Makalah Jigong.docx

  • Uploaded by: linawati
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Jigong.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 12,643
  • Pages: 36
Makalah MANAJEMEN KELAS “Pengaruh Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Kelas”

Oleh: Meilani Kasim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupak an hal yang penting bagi suatu negara untuk menjadi negara maju, kuat, makmur dan sejahtera. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak bisa terpisah dengan masalah pendidikan bangsa. Menurut Mulyasa (2006:3) ”Setidaknya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yakni: (1) sarana gedung, (2) buku yang berkualitas, (3) guru dan tenaga kependidikan yang yang professional. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Di dalam kelas guru malaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Kegiatan mengajar pada hakikatnya adalah proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar siswa. Semua komponen pengajaran yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi diperankan secara optimal guna mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan sebelum pengajaran dilaksanakan. Pengelolaan kelas tidak hanya berupa pengaturan kelas, fasilitas fisik dan rutinitas. Kegiatan pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan dan mempertahankan suasana dan kondisi kelas. Sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Misalnya memberi penguatan, mengembangkan hubungan guru dengan siswa dan membuat aturan kelompok yang produktif. Di kelaslah segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya. Kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran dengan segala pokok bahasanya bertemu dan

berpadu dan berinteraksi di kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan bagi, professional, dan harus terus-menerus. Djamaroh (2006:173) menyebutkan ” Masalah yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Aspek yang sering didiskusikan oleh penulis professional dan pengajar adalah juga pengelolaan kelas”. Mengingat tugas utama dan paling sulit bagi pengajar adalah pengelolaan kelas, sedangkan tidak ada satu pendekatan yang dikatakan paling baik. Sebagian besar guru kurang mampu membedakan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan. Masalah pengajaran harus diatasi dengan cara pengajaran dan masalah pengelolaan harus diatasi dengan cara pengelolaan. Pengelolaan kelas diperlukan karena dari hari ke hari bahkan dari waktu ke waktu tingkah laku dan perbuatan siswa selalu berubah. Hari ini siswa dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Kemarin terjadi persaingan yang sehat dalam kelompok, sebaliknya dimasa mendatang boleh jadi persaingan itu kurang sehat. Kelas selalu dinamis dalam bentuk perilaku, perbuatan, sikap, mental, dan emosional siswa. B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5.

Apakah yang dimaksud dengan manajemen kelas? Apakah tujuan, aspek, fungsi dan masalah dari manajemen kelas? Bagaimanakah prinsip-prinsip dalam manajemen kelas? Bagaimanakah bentuk pendekatan dalam manajemen kelas? Bagaimanakah pengaruh manajemen kelas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas?

C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. 2. 3. 4. 5.

Untuk menjelaskan pengertian manajemen kelas. Untuk menjelaskan tujuan dari manajemen kelas. Untuk mendeskripsikan prinsisp-prinsip dalam manajemen kelas. Untuk mendeskripsikan bentuk pendekatan dalam manajemen kelas. Untuk mendeskripsikan pengaruh manajemen kelas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

D. Manfaat Penulisan 1. Bagi Guru 1. 2.

Sebagai motivasi untuk meningkatkan ketrampilan dalam memilih strategi pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang tentunya berpengaruh pada hasil belajar siswa. Menjadi masukan untuk menerapkan manajemen kelas yang baik.

2. Bagi Sekolah

Perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan potensi belajar siswa yang akhirnya berpengaruh pada kualitas lulusan sekolah. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Manajemen Kelas Manajemen dari kata “ Management “. Diterjemahkan pula menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maksud manajemen kelas adalah mengacu kepada penciptaan suasana atau kondisi kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar dengan efektif. Terdapat beberapa defenisi tentang manajemen kelas berikut ini : 1. Berdasarkan Konsepsi Lama Dan Modern Menurut konsepsi lama, manajemen kelas diartikan sebagai upaya mempertahankan ketertiban kelas. Menurut konsepsi modern manajemen kelas adalah proses seleksi yang menggunakan alat yang tetap terhadap problem dan situasi manajemen kelas (Lois V. Jhonson dan Mary Bany, 1970) 2. Berdasarkan Pandangan Pendekatan Operasional Tertentu ( Disarikan dari Wilford A. Weber 1986 ) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui penggunaan disiplin (Pendekatan Otoriter). Seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas melalui intimidasi (Pendekatan Intimidasi). Seperangkat kegiatan guru untuk memaksimalkan kebebasan siswa (Pendekatan Permisif). Seperangkat kegiatan guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah disajikan (Pendekatan Masak). Seperangkat kegiataan guru untuk menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang bermutu dan dilaksanakan dengan baik (Pendekatan Instruksional). Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan (Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku). Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan hubungan interpersional yang baik dan iklim sosio-emosional kelas yang positif (Pendekatan Penciptaan Iklim Sosioemosional). Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif (Pendekatan Sistem Sosial)

B. Tujuan, Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas 1. Tujuan Manajemen Kelas Tujuan manajemen kelas adalah :

1. 2. 3. 4.

Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, bai sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi pembelajaran. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa dalam kelas. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya ( Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen tahun 1996 : 2 )

2. Aspek, Fungsi, dan Masalah Manajemen Kelas Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami, mendiaknosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajenen kelas adalah sifat kelas, pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan kreatif ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, 1970 ). 1.

2.

Manajenen kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, manajenen kelas berfungsi : Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti : membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi kelas. Memelihara agar tugas – tugas itu dapat berjalan lancar. Masalah manajenen kelas dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : masalah individual dan masalah kelompok.

Munculnya masalah individual disebabkan beberapa kemungkinan tindakan siswa seperti : 1. 2. 3. 4.

Tingkah laku yang ingin mendapat perhatian orang lain. Tingkah laku yang ingin menujukkan kekuatan. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain. Peragaan ketidakmampuan.

Sedangkan masalah-masalah kelompok yang mungkin muncul dalam kelas : 1. 2. 3. 4. 5.

Kelas kurang kohesif lantaran alasan jenis kelamin, suku, tingkatan sosial ekonomi, dan sebagainya. Penyimpangan dari norma-norma tingkah laku yang telah disepakai sebelumnya. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya. “Membombang” anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari yang tengah digarap, semangat kerja rendah, kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru seperti gangguan jadwal guru terpaksa diganti sementara oleh guru lain. ( Lois V.Johnson dan Mary A.Bany, dalam M.Entang dan T.Raka Joni1983 ).

