MAKALAH KEPERAWATAN ANAK JUVENILE DIABETES (DIABETES MELLITUS TIPE 1)
Disusun Oleh : Afifah Nida Fauziah
17111024110003
Annisa Anggraini
17111024110015
Hairunisa Agustina
17111024110043
Karmila
17111024110053
Muhammad
17111024110064
Reni Anggraeni
17111024110095
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN 2019
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Anak Tentang Asuhan Keperawatan Juvenile Diabetes Pada Anak. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Anak Tentang Asuhan Keperawatan Juvenile Diabetes Pada Anak dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Samarinda, 01 April 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER .......................................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1.3 Tujuan ................................................................................................................. 1.4 Manfaat ............................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2.1 Definisi ................................................................................................................ 2.2 Etiologi ................................................................................................................ 2.3 Patofisiologi/Perjalanan Penyakit ....................................................................... 2.4 Klasifikasi ........................................................................................................... 2.5 Manifestasi Klinis ............................................................................................... 2.6 Komplikasi .......................................................................................................... 2.7 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................... 2.8 Kriteria Diagnosis ............................................................................................... 2.9 Penatalaksanaan .................................................................................................. 2.10 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................. 2.11 Intervensi ..................................................................................................................... BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 3.2 Saran .................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat ganguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis pada pemeriksaan dengan mikroskop elektron. Laporan
statistik
dari
International
Diabetes
Federation
(IDF)
menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Diabetes telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan oleh diabetes. Hampir 80 persen kematian pasien diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah-menengah. Di tengah kondisi itu, perhatian banyak pihak umumnya masih terfokus pada penderita diabetes dewasa. Padahal, anak dengan diabetes tak kalah memerlukan perhatian dan bantuan. Diabetes pada anak umumnya disebut tipe 1, yaitu pankreas rusak dan tak lagi mampu memproduksi insulin dalam jumlah memadai sehingga terjadi defisit absolut insulin. Sebaliknya, diabetes pada orang dewasa umumnya disebut tipe 2, yaitu terjadi kerusakan sel tubuh meskipun insulin sebenarnya tersedia memadai sehingga terjadi defisit relatif insulin. Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari datadata epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan meninggal. Biasanya gejalanya timbul secara
mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila tidak segera ditolong dengan suntikan insulin. World Diabetes Foundation menyarankan untuk mencurigai diabetes jika ada anak dengan gejala klinis khas, yaitu 3P ( pilifagi, polidipsi dan poliuri ) dan kadar gula darah (GD) tinggi, di atas 200 mg/dl. GD yang tinggi menyebabkan molekul gula terdapat di dalam air kencing, yang normalnya tak mengandung gula, sehingga sejak dulu disebut penyakit kencing manis. Keadaan ideal yang ingin dicapai penderita DM tipe 1 ialah dalam keadaan asimtomatik, aktif, sehat, seimbang, dan dapat berpartisipasi dalam semua kegiatan sosial yang diinginkannya serta mampu menghilangkan rasa takut terhadap terjadinya komplikasi. Sasaran-sasaran ini dapat dicapai oleh penyandang DM maupun keluarganya jika mereka memahami penyakitnya dan prinsip-prinsip penatalaksanaan diabetes. Berhubungan dengan hal tersebut diatas kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem endokrin : Diabetes Melitus dengan metode masalah yang sistematis melalui proses keperawatan.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa definisi diabetes mellitus tipe 1? 2. Bagaimana klasifikasi diabetes mellitus tipe 1? 3. Bagaimana etiologi diabetes mellitus tipe 1? 4. Bagaimana patofisiologi diabetes mellitus tipe 1? 5. Bagaimana manifestasi klinis pada anak dengan diabetes mellitus tipe 1? 6. Bagaimana akibat / komplikasi diabetes mellitus tipe 1? 7. Bagaimana pemeriksaan penunjang diabetes mellitus tipe 1? 8. Apa saja kriteria diagnosis diabetes mellitus tipe 1? 9. Bagaimana penetalaksanaan medis pada klien dengan diabetes mellitus tipe 1? 10. Apa saja diagnose keperawatan pada klien dengan diabetes mellitus tipe 1? 11. Apa saja intervensi untuk klien dengan diabetes mellitus?
