Makalah Jiwa.docx

  • Uploaded by: Dika Permata Sari
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Jiwa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,769
  • Pages: 18
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN RETARDASI MENTAL

DISUSUN OLEH DIKA PERMATA SARI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN PRODI NERS TAHUN 2019

1

KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT, atas nikmat sehat, ilmu dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah ini tidak dapat diselesaikan. Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa informasi, data,ataupun dalam bentuk lainnya. Untuk ituucapkan terima kepada seluruh pihak yang telah terlibat. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun penyusunan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang. Semoga bimbingan dan bantuan serta nasihat yang telah diberikan akan menjadi amal baik oleh Allah SWT. Penulis berharap semoga makalah yang telah penulis buat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa prodi keperawatan bengkulu lainnya.

Bengkulu, 25 maret 2019

Penulis

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ............................................................................... 1 B. RumusanMasalah ........................................................................... 1 C. TujuanPenelitian ............................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi .......................................................................................... 3 B. Etiologic ....................................................................................... 3 C. Klasifikasi .................................................................................... 9 D. Pemeriksaan ................................................................................. 10 E. Pencegahan ................................................................................... 10 F. Penanganan .................................................................................. 11 G. Asuhan keperawatan ...................................................................... 12

BAB II TINJAUAN TEORI A. KESIMPULAN B. SARAN DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup, diperkirakan lebih dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu retardasi mental merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat, kesejahteraan sosial dan pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun keluarga dan masyarakat. Retardasi mental merupakan suatu keadaan penyimpangan tumbuh kembang seorang anak sedangkan peristiwa tumbuh kembang itu sendiri merupakan proses utama, hakiki, dan khas pada anak serta merupakan sesuatu yang terpenting. Prevalens retardasi mental pada anak-anak di bawah umur 18 tahun di negara maju diperkirakan mencapai 0,5-2,5% , di negara berkembang berkisar 4,6%. Insidens retardasi mental di negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir. Angka kejadian anak retardasi mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup. Banyak penelitian melaporkan angka kejadian retardasi mental lebih banyak pada anak laki-laki dibandingkan perempuan.

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan retardasi mental ? 2. Apa penyebab dari retardasi mental ? 3. Bagaimana klasifikasi dari retardasi mental ? 4. Pemeriksaan penunjang apa yang dilakukan pada retardasi mental ? 5. Bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental ? 6. Bagaimana Asuhan keperawatan pada anak dengan retardasi mental ?

4

C. Tujuan Penulisan Mengetahui yang dimaksud retardasi mental , penyebab dari retardasi mental, mengenal macam-macam pembagian mengenai retardasi mental, gejala yang mucul pada retardasi mental, penegakkan diagnosis nya dan penatalaksanaan yang diberikan pada retardasi mental serta asuhan keperawatan yang dilakukan pada anak dengan retardasi mental.

5

BAB II PEMBAHASAN

A. TINJAUAN TEORITIS 1. Definisi Retardasi Mental Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F. Maramis, 2005: 386). Retardasi mental (RM) adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO). American Association on Mental Deficiency (AAMD) membuat definisi retardasi mental yang kemudian direvisi oleh Rick Heber (1961) sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan gangguan adaptasi sosial.

2. Etiologi Retardasi Mental Penyebab retardasi mental dapat terjadi mulai dari fase pranatal, perinatal dan postnatal. Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan psikososial. Penyebab biologis atau sering disebut retardasi mental tipe klinis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: • Pada umumnya merupakan retardasi mental sedang sampai sangat berat • Tampak sejak lahir atau usia dini • Secara fisis tampak berkelainan/aneh • Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal, perinatal maupun postnatal • Tidak berhubungan dengan kelas sosial

6

Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosiokultural mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : • Biasanya merupakan retardasi mental ringan • Diketahui pada usia sekolah • Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium • Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasi mental (asah) • Ada hubungan dengan kelas sosial Melihat struktur masyarakat Indonesia, golongan sosio ekonomi rendah masih merupakan bagian yang besar dari penduduk, dapat diperkirakan bahwa retardasi mental di Indonesia yang terbanyak adalah tipe sosio-kultural. Penyebab retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi dalam: a. Penyebab pranatal o

Gangguan metabolisme Gangguan metabolisme asam amino yaitu Phenyl Keton Uria (PKU), Maple Syrup Urine Disease, gangguan siklus urea, histidiemia, homosistinuria, Distrofia okulorenal Lowe, hiperprolinemia, tirosinosis dan hiperlisinemia. Gangguan metabolisme lemak yaitu degenerasi serebromakuler dan lekoensefalopati progresif. Gangguan metabolisme karbohidrat yaitu galaktosemia dan glycogen storabe disease.

o

Kelainan Kromosom Kelainan kromosom muncul dibawah 5 persen kehamilan, kebanyakan kehamilan yang memilki kelainan kromosom berakhri dengan kasus keguguran hanya setenggah dari satu persen yang lahir memiliki kelainan kromosom, dan akan meninggal segera setelah lahir. bayi yang bertahan, kebanyakan akan memiliki kelainan down syndrome, atau trisomy 21. Manusia normal memiliki 46 kromosom (23 pasang). orang dengan kelainan down syndrome memiliki 47 kromosom (23 pasang + 1 kromosom pada kromosom ke 21).

