Makalah Karangan Narasi.docx

  • Uploaded by: Khairinisa
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Karangan Narasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,942
  • Pages: 17
MAKALAH KETERAMPILAN MENULIS “Karangan Narasi” Dosen pengampu : Yulia Adiningsih, M.Pd.

Nama Kelompok : Siti Mutoharoh (0142S1B017063) Maya (0142S1B017054) Refi (0142S1B017044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH BOGOR TAHUN 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun yang menjadi judul makalah saya adalah “Karangan Narasi” yang di dalamnya memuat tentang keterkaiatan antara pengetahuan dan teori. Tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing kami “ Yulia Adiningsih, M.Pd.” dalam mata kuliah Keterampilan Menulis. Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, maka kepada pembaca, penulis memohon maaf sebesar-besarnya atas koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan makalah ini. Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Bogor, Desember 2018

Penulis

i

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………...…... i Daftar Isi ……….…………………………………………………..………… ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….………………………………………………….....1 B. Rumusan Masalah ……….…………………………………………………2 C. Tujuan Masalah……….………………………………………………….....2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Karangan Narasi…………………...….……….……………….3 B. Prinsip-prinsip Karangan Narasi..…….... ……….………………………...4 C. Tujuan Karangan Narasi …………….…………………………………......5 D. Ciri-ciri Karangan Narasi ……….………………………………………....5 E. Jenis-jenis Karangan Narasi ……….…………………………………...….5 F. Langkah Menulis Karangan Narasi ……….………………………………11

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ………………………………..……………………………12 3.2 Saran …………………...…………...………………….………….….....13 Daftar Pustaka

ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Keterampilan menulis mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan. Selain dapat menunjang kesuksesan hidup seseorang, juga dapat melibatkan diri dalam persaingan global yang saat ini terjadi. Pada era globalisasi, semua informasi disajikan secara instan dengan media yang beragam, termasuk media cetak. Melalui karya tulis seseorang dapat mengaktualisasikan diri dan ikut menjadi bagian kemajuan zaman. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh karenanya, perlu adanya upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis. Keterampilan dalam menulis harus dibina dan dikuasai sejak dini sebagai salah satu keterampilan berbahasa. Kegiatan menulis memang tidaklah mudah. Akhadiah (1996: 1) mengemukakan bahwa banyak orang yang menganggap kegiatan menulis sebagai beban berat. Anggapan tersebut timbul karena kegiatan menulis meminta banyak tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Dalam semua kurikulum yang pernah diterapkan tersebut, pada hakikatnya kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa dan sastra secara baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Produktif karena kegiatan ini akan menghasilkan suatu produk berupa tulisan. Ekspresif karena menulis, menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan. Berdasarkan penelitian Mathew Lieberman, menulis ternyata dapat menghilangkan stres karena meningkatkan aktivitas ventrolateral prefrontal cortex, bagian otak yang berfungsi mengurangi perasaan negatif. Tentunya tanpa

1

mengesampingkan keterampilan berbahasa lain, kegiatan menulis akan berhasil dengan baik jika ditunjang keterampilan reseptif, yakni membaca dan menyimak. Pinoza memaparkan bahwa berdasarkan penyajian dan tujuan dalam penyampaian suatu tulisan, menulis dibedakan atas enam jenis, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, persuasi, dan campuran. Deskripsi merupakan pelukisan, narasi berarti pengisahan, eksposisi pemaparan, argumentasi adalah pembahasan, persuasi sifatnya mengajak, dan campuran yang berarti kombinasi. Dalam pembelajaran menulis di sekolah, pembelajaran berdasarkan jenis-jenis tersebut telah diajarkan sejak tingkat pendidikan dasar (SD), hingga ke kuliah. B.

Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1.

Apa yang dimaksud dengan karangan narasi ?

2.

Apa saja prinsip-prinsip yang dimiliki oleh karangan narasi ?

3.

Bagaimana dengan ciri-ciri karangan narasi ?

4.

Berapa jenis kah pembagian karangan narasi ?

5.

Bagaimana dengan langkah-langkah pembuatan karangan narasi ?

C. Tujuan Makalah ini disusun dengan tujuan untuk: 1. Menjelaskan mengenai pengertian karangan narasi 2.

Memberikan prinsip-prinsip dari karangan narasi sebagai pedoman untuk

mempelajari karangan narasi lebih lanjut. 3.

