Makalah Kep Jiwa (kamis).docx

  • Uploaded by: yuna pratiwi
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kep Jiwa (kamis).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,997
  • Pages: 22
MAKALAH KEPERAWATAN JIWA KONSEP DEPRESI DAN KONSEP DEMENSIA

OLEH KELOMPOK 11 :

1. ARI CENDANI PRABAWATI

( 17.321.2658 )

2. NI KETUT YULIANA

( 17.321.2686 )

3. NI LUH GEDE DEVI YULISTIA DEWI

( 17.321.2690 )

4. NI MADE AYU PRIYASTINI

( 17.321.2695 )

5. NI WAYAN YUNA PRATIWI

( 17.321.2705 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES WIRA MEDIKA BALI 2018/2019

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpah hidayah, rahmat dan lindungannya, akhirnya makalah ini saya selesaikan dengan lancar. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas kami. Selain itu kami menyusun makalah ini untuk menambah wawasan untuk memahami tentang Konsep Depresi dan Demensia. Mungkin makalah yang kami buat ini belum sempurna karna kami juga masih dalam proses belajar, oleh karena itu kami menerima saran atau kritikan pembaca supaya makalah selanjutnya bisa lebih baik dari sebelumnya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Konsep Depresi dan Demensia. Semoga makalah kami buat ini bisa bermafaat bagi pembaca. Demikianlah makalah yang kami susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang berkenan (sopan) kami mohon sebesar-besarnya, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 2 April 2019

Penyusun,

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................................... 2 Daftar Isi .................................................................................................................................. 3

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 4 1.3 Tujuan ................................................................................................................................ 4 1.4 Manfaat .............................................................................................................................. 4

BAB II : PEMBAHASAN 2.1 Konsep Depresi .................................................................................................................. 5 2.2 Konsep Demensia ............................................................................................................ 14

BAB III : PENUTUP 3.1 Simpulan .......................................................................................................................... 21 3.2 Saran ................................................................................................................................ 21 Daftar Pustaka…………………………………………………………………….………... 22

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien klien berubah. Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan. Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya. Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai masalah.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Konsep Depresi dalam keperawatan jiwa ? 2. Bagaimana Konsep Demensia Dalam Keperawatan jiwa ?

1.3 Tujuan 1. Untuk memahami Konsep Depresi dalam Keperawatan Jiwa. 2. Untuk mengetahui Konsep Demensia dalam Keperawatan Jiwa.

1.4 Manfaat Agar mampu menjelaskan konsep gangguan alam perasaan.

4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Konsep Depresi A. Pengertian Depresi Depresi adalah gangguan mood (kondisi emosional) berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang dan kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain seolah ada penghalang yang tampak atau timbul tanpa alasan yang jelas. Depresi dapat diartikan sebagai suatu reaksi yang berlebihan terhadap suatu kejadian yang menjadi pemicunya. Depresi juga dapat diartikan suatu jenis alam perasaan atau emosi yang disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi, kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit menurun. Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda. Depresi yang dialami ini berkolerasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang. Pada umumnya, mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi adalah kata yang memiliki banyak nuansa arti. Sebagian besar diantara kita pernah merasa sedih atau jengkel, menjalani kehidupan yang penuh masalah, merasa kecewa, kehilangan dan frustasi, yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan.

B. Penyebab depresi 1. Faktor genetik Seseorang yang dalam keluarganya diketahui menderita depresi berat memiliki resiko lebih besar menderita gangguan depresi daripada masyarakat pada umumnya. Gen berpengaruh dalam terjadinya depresi, tetapi ada banyak gen di dalam tubuh kita dan tidak ada seorangpun peneliti yang mengetahui secara pasti bagaimana gen bekerja. Dan tidak ada bukti langsung bahwa ada penyakit depresi yang disebabkan oleh faktor keturunan. 2. Susunan kimia otak dan tubuh Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi kita. Pada orang yang depresi ditemukan adanya perubahan dalam jumlah bahan kimia tersebut. Hormon adenalin yang memegang peranan utama 5