o

Infeksi maternal selama kehamilan yaitu infeksi TORCH dan Sifilis. Cytomegali inclusion body disease merupakan penyakit infeksi virus yang paling sering

7

menyebabkan retardasi mental. Infeksi virus ringan atau subklinik pada ibu hamil dapat menyebabkan kerusakan otak janin yang bersifat fatal. Penyakit Rubella kongenital juga dapat menyebabkan defisit mental. o

Komplikasi kehamilan Meliputi toksemia gravidarum, Diabetes Mellitus pada ibu hamil yang tak terkontrol, malnutrisi, anoksia janin akibat plasenta previa dan solutio plasenta serta penggunaan sitostatika selama hamil.

b. Penyebab perinatal o

Prematuritas Dengan kemajuan teknik obstetri dan kemajuan perinatologi menyebabkan meningkatnya keselamatan bayi dengan berat badan lahir rendah sedangkan bayi-bayi tersebut mempunyai resiko besar untuk mengalami kerusakan otak, sehingga akan didapatkan lebih banyak anak dengan retardasi mental.

o

Asfiksia Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan.

o

Kernikterus Kernikterus adalah sindrom neurologis akibat pengendapan bilirubin tak terkonjugasi di dalam sel-sel otak. o Hipoglikemia: menurunnya kadar gula dalam darah.

c. Penyebab postnatal o Infeksi (meningitis, ensefalitis) o Trauma fisik o Kejang lama o Intoksikasi (timah hitam, merkuri)

8

3.

Klasifikasi Retardasi Mental Berikut ini adalah klasifikasi retardasi mental berdasarkan PPDGJ III: a. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69) Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya. b. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49) Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya. Anak ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM. Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan pelayanan. c. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34) Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan bicara yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari 1 gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang ketat dan pelayanan khusus. d. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20) Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan “ self care” yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi total dan

9

perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-benar tidak mampu mengurus dirinya sendiri. e. F78 Retardasi Mental lainnya Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi Mental intelektual dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya hendaya sensorik atau fisik, seperti buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu. 4.

Pemeriksaan Penunjang Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi mental,yaitu: a.

Kromosom kariotipe

b. EEG (Elektro Ensefalogram) c.

CT (Cranial Computed Tomography) atau MRI (Magnetic Resonance

Imaging) d. Titer virus untuk infeksi congenital e.

Serum asam urat (Uric acid serum)

f.

Laktat dan piruvat

g. Plasma asam lemak rantai sangat panjang h. Serum seng (Zn) i.

Logam berat dalam darah

j.

Serum tembaga (Cu) dan ceruloplasmin

k. Serum asam amino atau asam organik l.

Plasma ammonia

m. Analisa enzim lisozom pada lekosit atau biopsy kulit: n. Urin mukopolisakarida.

5.

Pencegahan Retardasi Mental Terjadinya retardasi mental dapat dicegah. Pencegahan retardasi mental dapat dibedakan menjadi dua: pencegahan primer dan pencegahan sekunder.

10

a. Pencegahan Primer Usaha pencegahan primer terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan: 1) pendidikan kesehatan pada masyarakat, 2) perbaikan keadaan sosial-ekonomi, 3) konseling genetik, 4) Tindakan kedokteran, antara lain: a) perawatan prenatal dengan baik, b) pertolongan persalinan yang baik, dan c) pencegahan kehamilan usia sangat muda dan terlalu tua. b.

Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder terhadap terjadinya retardasi mental dapat dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan dini peradangan otak dan gangguan lainnya.

6.

Penanganan Retardasi Mental Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu. Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental

11

1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki dengan sebaik-baiknya. 2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah. 3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang. Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indera. b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu: 1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst., 2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social, 3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita, dan 4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai halhal yang baik dan buruk secara moral.

B. ASUHAN KEPERAWATAN 1.

PENGKAJIAN dapat melakukan pengkajian sebagai berikut: a.

Lakukan pengkajian fisik.

b.

Lakukan pengkajian perkembangan.

c.

Dapatkan riwayat keluarga, teruma mengenai retardasi mental dan gangguan herediter dimana retardasi mental adalah salah satu jenisnya yang utama

12

d.

Dapatkan riwayat kesehatan unutk mendapatkan bukti-bukti adanya trauma prenatal, perinatal, pascanatal, atau cedera fisik.

e.

Infeksi maternal prenatal (misalnya, rubella), alkoholisme, konsumsi obat.

f.

Nutrisi tidak adekuat.

g.

Penyimpangan lingkungan.

h.

Gangguan psikiatrik (misalnya, Autisme).

i.

Infeksi, teruma yang melibatkan otak (misalnya, meningitis, ensefalitis, campak) atau suhu tubuh tinggi.

j.

