MAKALAH IPA SMP/MTS KLS IX TANAH DAN ORGANISME TANAH DALAM KEHIDUPAN
Disusun oleh kelompok 10:
1. Rhoudatul Annisa
(16033060)
2. Devi Prawitri Solichatin (16033010) 3. Tessa Desria Putri Liza
(16033034)
Dosen Pembimbing : Silvi Yulia Sari, S.Pd., M.Pd.
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019
KATA PENGANTAR
Atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa yang telah memberikan nikmat kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun Makalah ini dengan baik guna melengkapi dan memenuhi Tugas Mata Kuliah IPA SMA kelas 9 yang berjudul “Tanah Dan Mikroorganisme Tanah Bagi Keberlangsungan Kehidupan” Dengan rasa bangga pula penulis sajikan Makalah ini dengan semaksimal mungkin agar dalam penyajian Makalah ini benar-benar memuaskan, cukup memadai, mudah dipahami, dan ada manfaat. Walaupun demikian penulis memaklumi bahwa Makalah yang penulis sajikan belum sempurna. Meski penulis telah berusaha semaksimal mungkin, Penulis berharap semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan akan menambah pengetahuan. Dalam penyusunan Makalah ini penulis berpedoman pada teori yang dipelajari. penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan atas segala kekurangannya penulis mohon saran dan kritik yang dapat memperbaiki pembuatan Makalah lainnya.
Padang, 6 April 2019
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Tanah merupakan tempat tinggal milyaran makhluk hidup yang sangat berperan dalam menjaga kelangsungan hidup di bumi. Makhluk hidup yang tak tampak oleh penglihatan kita bukanlah makhluk hidup yang tidak berguna, justru organisme itulah yang membantu menyediakan nutrisi untuk tumbuhtumbuhan. Tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan tempat tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan serta tempat hidupnya berbagai jenis hewan dan mikroorganisme. Tanah terbentuk dari pelapukan batu secara biologis, fisika, dan kimiawi. Komponen tanah berupa batuan, udara, air, humus, mineral, dan komponen organik. Mikroorganisme terdapat dimana-mana, seperti di dalam tanah, lingkungan akuatik, atmosfer, dibawa arus udara dari permukaan bumi ke lapisan atmosfer, dari puncak gunung dan di dasar lautpun mungkin dijumpai. Mikroorganisme hidup jika berada pada kondisi yang sesuai, yaitu mendapatkan cukup makanan, kelembaban, dan suhu. Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan abiotik dan biotik dari suatu ekosistem karena perannya sebagai pengurai. Beberapa organisme tanah mampu meningkatkan kesuburan tanah melalui hasil samping yang dihasilkan, seperti organism pelarut fosfat ataupun penambat N-bebas yang hidup bebas/soliter ataupun yang hidup bersimbiose secara mutualistis dengan tanaman. Benang-benang miselium/hifa dari jamur benang (fungi) juga dapat mengikat agregat-agregat tanah untuk saling berikatan, sehingga tidak mudah rusak dan tahan terhadap tekanan fisik/ erosi. Fauna tanah yang hidup di dalam tanah dengan menggali lubang dan mencampur tanah dapat memperbaiki aerasi dan kesuburan tanah. Sebaliknya juga terdapat organisme tanah yang merugikan tanaman, seperti organisme hama ataupun penyakit tanaman. Untuk itu selektivitas dalam pemberdayaan organisme tanah sesuai dengan yang diharapkan perlu diperhatikan, agar nilai manfaat dari aktivitas organisme target tersebut dapat membantu memperbaiki produktivitas tanah. B.
Rumusan Masalah 1. Jelaskan peranan tanah bagi keberlangsungan kehidupan ? 2. Jelaskan
peranan
mikroorganisme
kehidupan ? 3.
Jelaskan proses pembentukan tanah?
4.
Jelaskan komponen penyusun tanah?
C. Tujuan
tanah
bagi
keberlangsungan
1.
Agar pembaca dapat memahami peranan tanah bagi keberlangsungan kehidupan
2.