Menginformasikan mengenai ciiri-ciri karangan narasi sebagai acuan

dalam mengidentifikasi karangan narasi. 4.

Memberikan penjelasan mengenai pembagian jenis-jenis karangan narasi

sehingga mampu menentukan topik disaat menulis karangan narasi sesuai dengan tujuannya. 5.

Memberikan informasi mengenai langkah pembuatan karangan narasi.

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertiam Karangan Narasi KBBI (2003:506), karangan adalah menulis dan menyusun sebuah cerita, buku, sajak. Karangan adalah karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami (http://id.wikipedia.org/wiki/karangan). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan adalah hasil dari kegiatan menulis dan menyusun sebuah cerita agar dapat dipahami oleh pembaca. Karangan Narasi adalah sebuah karangan yang menceritakan suatu rangkaian kejadian yang disusun secara urut sesuai dengan urutan waktu. Jadi Narasi merupakan sebuah karangan yang dibuat berdasarkan urutan waktu kejadian Maryuni (2006:6) Karangan narasi adalah karangan yang mengisahkan suatu peristiwa yang disusun secara kronologis (menurut urutan waktu). KBBI (2003:506) Karangan adalah menulis dan menyusun sebuah cerita, buku, sajak. Sedangkan narasi adalah pengisahan suatu cerita atau kejadian. Karangan narasi adalah

cerita

yang

dipaparkan

berdasarkan

urutan

waktu

(http://id.wikipedia.org/wiki/karangan). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa karangan narasi adalah karangan yang di tulis berdasarkan urutan waktu. Narasi adalah cerita. Cerita ini berdasarkan pada urutan-urutan atau suatu (serangkaian) kejadian atau peristiwa-peristiwa. Dalam kejadian itu ada tokoh atau (beberapa tokoh), dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu atau (serangkaian) konflik atau tikaian. Kejadian, tokoh, dan konflik ini merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan ketiganya secara kesatuan bisa pula disebut alur atau plot. Narasi bisa berisi fiksi bisa pula fakta atau rekaan, yang direka atau dikhayalkan oleh pengarangnya saja. Karangan narasi (berasal dari naration berarti bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan

3

tindak tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu kesatuan waktu (Finoza, 2008:202). Narasi bertujuan menyampaikan gagasan dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama (Widyamartaya, 1992:9-10). Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman maksud manusia dari waktu ke waktu. Selanjutnya, Keraf (2007:136) mengatakan bahwa karangan narasi merupakan suatu bentuk karangan yang sasaran utamanya adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkai menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain; narasi adalah suatu bentuk karangan yang berusaha mennggambarkan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa narasi merupakan cerita yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaian tindak tanduk manusia dalam sebuah peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu, juga didalamnya terdapat tokoh yang menghadapi suatu konflik yang disusun secara sistematis. Dengan demikian, dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1) berbentuk cerita atau kisahan, 2) menonjolkan pelaku, 3) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, dan 4) disusun secara sistematis.

B.

Prinsip-Prinsip Narasi Menurut Suparno dan Yunus (2008), Bahwa dalam menulis sebuah karangan narasi perlu diperhatikan prinsip-prinsip dasar narasi sebagai tumpuan berpikir bagi terbentuknya karangan narasi. Prinsip-prinsip tersebut, yaitu: 1. Alur(plot),

merupakan

rangkaian

pola

tindak-tanduk

yang

berusaha

memecahkan konflik yang terdapat dalam narasi. 2. Penokohan, merupakan salah satu ciri khas narasi ialah mengisahkan toko cerita bergerak dalm suatu rangkaian peristiwa dan kejadian. Tindakan, peristiwa,

4

kejadian, itu disusun bersama-sama sehingga mendapatkan kesan atau efek tunggal. 3.Lattar, ialah tempat dan/ atau waktu terjadinya pebuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. 4. Sudut Pandang, Sudut pandang dalam narasi menjawab pertanyaan siapakah yang menceritakan kisah ini. Apapun sudut pandang yang dipilih pengarang akan menentukan sekali gaya dan corak cerita. Sebab, watak dan pribadi isi pencerita akan banyak menentukan cerita yang diuturkan pada pembaca.

C.

Tujuan Narasi 1. Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan. 2.

D.

Memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.