C. Prinsip-prinsip dalam Manajemen Kelas “Secara umum faktor yang mempengaruhi manajemen kelas dibagi menjadi dua golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184). Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan

siswa berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis. Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas, misalnya dua puluh orang ke atas akan cenderung lebih mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas cenderung lebih kecil terjadi konflik. Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut. 1. Hangat dan Antusias Hangat dan Antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktifitasnya akan berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas. 2. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. 3. Bervariasi Penggunaan alat atau media, gaya mengajar guru, pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya gangguan, meningkatkan perhatian siswa. Kevariasian ini merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. 4. Keluwesan Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajarmengajar yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan siswa, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. 5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian pada hal-hal yang negative. Penekanan pada hal-hal yang positif yaitu

penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku siswa yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar. 6. Penanaman Disiplin Diri Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat mengembangkan dislipin diri sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengendalikan diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal. D. Pendekatan dalam Manajemen Kelas Manajemen kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah faktor utama yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan siswa baik secara berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan guru dan anak didik, tingginya kerjasama diantara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.(Djamarah 2006:179) Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut: 1. Pendekatan Kekuasaan Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru disini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk mentaatinya. Di dalamnya ada kekuasaan dan norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itu guru mendekatinya. 2. Pendekatan Ancaman Dari pendekatan ancaman atau intimidasi ini, pengelolaan kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberi ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa. 3. Pendekatan Kebebasan Pengelolaan diartikan secara suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik.

4. Pendekatan Resep Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. 5. Pendekatan Pengajaran Pendekatan ini didasarkan atas suatu anggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini menganjurkan tingkah laku guru dalam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran yang baik. 6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku Sesuai dengan namanya, pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Pendekatan berdasarkan perubahan tingkah laku (behavior modification approach) ini bertolak dari sudut pandangan psikologi behavioral. Program atau kegiatan yang yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan menghindarinya sebagai penguatan negatif yang pada suatu saat akan hilang dari tingkah laku siswa atau guru yang menjadi anggota kelasnya. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari. 7. Pendekatan Sosio-Emosional Pendekatan sosio-emosional akan tercapai secarta maksimal apabila hubungan antar pribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Hubungan tersebut meliputi hubungan antara guru dan siswa serta hubungan antar siswa. Didalam hal ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antar pribadi di kelas. Untuk terrciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi.

8. Pendekatan Kerja Kelompok Dalam pendekatan in, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisikondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, dan selain itu guru harus pula dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan. 9. Pendekatan Elektis atau Pluralistik Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreatifitas, dabn inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dan atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan dan selama maksud dan penggunaannnya untuk pengelolaan kelas disini adalah suatu set (rumpun) kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. E. Pengaruh Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Kelas Pembelajaran yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh pembaharuan kurikulum, fasilitas yang tersedia, kepribadian guru yang simpatik, pembelajaran yang penuh kesan, wawasan pengetahuan guru yang luas tentang semua bidang, melainkan juga guru harus menguasai kiat memanejemeni kelas. Pemahaman akan prinsip-prinsip manajemen kelas ini penting dikuasai sebelum hal-hal khusus diketahui. Dengan dikuasainya prinsip-prinsip manajemen kelas, hal ini akan menjadi filter-filter penyaring yang menghilangkan kekeliruan umum dari manajemen kelas. Manajemen kelas dapat mempengaruhi tingkat kualitas pembelajaran di kelas karena manajemen kelas benar-benar akan mengelola susasana kelas menjadi sebaik mungkin agar siswa menjadi nyaman dan senang selama mengikuti proses belajar mengajar. Oleh karena itu, kualitas belajar siswa seperti pencapaian hasil yang optimal dan kompetensi dasar yang diharapkan dapat tercapai dengan baik dan memuaskan. Selain itu, manajemen kelas juga akan menciptakan dan mempertahankan suasana kelas agar kegiatan mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Di samping itu juga, dengan manajemen kelas tingkat daya serap materi yang telah diajarkan guru akan lebih membekas dalam ingatan siswa karena adanya penguatan yang diberikan guru selama proses belajar mengajar berlangsung. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manajemen kelas dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas karena situasi dan kondisi kelas memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin. B. Saran Di masa yang akan datang, diharapkan sistem manajemen kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Perkembangan pembelajaran di dunia global semakin pesat, oleh karena itu guru kelas diwajibkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam mengelola kelas agar suasana belajar yang menyenangkan, efektif dan efisien dapat terlaksana dengan baik. DAFTAR PUSTAKA http://one.indoskripsi.com/node/10486 http://sekolah-dasar.blogspot.com/2009/02/pendekatan-dalam-pengelolaan kelas.html http://gurukreatif.wordpress.com/2008/03/26/6-indikator-pengelolaan-kelas-yang-berhasil/ Rachman, Maman. 1998. Manajemen Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Pendekatan Manajemen Kelas Senin, Juni 09, 2014 Manajemen Berbasis Sekolah 1 comment

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Hal itu karena secara prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni

pengajaran dan pengelolaan kelas. Masalah pengajaran berkaitan dengan segala usaha untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, sedangkan masalah pengelolaan berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Kegagalan seorang guru mencapai tujuan pembelajaran berbanding lurus dengan ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator dari kegagalan itu seperti prestasi belajar siswa rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan.Melalui pendekatan-pendekatan dan metode serta aspek-aspek manajemen kelas, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam mengelola kelas. B.

Rumusan Masalah

1.

Apa saja pendekatan yang digunakan dalam manajemen kelas?

2.

Bagaimana metode yang tepat dalam manajemen kelas?

3.

Bagaimana kefektifan pendekatan dan metode dalam manajemen kelas?

4.

Apa saja aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas?

C.

Tujuan

1.

Mengetahui pendekatan-pendekatan dalam manajemen kelas.

2.

Mengetahui metode apa saja yang dapat digunakan dalam manajemen kelas.

3.

Mengetahui kefektifan pendekatan dan metode dalam manajemen kelas.

4.

Memahami aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas.

BAB II PEMBAHASAN A.

Pendekatan Manajemen Kelas Keharmonisan hubungan guru dan siswa, tingginya kerjasama di antara siswa tersimpul dalam bentuk interaksi. Lahirnya interaksi yang optimal bergantung dari pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. (Djamarah 2006:179 dalam http://meilanikasim.wordpress.com/ 2010/04/ 12/makalah-manajemen-kelas/) Pendekatan yang dipilih guru senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Pendekatan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendekatan manajerial dan pendekatan psikologikal. Secara lebih rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.

Pendekatan Manajerial Upaya penyelenggaraan pembelajaran dengan menitikberatkan pada upaya guru untuk mengatur dan mengorganisasi siswa sesuai dengan persepsi guru terhadap siswa, dengan kata lain pendekatan ini dipilih berdasar orientasi guru dan ketercapaian target kurikulum yang harus diselesaikan. Pendekatan ini meliputi:

a.