1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah untuk memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada anak dengan diabetes mellitus tipe 1.
1.4 Manfaat Penulisan 1. Agar pembaca mengetahui tentang penyakit diabetes mellitus tipe 1 2. Mendapatkan ilmu pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus tipe 1 3. Memahami penyakit diabetes mellitus tipe 1 4. Mendapatkan informasi kesehatan tentang penyakit diabetes mellitus tipe 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik. Hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, di antaranya adalah gangguan sekresi hormon insulin, gangguan aksi/kerja dari hormon insulin atau gangguan kedua-duanya (Weinzimer SA, Magge S. 2005). Diabetes juvenile/Tipe 1 adalah diabetes kronis yang onsetnya dimulai pada saat kanak-kanak dan remaja (9-12 tahun). Pada kasus diabetes juvenile sekunder diakibatkan oleh defisiensi insulin akibat autoimun, yaitu penghancuran sel panghasil insulin di pancreas (sel beta- pankreas) oleh sistem kekebalan International Society of Pediatric and Adolescence Diabetes dan WHO merekomendasikan klasifikasi DM berdasarkan etiologi DM tipe 1 terjadi disebabkan oleh karena kerusakan sel β-pankreas. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh proses autoimun maupun idiopatik. Pada DM tipe 1 sekresi insulin berkurang atau terhenti. Sedangkan DM tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin. Pada DM tipe 2 produksi insulin dalam jumlah normal atau bahkan meningkat. DM tipe 2 biasanya dikaitkan dengan sindrom resistensi insulin lainnya seperti obesitas, hiperlipidemia, kantosis nigrikans, hipertensi ataupun hiperandrogenisme ovarium (Rustama DS, dkk. 2010).
2.2 Etiologi 1. Faktor Genetik Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (human leucosite antigen). HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya.
2. Faktor-faktor Imunologi Adanya respons autotoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen. 3. Faktor lingkungan Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2.3 Patofisiologi/Perjalanan Penyakit Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines tahun 2009, yaitu: 1. Periode pra-diabetes Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum nampak karena baru ada proses destruksi sel pankreas. Predisposisi genetik tertentu memungkinkan terjadinya proses destruksi ini. Sekresi insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel pankreas yang berfungsi.Kadar C-peptide mulai menurun.Pada periode ini autoantibodi mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium. 2. Periode manifestasi klinis Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul.Pada periode ini sudah terjadi sekitar 90% kerusakan sel pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula darah akan tinggi/meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan menyebabkan diuresis osmotik. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di-uptake kedalam sel, penderita akan merasa lapar (polifagi), tetapi berat badan akan semakin kurus. Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-uptakekedalam sel. 3. Periode honey-moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-sisa sel pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5 U/kg berat badan/hari. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi ada orang tua bahwa periode ini bukanlah fase remisi yang menetap. 4. Periode ketergantungan insulin yang menetap. Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita akan membutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.
2.4 Klasifikasi Klasifikasi DM tipe 1, berdasarkan etiologi sebagai berikut : 1. Tipe IA, diduga pengaruh genetik dan lingkungan memegang peran utama untuk terjadinya kerusakan pankreas. HLA-DR4 ditemukan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan fenomena ini. 2. Tipe IB berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada sekelompok penderita yang juga sering menunjukkan manifestasi autoimun lainnya, seperti Hashimoto disease, Graves disease, pernicious anemia, dan myasthenia gravis. Keadaan ini berhubungan dengan antigen HLA-DR3 dan muncul pada usia sekitar 30 - 50 tahun.
2.5 Manifestasi Klinis Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Manifestasi klinis DM tipe 1 sama dengan manifestasi pada DM tahap awal, yang sering ditemukan : 1. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. 2. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak minum. 3. Polifagia (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah. 4. Hiperglikemia 5. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus 6. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak. 7. Ketoasidosis. Anak dengan DM tipe-1 cepat sekali menjurus ke-dalam ketoasidosis diabetik yang disertai atau tanpa koma dengan prognosis yang kurang baik bila tidak diterapi dengan baik.
