Makalah Kel 1 Tugas 5.docx

  • Uploaded by: wexcrevstrtyi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Kel 1 Tugas 5.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,815
  • Pages: 10
MAKALAH ILMU KESEHATAN ANAK “PENATALAKSANAAN BAYI RESIKO TINGGI DAN BERMASALAH YANG LAZIM DITEMUI”

Dosen : Nurkila Suaib, S.ST, M.Kes

OLEH : KELOMPOK I 1. Ayesha Pratiwi 2. Chrisye Y. Kemor 3. Chyntia Dewi Gundari 4. Desinca Samudranto 5. Murniyati Damopolii 6. Nurmawati Dagasina 7. Nursani Daud 8. Ririn Angraini SL 9. Sarniyanti M. Adam 10. Sukmawati A. Hanafi 11. Sri Nandawati Murad

POLTEKKES KEMENKES TERNATE PRODI D-IV KEBIDANAN 2017

KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga makalah “Penatalaksanaan Bayi Resiko Tinggi dan Bermasalah yang Lazim ditemui” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya, tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Makalah ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini disampaikan rasa terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada 1.

Ibu Nurkila Suaib, S.ST, M.Kes sebagai dosen Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Anak.

2.

Rekan–rekan dan semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan dorongan sehingga terwujud makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini kedepannya. Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.

Ternate, 11 September 2017

Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari ibu, maka terjadilah awal proses fisiologik. Banyak masalah pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia dan faali yang disebabkan oleh prematuritas, kelainan anatomik, dan lingkungan yang kurang baik dalam kandungan, pada persalinan maupun sesudah lahir. Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal di dunia pada bulan pertama kehidupan dan dua pertiganya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti BBLR, asfiksia neonatorium, hipotermia, ikterus, perdarahan tali pusat. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pencegahan dini dan pengobatan yang tepat (Kusmiyati, 2009). Dalam

makalah

ini,

kami

akan

membahas

secara

khusus

mengenai

penatalaksanaan bayi resiko tinggi dan bermasalah yang lazim ditemui yaitu hipotermia.

B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa Pengertian dan penatalaksanaan pada Hipotermia?

C. TUJUAN 1. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua pembaca. 2. Mengetahui tentang hipotermia. 3. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan penatalaksanaannya hipotermia.

BAB II PEMBAHASAN A. HIPOTERMIA Suhu tubuh rendah (hipotermia) dapat disebabkan oleh karena terpapar dengan lingkungan yang dingin (suhu lingkungan yang rendah, permukaan yang dingin atau basah) atau bayi dalam keadaan basah atau tidak berpakaian. Kenaikan suhu tubuh (hipotermia) dapat disebabkan karena terpapar dengan lingkungan yang hangat (suhu lingkungan panas, paparan sinar matahari atau paparan panas yang berlebihan dari inkubator atau alat pemancar panas). Hipotermia maupun hipertermia dapat merupakan tanda sepsis. Bila bayi telah dalam suhu lingkungan yang stabil inkubator atau ruangan rumah sakit dengan suhu yang konstan) selama minimal satu hari dan minimal tiga kali pemeriksaan suhu dalam batas normal (36,5-37,50 C), tetapi kemudian terjadi fluktuasisuhu naik atau turun,maka carilah tanda sepsis. MASALAH 

Suhu aksiler kurang dari 36,50 C



Suhu aksiler lebih dari 37,50 C.

TEMUAN 

Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dapatkan informasi tambahan berikut sebagai petunjuk manajemen



Tanya: -

Kapan bayi lahir, dan apakah bayi telah dikeringkan setelah lahir dan dijaga kehangatannya



-

Apakah bayi telah diselimuti sesuai dengan cuaca atau lingkungan

-

Dimana bayi tidur (misalnya: apakah bayi tidur terpisah dari ibu ?)

-

Apakah bayi terpapar dengan lingkungan yang panas (matahari, pemanas).