Abnormalitas kromosom.

k.

Bantu dengan tes diagnostik misalnya: analis kromosom, disfungsimetabolik, radiografi, tomografi, elektro ersafalografi.

l.

Lakukan atau bantu dengan tes intelegensia. Stanford, binet, Wechsler Intellence, Scale, American Assiciation of Mental Retardation Adaptif Behavior Scale.

m.

Observasi adanya manifestasi dini dari retardasi mental:

n.

Tidak responsive terhadap kontak.~Kontak mata buruk selama menyusui.

o.

Penurunan aktivitas spontan

p.

Penurunan kesadaran terhadap suara getaran

q.

Peka rangsang.

r.

Menyusui lambat.

2. Diagnosa Keperawatan a. Perubahan

pertumbuhan

dan

perkembangan

berhubungan

dengan

kerusakan fungsi kognitf. b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental. c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d kelainan fs. Kognitif d. Gangguan komunikasi verbal b.d kelainan fs, kognitif e. Risiko cedera b.d. perilaku agresif/ketidakseimbangan mobilitas fisik

13

f. Gangguan interaksi sosial b.d. kesulitan bicara /kesulitan adaptasi sosial g. Gangguan proses keluarga b.d. memiliki anak RM h. Defisit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik/kurangnya kematangan perkembangan

3. Intervensi Keperawatan a. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan fungsi kognitf. Intervensi keperawatan / rasional : 1) Libatkan anak dan keluarga dalam program stimulasi dini pada bayii untuk membantu memaksimalkan perkembangan anak. 2) Kaji kemajuan perkembangan anak dengan interval regular, buat catatan yang terperinci untuk membedakan perubahan fungsi samar sehingga rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan. 3) Bantu keluarga menyusun tujuan yang realitas untuk anak, untuk mendorong keberhasilan pencapaian sasaran dan harga diri. 4) Berikan penguatan positif / tugas-tugas khusus untuk perilaku anak karena hal ini dapat memperbaiki motivasi dan pembelajaran. 5) Dorong untuk mempelajari ketrampilan perawatan diri segera setelah anak mencapai kesiapan. 6) Kuatkan aktivitas diri untuk menfasilitasi perkembangan yang optimal. 7) Dorong keluarga untuk mencari tahu program khusus perawatan sehari dan kelas-kelas pendidikan segera. 8) Tekankan bahwa anak mempunyai kebutuhan yang sama dengan anak lain. 9) Sebelum remaja, berikan penyuluhan pada anak dan orang tua tentang maturasi fisik, perilaku seksual, perkawinan dan keluarga. b. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita retardasi mental. Intervensi keperawatan / rasional.

14

1) Berikan informasi pada keluarga sesegera mungkin pada saat atau setelah kelahiran. 2) Ajak kedua orang tua untuk hadir pada kpnferensi pemberian informasi. 3) Bila mungkin, berikan informasi tertulis pada keluarga tentang kondisii anak. 4) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang manfaat dari perawatan dirumah, beri kesempatan pada mereka untuk menyeldiki semua alternatif residensial sebelum membuat keputusan. 5) Dorong keluarga untuk bertemu dengan keluarga lain yang mempunyai masalah yang sama sehingga mereka dapat menerima dukungan tambahan. 6) Tekankan karakteristik normal anak untuk membantu keluarga melihat anak sebagai individu dengan kekuatan serta kelemahannya masing-masing. 7) Dorong anggota keluarga untuk mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran karena hal itu merupakan bagian dari proses adaptasi.

4. Pelaksanaan/ Implementasi Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang diberikan dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang dimilki oleh perawat berdasarkan ilmu – ilmu keperawatan dan ilmu – ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik. Ada beberaa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas

15

rumah sakit yang kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.

E. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali. Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan lebih dulu. Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan adalah melihat apakah masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan.

16

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Retardasi mental adalah bentuk gangguan atau kekacauan fungsi mental atau kesehatan mental yang disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus eksteren dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, satu organ, atau sistem kejiwaan mental. Retardasi mental bisa saja terjadi pada setiap individu / manusia karena adanya faktor-faktor dari dalam maupun dari luar, gejala yang ditimbulkan pada penderita retardasi mental umumnya rasa cemas, takut, halusinasi serta delusi yang besar.

B. Saran Makalah ini masih belum cukup sempurna dan masih ada banyak kesalahan sehingga penulis mohon kritik dan saran yang membangun guna untuk menyempurnakan makalah penulis yang selanjutnya

17

DAFTAR PUSTAKA

Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 -329. Maramis, W.F. (2005) Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University Press. Newman, Dorlan. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 2008. Jakarta: EGC.

Wikipedia, the Free Encyclopedia. (2010) “Mental Retardation.” Terdapat pada: http://en.wikipedia.org/wiki/Mental_retardation.

18

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Makalah Jiwa.docx
December 2019 1
Tugas Statistik.docx
December 2019 8
Spo Mesin Cuci.doc
July 2020 19
Susu.docx
June 2020 34