Makalah Kelompok 8.docx

  • Uploaded by: Rahamaddillah Al Fath
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kelompok 8.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,082
  • Pages: 15
Makalah Kurikulum Fisika Sekolah Menengah “PEMETAAN SK KD DAN KI KD”

Kelompok VIII Anggota

:

1. Revielni Sandra 2. Yuni Fitria 3. Wido Yudhistira 4. Trio Junira Fernando

Prodi

:

Pendidikan Fisika A

Dosen

:

Drs. Masril, M.Si. Fanny Rahmatina Rahim,S.Pd,M.Pd.

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya untuk Allah yang telah memberi kelancaran sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Kurikulum kami yang berjudul “Pemetaan SKKD/KI-KD untuk mata pelajaran SMP dan SMA” makalah ini disusun sesuai dengan berbagai sumber yang

kami dapatkan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Masril dan Buk Fani selaku dosen yang telah membimbing kami. Serta berbagai pihak yang telah membantu kami sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Akhirnya penulis berharap kepada Allah SWT memberikan balasan yang setimpal kepada pihak yang telah memberikan bantuan, Amiin ya rabbal’aalamin. Dalam penulisan makalah ini, penulis marasa masih banyak terdapat kekurangan, baik dari teknis penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Padang,15 April 2019

Kelompok VIII

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................2 DAFTAR ISI............................................................................. Error! Bookmark not defined. BAB IPENDAHULUAN ............................................................................................................4 I.I Latar Belakang ....................................................................................................................4 I.II. Rumusan Masalah ............................................................................................................4 I.III. Tujuan .............................................................................................................................5 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................6 BAB III PENUTUP ..................................................................................................................14

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional sebagaimana tercantum Implementasi permendikbud nomor 24 tahun 2016. Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa, dan olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global. Peningkatan relevansi pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasisi sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Implementasi permendikbud nomor 24 tahun 2016 tentang kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran pada kurikulum 2013 pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. I.II. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas dapat dirumuskan masalahnya yaitu: 1. Bagaimana Tingkat Ranah KD. 2. Bagaimana Indikator Pencapaian Kompetensi. 3. Bagaimana manfaat yang didapat dari pemetaan SK, KD, dan IPK

I.III. Tujuan Dari rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah: 1. Mahasiswa mampu memahami Tingkat Ranah KD 2. Mahasiswa mampu memahami Indikator Pencapaian Kompetensi 3. Mahasiswa mampu memahami manfaat yang didapat dari pemetaan SK, KD, dan IPK

BAB II PEMBAHASAN A. Tingkatan Ranah Kompetensi Dasar Benjamin Bloom dalam penelitiannya merumuskan taksonomi Bloom. Taksonomi ini ia bagi menjadi tiga domain utama, yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Sistem ini bersifat hirarki, yakni tingkatan yang lebih tinggi bergantung pada tingkatan di bawahnya. Terdapat perbedaan fokus dalam proses pencapaian kompetensi di Indonesia, KTSP menekankan pada pengetahuan, sedangkan kurikulum 2013 lebih menekankan pada tiga ranah, yakni ranah sikap, ranah pengetahuan, dan ranah keterampilan. Benjamin Bloom mengklasifikasikan kemampuan hasil belajar ke dalam tiga kategori, yaitu: 1. Ranah kognitif, meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan intelektual. 2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri atas aspek penerimaan, tanggapan, penilaian, pengelolaan, dan penghayatan (karakterisasi). 3. Ranah psikomotorik, mencakup kemampuan yang berupa keterampilan fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif. 1. Ranah Kognitif Mengingat Kata-kata operasional yang digunakan adalah mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali. Memahami Kata-kata operasional yang digunakan adalah menafsirkan, meringkas mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan. Menerapkan Kata-kata operasional yang digunakan adalah melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi. Menganalisis

Kata-kata operasional yang digunakan adalah menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, mengintegrasikan. Mengevaluasi Kata-kata operasional yang digunakan adalah menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan. Berkreasi Kata-kata operasional yang digunakan adalah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Dalam