Bila bayi telah diletakan dibawah pemancar panas, atau didalam inkubator, atau dalam bks bayi dirumah sakit, periksa: -

Suhu ruangan

-

Pengaturan suhu diinkubator

-

Suhu inkubator atau dibawah pemancar panas yang sesungguhnya.

Temuan” Anamnesis -

Bayi

pemeriksaan terpapar

suhu -

lingkungan yang rendah -

-

Waktu timbulnya kurang dari dua hari

-

Bayi

terpapar

Gangguan napas Denyut jantung kurang

-

Malas minum

-

Letargi

suhu -

Suhu tubuh < 320C Tanda

lain

Hipotermia berat

hiportemia

Waktu timbulnya kurang sedang dari dua hari

-

hipotermia sedang

dari 100 kali/menit

lingkungan yang rendah -

Suhu tubuh 320C – 360C

klasifikasi

Tidak dingin

terpapar atau

panas

-

Kulit teraba keras

-

Napas pelan dan dalam

dengan -

Suhu tubuh berfluktuasi Suhu tubuh tidak stabil (lihat

yang antara 360C-390C meskipun dugaan sepsis)

berlebihan

berada

disuhu

lingkungan

yang stabil -

Fluktuasi terjadi sesudah periode suhu stabil

-

Bayi berada dilingkungan yang sangat panas, terpapar sinar didalam

matahari,

Suhu tubuh > 37,50C Tanda

dehidrasi

berada (elastisitas kulit turun, mata

inkubator,

atau dan ubun-ubun besar cekung,

dibawah pemancar panas

lidah dan membran mukosa kering) -

Malas minum

-

Frekuensi napas > 600C kali/menit

-

Denyut jantung < 1600C kali/menit

-

Letargi

-

iritabel

Hipertermia

1. Hipotermia Berat a. Segera hangatkan bayi dibawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnnya. Bila mungkin, gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu. Bila menggunakan cara lain untuk menghangatkan bayi (misalnya botol air panas), pastikan kulit bayi tidak menyentuh langsung karena bisa mnyebabkann luka bakar . pastikan juga sumber panas sudah diganti sebelum mulai dingin. b. Ganti baju yang dingin dan basah bila perlu, beri pakaian yang hangat, pakai topi dan selimuti dengan selimut yang hanga. c. Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi sering diubah. d. Bila bayi dengan gangguan napas (frekuensi napas lebih 60 atau kurang dari 30 kali/menit, tarikan dinding dada, merintih saat espirasi), lihat bab tentang gangguan panas. e. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa infus tetap terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan. f. Periksa kadar glukosa darah, bila kadar glukosa darah kurang dari 40 mg/dL (2,9 mmol/L), tangani hipokglikemia. g. Niai tanda kegawatan pada bayi (misalnya: gangguan napas, kejang atau tidak sadar) setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai suhu tubuh kembali dalam batas normal. h. Ambil sampel darah dan beri antibiotika sesuai dengan yang disebutkan dalam penanganan kemungkinan besar sepsis i. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:  Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.  Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras begitu suhu bayi mecapai 350C. j. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam.bila suhu naik paling tidak 0,50C/jam, berarti upaya menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam. k. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk mengahangatkan dan suhu ruangan setiap jam. l. Setelah suhu tubuh bayi normal:

 Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi  Pantau bayi selama 12 jam kemudian, dan ukur suhunya setiap 3 jam. m. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotika. Bila suhu bayi tetap dalam batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan dirumah sakit. Bayi dapat dipulangkan dengan nasehati ibu bagaimana cara menjaga bayi agar tetap hangat selama dirumah.