dalam mengendalikan otak dan aktivitas tubuh, tampaknya berkurang pada mereka yang mengalami depresi. Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menopause juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. 3. Faktor usia Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa golongan usia muda yaitu remaja dan orang dewasa lebih banyak terkena depresi. Hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat tahap-tahap serta tugas perkembangan yang penting, yaitu peralihan dari masa anak-anak kemasa remaja, remaja ke dewasa, masa sekolah ke masa kuliah atau bekerja, serta masa pubertas hingga ke pernikahan. Namun sekarang ini usia rata-rata penderita depresi semakin menurun, yang menunjukkan bahwa remaja dan anak-anak semakin banyak yang terkena depresi. Survei masyarakat terakhir melaporkan adanya prevalensi yang tinggi dari gejala-gejala depresi pada golongan usia dewasa muda yaitu 1844 tahun. 4. Gender Wanita dua kali lebih sering terdiagnosis menderita depresi daripada pria. Bukan berarti wanita lebih mudah terserang depresi, bisa saja karena wanita lebih sering mengakui adanya depresi daripada pria. Dan dokter lebih dapat mengenali depresi pada wanita. Bagaimanapun, tekanan

pada wanita yang mengarahkan pada depresi.

Misalnya, seorang diri dirumah dengan anak-anak kecil lebih jarang ditemui pada pria daripada wanita. Ada juga perubahan hormonal dalam siklus menstruasi yang berhubungan dengan kehamilan dan kelahiran dan juga menopause yang membuat wanita lebih rentan menjadi depresi atau menjadi pemicu penyakit depresi. 5. Gaya hidup Banyak kebiasaan dan gaya hidup tidak sehat berdampak pada penyakit misalnya penyakit jantung juga dapat memicu kecemasan dan depresi. Tingginya tingkat stress dan kecemasan digabung dengan makanan yang tidak sehat dan kebiasaan tidur serta tidak olahraga untuk jangka waktu yang lama dapat menjadi faktor beberapa orang yang mengalami depresi penelitian menunjukkan bahwa kecemasan dan depresi berhubungan dengan gaya hidup yang tidak sehat pada pasien berisiko penyakit jantung. Gaya hidup yang tidak sehat misalnya tidur tidak teratur, makan tidak teratur, pengawet dan pewarna buatan, kurang berolahraga, merokok, dan minum-minuman keras. 6. Penyakit fisik Penyakit fisik dapat menyebabkan depresi. Perasaan terkejut karena mengetahui kita memiliki penyakit serius dapat mengarahkan pada hilangnya kepercayaan diri dan penghargaan diri, juga depresi. Alasan terjadinya depresi cukup kompleks. Misalnya, depresi sering terjadi setelah serangan jantung, 6

mungkin karena seseorang merasa mereka baru saja mengalami kejadian yang dapat menyebabkan kematian atau karena mereka tiba-tiba menjadi orang yang tidak berdaya. Pada individu lanjut usia, penyakit fisik adalah penyebab yang paling umum terjadinya depresi. 7. Obat-obatan Beberapa obat-obatan untuk pengobatan dapat menyebabkan depresi. Namun bukan berarti obat tersebut menyebabkan depresi, dan menghentikan pengobatan dapat lebih berbahaya daripada depresi. 8. Obat-obatan terlarang Marijuana/Ganja, Heroin/ Putauw, Kokain, Ekstasi dan Sabu-sabu. 9. Sinar matahari Kebanyakan dari kita merasa lebih baik dibawah sinar matahari daripada mendung, tetapi hal ini sangat berpengaruh pada beberapa individu. Mereka baik-baik saja ketika musim panas tetapi menjadi depresi ketika musim dingin. Mereka disebut menderita seasonal affective disorder (SAD). 10.Kepribadian Aspek-aspek kepribadian ikut pula mempengaruhi tinggi rendahnya depresi yang dialami serta kerentanan terhadap depresi. Ada individu-individu yang lebih negative, pesimis, juga tipe kepribadian.