Pendekatan Kekuasaan atau Otoriter Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Bila timbul masalah-masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan:

1)

Perintah dan Larangan Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah-masalah pengelolaan kelas tertentu. Seorang guru yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif, namun jangkauannya hanya terbatas pada

masalah-masalah yang timbul sewaktu-waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat. 2)

Penekanan dan Penguasaan Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru, banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan pendekatan penguasaan dan penekanan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun demikian, namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana.

3)

Penghukuman dan Pengancaman Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata-kata yang kasar, mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain, memaksa siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman-ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi. Dijelaskan (dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) terdapat lima strategi yang dapat diterapkan dalam mangelola kelas, yaitu:

1)

Menetapkan dan menegakkan peraturan Kegiatan yang dilakukan guru yaitu menggariskan pembatasan-pembatasan dengan memberitahukan kepada siswa tentang apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, maksud peraturan ini adalah menuntun dan membatasi perilaku siswa.

2)

Memberi perintah, pengarahan, dan pesan Strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku siswa agar dapat melakukan sesuai yang diinginkan guru.

3)

Menggunakan teguran ramah Strategi yang digunakan yaitu dengan cara menegur siswa yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Teguran ini dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal dengan maksud untuk memberitahukan bukan menuduh.

4)

Menggunakan pengendalian dengan gerak mendekati Guru bergerak mendekati siswa yang berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Tujuannya adalah untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan.

5)

Menggunakan pemisahan dan pengucilan Strategi guru dalam nemerespon terhadap perilaku menyimpang siswa yang tingkat penyimpangannya cukup berat.

b.

Pendekatan Ancaman atau Intimidasi Pendekatan intimidasi adalah penekanan pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku siswa. Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaaan, ancaman, serta menyalahkan. Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Penggunakan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan siswa.

c.

Pendekatan Kebebasan atau Permisif Pengelolaan permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah untuk meningkatkan kebebasan siswa.Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh.

d.

Pendekatan Demokratis Pendekatan ini boleh dikatakan perpaduan kebaikan antara otoriter dan permisif. Pembelajaran berada pada kendali guru, namun siswa diberi kebebasan untuk berkreasi sehingga siswa tumbuh dan berkembang secara maksimal tetapi tetap dalam kontrol dan arahan dari guru. Guru dapat membantu dan mengarahkan siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pada saan tertentu guru membebaskan siswa bertingkah laku, namun jika dipandang membahayakan dan menyimpang dari garis perkembangan pada umumnya guru dapat melarang.

e.

Pendekatan Resep atau Buku Masak Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. Dalam pengelolaan, guru lebih banyak memberi anjuran, wejangan, perintah, sehingga mengabaikan kebutuhan siswa. Di samping itu, guru menjadi tidak kreatif karena terpaku pada penyelesaian materi.

f.

Pendekatan Instruksional Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa. Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan strategi manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain:

1)

Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas

2)

Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.

3)

Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari-hari yang perlu dipahami dan dilakukan siswa.

4)

Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan-harapan yang diinginkan guru.

5)

Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat yang sungguhsungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda-tanda kebosanan dan keresahan.

6)

Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar-benar memerlukannya.

7)

Merencanakan perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam menghadapi perubahan-perubahan situasi.

8)

Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda.

g.

Pendekatan Transaksional Dalam pendekatan ini, pembelajaran lebih bersifat fleksibel, sebab pembelajaran dikelola bersama guru dan siswa dalam bentuk pembagian tugas-tugas yang harus diselesaikan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam aplikasinya, guru merinci tujuan pembelajaran khusus dalam bentuk tugas-tugas yang dibicarakan bersama antara guru dan siswa. Dengan demikian, pendekatan ini dapat dikatakan sebagai pengembangan konsep cara belajar siswa aktif. Keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan sosial, emosi, dan intelektual.

2.

Pendekatan Psikologikal Pendekatan psikologikal lebih menitikberatkan pada pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat dikelola dengan suatu pendekatan tertentu. Suparno (1998: 92, dalam Y. Padmono, 2011) menyatakan ada tiga pendekatan dalam manajemen kelas, yaitu:

a.

Pendekatan Perubahan Tingkah Laku Sesuai dengan namanya, manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku siswa yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Program atau kegiatan yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan untuk menghindarinya sebagai penguatan negatif. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari. Perubahan tingkah laku menurut A. Workman (dalam Y. Padmono, 2011) modifikasi perilaku dengan metode eksternal untuk memengaruhi perilaku siswa dilakukan dengan teknik:

1)

Penguatan positif (positive reinforcement); menunjukkan pada anak sesuatu yang diinginkan anak sehubungan dengan tindakan yang baik, misalnya: hadiah, diberi waktu bebas.

2)

Penghapusan waktu (time out); menghilangkan suasana lingkungan yang menyenangkan yang sedang dinikmati siswa karena perilakunya yang kurang tepat, misalnya: menghapuskan waktu istirahat karena terjadi pertengkaran.

3)

Jawaban merugikan (response cost); mengurangi hadiah yang sebenarnya diterima anak karena tindakannya yang kurang tepat, misalnya: menghilangkan waktu bebas 10 menit karena siswa mengucapkan kata yang tidak senonoh.

4)

Pemberian bantuan (Promting); membuat situasi sehingga tindakan yang tepat dapat ditampilkan oleh anak, misalnya: dengan memberikan perintah yang jelas untuk melakukan suatu tugas.

5)

Penghapusan bantuan (fading); sedikit demi sedikit menghapuskan “Promt” setelah anak memperbaiki perilakunya, misalnya: anak yang semula menulis dengan bantuan ketika keterampilannya semakin bertambah, maka bantuan semakin dikurangi.

6)

Pemberian contoh (Modeling); memusatkan perhatian anak pada contoh tindakan yang tepat, misalnya: ada siswa yang berperilaku baik, maka guru menunjukkannya di depan kelas. Strategi yang dapat diterapkan dalam strategi ini antara lain:

1)

Mempergunakan model; suatu proses yang dilakukan guru melalui tingkah laku yang dilakukan dalam menampilkan nilai dan sikap yang dikehendaki untuk dimiliki dan ditampilkan oleh siswa.

2)

Mempergunakan pembentukan; strategi ini dipergunakan untuk mengembangkan perilaku yang baru.

3)

Mempergunakan sistem hadiah; strategi ini dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok siswa.

4)

Mempergunakan kontrak perilaku; dengan kontrak perilaku, maka siswa yang menyimpang dari ketentuan akan mendapat konsekuensi sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.

5)

Mempergunakan jatah kelompok; menggunakan prosedur dengan konsekuensi penguatan atau hukuman tidak hanya bergantung pada perilaku pribadi siswa, melainkan juga pada perilaku kelompoknya.