2. Hipotermia Sedang a. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,memakai topi dan selimuti dengan selimut yang hangat. b. Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakukan kontak kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat). c. Bila ibu tidak ada:  Hangatkan kembali bayi dengan alat pemancar panas, gunakan inkubator dan ruangan hangat, bila perlu.  Periksa suhu alat penghangat dan seluruh ruangan, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum dan sesuaikan pengatur suhu.  Hindari paparan panas yang berlebihan dan posisi bayi lebih sering diubah. d. Anjurkan ibu untuk menyusui lebih sering. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. e. Mintalah ibu untuk mengamati tanda kegawatan (misalnya ganguan panas, kejang tidak sadar) dan segera mencari pertolongan bila terjadi hal tersebut. f. Periksa kadar glikose darah, bila < 45 mg/dL (2.6 mmol/L), tangani hipoglikemia. g. Nilai tanda kegawatan misalnya, gangguan napas, bila ada tangani gangguan napasnya. h. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0.50C/jam, berarti usaha menghangatkan berhasil, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam. i. Bila suhu tidak naik atau naik terlalu pelan, kurang 0,50C/jam, cari tanda sepsis. j. Setelah suhu tubuh normal:  Lakukan perawatan lanjutan  Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhu setiap 3 jam.

k. Bila suhu tetap dalam batas normal dan bayi dapat minum dengan baik, serta tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan dirumah sakit, bayi dapat dipulangkan. Nasihati ibu cara menghangatkan bayi dirumah.

B. HIPERTERMIA Jangan memberi obat antipiretik kepada bayi yang suhu tubuhnya tinggi 1. Bila suhu diduga karena paparan panas yang berlebihan: 2. Bila bayi belum pernah diletakkan didalam alat penghangat: a. letakan bayi diruangan dengan suhu lingkungan normal (25-280C) b. lepaskan sebagian atau seluruh pakaiannya bila perlu c. periksa suhu aksiler setiap jam sampai tercapai suhu dalam batas abnormal; d. bila suhu sangat tinggi (> 390C), bayi dikompres atau dimandikkan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 40C lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 40C dibawah suhu bayi 3. Bila bayi pernah diletakkan dibawah pemancar panas atau inkubator a. turunkan suhu alat penghangat. Bila bayi didalam inkubator, buka inkubator sampai suhu dalam batas normal b. lepas sebagian atau seluruh pakaian bayi selama 10 menit kemudian c. beri pakaian lagi sesuai dengan alat penghangat yang digunakan d. Periksa suhu bayi setiap jam sampai sampai tercapai suhu dalambatas normal e. periksa suhu inkubator atau pemancar panas setiap jam dan sesuaikan pengatur suhu 4. Bila bukan karena paparan panas yang berlebihan : a. Terapi untuk kemungkinan besar sepsis b. Letakkan bayi diruang dengan suhu lingkungan normal (25-280C) c. Lepas pakaian bayi sebagian atau seluruhnya bila perlu d. Periksa suhu bayi setiap jam sampai dicapai suhu tubuh dalam batas normal e. Bila suhu sangat tinggi (lebih dari 390C), bayi dikompres atau dimandikkan selama 10-15 menit dalam air yang suhunya 40C lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah dari 40C dibawah suhu bayi.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Hipotermia maupun hipertermia dapat merupakan tanda sepsis. Bila bayi telah dalam suhu lingkungan yang stabil inkubator atau ruangan rumah sakit dengan suhu yang konstan) selama minimal satu hari dan minimal tiga kali pemeriksaan suhu dalam batas normal (36,5-37,50 C), tetapi kemudian terjadi fluktuasisuhu naik atau turun,maka carilah tanda sepsis.

B. SARAN Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini kedepannya. Akhir kata, semoga apa yang telah kami kerjakan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang memerlukan.

DAFTAR PUSTAKA 1. http://eklesialakotani.blogspot.co.id/2014/11/makalah-bayi-resiko-tinggi-dan.html 2. https://witasurvinasari.wordpress.com/2015/03/30/neonatus-resiko-tinggi-dan penatalaksanaan-nya-bblr/ 3. http://dwinugraheni124.blogspot.co.id/2014/10/makalah-asuhan-neonatus-bayi-danbalita.html

Related Documents


More Documents from "Aprillyanti Izzah"