C. Proses Terjadinya Masalah Depresi Disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid, faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan akibat kerja keras. Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat dimengerti oleh orang lain. Penyebab depresi terbagi menjadi beberapa aspek menurut Beck yaitu :

7

1. Aspek Yang Dimanifestasikan Secara Emosional a) Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood); perasaan ini menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga kesedihan yang terus-menerus. b) Perasaan negatif terhadap diri sendiri ; perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas, hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri. c) Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan. Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab. d) Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan orang lain ; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan emosi terhadap orang lain. e) Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-tahun dapat bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat menangis. f) Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon. 2. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif a) Rendahnya evaluasi diri ; hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya. Biasanya mereka menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti kemampuan prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan sumber keuangannya. b) Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa dirinya jelek dan tidak menarik. c) Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak uasaha terapi yang dilakukan. d) Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk anggapan penderita bahwa dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan cenderung mengkritik dirinya untuk segala kekurangannya. 8

e) Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ; ini merupakan karakteristik depresi yang biasanya menjengkelkan orang lain ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk mengambil keputusan, memilih alternatif yang ada, dan mengubah keputusan. 3. Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional Meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat. 4. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik Meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat. Individu mengalami depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa, seperti sedih, pesimis, membenci diri sendiri, kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan selalu ingin menghindari orang lain. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala depresi yang dapat dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik dan pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi. Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon terhadap humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi sikap menyimpang penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya. Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang

D. Gejala-Gejala Depresi Sebelum mengenali gejala depresi, ada baiknya kita mengenal arti dari gejala. Gejala adalah sekumpulan peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang bersamaan. Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala fisik, gejala psikis, dan gejala sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi, dan menurunnya daya tahan, seperti berikut ini. 9

1. Gejala Fisik a. Kelakuan yang aneh pada waktu tidur Gangguan alam perasaan: 1. Depresi 2. Resiko mencederai diri 3. Koping maladaptif b. Kelesuan – apatis – omong kosong c. Hilangnya nafsu makan d. Kehilangan nafsu seks e. Penyakit-penyakit fisik yang ringan 2. Gejala Psikis a. Kehilangan rasa percaya diri Orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya. b. Sensitif Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain, mudah sedih, murung, lebih suka menyendiri. c. Merasa diri tidak berguna Perasaan ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang mereka kuasai. d. Perasaan bersalah Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut. e. Perasaan terbebani Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat. 10

3. Gejala Sosial Masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan atau aktivitas rutin lainnya. Lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif. Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

E.Ciri-ciri Kepribadian Penderita Depresi Ada beberapa ciri kepribadian orang-orang tertentu yang mudah terkena depresi bila dihadapkan pada situasi yang sulit, yaitu: 1. Individu yang sangat perasa dan tidak percaya diri. 2. Merasa diawasi. 3. Cenderung menjadi korban keraguan berat. 4. Cenderung mendramatisir. 5. Jika dihadapkan situasi yang sulit dimana perasaan mereka tak dipertimbangkan, mereka akan sedih, tidak puas, dan depresi. 6. Kepribadian histeris. Antara orang yang normal dan orang yang mengalami depresi dapat dibedakan satu sama lain melalui tingkah laku mereka atau ciri-ciri kepribadiannya. Ciri-ciri penderita depresi adalah sebagai berikut: 1. Mood dalam keadaan tertekan, berbeban berat, merasa sedih yang berkepanjangan, dan adanya perasaan kosong atau hampa. 2. Minat untuk melakukan aktivitas menjadi kurang dan tidak ada semangat dalam melakukan apapun. Padahal biasanya minat beraktivitas sangat tinggi dan bersemangat. 3. Berat badan bertambah atau menurun sebanyak 5% dari berat badan semula (normal). 4. Pola tidur berubah. Bisa juga menderita kesulitan tidur atau insomnia, bahkan sebaliknya yaitu merasa kebanyakan tidur. 5. Kondisi tubuh jadi cepat merasa lelah dan merasa tidak berenergi. 6. Adanya perasaan menjadi orang yang tak berguna dan tak berharga. Cenderung untuk meremehkan diri sendiri dan putus asa. 7. Sulit berkonsentrasi dan menjadi lamban dalam berpikir. 11