berbagai

aspek

dan

setelah

melalui

revisi,

taksonomi

Bloom

tetap

menggambarkan suatu proses pembelajaran, cara kita memproses suatu informasi sehingga dapat dimanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa prinsip didalamnya adalah 1. Sebelum kita memahami sebuah konsep maka kita harus mengingatnya terlebih dahulu, 2. Sebelum kita menerapkan maka kita harus memahaminya terlebih dahulu, 3. Sebelum kita mengevaluasi dampaknya maka kita harus mengukur atau menilai, 4. Sebelum kita berkreasi sesuatu maka kita harus mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi, serta memperbaharui. Penahapan berpikir seperti itu bisa jadi mendapat sanggahan dari sebagian orang. Alasannya, dalam beberapa jenis kegiatan, tidak semua tahap seperti itu diperlukan. Contohnya dalam menciptakan sesuatu tidak harus melalui pentahapan itu. Hal itu kembali pada kreativitas individu. Proses pembelajaran dapat dimulai dari tahap mana saja. Namun, model pentahapan itu sebenarnya melekat pada setiap proses pembelajaran secara terintegrasi. Sebagian orang juga menyanggah pembagian pentahapan berpikir seperti itu karena dalam kenyataannya siswa seharusnya berpikir secara holistik. Ketika kemampuan itu dipisah-pisah maka siswa dapat kehilangan kemampuannya untuk menyatukan kembali komponen-komponen yang sudah terpisah. Model penciptaaan suatu produk baru atau menyelesaian suatu proyek tertentu lebih baik dalam memberikan tantangan terpadu yang mendorong siswa untuk berpikir secara kritis.

2. Ranah Afektif Ranah ini adalah ranah yang berkaitan dengan sikap seseorang. Ranah afektif terbagi menjadi: a. Penerimaan (Receiving) Meliputi penerimaan secara pasif terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai, dan keyakinan. Disini seseorang hanya dijadikan penerima dari pengaruh sekitarnya. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penerimaan adalah memilih, mengikuti, meminati, memberi, dan sebagainya. b. Tanggapan (Responding) Tanggapan berkenaan dengan jawaban dan kesenangan, menanggapi atau merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek tanggapan adalah mengajukan, melaporkan, menampilkan, mendukung, dan sebagainya. c. Penilaian (Valuing) Penilaian berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tertentu. Hal-hal yang akan dipercayai akan terlebih dahulu dinilai berdasarkan sistem nilai yang dianut. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penilaian adalah meyakini, mengusulkan, menekankan, meyakinkan, dan sebagainya. d. Pengelolaan (Organization) Pengelolaan meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi suatu sistem nilai. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek pengelolaan adalah mempertahankan, mengubah, memadukan, membentuk pendapat, dan sebagainya. e. Penghayatan (Characterization) Penghayatan merupakan keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek penghayatan adalah mendengarkan, memecahkan, mempengaruhi, dan sebagainya. 3. Ranah Psikomotor Secara garis besar taksonomi Bloom tentang psikomotor dibagi menjadi: a. Meniru (Imitation)

Meniru merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan contoh yang diamatinya walaupun belum mengerti makna atau hakikat dari keterampilan itu. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah mengkonstruksi, menggabungkan, mengatur, menyesuaikan, dan sebagainya. b. Memanipulasi (Manipulation) merupakan kemampuan dalam melakukan suatu tindakan seperti yang diajarkan, dalam arti mampu memilih yang diperlukan. Dalam aspek ini sudah dimunculkan kreasi dari apa yang ditiru. Kata kerja yang sering digunakan dalam mengukur aspek ini adalah menempatkan, membuat, memanipulasi, merancang, dan sebagainya. c. Ketelitian (Precision) melakukan tugas atau kegiatan dengan keahlian dan berkualitas tinggi tanpa bantuan atau instruksi, dapat menunjukkan aktivitas untuk pelajar lain. d. Artikulasi (Articulation) merupakan suatu tahap dimana seseorang dapat melakukan suatu keterampilan yang lebih komplek terutama yang berhubungan dengan gerakan interpretatif. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini adalah menggunakan, mensketsa, menimbang, menjeniskan, dan sebagainya. e. Pengalamiahan (Naturalisation) merupakan suatu penampilan tindakan dimana hal-hal yang diajarkan (sebagai contoh) telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan-gerakan yang ditampilkan lebih meyakinkan. Contoh kata kerja operasional yang biasa digunakan untuk mengukur aspek ini diantaranya adalah memutar, memindahkan, menarik, mendorong, dan sebagainya.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Dalam mengembangkan indikator perlu mempertimbangkan: (1) tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang digunakan dalam KD; (2) karakteristik mata pelajaran,