2.6 Komplikasi 1. Hipoglikemia Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar glukosa darah kurang dari 80 mg/dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional, mudah marah, lelah, keringat dingin, pingsan, dan kerusakan sel permanen sehingga mengganggu
fungsi
organ
dan
proses
tumbuh
kembang
anak. Hipoglikemik disebabkan oleh obat anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan. 2. Koma Diabetik Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah: -
Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang besar)
-
Minum banyak, kencing banyak
-
Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam, serta berbau aseton
-
Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
3. Gangguan pertumbuhan dan pubertas
2.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa 2. Aseton Plasma (Keton) positif secara mncolok 3. Asam lemak bebas dan kolestrol meingkat 4. Elektrolit : Natrum naik/turun, kalium naik/turun, fosfor turun. 5. Urine : Gula dan aseton positif
2.8 Kriteria Diagnosis Bila dengan Trias geala DM (poliuri, polifagia & polidhipsi) , maka pemeriksaan gula darah abnormal satu kali sudah dapat menegakkan diagnosis DM. Menurut clinical practice consensus guidelines (2009) kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal: a. Kadar gula darah sewaktu >200mg/dl atau, b. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau, c. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200mg/dl
2.9 Penatalaksanaan Tatalaksana pasien dengan DM tipe 1 tidak hanya meliputi pengobatan berupa pemberian insulin. Ada hal-hal lain selain insulin yang perlu diperhatikan dalam tatalaksana agar penderita mendapatkan kualitas hidup yang optimal dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Rustama DS, dkk. 2010; ISPAD Clinical Practice Consensus Guidelines. 2009) 1. Insulin Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM Tipe 1. Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis insulin, dosis insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis yang diperlukan. a. Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin campuran (campuran kerja cepat/pendek dengan kerja menengah). Penggunaan jenis insulin ini tergantung regimen yang digunakan. b. Dosis insulin: dosis total harian pada anak berkisar antara 0,5-1 unit/kg berat badan pada awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada, baik pada penyakitnya maupun penderitanya. c. Regimen: kita mengenal dua macam regimen, yaitu regimen konvensional serta regimen intensif. Regimen konvensional/mix-split
regimen dapat berupa pemberian dua kali suntik/hari atau tiga kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang diberikan untuk memberikan dosis basal maupun dosis bolus. d. Cara menyuntik: terdapat beberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal absorpsinya yaitu di daerah abdomen (paling baik absorpsinya), lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak dianjurkan karena paling buruk absorpsinya. e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari beberapa hal, seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia pubertas terkadang kebutuhan meningkat hingga 2 unit/kg berat badan/hari), kondisi stress maupun saat sakit. 2. Diet Secara umum diet pada anak DM tipe 1 tetap mengacu pada upaya untuk mengoptimalkan proses pertumbuhan. Untuk itu pemberian diet terdiri dari 50-55% karbohidrat, 15-20% protein dan 30% lemak. Pada anak DM tipe 1 asupan kalori perhari harus dipantau ketat karena terkait dengan dosis insulin yang diberikan selain monitoring pertumbuhannya. Kebutuhan kalori perhari sebagaimana kebutuhan pada anak sehat/normal. Ada beberapa anjuran pengaturan persentase diet yaitu 20% makan pagi, 25% makan siang serta 25% makan malam, diselingi dengan 3 kali snack masing-masing 10% total kebutuhan kalori perhari. Pemberian diet ini juga memperhatikan regimen yang digunakan. Pada regimen basal bolus, pasien harus mengetahui rasio insulin:karbohidrat untuk menentukan dosis pemberian insulin. 3. Aktivitas fisik/exercise Anak DM bukannya tidak boleh berolahraga. Justru dengan berolahraga akan membantu mempertahankan berat badan ideal, menurunkan berat badan apabila menjadi obes serta meningkatkan percaya diri. Olahraga akan membantu menurunkan kadar gula darah serta meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Namun perlu diketahui