Agar pembaca mengetahui peranan mikroorganisme tanah bagi keberlangsungan kehidupan
3.
Agar pembaca mengetahui proses pembentukan tanah
4.
Agar pembaca mengetahui komponen penyusun tanah
BAB II PEMBAHASAN
A. Tanah Dalam Kehidupan Pengertian dari Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu. Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut : 1. Tanah adalah bentukan alam, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam. 2. Tanah adalah sarana produksi tanaman yang mampu menghasilkan berbagai tanaman. Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit bumi yang lunak dan gembur yang berasal dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-lapisan yang berbeda warna sampai ke dalam terdapat bagian keras yang sulit ditembus disebut batuan induk. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena tanah merupakan pondasi utama dari semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, tanah berfungsi sebagai sumber kekayaan karena tanah dan kandungannya bisa memberikan berbagai sumber pendapatan bagi pemiliknya ataupun mereka yang menguasai. Tanah merupakan aspek penting dalam kehidupan. Tumbuhan sebagai produsen nomor satu amat bergantung pada tanah untuk berkembang biak. Demikian halnya dengan manusia, manusia bergantung pada tanaman untuk mendapatkan bahan makanan dan untuk berkembang biak. Oleh karena itu, tanah merupakan aspek penting yang harus senantiasa mendapat perhatian untuk kesejahteraan hidup manusia.
B. Proses Pembentukan Tanah
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut. Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Gambar 1:Tahap Pembentukan Tanah Tahap I: Proses Pelapukan Batuan Pada tahap ini permukaan batuan yang tersingkap di permukaan akan berinteraksi secara langsung dengan atmosfer dan hidrosfer. Keadaan ini akan menyebabkan permukan batuan ada pada kondisi yang tidak stabil. Pada keadaan ini lingkungan memberikan pengaruh berupa perubahanperubahan kodisi fisik seperti pendinginan, pelepasan tekanan, pengembangan akibat panas (pemuaian), kontraksi (biasanmya akibat pembekuan air pada pori-pori batuan membentuk es), dan lain sebagainya, menyebabkan terjadinya pelapukan secara fisik (disintegrasi). Pelapukan fisik ini membentuk rekahan-rekahan pada permukaan batuan (Cracking)
yang lama kelamaan menyebabkan permukaan batuan terpecah-pecah membentuk material lepas yang lebih kecil dan lebih halus. Kamudian selain itu, akibat berinteraksinya permukan batuan dengan lapisan atmosfer dan hidrosfer juga akan memicu terjadinya pelapukan kimiawi (Dekomposisi) diantaranya proses oksidasi, hidrasi, hidrolisis, pelarutan dan lain sebagainya. Menjadikan permukaan batuan lapuk, dengan merubah struktur dan komposisi kimiawi material batuannya. Membentuk material yang lebih lunak dan lebih kecil (terurai) dibanding keadaan sebelumnya, seperti mineral-mineral lempung. Berikut adalah 3 jenis proses pelapukan secara umum : a.
Pelapukan Fisik
adalah hancur dan lepasnya material batuan tanpa merubah struktur kimiawi dari batuan tersebut. Pelapukan kimia ini merupakan proses penghancuran bongkahan batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan fisik adalah :
Perbedaan Temperatur – Temperatur disini berpengaruh terhadap pelapukan fisik, dimana batuan akan mengalami proses pemuaian apabila temperatur panas dan akan mengalami pengecilan volume apabila temperatur dingin. Apabila hal ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka lambat laun batuan tersebut akan terbelah dan pecah menjadi batuan-batuan kecil. Erosi – erosi dapat mempengaruhi pelapukan karena air yang membeku diantara batuan volumenya akan membesar dan yang terjadi adalah air akan membuat tekanan yang dapat merusak struktur batuan.