6)

Mempergunakan penyuluhan perilaku; penyuluhan ini dimaksudkan untuk membantu siswa yang berperilaku menyimpang agar perilaku yang tidak sesuai tersebut dapat diusahakan perubahannya.

7)

Mempergunakan pemantauan sendiri; pemantauan yang sistematis akan meningkatkan kesadaran siswa terhadap perilaku yang diharapkan dihilangakan.

8)

Mempergunakan pemberian isyarat; suatu proses untuk merangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau nonverbal yang dilakukan oleh guru pada siswanya.

b.

Pendekatan Iklim Sosio-Emosional

Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif dan pengajaran yang efektif memerlukan hubungan positif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Pendekatan iklim sosio-emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Dalam hal, ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antarpribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, maka guru harus mempunyai sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi. Prinsip utama komunikasi bagi guru yaitu berbicara pada situasi, bukan pada kepribadian dan karakter siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak diinginkan, guru disarankan untuk mendeskripsikan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya, baru kemudian merefleksikan mengapa siswa berperilaku seperti itu dan memikirkan apa yang perlu diperbuat. c.

Pendekatan Kerja Kelompok Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah-masalah pengelolaan. Menurut Schmuk (dalam Y. Padmono, 2011) untuk mengelola kelas diperlukan adanya:

1)

Pengharapan; jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan buruk, sangat mungkin mereka akan berkelakuan buruk, sebaliknya jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan baik, memungkinkan pula siswa akan berkelakuan baik.

2)

Kepemimpinan; guru memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, akan tetapi kelas lebih efektif jika kepemimpinan dapat dijalankan oleh guru dan siswa. Guru meningkatkan mutu interaksi dan produktifitas kelompok dengan melatih siswa mengembangkan kemampuan kepemimpinan.

3)

Daya tarik; mengacu pada persahabatan dalam kelompok kelas. Pengelolaan kelas efektif adalah pengelolaan yang membantu mengembangkan hubungan baik antara perorangan di antara anggota kelompok.

4)

Norma-norma; norma sangat memengaruhi perseorangan karena memberikan petunjuk yang membantu anggota kelompok untuk memahami apa yang diharapkan orang lain. Guru hendaknya tidak mendominasi pembentukan norma kelompok, sebab norma bentukan guru cenderung memaksa siswa untuk menaatinya, sehingga ketaatan pada norma tersebut hanya bersifat untuk memenuhi tuntutan pihak lain.

5)

Komunikasi; guru perlu mengembangkan kecakapan murid dalam berkomunikasi tertentu, mengoreksi kata-kata, dan memberi umpan balik.

6)

Kesatuan; kelompok kelas akan efektif jika sebagian besar anggotanya termasuk guru sangat tertarik pada kelompok sebagai satu kesatuan. Guru dapat menciptakan kelompok kelas yang bersatu dengan membuat diskusi tentang penghargaan, dengan penyebaran kepemimpinan, mengembangkan persahabatan kelompok, dan sering menggunakan arus komunikasi dua arah.

d.

Pendekatan keterlibatan Aktif Karena belajar merupakan hasil interaksi individu dengan individu, lingkungan, materi, maka proses interaksi hendaknya dapat dikelola sehingga menjadi interaksi yang produktif. Interaksi yang produktif menuntut individu terlibat aktif dalam interaksi tersebut. Berbagai bentuk kegiatan belajar aktif yang dapat dikembangkan, misalnya:

1)

Kegiatan penyelidikan; membaca, wawancara

2)

Kegiatan penyajian; laporan, membuat grafik dan chart

3)

Kegiatan latihan mekanis; digunakan jika kelompok menemui kesulitan sehingga perlu diadakan ulangan-ulangan dan latihan-latihan.

4)

Kegiatan apresiasi; mendengarkan musik, memperhatikan gambar

5)

Belajar dalam kelompok; latihan dalam tata kerja demokratis

6)

Percobaan; belajar mencoba cara-cara mengerjakan sesuatu

7)

Kegiatan mengorganisasi dan menilai; deskriminasi, seleksi, mengatur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan yang dikerjakan mereka sendiri.

e.

Pendekatan Elektis atau Pluralistik Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan, selama maksud dan penggunaannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. Selain pendekatan manajerial dan psikologikal, juga ada beberapa pendekatan lain, yaitu:

1.

Pendekatan Konseling Dalam pendekatan ini, siswa digiring kesadarannya untuk tumbuh menjadi calon profesional, membangun tanggung jawab atas perilakunya, dan mengembangkan rencana-rencana untuk mengurangi kecenderungan tindakantindakan yang tidak produktif. Guru berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perilaku siswa yang menyimpang, sekaligus mencari jawaban untuk memecahkan masalah tersebut secara konsepsional dan praktis.

2.

Pendekatan Penelitian Keefektifan Guru Fokus utama pendekatan ini terletak pada perilaku efektif guru dalam mengelola perilaku dan perbuatan siswa, khususnya berkaitan dengan:

a.

Keterampilan-keterampilan guru dalam mengorganisasikan dan mengelola aktivitas kelas

b.

Keterampilan-keterampilan guru dalam menyajikan material belajar

c.

Hubungan guru-siswa

3.

Pendekatan Kontingensi Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah mengidentifikasi teknik tertentu yang paling cocok diterapkan pada situasi tertentu dalam mencapai tujuan organisasi karena tidak ada satu pun teknik manajemen yang universal yang dapat diterapkan dalam setiap situasi dan kondisi.

B.

Metode Manajemen Kelas Metode merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran maupun manajemen kelas perlu adanya metode yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran kondusif. Metode adalah perancangan lingkungan belajar yang mengkhususkan aktivitas, dimana guru dan siswa terlibat selama proses pembelajaran berlangsung. Biasanya metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak menutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran maupun manajemen kelas perlu adanya metode yang

tepat agar pelaksanaan pembelajaran kondusif. Beberapa metode pembelajaran yang perlu dikuasai seorang guru adalah sebagai berikut: 1.

Metode ceramah Ceramah merupakan metode yang paling umum digunakan dalam proses pembelajaran berupa interaksi melalui penuturan lisan dari guru kepada siswa. Guru menyajikan bahan melalui penuturan atau penjelasan lisan secara langsung pada siswa mengenai sesuatu topik. Persiapan pada penerapan metode ceramah:

a.

Rumuskan tujuan instruksional (TIU dan TIK) dari materi,

b.

Buat garis besar bahan yang akan diceramahkan, minimal berupa catatan kecil yang dijadikan pegangan guru sewaktu berceramah,

c.

Kuasai dengan baik materi yang tercakup dalam TIK tersebut, plus segenap variasinya,

d.