8. Muncul keinginan untuk bunuh diri.

F. Tips-Tips Mencegah Depresi Adapun tips yang disarankan dan juga dianjurkan untuk mencegah terjadinya depresi antara lain. 1. Terbuka dan jangan suka memendam masalah. Di dunia ini tidak ada orang yang luput dari masalah. Orang yang tidak mempunyai masalah cenderung tidak mempunyai pegangan. Sedikit sekali ada orang yang selalu bisa mengatasi masalahnya sendiri, jadi berbagilah kepada teman dekat. 2. Curhat dan Sharing. Kalau masalah tidak bisa dipecahkan secara sendiri lebih baik mengajak temam untuk sharing, atau siapa pun orang yang kita percayai. Karena dengan begitu siapa tahu kita bisa mendapat bantuan solusi untuk memecahkan masalah. Kalaupun enggak, paling tidak dengan berbagi cerita, perasan jadi lebih enteng dan pikiran tidak stres. 3. Kerjakan banyak hal. Saat waktu senggang dan masih muda, banyak cara untuk menghilangkan beban perasaan. Selain olahraga, membaca buku, menonton dan istirahat adalah pentung artinya dalam hidup. 4. Mencoba yang belum pernah. Bukan berarti coba-coba sesuatu yang mengundang risiko, akan tetapi menguji nyali diri untuk melakukan tantangan yang dapat men-support diri. 5. Banyak cara untuk meraih cita-cita, mewujudkan keyakinan dan harapan asal dengan sungguh dan pantang menyerah. Cara berserah diri dan sabar adalah pegangan supaya tidak terpeleset ke jurang kebimbangan. G. Cara Menanggulangi Depresi 1. Obat Antidepresan Ada beberapa obat antidepresan yaitu: a. Lithium. Lithium adalah obat yang digunakan untuk mengobati gangguan bipolar. b. MAOIs c. Tricyclics. d. SSRIs

12

2. CBT Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negative dan keyakinankeyakinan pasien yang tidak rasional. Jadi fokus teori ini adalah mengganti cara-cara berfikir yang tidak logis menjadi logis. 3. Terapi Interpersonal Terapi Interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit kejiwaan. 4. Konseling kelompok dan dukungan sosial Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor professional dengan beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil 5. Berolahraga Keadaan mood yang negative seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negative pula. Salah satu cara yang dapat dilakuakan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya

mood

negative adalah dengan berolahraga.

6. Diet (mengatur pola makan) Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah yaitu: Konsumsi kafein secara berkala. Konsumsi sukrosa (gula) Kekurangan biotin, asam folat dan vitamin B, C, kalsium, tembaga, magnesium Kelebihan magnesium Ketidakseimbangan asam amino Alergi makanan 7. Terapi Humor Sudah lama professional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa, merespons lebih baik terhadap pengobatan. Respons psiologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernapasan, sirkulasi, sekresi hormone dan enzim pencernaan dan peningkatan tekanan darah. 8. Berdoa Banyak orang mempunyai kecenderungan alami untuk berpaling pada agama dalam memperoleh kekuatan dan hiburan. 13

Bagi yang percaya, keyakinan yang kuat dan menjadi anggota aliran agama tertentu serta tujuan yang sama dapat menanggulangi penderitaan dan depresi. Berdoa merupakan salah satu cara untuk mengatasi depresi. Mengambil waktu untuk berdoa memberi kesempatan kepada kita menghentikan kegiatan kita dan jalan arus hidup kita. 9. Hidroterapi dan Hidrotermal Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatan penyakit terapi. Hidrotermal adalah penggunaan efek temperature air misalnya mandi air panas, sauna, dan lain-lain. Pengobatan dari hidroterapi berdasarkan efek mekanis dan atau termal dari air. Tubuh bereaksi pada stimulus panas dan dingin. Saraf mengantarkan rangsangan yang dirasakan kulit kedalam tubuh, dimana merangsang system imun, memengaruhi hormone stres, meningkatkan aliran tubuh dan mengurang rasa sakit.

2.2 Konsep Demensia A. Definisi Demensia Demensia adalah sindrom penurunan kognitif dan fungsional, biasanya terjadi di kemudian hari sebagai akibat neurodegenarif dan proses serebrosvaskuler (Killin, 2016). Demensia merupakan penyakit degeneratif yang sering menyerang pada orang yang berusia diatas 60 tahun. Demensia terjadi akibat kerusakan sel-sel otak dimana sistem saraf tidak lagibisa membawa informasi ke dalam otak, sehingga membuat kemunduran pada daya ingat, keterampilan secara progresif, gangguan emosi, dan perubahan perilaku, penderita demensia sering menunjukkan gangguan perilaku harian (Pieter and Janiwarti, 2011). Demensia adalah kondisi dimana hilangnya kemampuan intelektual yang menghalangi hubungan sosial dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal dan bukan sesuatu yang pasti akan terjadi dalam kehidupan mendatang, demensia dapat juga di sebabkan pleh bermacam macam kelainan otak. Hampir 55% penderita demensia disebabkan oleh Alzheimer, 25 35% karena strokedan 10-15% karena penyebab lain, banyak demensia yang diobati meskipun sangat sedikit darinya yang dapat disembuhkan (Asrori dan putri, 2014). Menurut Pieter et al (2011). Awalnya demensia bukan sekedar penyakit biasa, melaikan suatu penyakit yang terdiri dari beberapa gejala dari suatu penyakit sehingga membentuk perubahan kepribadian dan tingkah laku. Demensia timbul secara perlahan dan menyerang orang yang usia diatas 60 tahun. Demensia bukan merupakan bagian proses penuaan yang normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan dalam 14