peserta didik, dan sekolah; dan (3) potensi dan kebutuhan peserta didik, masyarakat, dan lingkungan/ daerah. Dalam mengembangkan pembelajaran dan penilaian, terdapat dua rumusan indikator, yaitu: (1) Indikator pencapaian kompetensi yang dikenal sebagai indikator; dan (2) Indikator penilaian yang digunakan dalam menyusun kisi-kisi dan menulis soal yang di kenal sebagai indikator soal. Indikator dirumuskan dalam bentuk kalimat dengan menggunakan kata kerja operasional. Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan demikian indikator pencapaian kompetensi merupakan tolok ukur ketercapaian suatu KD. Hal ini sesuai dengan maksud bahwa indikator pencapaian kompetensi menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian hasil belajar dikembangkan oleh guru dengan memperhatikan perkembangan dan kemampuan setiap peserta didik. Setiap kompetensi dasar dapat dikembangkan menjadi dua atau lebih indikator pencapaian hasil belajar, hal ini disesuaikan dengan keluasan dan kedalaman kompetensi dasar tersebut. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan sampai tahapan penentuan dan pemetaan standar kompetensi, dan kompetensi dasar, serta indikator. 1. Mengidentifikasi karakteristik dan bekal kemampuan siswa. Karakter dan bekal kemampuan siswa harus terlebih dahulu diidentifikaasi oleh guru.Hal ini dilakukan untuk menentukan garis batas antara perilaku yang tidak perlu dan perlu ditetapkan sebagai indikator keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi.

2. Menentukan tahapan berpikir dari SK, KD dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang ingin dicapai. Pemetaan SK, KD dan IPK diperlukan untuk melihat secara keseluruhan bagaimana SK dan KD bisa dicapai. Sebagai contoh jika tahapan berpikir SK ada di C3 maka tahapan berpikir KD biasanya mulai C1, C2 sampai C3.Apabila akan mengembangkan IPK untuk KD dengan ranah berpikir C2 maka dimulai dengan membuat IPK dari C1 sampai akhirnya C2 yang merupakan ranah berpikir KD. 3. Menentukan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) masing-masing KD dengan memperhatikan tahapan berpikir SK dan KD. C. Beberapa manfaat yang didapat dari pemetaan yaitu: 1. Menentukan analisis materi pembelajaran. Penjabaran indikator dapat menentukan materi yang akan dibahas dalam pembelajaran yang dapat mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dijabarkan dalam indikator, dan memudahkan menentukan kedalaman materi dengan memperhatikan ranah berfikir SK, KD dan IPK-nya. 2. Menentukan kegiatan pembelajaran. Penjabaran indikator yang memudahkan penentuan materi tentu akan berdampak pada penentuan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Kegiatan ini meliputi 3 bagian, yaitu kegiatan Tatap Muka, Penugasan Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur untuk masing KD dan IPK.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan

pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, guru, dan lingkungan. Penugasan terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka.Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik.Penugasan terstruktur termasuk kegiatan perbaikan, pengayaan, dan percepatan. Selanjutnya adalah kegiatan mandiri tidak terstruktur yang merupakan kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur

sendiri oleh peserta didik yang akan dilakukan untuk mencapai indikator berdasarkan materi yang harus diberikan. 3. Menentukan teknik penilaian. Indikator-indikator pencapaian hasil belajar dari setiap kompetensi dasar merupakan acuan yang digunakan untuk melakukan penilaian sehingga dengan demikian penilaian yang akan dilakukan akan sesuai dan memenuhi aspek yang ingin dicapai oleh SK dan KD.

BAB III PENUTUP 1. Tingkat ranah KD Taksonomi tujuan pembelajaran dalam kawasan kognitif menurut Bloom terdiri atas enam tingkatan yaitu Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis, dan Evaluasi. 2. Indikator Pencapaian Kompetesi Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi menggunakan kata-kata operasional. Indikator ini merupakan tolak ukur ketercapaian suatu KD atau menjadi acuan penilaian mata pelajaran. 3. Beberapa manfaat yang didapat dari pemetaan yaitu: a. Menentukan analisis materi pembelajaran.. b.Menentukan kegiatan pembelajaran. c. Menentukan teknik penilaian.

DAFTAR PUSTAKA Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang standar kompetensi inti dan kompetensi dasar. https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2016/06/indikator-pencapaiankompetensi/(diakses tanggal 16 Maret 2019 pukul 15.05 WIB) http://enggar.net/2016/06/kata-kerja-operasional-baru-taksonomi-bloom/ (diakses tanggal 16 Maret 2019 pukul 15.18 WIB

Related Documents


More Documents from "Ozada Rasifa"

Lampiran.pdf
June 2020 3
Makalah Kelompok 8.docx
December 2019 33
Palak Kamuu.pdf
November 2019 15
December 2019 6