Ciri-ciri Narasi Ciri-ciri/ karakteristik karangan Narasi: 1. Menyajikan serangkaian berita atau peristiwa. 2. Disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir. 3. Menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian. 4. Latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci.

E.

Jenis-jenis Narasi 1.

Narasi Ekspositorik Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian

informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi

5

ekspositorik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.

Untuk lebih jelasnya, kita dapat melihat contoh berikut ini.

Contoh 1 Sudah Tua Renta Tapi Banyak Berjasa Nama dia sendiri Tarkimi. Tapi lebih dikenal dengan panggilan Bu Dar’an, karena telah puluhan tahun menjadi istri Pak Dar’an. Kini, Bu Tarkimi atau Bu Dar’an ini usianya sekitar 65 tahun, sudah tua renta, lagi berstatus janda, sebab hampir setahun yang lalu Pak Dar’an meninggal dunia. Namun demikian, ketuaannya tidak menjadi penghalang pekerjaan pokoknya sebagai tukang memperbaiki alat-alat musik yang terbuat dari kayu, mulai cuk yang kecil sampai bass yang besar, mulai gitar model kuno sampai gitar listrik—model terakhir. Sebenarnya, Pak Dar’an itulah yang sejak kecil suka main musik terutama keroncong, yang pandai memperbaiki alat-alat musik, dan begitu terkenal sejak zaman penjajahan Belanda dulu, sampai detik-detik terakhirnya sebelum meninggal dunia. Pak Dar’an dikenal sangat teliti dan rapi dalam bekerja, sehingga banyak pemilik alat-alat musik yang kebetulan mengalami kerusakan, membawa alat-alatnya kesana untuk diperbaiki. Mereka yang datang bukan hanya dari kota Tegal saja sebagai tempat kelahiran sekaligus tempat praktek Pak Dar’an, tetapi juaga dari kota-kota lain, seperti Pemalang, Pekalongan, Slawi, Bumiayu, Brebes, pendek kata seluruh Keresidenan Pekalongan. Rupanya kebolehan Pak Dar’an dengan istrinya dalam hal mereparasi alat-alat musik ini tak ada duanya di Keresidenan Pekalongan. Bagaimana kisah Bu Tarkimi bisa bertemu Pak Dar’an? Tanya penulis. “Wah mula-mula saya hanya menjadi juru masak perkumpulan orkes yang bernama “Mata Roda”. Salah seorang anggotanya adalah Pak Dar’an itu”, katanya. “Ke mana-mana kalau orkes Mata Roda mengadakan pertunjukan, saya

6

tentu selalu dibawa serta sebagai tukang mengurus makanan dan minuman. Lamakelamaan karena kami sering bertemu pandang, dia melamar saya dan akhirnya saya diambil sebagaia istrinya, dengan maskawin tujuh ringgit”, sambungnya. Dan sejak Pak Dar’an meninggal dunia, semua pekerjaan memperbaiki alat-alat musik diambil oper oleh Bu Dar’an. Karena keterbatasan kemampuan serta tenaganya, maka Bu Dar’an tidak mampu membuat gitar, cuk, bass, atau cello lagi. Dulu, ketika Pak Dar’an masih hidup, dia memang bukan hanya pandai memperbaiki saja. Bahkan gitar, cello, bass, atau cuk buatannya sangat terkenal karena mutunya tidak kalah jauh dengan buatan luar negeri. Pak Dar’an di masa mudanya memang dikenal sebagai “buaya keroncong”. Dan perkumpulannya yang bernama “Mata Roda” merupakan perkumpulan orkes keroncong yang paling top pada masa itu. Dan rupanya Bu Tarkimi yang masih gadis itu sangat terpesona pada kemahiran pemuda Dar’an dalam memainkan melodi atau cuk, sehingga akhirnya dia pun jatuh cinta pada si “buaya keroncong” ini. Dan jadilah Bu Dar’an berkenalan dengan alat-alat musik, sampai dikenal jauh dari kota asalnya. Sampai kini, Bu Dar’an yang tua renta ini tidak pernah kekurangan pekerjaan. Selalu saja ada orang-orang yang datang minta jasa baiknya untuk membantu memperbaiki alat-alat musik mereka yang rusak. “Ya, dari sini Nak, saya makan. Habis saya tak punya anak seorang pun, dan juga tak ada pekerjaan lain yang mendatangkan uang,” katanya . Berapa tarifnya utuk memperbaiki alat-alat musik ini? “Itu sih bergantung dari kerusakannya, termasuk ringan atau berat. Gitar yang ,masih rusak ringan cukup dengan ongkos Rp500,00, tapi yang berat Rp1000,00 sampai Rp2000,00. Biola, biar kecil tapi lebih rumit ongkos reparasinya sekitar Rp1000,00 sampai Rp2000,00” katanya mengakhiri omong-omong dengan penulis suatu sore di rumahnya yang sangat sederhana, di kampung Krobogan Kotamadya Tegal. (H.D. Haryo Sasongko, Kompas)