otak menyebabkan hilangnya beberapa ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan penurunan kamampuan. Perubahan normal pada lansia tidak akan mempengaruhi fungsi. Orang yang lanjut usia lupa pada usia bukan merupakan pertanda dari demensia atau penyakit Alzheimer stadium awal. Pada penuaan normal, seseorang dapat lupa pada hal detail, kemuadian akan lupa secara keseluruan peristiwa yang baru terjadi.

B. Gejala-Gejala Demensia Menurut Pieter et al (2011), menyebutkan ada beberapa gejala antara lain : Gejala awal yang dialami demensia adalah kemunduran fungsi kognitif ringan, kemudian terjadi kemunduran dalam mempelajari hal-hal yang baru, menurunya ingatan terhadapperistiwa jangka pendek, kesulitan menemukan kata-kata yang tepat untuk diucapkan. Pada tahap lanjut, gejala yang diamali demensia antara lain sulit mengenali benda, tidak dapat bertindak sesuai dengan berancana, tidak bisa mengenakan pakaian sendiri, tidak bisa memperkirakan jarak dan sulit mengordinasinakan anggota tubuh. Gejala demensia selanjutnya yang muncul biasanya berupa depresi yang dialami pada lansia, dimana orang yang mengalami demensia sering kali menjaga jarak dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja di ikuti oleh munculnya penyakit lain dan biasanya akan memperparah kondisi lansia. Pada saat ini mungkin saja lansia menjadi sangat ketakutan bahkan hingga berhalusinasi. Disinilah peran keluarga sangat penting untuk proses penyembuhan, kerena lansia yang demensia memerlukan perhatian lebih dari keluarganya. Pada tahap lanjut demensia menimbulkan perubahan tingkah laku yang semakin mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali keluarga mengetahui perubahn tingkah laku yang dialami lansia pada demensia. Mengetahui perubahan tingkah laku pada demensia dapat memuculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan anggota keluarga, yakni harus dengan sabar merawat dan lebih perhatian terdapat anggota keluarga yang demensia. Perubahan perilaku lyang dialami lansia pada penderita demensia bisa menimbulkan delusi, halusinasi, depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi, ketidakmampuan melakukan tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal. Menurut Asrori dan putri (2014), menyebutkan ada beberapa tanda dan gejala yang dialami pada Demensia antara lain : 1. Kehilangan memori

15

Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa tentang informasi yang baru di dapat atau di pelajari, itu merupakan hal biasa yang diamali lansia yang menderitademensia seperti lupa dengan pentujuk yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita demensia akan sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya. 2. Kesulitan dalam melakukan rutinitas pekerjaan Lansia yang menderita Demensia akan sering kesulitan untuk menyelesaikan rutinitas pekerjaan seharihari. Lansia yang mengadalami Demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang langkahlangkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti menyiapkan makanan, menggunkan perlatan rumah tangga dan melakukan hobi. 3. Masalah dengan bahasa Lansia yang mengalami Demensia akan kesulitam dalam mengelolah kata yang tepat, mengeluarkan katkata yang tidak biasa dan sering kali membuat kalimat yang sulit untuk di mengerti orang lain. 4. Disorientasi waktu dan tempat Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit Demensia lupa dengan hari atau diaman dia berada, namun dengan lansia yang mengalami Demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana mereka berada dan baimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak mengetahui bagaimana kebali kerumah. 5. Tidak dapat mengambil keputusan Lansia yang mengalami Demensia tidak dapat mengambil keputusan yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat cuaca atau salah memakai pakaian, tidak dapat mengelolah keuangan. 6. Perubahan suasana hati dan kepribadian Setiap orang dapat mengalami perubahan suasan hati menjadi sedih maupun senang atau mengalami perubahan perasaann dari waktu ke waktu, tetapi dengan lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan marah tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang akan berubah sesuai dengan usia, namun dengan yang dialami lansia dengan demensia dapat mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya ketakutan, curiga yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan pada anggota keluarga. 16