pula bahwa olahraga dapat meningkatkan risiko hipoglikemia maupun hiperglikemia (bahkan ketoasidosis). Sehingga pada anak DM memiliki beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjalankan olahraga, di antaranya adalah target gula darah yang diperbolehkan untuk olahraga, penyesuaian diet, insulin serta monitoring gula darah yang aman. Apabila gula darah sebelum olahraga di atas 250 mg/dl serta didapatkan adanya ketonemia maka dilarang berolahraga. Apabila kadar gula darah di bawah 90 mg/dl, maka sebelum berolahraga perlu menambahkan diet karbohidrat untuk mencegah hipoglikemia. 4. Edukasi Langkah yang tidak kalah penting adalah edukasi baik untuk penderita maupun orang tuanya. Keluarga perlu diedukasi tentang penyakitnya, patofisiologi, apa yang boleh dan tidak boleh pada penderita DM, insulin (regimen, dosis, cara menyuntik, lokasi menyuntik serta efek samping penyuntikan), monitor gula darah dan juga target gula darah ataupun HbA1c yang diinginkan. 5. Monitoring kontrol glikemik Monitoring ini menjadi evaluasi apakah tatalaksana yang diberikan sudah baik atau belum. Kontrol glikemik yang baik akan memperbaiki kualitas hidup pasien, termasuk mencegah komplikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Pasien harus melakukan pemeriksaan gula darah berkala dalam sehari. Setiap 3 bulan memeriksa HbA1c. Di samping itu, efek samping pemberian insulin, komplikasi yang terjadi, serta pertumbuhan dan perkembangan perlu dipantau.
2.10 Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
keutuhan
Ketidakmampuan Mengabsorbsi Nutrien 2. Kurang volume cairan b.d Kegagalan Mekanisme Regulasi 3. Keletihan b.d Kelesuan Fisiologis (Penyakit)
tubuh
b.d
4. Resiko Kerusakan integritas kulit b.d Gangguan Sensasi (Akibat Diabetes Melitus)
2.11 Intervensi (NOC & NIC)
NO 1.
Diagnosa
NOC
Keperawatan
NIC
Ketidakseimbangan
Status Nutrisi (
Manajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari
Kriteria Hasil :
(1100)
keutuhan tubuh b.d
-
1.1 Identifikasi adanya
Asupan gizi dari
Ketidakmampuan
banyak menyimpang
alergi atau
Mengabsorbsi
dari rentang normal
intoleransi makanan
Nutrien
menjadi sedikit
yang dimiliki
menyimpang dari
pasien.
rentang normal. -
Asupan makanan
kalori dan jenis
dari banyak
nutrisi yang
menyimpang dari
dibutuhkan untuk
rentang normal
memenuhi
menjadi sedikit
persyaratan gizi.
menyimpang dari -
1.2 Tentukan jumlah
1.3 Atur diet yang
rentang normal.
diperlukan
Ratio berat
(menyediakan
badan/tinggi badan
makanan tinggi
dari banyak
protein, pengganti
menyimpang dari
gula)
rentang normal
1.4 Monitor kalori dan
menjadi sedikit
asupan makanan
menyimpang dari rentang normal.
1.5 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dari nutrisi yang dibutuhkan pasien
2.
Kurang volume
Keseimbangan Cairan
Manajemen Cairan
cairan b.d
(0601)
(4120)
Kegagalan
Kriteria Hasil :
2.1 Hitung atau timbang
-
Mekanisme Regulasi
Keseimbangan intake dan output
-
-
popok dengan baik. 2.2 Monitor status
dalam 24 jam dari
hidrasi (misalnya,
banyak terganggu
membrane mukosa
menjadi sedikit
lembab, denyut nadi
terganggu.
adekuat, dan TD
Kelembaban
ortostatik)
membrane mukosa
2.3 Monitor TTV pasien
dari banyak
2.4 Jaga intake/asupan
terganggu menjadi
yang akurat dan
sedikit terganggu.
catat output pasien.
Kehausan dari
2.5 Berikan terapi IV
cukup berat menjadi
yang telah
ringan.
ditentukan. 2.6 Monitor hasil laboratorium yang relevan dengan retensi cairan.