2.

Narasi Sugestif

7

Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat. Sementara itu, sasaran utamanya bukan memperluas penegtahuan seseorang tetapi berusaha memberikan makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Di bawah ini, akan dicontohkan karangan narasi sugestif / artistik.

Contoh 2 Sebuah Penantian

Ia melintas kamar untuk menutup jendela ketika saya masih di tempat tidur. Ia kelihatan menggigil, mukanya pucat dan dia berjalan pelan-pelan seakanakan sakit kalaun bergerak. “Kenapa, Schatz?” “Pusing,” “Sebaiknya kamu tidur saja.” “Tidak, saya tidak apa-apa.” “Tidurlah, saya berganti pakaian dulu, nanti saya periksa kamu.” Tapi ketika saya selesai berganti pakaian dan datang menemuinya, ternyata ia telah duduk di dekat perapian. Anak yang baru berumur 9 tahun itu kelihatannya sangat sakit. Saya raba dahiny-demam-pikirku. “Tidurlah, kamu demam.” “Saya tidak apa-apa,” katanya. Dokter yang kupanggil datang, dan dia langsung memeriksa suhu badan anak itu. “Berapa Dok?” tanyaku. “Seratus dua.” Dokter itu meninggalkan tiga macam obat. Satu untuk menurunkan demam, satu lagi untuk membunuh virus influenza, dan yang ketiga untuk menetralkan asam, dokter itu menerangkan.

8

“Tidak usah cemas selama panasnya dibawah serarus empat. Ini hanya flu ringan saja dan tidak berbahaya jika radang paru-parunya dapat dihindarkan.” Saya kembali ke kamar anak saya dan menulis suhu badan anak itu serta membuat catatan tentang waktu untuk meminum kapsul-kapsul itu. “Kamu ingin dibicarakan sesuatu?” “Kalau papa mau.” Muka anak itu pucat sekali dan di sekeliling matanya ada daerah kehitamhitaman. Ia berbaring kaku di ranjang dan matanya menerawang. Saya membaca keras-keras kisah tentang bajak laut, dari buku karangan Howard Pyle, tapi saya tahu ia tidak mengikutinya. “Bagaimana rasanya Schatz?” “Sama saja, rasanya.” Saya duduk di ujung ranjang dan membaca untuk diriku sendiri sambil menanti sampai tibanya waktu untuk memberikan kapsul yang lainnya. Satu kapsul sudah diminumnya ketika dokter memberikannya tadi. Mustinya ia sudah tidur, ternyata ia masih melihat ujung tempat tidur dengan pandangan yang kosong dan aneh. “Kenapa kau tidak tidur? Nanti papa bangunkan kalau harus minum obat.” “Sebaiknya saya bangun saja.” Ia berhenti sejenak lalu menambahkan, “Papa tidak usah menunggui saya kalau itu menganggu papa.” “Sama sekali tidak mengganggu papa.” Mungkin ia agak gelisah pikirku. Saya beri dia kapsul jam 11:00 lalu saya pergi sebentar. Hari sangat dingin. Pepohonan dan semak-semak tertutup salju yang membeku. Saya membawa anjing saya berjalan-jalan di atas permukaan salju yang licin. Anjing saya berkali-kali tergelincir. Juga saya telah dua kali jatuh, sekali dengan senapan meluncur jauh di atas es. Kami melihat sekelompok burung puyuh, dan saya menembak dua ekor, selagi mereka menghilang di balik tebing. Lincinnya es membuatku sukar untuk menembak karena kaki menjadi tidak tetap. Saya toh cukup gembira bahwa masih banyak yang tinggal hidup untuk ditembak lain kali.

9

Di rumah saya mendengar kabar bahwa anak saya menolak orang masuk ke kamarnya. “Kalian tidak boleh masuk, kalian tidak boleh ketularan.” Ketika saya masuk ia masih tetap memandang ujung ranjang, sama seperti ketika saya meninggalkannya tadi. Saya mengambil suhu badannya. “Berapa?” “Seratus dua empat persepuluh.” “Ooo, seratus dua.” “Suhu badanmu tak perlu dicemaskan.” “saya tidak cemas hanya saya tidak dapat berpikir.” “jangan pikirka apa-apa, tenang-tenang saja.” “saya berusaha tenang.” Ia, melihat lurus ke depan. Tenang sekali ia berusaha menyimpan sesuatu persoalan. “Minumlah obat ini.” “Apakah ini menolong?” “Tentu saja.” Saya membaca lagi keras-keras tetapi karena ia tidak mengikutinya, saya berhenti. “Jam berapa kira-kira saya mati?” “Apa?” “Berapa lama lagi saya hidup?” “Kau tak akan mati. Ada apa sih?” “Ya saya akan mati, saya dengar dokter berkata seratus dua.” “Saya tahu orang akan mati dengan panas seratus dua. Di sekolah dikatakan orang tak dapat hidup dengan panas empat puluh empat derajat. Saya seratus dua derajat.” Ia rupanya sedang menunggu kematian sepanjang hari, sejak jam sembilan pagi.

10

“Schatz, kau benar-benar keeterlaluan. Inikan seperti mil dan kilometer. Termometer yang itu normalnya 37o, yang ini 98o. Tepat berapa kilometer kita tempuh bila kita berjalan tujuh puluh mil dengan mobil, tepat seperti itu. “Oh,....” Ia mengawasi tepi ranjang sambil berpikir, pelan-pelan ia menjadi tenang. Besoknya ia menjadi sangat tenang, sdan berteriak-teriak lagikarena yang hal-hal kecil seperti biasanya. (Ernest Hemingway, A Day’s Wait, terjemahan Irsan Gautama)

F.

Langkah Menulis Karangan Narasi Untuk memandu dalam menulis narasi, berikut ini disajikan langkah-

langkah praktis mengembangkan karangan narasi. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Menyusun karangan narasi antara lain: 1. Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. 2. Tetapkan sasaran pembaca. 3. Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur. 4. Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita. 5. Rincian peristiwa-peristiwa utama kedalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita. 6. Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandangan. 7. Mengerti aturan tanda bacanya dalam kalimat tersebut. Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awaltengah-akhir. a.

Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan

tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.

11

b.

Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik.Konflik

lalu diarahkan menuju klimaks cerita.Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks,secara berangsur-angsur cerita akan mereda. c.

Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-

macam.Ada yang menceritakannya dengan panjang,ada yang singkat.Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari,menemukan,dan menggali ide.Oleh karena itu, cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H,

12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Karangan narasi adalah karangan yang di tulis berdasarkan urutan waktu. Prinsip-prinsip narasi antara lain: (1) alur (plot), (2) penokohan, (3) latar (setting), dan (4) sudut pandang (point of view). Tujuan narasi yaitu: (1) memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan, dan (2) memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Karakteristik narasi antara lain: (1) menyajikan serangkaian berita atau peristiwa, (2) disajikan dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir, (3) menampilkan pelaku peristiwa atau kejadian, dan (4) latar (setting) digambarkan secara hidup dan terperinci. Jenis narasi antara lain: (1) narasi ekspositorik (narasi informasional) dan (2) narasi sugestif (narasi artistik).

B.

Saran Setelah mengetahui teori tentang hakikat karangan narasi, sepatutnya kita sebagai seorang mahasiswa yang akan menjadi harapan bangsa ke depan diharapkan dapat mengimplementasikan disiplin ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

13

DAFTAR PUSTAKA

Sumber dari buku: Keraf, Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pinoza, Lamuddin. 2002. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Suparno dan Yunus, Muhammad.2007. Materi Pokok Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka

14

Related Documents

Makalah Karangan Narasi.docx
November 2019 24
Karangan
April 2020 49
Karangan
April 2020 63
Karangan
October 2019 78
Karangan
June 2020 31
Karangan
October 2019 55

More Documents from ""