C. Faktor penyebab Demensia 1. Penyakit alzheimer Penyebab utama penyakit demensia adalah penyakit alzheimer. Demensia 50% di sebabkan oleh penyakit alzheimer, 20% disebabkan gangguan pembulu otak, dan sekitar 20% gabungan keduannya serta sekitar 10% disebabkan faktor lain. Penyebab alzheimer tidak diketahui pasti penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan faktor genetik, penyakit alzheimer ini ditemukan dalam beberapa keluarga gen tententu. 2. Serangan Stroke Penyebab kedua demensia adalah serangan stoke yang terjadi secara ulang. Stroke ringan dapat mengakibatkan kelemahan dan secara bertahap dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak akibat tersumbatkan aliran darah (infark). Demensia multiinfark serasal dari beberapa stoke ringan, sebagian besar penderita stoke memliki tekanan darah tinggi (hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembulu darah pada otak. 3. Serangan lainnya Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi akibat pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS, dan hidrocefalus.

D. Jenis- Jenis Demensia 1. Demensia tipe alzheimer Demensia alzheimer adalah salah satu bentuk demensia akibat degerasi otak yang sering ditemukan dan paling ditakuti. Demensia alzheimer, biasanyadiderita oleh pasien usia lanjut dan merupakan penyakit yang tidak hanya menggerogoti daya pikir dan kemampuan aktivitas penderita, namun juga menimbulkan beban bagi keluarga yang merawatnya. Demensia alzheimer merupakan keadaan klinis seseorang yang mengalami kemunduran fungsi intelektual dan emosional secara progresif sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari. Gejalanya

dimulai dengan

gangguan

memori

yang mempengaruhi

keterampilan pekerjaan, sulit berfikir abstrak, salah meletakkan barang, perubahan inisiatif, tingkah laku, dan kepribadian. 2. Demensia vaskuler Demensia vaskuler merupakan jenis demensia terbanyak kedua setelah demensia Alzheimer. Angka kejadian pada demensia vaskuler tidak beda jauh dengan kejadian demensia alzheimer sekitar 47% dari populasi demensia keseluruhan. Demensia alzheimer 48% dan demensia oleh penyebab lain 5%. Kejadian vaskuler pada populasi usia <65

17

tahun sekitar 1,2-4,2%, dan pada kelompok usia >65 tahun menunjukkan angkat kejadian 0,7%, dan 8,1% pada kelompok usia diatas 90 tahun.

E. Stadium Demensia 1. Stadium I (stadium amnestik) Berlangsung selama 2-4 tahun dengan gejala yang timbul antara lain gangguan pada memori, berhitung, dan aktivitas spontan menurun. Fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami, kondisi seperti ini tidak mengganggu aktivitas rutin dalam keluarga. 2. Stadium II( stadium Demensia) Berlansung selama 2-10 tahun dengan gejala yang dialami seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada stadium ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan visuospasial, tidak mengenali anggota keluarganya, tidak ingat sudah melakukan tindakansehingga mengulanginya lagi, mengalami depresi berat sekitar 15-20%. 3. Stadium III Pada stadium ini berlangsung sekitar 6-12 tahun dengan gejala yang ditimbulkan penderita menjadi vegetatif, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain, membisu, daya ingat intelektual srta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak bisa mengendalikan buang air besar maupun kecil. Menyebabkan trauma kematian atau akibat infeksi.