Jika ada variasi dengan metode perlu dipikirkan apa yang akan disampaikan melalui ceramah dan apa yang akan disampaikan dengan metode lainnya,

e.

Siapkan media pembelajaran dengan baik yang dipandang sangat tepat untuk menunjang percepatan pemahaman siswa terhadap materi. Hal yang perlu diperhatikan :

a.

Guru menjadi satu-satunya pusat perhatian karena itu sebelum berceramah perlu koreksi diri seperti, pakaian, gerakgerik, gaya, dan sebagainya. Jangan melakukan gerakan-gerakan yang aneh dan mengundang keributan,

b.

Tunjukkan apa yang ingin dicapai dari ceramah ini, mulai dari yang umum menuju ke yang khusus, dari yang sederhana ke yang rumit,

c.

Sampaikan garis besar bahan ajar, secara lisan ataupun yang tertulis,

d.

Hubungkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa,

e.

Berikan contoh-contoh ataupun ilustrasi yang mudah dipahami siswa mengenai hal yang sulit,

f.

Sesekali perlu humor,

g.

Arahkan perhatian pada seluruh siswa,

h.

Suara bervariasi dengan penekanan-penekanan pada tempatnya dan hindari monotonus.

2.

Metode Tanya Jawab Tanya jawab dapat bersifat timbal-balik (dari guru ataupun siswa) demi pencapaian tujuan pembelajaran. Pertanyaan dari guru disesuaikan dengan kemampuan siswa demi pencapaian tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran ini tujuan utamanya melatih siswa untuk mendengarkan dengan baik, menangkap dan merespon persoalan dengan tepat (belajar berpikir). Jenis pertanyaannya berupa tingkat sedernana dan kompleks (higher order questioning). Kriteria pertanyaan:

a.

Ringkas dan jelas sesuai dengan kemampuan berpikir siswa

b.

Memberi acuan, yaitu uraian singkat tentang apa yang ditanyakan disusul dengan pertanyaannya

c.

Menggiring dan memusatkan jawaban pada jawaban yang benar (metode Socratis)

3.

Metode Demonstrasi Metode ini termasuk metode yang paling sederhana dibanding dengan metode lainnya. Guru mendemonstrasikan/ memperlihatkan suatu proses, peristiwa, cara kerja suatu alat dan lain-lain kepada siswa. Agar efektif perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

a.

Buat perencanan yang matang sebelum pembelajaran dimulai, utamanya persiapkan fasilitas yang akan digunakan,

b.

Rumuskan tujuan pembelajaran dan pilihlah materi yang tepat untuk didemonstrasikan,

c.

Tetapkan apakah demonstrasi yang dimaksud akan dilakukan oleh guru ataukah oleh siswa, ataukah oleh guru kemudian diikuti siswa,

d.

Buat garis besar langkah-langkah demonstrasi,

e.

Ciptakan suasana yang tenang dan menarik,

f.

Upayakan partisipasi aktif dari seluruh siswa,

g.

Lakukan evaluasi tentang efektifitas proses dan hasilnya,

h.

Untuk mengetahui hasilnya berikan tugas pada siswa.

4.

Metode Penemuan (discovery/inquiry) Discovery; menemukan jawaban berdasar acuan yang telah ada. Inquiry; penemuan sesuatu secara orisinil dan mandiri ( tanpa mengikuti acuan yang ada). Dalam metode ini dikenal dengan apa yang disebut five steps of thinking (John Dewey dalamhttp://tugino230171.wordpress.com /2011/01/08/metode-metode-pembelajaran/): Metode ini juga sering disebut metode pemecahan masalah, intinya :

a.

Merumuskan masalah,

b.

Menemukan beberapa alternatif pemecahan,

c.

Memilih alternatif yang terbaik,

d.

Mencoba memecahkon masalah dengan alternatif pilihan,

e.

Mengevaluasi hasilnya dan melakukan balikan,

5.

Metode karya wisata Metode ini juga biasa disebut metode proyek. Intinya :

a.

Merancang sebuah perjalanan wisata

b.

Mengidentifikasi dan menetapkan obyek observasi

c.

Menetapkan rancangan observasi

d.

Mencatat/membuat rekaman proses dan hasil observasi,

e.

Melaporkan dan mendiskusikan hasil observasi (di kelas)

f.

Membuat kesimpulan.

6.

Metode pemberian tugas resitasi Metode ini merupakan cara penyajian materi pelajaran dengan jalan guru memberikan tugas kepada siswa secara individual ataupun kelompok untuk dikerjakan dikelas ataupun di rumah. Hasilnya dikoreksi oleh guru ataupun oleh siswa bersama-sama di kelas. Yang perlu diperhatikan :

a.

Tugas direncanakan secara jelas dan sistematis terutama tujuannya dan cara mengerjakannya

b.

Hal tersebut perlu dikomunikasikan kepada siswa sehingga mereka menerima dengan baik

c.

Untuk jenis tugas kelompok diupayakan agar anggota kelompok terlibat secara aktif dalam penyelesaian tugas terutama jika tugas harus dikerjakan di luar kelas

d.

Guru perlu mengontrol proses penyelesaian tugas, utamanya jika di dalam kelas guru berkeliling memberi bimbingan dan motivasi

e.

Hasil di evaluasi dengan memperhatikan bukan saja hasiInya melainkan juga prosesnya.

7.

Metode diskusi Diskusi diartikan sebagai percakapan resiprokal (pertanyaan dan jawaban timbal balik) seputar permasalahan yang ingin dipecahkan. Hal yang perlu diperhatikan:

a.

Rumuskan tujuan dan masalah yang dijadikan topik diskusi (sesuai dengan materi kurikulum)

b.

Siapkan prasarana dan sarana yang diperlukan untuk diskusi

c.

Tetapkanlah peran siswa dalam diskusi sesuai dengan jenis diskusi yang akan dilakukan

d.

Berikan pengarahan kepada siswa secukupnya agar mereka melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan diskusi

e.

Ciptakan suasana yang kondusif sehingga siswa terdorong mengemukakan pendapat secara bebas terarah pada pemecahan masalah

f.

Berikan kesempatan secara merata kepada siswa agar diskusi tidak didominasi oleh beberapa orang saja

g.

Penyelenggaraan diskusi sesuaikan dengan waktu yang disediakan

h.

Guru seyogyanya berperan sebagai pembimbing, fasilitator, motifator dan evaluator terhadap jalannya diskusi

i.

Diskusi diakhiri dengan penarikan kesimpulan dari apa yang dibicarakan, sesuai dengan topik. Seyogyanya oleh siswa di bawah bimbingan guru.

8.