b. Pelapukan Kimiawi Adalah proses pelapukan massa batuan dimana perubahan susunan kimiawai batuan lapuk ikut mengalami pelapukan. Proses pelapukan kimia dibagi menjadi 4, yaitu :
Hidrasi – Hidrasi adalah proses pelapukan batuan yang terjadi di permukaan batuan saja. Hidrolisa – Hidrolisa adalah proses penguraian air atas unsur-unsurnya yang berubah menjadi ion positif dan denatif. Oksidasi – Oksidasi adalah proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi pada umumnya memiliki warna kecoklatan, hal ini disebabkan karena kandungan besi dalam batuan akan mengalami pengkaratan. Proses ini memerlukan waktu yang sangat lama akan tetapi batuan akan tetap mengalami pelapukan. Karbonasi – adalah proses pelapukan batuan oleh gas karbondioksida. Dimana gas ini terdapat pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Contoh batuan yang mengalami proses karbonasi adalah batuan kapur.
Tidak hanya itu saja, pelapukan secara kimiawi juga disebabkan oleh hujan asam dimana hujan asam didapatkan dari kondensasi metana, sulfur dan klorida yang terbawa oleh hujan yang bersifat korosif. c.
Pelapukan Biologi
Adalah pelapukan yang terjadi disebabkan oleh makhluk hidup. Pelapukan ini terjadi secara terus menerus setelah tanah terbentuk. Dimana pelapukan biologi ini merupakan pelapukan penyempurna dari sifat-sifat tanah yang akan terbentuk.
Tahap II : Proses Pelunakan Struktur Pada tahapan ini, setelah mengalami pelapukan bagian permukaan batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak. Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga, dengan proses-proses yang sama, terjadilah pelapukan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Selain itu, pada tahap ini di lapisan permukaan mulai terdapat (Organic Matter) calon makhluk hidup. Tahapan III: Proses Tumbuhnya Tumbuhan Perintis Pada tahap ini, di lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuhtumbuhan perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada lapisanlapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/ jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara. Selain itu, dengan kehadiran tumbuhan, material sisa tumbuhan yang mati akan membusuk membentuk humus (akumulasi asam organik). Pada dasarnya humus memiliki sifat keasaman. Proses pelapukan akan dipicu salah satunya oleh adanya faktor kesaman. Sehingga dengan hadirnya humus akan mempercepat terjadinya proses pelapukan. Pembentukan larutan asam pun terjadi pada akar-akar tanaman. Akar tanaman menjadi tempat respirasi (pertukaran antara O2 dan CO2) serta traspirasi (sirkulasi air). Air yang terinfiltrasi ke dalam lapisan tanah akan membawa asam humus yang ada di lapisan atas melalui rekahan-rekahan yang ada. Menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Ini semua akan menyebabkan meningkatnya keasaman pada tanah yang kemudian akan memicu terjadinya pelapukan pada bagian-bagian tanah serta batuan yang lebih dalam. Membentuk lapisan-lapisan tanah yang lebih tebal. Dengan semakin tebalnya lapisan-lapisan tanah, air yang tefiltrasi ke dalam lapisan tanah dapat melakukan proses pencucian (leaching) terdadap lapisan-lapisan yang dilaluinya. Ssehingga tahapan ini merupakan awal terbetuknya horison-horoison tanah.
Tahap IV : Proses Penyuburan Pada tahapan ini, tanah telah menjadi lebih subur. Sehingga tumbuhlah tumbuhan-tumbuhan yang lebih besar. Dengan hadirnya tumbuhan yang lebih besar, menyebabkan akar-akar tanaman menjangkau lapisan batuan yang lebih dalam. Sehingga terbentuk rekahan pada lapisan batuan yang lebih dalam. Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang dijelaskan pada tahaptahap sebelumnya, keadaan ini mempercepat terjadinya peroses pelapukan yang terjadi pada lapisan batuan yang lebih dalam lagi. Kemudian pada tahapan ini juga terjadi proses pencucian yang intensif. Air yang ter-infiltrasi (meresap) ke dalam lapisan-lapisan tanah membawa mineral-mineral yang ada di lapisan atas dan mengendapkannya pada lapisan-lapisan dibawahnya. Sehingga terbentuklah akumulasi mineral-mineral tertentu pada lapisan-lapisan tanah tertentu membentuk horison tanah. Horizon-horizon tanah ini mengandung komposisi unsur serta karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
C. Komponen Penyusun Tanah Tanah mineral yang dapat berfungsi sebagai media tumbuh ideal secara material tersusun oleh 4 komponen, yaitu bahan padatan (mineral dan bahan organik ) , air dan udara. Berdasarkan volumenya, maka tanah secara rerata terdiri dari: (1) 50 % padatan, berupa 45 % bahan mineral dan 5 % bahan organik, dan (2) 50 % ruang pori, berisi 25 % air dan 25 % udara. Khusus untuk tanah gambut yang banyak tersebar di kawasan rawa Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan, dan Papua, komposisi ini relatif berlainan, karena bagian padatannya 100 % dapat berupa bahan organik, sedangkan ruang porinya 100 % dapat terisi air, sehingga ketiadaan bahan mineral dan udara pada tanah ini merupakan masalah utama dalam pemanfaatannya menjadi lahan pertanian produktif.