F. Tahapan Demensia 1. EarlyStage Lansia yang mengalami Demensia dimulai secara bertahap sehingga akan sulit mengenali persis kapan gejala dimulai. Beberapa perubahan yang sering dialami sebagai bagian dari proses penuaan yang normal. Dalam tahap ini penderita mengalami kehilanganmemori jangka pendek, menjadi depresi dan sering agresif, menjadi disorientasi pada waktu, menjadikehilangan

keakraban

dengan

sekitarnya,

menunjukan

kesulitan

dalam

berbahasa,kurangnya inisiatif dan motivasi, hilangnya minat dan hobi serta aktifitas. 2. MiddleStage Dalam tahap ini, gajala yang cukup jelas terlihat dan mengganggu pekerjaan, sosialisasi serta kegiatan sehari-hari adalah menjadi sangan pelupa terutama kejadian baru yang dialami, kesulitan melakukan pekerjaan rumah tangga, kesulitan menemukan kata yang 18

tepat untuk diungkapkan, mudah berpergian dan tidak dapat kembali ketmpat asal, mendengar dan melihat sesuatu yang tidak ada, tidak bisa mengatur dirinya sendiri dan bergantung pada orang lain. 3. LateStage Pada tahan ini tahap akhir, pasien akan kehilangan fungsi serta lebih ketergantungan pada orang lain seprtisusah untuk makan, sulit untuk berbicara, tidak dapat mengenali orang atau obyek, berada di kursi roda ataupun tempat tidur, kesulitan berjalan, memiliki inkontenesia bowel dan urinary, kesulitan mengerti dan mengiterpretasikan kejadian.

G. Tingkatan Demensia 1) Demensia Buruk Demensia yang dikatakan buruk yang memiliki skor pemeriksaan MMSE dibawah 17 seperti disorintasi, gangguan bahasa, mudah bingung, dan penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita pada kondisi ini tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, mengalami gangguan visuospasial, tidak mengenali anggota keluarganya (Gluhm et all,2013). 2) Demensia Sedang Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE 1823 yang artinya fungsi memori yang terganggu bisa menyebabkan lupa akan hal baru yang dialami (Gluhm et all,2013). 3) Demensia dengan kondisi Baik Demensia yang dikatakan demensia sedang yaitu yang memiliki skor MMSE lebih 34 yang artinya lansia dalam kondisi ini masih mempunyai daya ingat yang tinggi (Gluhm et all,2013).

H. Faktor Resiko Demensia 1 Udara Faktor resiko lingkungan di udara menyebabkan terjadinya demensia, disebabkan tingginya kadar nitrogen oksidan, asap tembakau terbukti terkait dengan resiko demensia akibatpaparan lingkungan, asap tembakau dirumah, kantor dan di tempat kerja dan tempat lainnya. Durasi paparan serta memperkirakan kumulatif eksposur ( Killin et all, 2016). 2 Alumunium Tingkat konsumsi aluminium dalam air minum lebih dari 0,1 mg per hari dikaitkan dengan resiko demensia ( Killin et all, 2016). 19

3 Pekerjaan Orang dengan pekerjaan yang terlalu sering terkena kebisingan atau radiasi resiko terjadinya demensia ( Killin et all, 2016). 4 Vitamin D Orang yang kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan resiko dan pengembangan penyakit demensia ( Killin et all, 2016).

20

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Secara umum diketahui bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh adanya gangguan pada otak tapi tidak diketahui secara pasti apa yang mencetuskannya. Stress diduga sebagai pencetus dari gangguan jiwa tapi stress dapat juga merupakan hasil dari berkembangnya mental illness pd diri seseorang. Prinsip Keperawatan Jiwa 1) Manusia 2) Lingkungan 3) Kesehatan 4) Keperawatan Kesehatan jiwa meliputi : 1) Bagaimana perasaan anda terhadap diri sendiri 2) Bagaimana perasaan anda terhadap orang lain 3) Bagaimana kemampuan anda mengatasi persoalan hidup anda Sehari - hari. Fungsi perawat kesehatan jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan secara tiak langsung. Fungsi ini dapat icapai dengan aktifitas perawat kesehatan jiwa yang membantu upaya penanggulangan maslah kesehatan jiwa.

3.2 Saran Jika dalam penuilisan makalah ini terdapat kekuarangn dan kesalahan, kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di kemudian hari.

21

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Psikiatri Klinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (hal 189, 630) Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press (hal 94, 131,339, 385) Latipah, Eva. 2012. Gunarsa, Singgih D. & Gunarsa, Ny. Y Singgih. 2015. Psikologi Keperawatan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia ( hal 89) Maramis. 2012. Lumongga Namora. 2009.

Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Pranada

Pengantar Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pedagogia (hal 191) Sunaryo. 2014. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC (hal 70, 149) Sadock, Benjamin J.. 2010.

22

Related Documents


More Documents from "Auliya Fitri"