Metode Sosio Drama Inti Sosio drama atau role playing adalah mempertunjukkan atau mempertontonkan peristiwa sosial. Dalam konteks ini diartikan cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara mempertontonkan/ mendramatisasikan tingkah laku seseorang atau kelompok dalam hubungan sosial. Siswa mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang mengandung masalah dan cara pemecahannya. Manfaat metode sosio drama:

a.

Siswa belajar mengingat, memilih dan menghayati bahan yang akan didramatisasikan dalam konteks keseluruhan cerita sebagai kebulatan

b.

Siswa terlatih berinisiatif dan berkreasi serta mendramatisasikan dalam pentas sesuai dengan waktu yang tersedia

c.

Terbina bahasa yang baik, spontan dan komunikatif

d.

Bakat yang terpendam dapat dipupuk dan diaktualisasikan serta terbuka kemungkinan bagi pengembangannya di kemudian hari melalui kegiatan ekstrakulikuler yang kemungkinan besar bisa menjadi bekal kerja. Kelemahan metode sosio drama:

a.

Tidak semua semua memperoleh kesempatan

b.

Banyak memakan waktu

c.

Tidak semua guru sanggup melaksanakan.

9.

Metode kerja kelompok Manusia adalah makhluk sosial di samping sebagai individu. Kemampuan hidup berkelompok dengan modal sosialitas perlu dikembangkan. Metode ini merupakan salah satu model pembelajaran untuk memupuk kembangkan hasrat sosial/kemampuan hidup bermasyarakat. Belajar dengan model ini dapat mengembangkan kebutuhan tersebut. Wujudnya bisa kelas sebagai kelompok ataupun kelas dibagi atas beberapa kelompok. Manfaatnya metode kerja kelompok:

a.

Membiasakan siswa bekerjasama, mengembangkan sikap musyawarah dan tanggung jawab bersama secara kolektif

b.

Menanamkan kesadaran tanggung jawab diri sesuai dengan status

c.

Mengembangkan jiwa kompetitif yang sehat dan semangat belajar

d.

Mengembangkan jiwa kepemimpinan. Kelemahan metode kerja kelompok:

a.

Membentuk kelompok yang baik tidak mudah, baik kelompok homogen maupun yang heterogen. Guru harus memiliki data yang cukup tentang sifat siswa

b.

Pemimpin kelompok terkadang sulit mengendalikan kemauan anggota.

10. Metode Latihan Pendekatan ini yang intinya adalah drill atau training sangat cocok untuk menanamkan kebiasan-kebiasan tertentu (habit training) seperti ketangkasan, ketepatan, keterampilan dan lain-lain dari apa yang telah dipelajari. Manfaat metode latihan yaitu kebiasaan yang dilatih dengan metode ini akan meningkatkan ketepatan dan kecepatan pelaksanaan sesuatu (otomatisme), yang hal ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kelemahan metode latihan: a.

Kebiasaan yang otomatis dapat menghambat perkembangan inisiatif karena siswa banyak dibiasakan kepada konformitas dan uniformitas

b.

Menimbulkan kebosanan karena sifatnya yang monoton

c.

Membentuk kebiasaan yang kaku karena mereka terbiasa memberikan respon secara otomatis tanpa berfikir. Cara mengatasi:

a.

Obyek latihan dibatasi pada hal-hal yang bersifat otomatis

b.

Latihan harus didudukkan dalam konteks dan makna yang luas

c.

Obyek latihan dipilih yang menarik, Metode yang dipakai oleh guru dalam kerangka manajemen kelas adalah pendekatan konseling (counseling approach), dimana siswa digiring kesadarannya untuk tumbuh menjadi calon profesional, membangun tanggung jawab atas perilakunya, dan mengembangkan rencana-rencana untuk meredusir kecenderungan tindakan-tindakan yang tidak produktif. Guru-guru berusaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab perilaku siswa yang menyimpang, sekaligus mencari jawaban untuk memecahkan masalah tersebut secara konsepsional dan praktis. Fokus kerja bertumpu pada penciptaan interelasi yang memungkinkan tumbuhnya sikap positif, pengembangan konsep diri, perilaku produktif, serta cara belajar yang baik. Metode behavioristik sangat perlu diterapkan dalam manajemen kelas. Inti metode behavioristik adalah memodifikasi perilaku siswa, yang modifikasi itu dilakukan oleh guru, sedangkan perubahan perilaku umat bergantung pada kesadaran siswa. Sejak tahun 1970-an, pada umumnya pelatihan diberikan kepada guru berfokus pada upaya mencari pemecahan atas perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa dengan jalan menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku (behavior modification techniques) menuju perilaku yang dikehendaki, tanpa berarti mengabaikan kebebasan siswa. Disini guru-guru dilatih untuk dapat menerapkan perilaku tepat, untuk melakukan pemerkuatan terhadap perilaku siswa yang tepat pula. Ini biasanya dilakukan guru dengan memaparkan kepada siswa mengenai perilaku yang diharapkan, secara konsisten tidak memberikan toleransi terhadap perilaku yang menyimpang dari kalangan siswa, dan membentuk pemerkuat untuk mengubah perilaku bersamaan dengan aplikasi perilaku tugas. Misalnya gejala siswa sering keluyuran sehabis jam sekolah dimodifikasi dengan cara melembagakan kegiatan pembinaan hobi, pramuka, dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya. Contoh lain, siswa yang lebih cepat menyelesaikan tugas membaca diberi tugas tambahan sampai dengan rekan-rekannya menyelesaikan bacaan yang ditugaskan kepadanya itu.

C.

Keefektifan Penggunaan Pendekatan dan Metode dalam Manajemen Kelas Keefektifan pendekatan dan metode manajemen kelas dapat dilihat dari tingkat tercapainya tujuan dari pengelolaan dan manajemen kelas (dalam http://alim-online.blogspot.com/2010/06/ urgensi-manajemen-kelas-gunamewujudkan.html). Guru dalam melakukan tugas mengajar di suatu kelas, perlu merencanakan dan menentukan pengelolaan kelas yang bagaimana yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kondisi kemampuan belajar siswa serta materi pelajaran yang akan diajarkan di kelas tersebut. Menyusun strategi untuk mengantisipasi apabila hambatan dan tantangan muncul agar proses belajar mengajar tetap dapat berjalan dan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Guru sebagai pengelola kelas merupakan orang yang mempunyai peranan yang strategis yaitu orang yang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di kelas, orang yang akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa, orang yang menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan berbagai kegiatan di kelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul, maka dengan adanya pendekatan-pendekatan dan metode manajemen kelas yang dikemukakan diatas, akan memberikan kemudahan bagi guru dalam menerapkannya di dalam kelas agar tujuan pembelajaran tercapai. Jadi, dengan adanya pendekatan dan metode manajemen kelas sangat membantu guru dalam melaksanakan tugasnya. Dalam memilih pendekatan dan metode dalam mengelola kelasnya, guru harus teliti dan harus disesuaikan dengan memperhatikan kondisi riil gaya mengajarnya, tujuan belajar, kebutuhan siswa dan berbagai variabel