4 Komponen penyusun tanah yaitu : 1) Bahan Mineral berasal dari pelapukan batu-batuan susunan di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan susunan mineral batuan yang di lapuk batuan : batuan beku/vulkanik (dari gunung berapi), batuan endapan (sedimen) dan batuan metamorfosa Bahan mineral dapat dibedakan menjadi : fraksi tanah halus (fine earth fraction) berukuran <2 mm (pasir, debu dan liat). fragmen batuan (rock fragment) berukuran >2 mm (kerikil, kerakal dan batu). 2) Bahan Organik Bahan organik merupakan komponen tanah yang hanya memiliki presentase komposisinya hanya sebesar 5%. Bahan organik ini terbentuk dari sebuah proses yang bersumber dari hewan dan tumbuhan yang telah mati dan proses tersebut sering dinamakan Dekomposisi. Dekompesor itu nantinya akan menguraikan bahan organik menjadi senyawa organik yang memiliki bayak manfaat untuk tanah. Walaupun memiliki komposisi yang sedikit yakni hanya 5%, tapi sangat berpengaruh besar terutama pada sifat fisik tanah dan sifat kimia. Sumber organik tersebut dibedakan menjadi beberapa bagian berdasarkan sumbernya, berikut penjelasannya. • Sumber primer Sumber primer merupakan sumber utama yang paling mudah didapatkan daripada yang lain. Biasanya berasal dari tumbuhan layu yang sudah mati. • Sumber Sekunder Sumber sekunder merupakan sumber selingan yang berasal dari hewan. Bagian hewan yang dapat diuraikan adalah bagian kotorannya yang bisa diolah menjadi pupuk. • Sumber Tersier Sumber tersier merupakan sumber tambahan yang berasal dari pupuk.
3) Air Air merupakan komponen yang terbilang cukup penting dalam sebuah proses pembentukan tanah dan memiliki sebuah presentase 25%. Kalian pasti sering melihat orang yang sedang menyiram tanamannya dengan air, hal itu berguna untuk menyuburkan tanah karena air akan menempati di bagian pori-pori tanah. Perlu kalian ketahui, komposisi udara dan air di dalam tanah memiliki perbandingan terbalik, kedua komponen tersebut akan bergantung satu sama lain. Kandungan udara dalam tanah akan bergantung pada tinggi rendahnya air. Semakin banyak air yang ada di dalam tanah, maka kandungan udara didalam tanah akan sedikit, begiu juga sebaliknya. Keberadaan air dalam tanah dibedakan menjadi beberapa bagaian: • Ketersediaan Air Ketersediaan air dalam tanah memiliki hubungan yang erat dengan tanaman yang ditanam. Semakin sedikit ketersediaan air, maka tumbuhan yang ditanam dalam tanah tersebut akan cepat layu, dan itu adalah suatu hal yang bisa anda buktikan sendiri di rumah. • Titik Layu Permanen Hal ini terjadi jika akar dari sebuah tanaman tidak bisa lagi menyerap air yang ada didalam tanah. Tanaman tersebut akan layu dan kemudian mati. • Kapasitas Lapang Kapasitas lapang di sini maksudnya seberapa lembap tanah tersebut dan berapa banyak air yang bisa ditampung dalam tanah tersebut. Komposisi air dalam tanah akan sangat berpengaruh terhadap kelembapan tanah tersebut. 4) Udara Komponen yang memiliki sifat yang sama dengan air. Udara memiliki presentase 25% yang artinya sama dengan komposisi air. Adanya udara dalam tanah memugkinkan beberpa mahluk hidup yang bisa hidup di tanah seperti cacing, semut, dan mahluk hidup yang lainnya. Sifat udara ini memiliki sifat yang sama dengan air, yakni udara bisa tertekan keluar yang di akibatkan oleh air. Setelah mengetahui komponen komponen tanah di atas, kita tahu bahwa tanah memiliki peran penting bagi mahluk hidup yang ada di bumi terutama pohon. Pohon sangat bergantung pada tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang tinggi agar bisa hidup dan berkembang dengan baik. Tanah juga sebgai tempat tinggal beberpa hewan seperti semut, cacing, belut dan mahluk hidup yang lainnya yang bersarang di dalam tanah.
D. Peranan Tanah Tanah merupakan tempat hidup bagi berbagai makhluk hidup, termasuk tempat hidup bagi tumbuhan. Oleh karena itu, tanah harus dapat menyediakan segala keperluan hidup bagi tumbuhan tersebut sehingga dapat terus tumbuh dan menghasilkan buah sehingga dapat kita nikmati. Tumbuhan memerlukan unsur hara atau nutrisi pada tanah yang berupa mineral-mineral dan air yang terkandung dalam tanah. Beberapa tumbuhan, misalnya tanaman polong-polongan dan kacang-kacangan membutuhkan bakteri yang ada di tanah untuk membantu akar melakukan penyerapan dan pengolahan zat hara.
Beberapa peranan tanah antara lain sebagai berikut.
1) Tempat Hidup Hewan dan Bakteri. Ternyata di dalam tanah terdapat banyak sekali hewan. Tanah berfungsi sebagai tempat hidup bagi berbagai macam hewan. Selain hewan, pada tanah juga terdapat bakteri, meskipun tidak dapat dilihat pada saat pengamatan. Bermilyar-milyar hewan dan bakteri hidup di atas dan dalam tanah. 2) Penunjang Kesehatan dan Penyedia Keperluan Manusia. Pertandingan sepak bola biasanya dilaksanakan di lapangan sepak bola, yang berupa lapangan rumput. Berbagai aktivitas manusia seperti sepak bola, bermain kelereng, dan lainnya dilakukan di atas tanah. Rumah sebagian besar manusia dibangun di atas tanah. Manusia juga menggunakan berbagai jenis tanah sebagai bahan bangunan rumah. Berbagai macam barang kerajinan dan perabotan rumah tangga juga banyak yang dibuat dari tanah. 3) Penyedia Tambang atau Bahan Galian. Selain mengandung nutrisi yang penting bagi tumbuhan, tanah menyimpan berbagai macam logam, batubara dan minyak bumi yang dibutuhkan oleh manusia untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Emas, perak, timah, dan benda logam lain tersebar luas di dalam tanah, tetapi hanya beberapa wilayah di Indonesia yang tanahnya mengandung logam-logam tersebut. Batubara dan minyak bumi juga tersimpan di tanah, sehingga perlu dilakukan penambangan dan pengeboran untuk mendapatkannya. 4) Penyedia dan Penyaring Air. Air bersih yang berasal dari tanah biasanya dimanfaatkan untuk minum, mandi, mencuci, dan memasak oleh masyarakat. Rumah tangga dan industri banyak menghasilkan limbah berupa air. Air kotor sisa buangan rumah tangga atau industri ada yang diolah dan ada juga yang langsung dibuang ke tanah melalui aliran sungai.
Beberapa bahan penyebab polusi (polutan) yang masuk ke tanah yang melalui air atau secara langsung masuk ke tanah dapat dinetralkan dan menjadi bahan yang tidak membahayakan lingkungan. Hal ini karena di dalam tanah terdapat bakteri atau mikroorganisme yang berfungsi menguraikan senyawa kompleks atau yang berbahaya menjadi lebih sederhana dan tidak merusak lingkungan.
E. Peran Organisme Tanah
Organisme tanah atau disebut juga biota tanah merupakan semua makhluk hidup baik hewan (fauna) maupun tumbuhan (flora) yang seluruh atau sebagian dari fase hidupnya berada dalam sistem tanah. Tanah menyimpan milyaran organisme di dalamnya. Selain makhluk hidup yang tampak secara kasat mata, di dalam tanah juga terdapat milyaran organisme yang tinggal di dalamnya. Organisme tanah pada umumnya berada pada lapisan tanah bagian atas, kurang lebih 10 cm di bawah permukaan tanah. Aktivitas biologis yang ada di tanah 80-100% dilakukan oleh jamur dan bakteri. Beberapa contoh mikroorganisme dalam tanah antara lain sebagai berikut. No.
Jenis Mikroorganisme
Peran dan Fungsi
Contoh
1. 2. 1. Bakteri
Perubah bahan organik Memonopoli dalam reaksi Nitrosomonas, enzimatik (oksidasi dan Fiksasi) Ozotobakter, dan 3. Senyawa ekstraselluler berperan Rizobium sebagai pengikat (binding agent) partikel-partikel tanah 1.
2. Protozoa
Mempercepat tersedianya unsur Amoeba, Siliata, hara bagi tanaman dan Flagelata 2. Dekomposisi bahan organik 3. Memangsa bakteri dan jamur 1.
3. Jamur (fungi)
Sangat penting dalam dekomposisi senyawa organik yang resisten terhadap pelapukan (lignin) 2. Hifanya berperan penting dalam Mikoriza dan pembentukan struktur (mengikat Rhizobium partikel tanah) 3. Bebepa jenis jamur bersimbiose dengan perakaran tanaman untuk
meningkatkan pengambilan air dan hara serta menekan populasi penyakit
Hasil dari aktivitas biologis yang dilakukan oleh hewan, jamur, dan mikroorganisme inilah yang dapat mempengaruhi kesuburan, tekstur tanah, dan kegemburan tanah.
Berikut ini uraian lebih lanjut tentang beberapa peranan organisme tanah.
a) Dekomposer. Organisme tanah melakukan dekomposisi atau penguraian terhadap bahan-bahan organik yang berasal dari sisa makhluk hidup. Misalnya, daun-daun yang telah jatuh ke tanah, ranting-ranting, dan jasad hewan yang telah mati menjadi materi organik yang lebih sederhana. Selain menguraikan materi organik, organisme tanah juga dapat membantu pelapukan bantuan menjadi bahan-bahan anorganik atau yang biasa kita sebut mineral tanah. Materi organik dan mineral yang ada di tanah inilah yang disebut dengan zat hara atau nutrisi bagi tanaman. Keberadaan organisme tanah sebagai dekomposer dimanfaatkan untuk membuat pupuk kompos, yaitu pembuatan pupuk dari bahan organik. b) Pereaksi Kimia dalam Tanah. Bakteri yang terdapat di tanah terlibat dalam reaksi penguraian materi organik. Misalnya bakteri Nitrosomonas yang terlibat dalam reaksi penguraian materi organik kompleks yang berasal dari sisa makhluk hidup menjadi nitrat, senyawa yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Mikoriza, yaitu jamur yang mampu membantu tanaman untuk meningkatkan kemampuannya menyerap unsur hara berupa fosfor. c) Pengurai Polutan dalam Tanah.
Organisme tanah dapat berperan sebagai agen biologis yang mampu membersihkan polutan dalam tanah. Organisme tanah menguraikan bahan kimia yang masuk ke tanah misalnya herbisida dari hasil pertanian. Penguraian herbisida dapat dilakukan dengan lebih cepat jika aktivitas organisme tanah semakin tinggi. Unsur racun dan polutan seperti arsenik, kromium, dan merkuri dapat “terkunci” di tanah karena terakumulasi di dalam tubuh bakteri. Polutanpolutan tersebut tidak menyebabkan polusi bertambah parah. d) Pencegah Penyakit Tanah. Pada kondisi normal ketika tanah memiliki jumlah senyawa organik dan aktivitas organisme yang tinggi maka organisme tanah dapat melawan organisme penyakit yang masuk ke tanah. Kondisi tanah yang normal dapat tercipta ketika aktivitas pertanian danperkebunan tidak berlebihan dan tidak banyak menggunakan bahan kimia untuk pupuk dan pestisida. Secara alami, organisme yang ada di tanah memanfaatkan prinsip pengendalian biologis, yaitu predator dan mangsa sehingga organisme yang mengganggu tanah dapat terkendali. e) Pemberi Pengaruh pada Tekstur Tanah. Tanah dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan teksturnya. Jenis tanah dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel penyusun yang paling banyak terdapat pada tanah tersebut. Partikel yang terdapat di dalam tanah adalah pasir, liat, dan debu. Pembentukan tekstur tanah ini tentunya tidak lepas dari bantuan beberapa makhluk hidup seperti cacing atau akar tumbuhan yang mampu mempercepat pemecahan partikel-partikel tersebut dari batuan. f)
Pengatur Kegemburan dan Struktur Tanah. Struktur tanah merupakan susunan partikel-partikel tanah yang terikat satu sama lain menjadi suatu gumpalan. Partikel-partikel tanah direkatkan oleh suatu perekat seperti bahan organik yang dihasilkan oleh organisme tanah. Lendir yang dihasilkan oleh organisme tanah akan bercampur dengan tanah dan membuat partikel tanah terkumpul membentuk gumpalan-gumpalan tanah. Gumpalan tanah yang baik akan menunjang kehidupan organisme tanah dan juga menunjang pertumbuhan populasi organisme tanah. Keberadaan jamur di tanah juga mampu membantu pembentukan gumpalan tanah. Struktur tanah dan kegemburan tanah saling memiliki keterkaitan. Organisme tanah juga mampu membuat pori-pori tanah yang dapat menggemburkan tanah dan memungkinkan udara masuk ke dalam tanah (aerasi tanah). Pori-pori tanah dapat terbentuk karena adanya pergerakan organisme tanah seperti cacing tanah, lipan, dan kaki seribu. Pori-pori tanah juga berguna untuk meningkatkan penyerapan air oleh tanah. Tanah yang memiliki aerasi dan jumlah air yang cukup, sangat baik untuk menunjang pertumbuhan tanaman.
BAB III KESIMPULAN
Tanah merupakan komponen penting bagi keberlangsungan kehidupan di bumi. Tumbuhan memperoleh air dan nutrisi dari tanah, kemudian mengolahnya sehingga dapat dimanfaatkan oleh organisme yang lainnya termasuk kita. Selain itu, tanah berfungsi sebagai sumber kekayaan karena tanah dan kandungannya bisa memberikan berbagai sumber pendapatan bagi pemiliknya ataupun mereka yang menguasai. Tumbuhan sebagai produsen nomor satu amat bergantung pada tanah untuk berkembang biak. Demikian halnya dengan manusia, manusia bergantung pada tanaman untuk mendapatkan bahan makanan dan untuk berkembang biak. Oleh karena itu, tanah merupakan aspek penting yang harus senantiasa mendapat perhatian untuk kesejahteraan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Zubaidah, Siti dkk. 2015. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam/ Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Anwar. 2001. Budidaya Dan Pengolahan Karet. Jakarta : Gramedia Barbour
et
al.
1999.
The
Indonesian
Agroforest
Model.
Forest
Resource Management and Biodiversity Conservation. Dalam: Halday, P. dan Gilmour, D.A. (editor) Conserving Biodiversity Outside Protected Areas. Inggris : The Role of Traditional Agro-ecosystems. Madjid.2008. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : Tiga Serangkai Sutanto, Rachman. 2005. Dasar –Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta : Karnesius Van Noordwijk et al.2008. Biologi Tanah dalam Praktek. Bogor: IPB.