. (2014). Buku ajar keperawatan

jiwa. Bandung. PT.Refika Aditama. Prabowo E.(2014). Konsep dan aplikasi Asuhan Keperawatan jiwa. Yogjakarta. Nuha medika.

16

Related Documents


More Documents from "jovi gates777"