kontekstual lainnya, seperti tujuan pengajaran, usia anak, masalah gender, tingkat sosial ekonomi, budaya dan kapasitas kognitifnya. Dalam penggunaan pendekatan dan metode di dalam pengelolaan kelas tidak ada yang paling baik, melainkan saling melengkapi. Penggunaan pendekatan akan efektif jika dapat diterapkan dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat pula, begitu pun dengan metode manajemen kelas. Dari sekian banyak pendekatan yang ada dalam manajemen kelas, pendekatan yang efektif digunakan dalam manajemen kelas yaitu Pendekatan Elektis atau Pluralistik karena dalam pendekatan elektis (electic approach) menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan, kondisi riil gaya mengajarnya, tujuan belajar, kebutuhan siswa dan berbagai variabel kontekstual untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. Dalam menerapkan pendekatan-pendekatan manajemen kelas, guru juga harus melibatkan metode dalam memanage kelas. Metode digunakan melalui salah satu strategi, tetapi juga tidak tertutup kemungkinan beberapa metode berada dalam strategi yang bervariasi, artinya penetapan metode dapat divariasikan melalui strategi yang berbeda tergantung pada tujuan yang akan dicapai dan konten proses yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran maupun manajemen kelas perlu adanya metode yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran efektif dan kondusif. Metode yang efektif digunakan ialah metode pembelajaran behavoristik. Inti metode behavioristik adalah memodifikasi perilaku siswa, yang modifikasi itu dilakukan oleh guru, sedangkan perubahan perilaku umat bergantung pada kesadaran siswa. Pelatihan diberikan kepada guru berfokus pada upaya mencari pemecahan atas perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa dengan jalan menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku (behavior modification techniques) menuju perilaku yang dikehendaki, tanpa berarti mengabaikan kebebasan siswa. Keefektifan penggunaan metode dalam manajemen kelas harus didukung dengan pengajaran yang efektif. Pemilihan metode yang tepat dan efektif pun harus sudah direncanakan guru sebelumnya agar dapat meminimalisir masalah-masalah manajemen yang kerap muncul. Dengan organisasi yang cermat akan memaksimalkan kesempatankesempatan dalam menciptakan keterlibatan dan pembelajaran siswa, serta meminimalkan waktu-waktu kosong yang dapat menimbulkan masalah-masalah manajemen. Pada dasarnya, menggunaan metode dalam suatu pembelajaran dan manajemen kelas disesuaikan dengan berbagai hal, misalnya karakteristik siswa, media pembelajaran, materi pembelajaran, serta beberapa aspek yang menyangkut kegiatan belajar mengajar. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dilakukan agar dapat memaksimalkan pencapaian tujuan pembelajaran.

D.

Aspek-aspek Manajemen Kelas Lois V. Johnson dan Mary Bany (1970 dalam Sudarwan Danim dan Yunan Danim, 2010) mengemukakan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas, yaitu sebagai berikut:

1.

Sifat-sifat kelas Sebagai wahana belajar, kelas memiliki berbagai aneka “varians” yang memengaruhinya, seperti jumlah siswa, ventilasi, ukuran ruang kelas, kepengapan, kebisingan, teknologi yang tersedia, fasilitas pembelajaran, homogenitas, atau heterogenitas siswa di kelas dan yang lainnya

2.

Pendorong kekuatan kelas

Misalnya kondisi siswa sebagai masukan, iklim interaksi guru dengan siswa, kewibawaan sekolah dan sebagainya.

3.

Memahami bagian kelas Misalnya, pemahaman tentang lingkungan kelas, sumber daya kelas, pencahayaan, kebisingan, dan sebagainya.

4.

Mendiagnosis situasi kelas. Misalnya, kemampuan guru mendiagnosis kemampuan siswa, mempertimbangkan keputusan yang dilematis, dan lainlain

5.

Bertindak selektif Yakni guru tidak gegabah dan pukul rata dalam memberi pertimbangan atau tindakan terhadap siswa

6.

Bertindak kreatif Yakni guru memberikan paluang kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri, mencari terobosan baru dalam disiplin kelas dan lain-lain

7.

Untuk memperbaiki kondisi kelas Misalnya, melakukan penyempurnaan atas tata kelas, disiplin kelas, sistem pembelajaran dan lain-lain Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek manajemen kelas seperti tertuang dalam Petunjuk Pengelolaan Kelas di Sekolah Dasar (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen, 1996 dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) adalah sebagai berikut:

1.

Mengecek kehadiran siswa

2.

Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa

3.

Mendistribusikan bahan dan alat

4.

Mengumpulkan informasi identitas siswa

5.

Mencatat data

6.

Memelihara arsip

7.

Menyampaikan bahan pelajaran

8.

Memberikan tugas/PR Sementara itu, hal-hal yang perlu diperhatikan para guru dalam pertemuan dengan siswa di kelas adalah sebagai berikut.

1.

Ketika bertemu dengan siswa guru harus:

a.

memberikan salam lalu memperkenalkan diri

b.

memberikan format isisan tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis riwayat hidupnya secara singkat.

2.

guru memberikan tugas kepada siswa

3.

guru mengatur tempat duduk siswa secara tertib dan teratur

4.

guru menentukan tata cara berbicara dan tanya jawab

5.

guru membuat denah kelas atau tempat duduk siswa (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000)

BAB III PENUTUP A.

Kesimpulan Pendekatan yang dipilih guru senantiasa diselaraskan dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Pendekatan pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendekatan manajerial dan pendekatan psikologikal. Selain kedua pendekatan tersebut ada beberapa pendekatan dalam manajemen kelas, antara lain: pendekatan konseling, pendekatan penelitian keefektifan guru, pendekatan kontingensi. Metode merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas sebagai upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam pembelajaran maupun manajemen kelas perlu adanya metode yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran kondusif. Metode behavioristik sangat perlu diterapkan dalam manajemen kelas. Inti metode behavioristik adalah memodifikasi perilaku siswa, yang modifikasi itu dilakukan oleh guru, sedangkan perubahan perilaku umat bergantung pada kesadaran siswa. Pada umumnya pelatihan diberikan kepada guru berfokus pada upaya mencari pemecahan atas perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa dengan jalan menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku (behavior modification techniques) menuju perilaku yang dikehendaki, tanpa berarti mengabaikan kebebasan siswa. Keefektivitasan pendekatan dan metode manajemen kelas dapat dilihat dari tingkat tercapainya tujuan dari pengelolaan dan manajemen kelas. Dalam memilih pendekatan dan metode dalam mengelola kelasnya, guru harus teliti dan harus disesuaikan dengan memperhatikan kondisi riil gaya mengajarnya, tujuan belajar, kebutuhan siswa dan berbagai variabel kontekstual lainnya. Dalam penggunaan pendekatan dan metode di dalam pengelolaan kelas tidak ada yang paling baik, melainkan saling melengkapi. Penggunaan pendekatan akan efektif jika dapat diterapkan dengan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi yang tepat pula, begitu pun dengan metode manajemen kelas. Aspek-aspek dalam manajemen kelas meliputi berbagai hal yang berhubungan dengan pelaku pembelajaran maupun hal-hal yang berkaitan dengan pembelajaran.