3.
Keletihan b.d
Konservasi Energi
Manajemen Energi
Kelesuan Fisiologis
(0002)
(0180)
(Penyakit)
Kriteria Hasil :
3.1 Kaji status fisiologis
-
Memperthakankan
pasien yang
-
-
intake nutrisi yang
menyebabkan
cukup dari jarang
kelelahan sesuai
menunjukan menjadi
dengan konteks usia
sering menunjukkan.
dan perkembangan.
Menyeimbangkan
3.2 Anjurkan pasien
aktivitas dan
mengungkapkan
istirahat dari jarang
perasaan secara
menunjukan menjadi
verbal mengenai
sering menunjukkan.
keterbatasan yang
Melaporkan
dialami.
kekuatan yang cukup
3.3 Monitor Intake
untuk beraktifitas
nutrisi untuk
dari jarang
mengetahui sumber
menunjukan menjadi
energy yang
sering menunjukkan.
adekuat. 3.4 Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara meningkatkan energy dari makanan. 3.5 Monitor system kardiorespirasi pasien selama melakukan kegiatan 3.6 Tingkatkan tirah baring/pembatasan kegiatan. 3.7 Anjurkan periode istirahat dan aktivitas secara bergantian.
4.
Resiko Kerusakan
Integritas Jaringan:
Manajemen Tekanan
integritas kulit b.d
Kulit & Membran
(3500)
Gangguan Sensasi
Mukosa (1101)
4.1 Berikan pakaian
(Akibat Diabetes
Kriteria Hasil :
yang tidak ketat
Melitus)
-
pada pasien.
-
Sensasi dari banyak tergangu menjadi
4.2 Tahan diri dari
sedikit terganggu.
memberikan
Integritas kulit dari
tekanan pada bagian
banyak tergangu
tubuh yang terkena
menjadi sedikit
dampak.
terganggu. -
-
4.3 Monitor area kulit
Hidrasi dari banyak
dari adanya
tergangu menjadi
kemerahan dan
sedikit terganggu.
adanya pecah-
Lesi pada kulit dari
pecah.
cukup berat menjadi ringan.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Diabetes
Mellitus
merupakan
penyakit
terkait
dengan
sistem
endokrinologi dan pankreas sebagai penghasil insulin yang menjadi pusat kajian serta studi penyakit ini. Insulin memegang peranan pokok dalam metabolisme glukosa serta alur energi tubuh manusia. Diabetes Mellitus adalah penyakit dengan banyak gejala yang menyertai dan memiliki faktor dalam dan faktor luar sebagai pencetusnya. Ada 2etiologi utama dari diabetes mellitus yang menjadi dasar klasifikasi penyakitnya.Diabetes mellitus tipe 1 yang dicetuskan oleh tidak cukupnya jumlah insulin sampai tidak terbentuknya insulin oleh pankreas ( Sel Beta Pulau Langerhans ) disebabkan oleh proses autoimunitas yang menghancurkan sel beta pulau langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 menyerang anak dengan umur< 18 tahun dengan rataan umur penderita 4 - 10 tahun. T1DM menyebabkan ketergantungan abosolutinsulin eksogenik untuk mengatur kadar gula darah, dan menjaga status diabetes tidak berkembangmenjadi penyakit dengan banyak komplikasi. Penatalaksanaan dengan insulin bertujuan untuk menghentikan proses pembentukan gula hati dan menghentikan ketogenesis.
3.2 Saran 1. Pembaca diharapkan mengerti, memahami, dan menghayati makalah ini. 2. Penulis diharapkan lebih baik lagi dalam menulis makalah ini. 3. Penulis diharapkan mengkaji lebih dalam hal yang berkaitan dengan judul
makalah 4. Semoga bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Bare & Suzanne, 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 2, (Edisi 8), EGC, Jakarta Carpenito, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, (Edisi 2), EGC, Jakarta Doenges, E. Marilynn dan MF. Moorhouse, Keperawatan, (Edisi III), EGC, Jakarta.
2010, Rencana
Asuhan
Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI