MAKALAH KANKER PARU-PARU
Di Susun Oleh: 1. Elisa Tara Panduyan (113063C117008) 2. Kristian S. (113063C117019) 3. Putri Utami (113063C117023)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN 2018/2019 1|Page
A. Definisi Kanker Paru- paru Kanker paru merupakan kanker yang onsetnya dimulai dari paru-paru dimana terjadi pertumbuhan sel abnormal yang sangat cepat dan tidak terkendali. Pertumbuhan sel yang tidak normal tersebut dipicu oleh kerusakan DNA diantaranya adanya delesi pada bagian DNA, inaktivasi gen supresor tumor, aktivasi protoonkogen menjadi onkogen, tidak terjadinya apoptosis dan aktivitas dari enzim telomerase .(Yu, dkk, 2014; Yolder dkk,2010). B. Epidemiologi Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling utama di antara kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus terbanyak meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu berkaitan dengan gaya hidup (merokok) . Setiap tahun, terdapat lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Eropa, diperkirakan ada 381.500 kasus kanker paru pada 2004, dengan angka kematian 342.000 atau 936 kematian setiap hari. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.
2|Page
Akan tetapi dengan berkembangnya waktu, insiden diatas berubah, saat ini menurut WHO terdapat 1,5 – 2 juta kasus baru tiap tahun, mendekati 1,1 jta orang meninggal akibat kanker paru. Dan saat ini baik di Indonesia maupun Negara lain, tempat pertama yang menempati tempat dalam kanker dengan kasus kematian terbanyak adalah Kanker paru. C. Etiologi Merokok diduga menjadi penyebab utama kanker paru. Lombard dan Doering (1928), telah melaporkan tingginya insidensi kanker paru pada perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok.8 Setidaknya 80% dari kematian akibat kanker paru-paru disebabkan oleh merokok. Namun, tidak semua orang yang terkena kanker paru-paru adalah perokok. Banyak orang dengan kanker paru adalah mantan perokok, tetapi sebagian lain tidak pernah merokok sama sekali. Kanker paru pada orang yang tidak merokok dapat disebabkan oleh polusi udara, paparan zat karsinogenik di tempat kerja, perokok pasif, atau faktor lainnya. Perokok pasif adalah orang yang menghirup asap rokok dari orang lain. Kanker paru yang penyebabnya tidak berhubungan dengan paparan inhalasi cenderung terjadi pada usia muda, seringkali karena terjadinya perubahan gen tertentu. Perubahan ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal dan dapat berlanjut menjadi kanker. Gen yang membantu sel-sel tumbuh dan membelah disebut onkogen. Gen yang memperlambat pembelahan sel atau menyebabkan sel mati pada waktu yang tepat disebut gen supresor tumor. Kanker dapat disebabkan oleh perubahan DNA yang mengaktifkan onkogen atau mematikan gen supresor tumor. Beberapa orang mewarisi mutasi DNA dari orang tua mereka yang sangat meningkatkan risiko mereka untuk menderita kanker tertentu. Hal ini sangat berperan pada beberapa keluarga dengan riwayat kanker paru. D. Manifestasi klinis Gejala klinis penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya, terdiri dari keluhan subjektif dan gejala objektif. Menurut Van Cleave dan Cooley (2004), sebagian kecil pasien datang dengan gejala lokal yang berkaitan dengan tumor primer, tetapi kebanyakan hadir dengan gejala sistemik atau gejala metastasis nonspesifik. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa: 1) Batuk kronik Batuk kronik merupakan gejala yang sering tampak dan paling menyedihkan pada orang dengan kanker paru. Batuk bisa dengan atau tanpa dahak, dahak dapat berwarna putih atau purulen. Batuk hadir pada 65-75% dari pasien dengan kanker paru dan lebih dari 25% memiliki batuk produktif. 3|Page
2) Batuk darah Batuk darah merupakan keluhan utama dari 6-35% pasien kanker paru. Sekitar 20-30% pasien akan mengalami hemoptysis, dengan 3% mengalami batuk darah yang parah. 3) Sesak napas Sesak napas menjadi gejala yang muncul di awal pada 60% pasien kanker paru. Hal ini terjadi karena oklusi tumor pada saluran pernapasan utama atau parenkim paru, efusi pleura, pneumonia, serta komplikasi terapi baik kemoterapi maupun radioterapi seperti pneumonitis.
4) Nyeri dada Nyeri dada adalah gejala yang umum terjadi pada sekitar 50% pasien pada saat diagnosis. Ketidaknyamanan sering tidak jelas dan hilang timbul. Invasi dinding dada seringkali ditandai dengan nyeri pleuritis yang menetap. 5) Sindroma Pancoast Sindroma Pancoast timbul dari lesi pada sulkus superior paru dengan keterlibatan pleksus brakialis dan saraf simpatis servikal. Gejala yang tampak terutama berupa nyeri hebat di daerah bahu yang memancar ke arah ketiak dan skapula sepanjang ulnar dan otot-otot tangan, atrofi otot lengan dan tangan, serta sindroma Horner. 6) Lain-lain Pembesaran kelenjar getah bening terjadi di pangkal leher. Suara serak terjadi karena paralisis nervus laringeus rekurens dan terjadi pada 2-18% pasien. Sulit atau sakit saat menelan pada pasien dengan obstruksi esophagus juga sering terjadi. Selain itu, terdapat edema pada wajah dan plethora serta dilatasi vena pada tubuh bagian atas, bahu, dan lengan pada pasien dengan obstruksi vena kava superior. Selain itu juga terdapat gejala dan keluhan yang tidak khas seperti: • Berat badan berkurang
• Nafsu makan hilang
• Demam hilang timbul
• Sindrom paraneoplastik, seperti Cushing’s syndrome, hiperkalsemia, hypertrophic pulmonary osteoartheopathy, trombosis vena perifer dan sindroma neurologis.
4|Page
Di Indonesia kasus kanker paru lebih sering terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stadium lanjut. Deteksi dini kanker berdasarkan keluhan saja jarang terjadi. Sasaran untuk deteksi dini terutama ditujukan pada subjek dengan risiko tinggi yaitu: • Pria yang berusia lebih dari 40 tahun dan merokok • Orang yang terkena paparan industri tertentu dengan faktor risiko.
5|Page
E. Patofisiologi 1. Narasi Merokok merupakan penyebab utama penyakit paru-paru bersifat kronis dan obstruktif, misalnya bronkitis dan empisema. Sekitar 85% dari penderita penyakit ini disebabkan oleh rokok. Pada perokok pria, kematian karena penyakit ini 4-25 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bukan perokok. Perokok wanita memberikan efek jauh lebih tinggi terhadap jenis penyakit ini dibandingkan perokok pria. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk kronis, berdahak, dan gangguan pernafasan-banyak dijumpai pada perokok. Apabila diadakan uji fungsi paru-paru maka pada perokok jauh lebih jelek dibandingkan dengan bukan perokok. Merokok juga terkait dengan influenza dan radang paru-paru lainnya. Pada penderita asma, merokok akan memperparah gejala asma sebab asap rokok akan lebih menyempitkan saluran pernapasan. Menurut Aditama, kebiasaan merokok juga dihubungkan dengan peningkatan kadar suatu bahan yang disebut imunoglobulin E yang spesifik. Kadar antibodi terhadap bahan ini ternyata empat sampai lima kali lebih tinggi pada perokok bila dibandingkan dengan bukan perokok. Penelitian lain melaporkan pula peningkatan hitung jenis sel basofil dan eosinofil pada perokok. Jumlah sel Goblet yang ada di saluran napas juga terpengaruh akibat asap rokok dan mengakibatkan terkumpulnya lendir di saluran napas. Ada juga penelitian yang mengemukakan bahwa “epithelial serous cells” di saluran napas dapat berubah menjadi sel goblet akibat paparan asap rokok dan polutan lainnya. Menurut Hecht (2003) dalam Ibrahim (2007), skema ini menggambarkan peran utama perubahan DNA dalam proses karsinogenesis. Dalam skema ini, nikotin menyebabkan sifat adiksi ingin terus merokok dan menyebabkan pajanan kronis terhadap bahan karsinogen. Karsinogen secara metabolik dapat diaktifkan untuk bereaksi dengan DNA, membentuk produk kovalen gabungan yang disebut DNA yang berubah (DNA adducts). Bersaing dengan proses metabolik ini, proses detoksifikasi produk karsinogen gagal untuk diekskresikan. Jika DNA yang sudah berubah tersebut dapat diperbaiki (repair) oleh enzim perbaikan seluler, DNA akan 6|Page
kembali menjadi bentuk normalnya. Akan tetapi jika perubahan terus berlangsung selama replikasi DNA, kegagalan pengkodean DNA dapat terjadi, yang cenderung menjadi mutasi permanen dalam urutan DNA. Sel-sel dengan DNA rusak atau bermutasi dapat dilisiskan dengan proses apoptosis. Jika mutasi terjadi pada bagian utama dalam gen-gen yang krusial, seperti RAS atau MYC onkogen atau TP53 atau CDKN2A tumor supresor gen, hanya dapat terjadi kehilangan kontrol regulasi pertumbuhan sel-sel normal dan terjadi pertumbuhan tumor. Nikotin dan karsinogen dapat juga berikatan secara langsung dengan reseptor beberapa sel, selanjutnya mengaktivasi protein kinase B (AKT), protein kinase A (PKA) dan faktor-faktor lain. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan proses apoptosis, peningkatan angiogenesis, dan peningkatan transformasi sel. Bahan isi tembakau juga berisi promotor tumor dan kokarsinogen, yang dapat mengaktifkan proses karsinogenesis.
7|Page
Skema Merokok, debu asbes, uap kimiawi, zat karsinogen, genetic, faktor makanan
Rangsangan pada sel-sel paru
Pembesaran (abnormalitas pertumbuhan) sel-sel paru
CARSINOMA PARU
Lesi di perifer
Lesi di perifer
Menembus rongga pleura
Obstruksi dan ulserasi bronkhus
Kerusakan bagian distal
Inflamasi pada costa dan korpus vertebra
Nyeri
Batuk
Demam Dyspnea
Hemoptisis
Kerusakan pertukaran gas
Ansietas
Anoreksia
Pemenuhan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Hipertermia Pola Nafas Tidak Efektif
Resti terhadap Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Kekurangan Volume cairan
8|Page
F. Penatalaksanaan 1. Pembedahan Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dann II. Pembedahan juga merupakan bagian dari combine modality therapy, misalnya kemoterapi neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena cava superior berat. 2. Radioterapi Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor, antara lain: a. Staging penyakit b. Status tampilan c. Fungsi paru Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus di ketahui: a. Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan b. Penilaian batas syaratan oleh ahli patologi (PA). 3. Kemoterapi Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah: a. Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin) b. Respon obyektif satu obat antikanker s 15% c. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO harus dihentikan atau di ganti bila setelah pemberian 2 sikius pada penilaian terjadi tumor progresif. Regimen untuk KPKBSK adalah: a. b. c. d. e.
Platinum based therapy (sisplatin atau karboplatin) PE (sisplatin atau karboplatin) Paklitaksel+sisplatin atau karboplatin Gemsitabin+sispaltin atau karboplatin Dosetaksel+sisplatin atau karboplatin Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemotrapi: a. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadwal tertentu. b. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa pendarahan akut, meski Hb < 10 g% tidsk perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab anemia c. Granulosit > 1500/Mm3 d. Trombosit > 100.000/mm3 e. Fungsi hati dan ginjal baik (creatinin crearance lebih dari 70 ml/menit) Pengobatan paliatif: 9|Page
Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan cryotherapy dapat dilakukan. Rehabilitasi medik: Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitas medic prabedah dan pascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepat mobilisasi.
10 | P a g e
G. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Umur : Karsinoma cenderung ditemukan pada usia dewasa Jenis Kelamin : Laki-laki lebih beresiko daripada wanita b. Riwayat masuk Keluhan utama yang sering muncul saat masuk adalah adanya sesak napas dan nyeri dada yang berulang tidak khas, mungkin disertai/tidak disertai dengan batuk darah. c. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang sering terjadi seperti ISPA, influenza dan dialami dalam rentang waktu yang relative lama dan berulang, adanya riwayat tumor pada organ lain, baik pada diri sendiri maupun dari keluarga. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat klinis penderita. d. Pemeriksaan Fisik
Data Subyektif : pasien mengatakan nyeri didada pada saat bernafas, dan batuk –batuk.
Data Obyektif
:sputum
kadang
berwarna
merah
karena
melalui
permukaan tumor yang mengalami ulserasi, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut meningkat, dispnea, terdengar stridor, wheezing, clubbing finger. e. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada pasien kanker paru antara lain : 1. Foto toraks Dapat melihat massa dan ukuran tumor yang lebih dari 1cm. 2. Bronkoskopi dapat digunakan untuk mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas. 3. CT-Scan toraks Dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1cm 4. Biopsi aspirasi jarum Memberikan hasil yang lebih baik dari biopsy bronkus..
11 | P a g e
5. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA) Didapat bahan untuk sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal. 6. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB) Mendeteksi lesi kecil yang lokasinya agak di perifer. 7. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB) Melihat lesi yang terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2cm. 8. Sitologi sputum Pengambilan atau pengeluaran sputum. 2. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas. 2. Nyeri b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah. 3. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur alveoli. 4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurangnya informasi. 3. Intervensi a. Bersihan jalan nafas tidak efektif. Dapat dihubungkan :
Kehilangan fungsi silia jalan nafas
Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil :
12 | P a g e
Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/ mempertahankan bersihan jalannafas.
Intervensi : 1)
Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional : Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernafas. 2)
Observasi penurunan ekspensi dinding dada
Rasional : Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan, edema, dan sekret dalam seksi lobus. 3)
Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap, efektif, tak efektif), juga
produksi dan karakteristik sputum. Rasional: Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan. Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan/ atau purulen. 4)
Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan gunakan alat jalan nafas sesuai
kebutuhan. Rasional: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasien. 5)
Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh aminofilin, albuterol dan
lainlain 6)
Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh takikardi,
hipertensi, tremor, insomnia. Rasional: Obat diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas sekret, memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan perubahan dosis/ pilihan obat.
13 | P a g e
b. Nyeri Dapat dihubungkan :
Lesi dan melebarnya pembuluh darah.
Invasi kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil :
Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol.
Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan
Intervensi : 1)
Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan karakteristik nyeri. Buat rentang
intensitas pada skala 0 – 10. Rasional: Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi keefektifan analgesik, meningkatkan kontrol nyeri. 2)
Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien.
Rasional: Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat nyeri, kebutuhan/ keefektifan intervensi. 3)
Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi dan psikologi.
Rasional : Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya. 4)
Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional : Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri. 5)
Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan penggunaan teknik
relaksasi Rasional :Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian
14 | P a g e
c. Kerusakan pertukaran gas Dapat dihubungkan :
Hipoventilasi.
Kriteria hasil :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi : 1)
Kaji status pernafasan dengan sering, catat peningkatan frekuensi atau
upaya pernafasan atau perubahan pola nafas. Rasional : Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas. 2)
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan adanya bunyi tambahan,
misalnya krekels, mengi. Rasional : Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor. 3)
Kaji adanmya sianosis
Rasional : Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari “organ” hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling indikatif. 4)
Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai indikasi
Rasional : Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran. 5)
Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional : Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi. 15 | P a g e
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis. Dapat dihubungkan :
Kurang informasi.
Kesalahan interpretasi informasi.
Kurang mengingat.
Kriteria hasil :
Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan
perhatian medik.
Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi : 1)
Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien. Beriak informasi
dalam cara yang jelas/ ringkas. Rasional : Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian pasien, konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru. 2)
Berikan informasi verbal dan tertulis tentang obat
Rasional : Pemberian instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan tepat program pengobatan. 3)
Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan; kebutuhan makanan kalori
tinggi. Rasional : Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan. 4)
Berikan pedoman untuk aktivitas.
Rasional : Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan. 16 | P a g e
4. Evaluasi 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret, kehilangan fungsi silia jalan nafas, meningkatnya tahanan jalan nafas.
Klien menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
Jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih
Klien mampu mengeluarkan sekret dengan mudah.
2. Nyeri b/d lesi dan melebarnya pembuluh darah.
Klien mengatakan nyerinya hilang.
Klien tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
Klien mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/ dibutuhkan
3. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai O2 akibat perubahan sruktur alveoli.
Klien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Klien mampu berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan, prognosis b/d kurangnya informasi
Klien mampu menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan terapi.
Klien mampu menyatakan diet, obat, dan program aktivitas.
Klien mampu mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala yang memerlukan perhatian medik.
17 | P a g e
Klien mampu membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
DAFTAR PUSTAKA 1. Hartanto huriawati. BUKU SAKU PATOFISIOLOGI MENJADI SANGAT MUDAH Ed 2. Jakarta: ECG.2013. 2. Nurarif Amin Huda, Kusuma Hardhi. ALIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS DAN NANDA NIC-NOC ed revisi jilid 1.Jogjakarta : Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta. 2015. 3. Somantri Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika. 4. Tim CancerHelps. 2010. Stop Kanker “KANKER BUKAN LAGI VONIS MATI” Panduan Deteksi Dini dan Pengobatan Menyeluruh Berbagai Jenis Kanker. Jakarta. Penerbit AgroMedia Pustaka.
18 | P a g e