B.

Saran

1.

Pendekatan yang tepat dalam suatu manajemen kelas sangatlah penting agar tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh karena itu, diharapkan guru mampu memilih pendekatan yang sesuai dengan karakter siswa, kondisi, maupun berbagai hal dalam pembelajaran.

2.

Sama halnya dengan pendekatan managemen kelas, metode dalam management kelas memiliki pengaruh yang besar dalam membentuk karakter siswa yang baik dan unggul dalam akademik maupun non akademik.

3.

Penerapan pendekatan-pendekatan manajemen kelas harus melibatkan metode dalam memanage kelas. Keefektifan pendekatan dan metode manajemen kelas memberikan pengaruh yang besar dalam tercapainya tujuan pembelajaran.

4.

Guru hendaknya memperhatikan aspek-aspek dalam mengelola kelas, karena aspek-aspek tersebut akan berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pembelajaran yang dikelola guru.

Pengertian dan Pendekatan Pengelolaan Kelas POSTED ON MAY 3, 2017 BY DEWI SURYANA

PENGERTIAN Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan merupakan terjamahan dari kata “management”. Dalam kamus umum bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengelolaan adalah penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dalam hal ini tidak terkait pengertian ruangan kelas.Pandangan beliau dalam pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar, meskipun peristiwa itu terjadi di ditempat lain, dimana siswa sedang berkerumun belajar tentang hal yang sama, dari fasilitator yang sama. Untuk memahami tentang pengelolaan kelas secara mendalam maka akan dikemukakan beberapa pendapat dari para ahli diantaranya: 1. Hadari Nawawi Kegiatan manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah, sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan murid. 2. Syaiful Bahri Djamarah Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mangajar. 3. Burhanuddin Pengelolaan kelas merupakan proses upaya yang dilakukan guru untukmen ciptakan dan memelihara kondisi yang kondusif dan optimal bagi terselenggaranya kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dari beberapa pengertian strategi dan pengelolalaan kelas, maka strategi pengelolaan kelas dapat didefinisikan “pola siasat, tehnik, atau langkah-langkah yang digunakan guru dalam menciptakan dan

mempertahankan kondisi kelas tetap kondusif, agar siswa dapat belajar optimal, aktif, dan menyenangkan dengan efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Maka jika ditarik kesimpulan secara keseluruhan, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan guru yang mendorong tingkah laku siswa dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. PENDEKATAN 

Pendekatan Manajerial

Upaya penyelenggaraan pembelajaran dengan menitikberatkan pada upaya guru untuk mengatur dan mengorganisasi siswa sesuai dengan persepsi guru terhadap siswa, dengan kata lain pendekatan ini dipilih berdasar orientasi guru dan ketercapaian target kurikulum yang harus diselesaikan. Pendekatan ini meliputi: Pendekatan Kekuasaan atau Otoriter Pendekatan otoriter adalah pendekatan yang menempatkan guru dalam peranan menciptakan dan memelihara ketertiban di kelas dengan menggunakan strategi pengendalian. Guru otoriter bertindak untuk kepentingan siswa dengan menerapkan disiplin yang tegas. Bila timbul masalah–masalah yang merusak ketertiban atau kedisplinan kelas, maka perlu adanya pendekatan: Perintah dan Larangan Baik perintah maupun larangan dapat diterapkan atas dasar generalisasi masalah–masalah pengelolaan kelas tertentu. Seorang guru yang melaksanakan perintah dan larangan bersikap reaktif, namun jangkauannya hanya terbatas pada masalah–masalah yang timbul sewaktu–waktu saja, sehingga kemungkinan timbulnya masalah pada masa mendatang kurang dapat dicegah atau ditanggulangi secara tepat. 

Penekanan dan Penguasaan

Pendekatan penekanan dan penguasaan ini banyak mementingkan pada diri guru, banyak memerintah, mengomel dan memarahi. Bila dalam menghadapi masalah pengelolaan kelas menggunakan pendekatan penguasaan dan penekanan, maka memungkinkan siswa untuk diam, tertib karena takut dan tertekan hatinya. Meskipun demikian, namun pendekatan ini kurang tepat karena kurang toleransi, dan kurang bijaksana. 

Penghukuman dan Pengancaman

Pendekatan penghukuman muncul dalam berbagai bentuk tingkah laku antara lain penghukuman dengan kekerasan, dengan larangan bahkan pengusiran, menghardik atau menghentak dengan kata–kata yang kasar, mencemooh menertawakan atau menghukum seseorang di depan siswa lain, memaksa siswa untuk meminta maaf, memaksa dengan tuntutan tenentu, atau bahkan dengan ancaman–ancaman. Pendekatan semacam ini termasuk penanganan yang kurang tepat, karena bersifat otoriter kurang manusiawi. Dijelaskan (dalam Rasdi Ekosiswoyo dan Maman Rachman, 2000) terdapat lima strategi yang dapat diterapkan dalam mangelola kelas, yaitu: 

Menetapkan dan menegakkan peraturan

Kegiatan yang dilakukan guru yaitu menggariskan pembatasan–pembatasan dengan memberitahukan kepada siswa tentang apa yang diharapkan dan mengapa hal tersebut diperlukan. Dengan demikian, maksud peraturan ini adalah menuntun dan membatasi perilaku siswa. 

Memberi perintah, pengarahan, dan pesan

Strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku siswa agar dapat melakukan sesuai yang diinginkan guru. 

Menggunakan teguran ramah

Strategi yang digunakan yaitu dengan cara menegur siswa yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar peraturan dengan cara lemah lembut. Teguran ini dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal dengan maksud untuk memberitahukan bukan menuduh. 

Menggunakan pengendalian dengan gerak mendekati

Guru bergerak mendekati siswa yang berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Tujuannya adalah untuk mencegah berkembangnya situasi yang mengacaukan. 

Menggunakan pemisahan dan pengucilan

Strategi guru dalam nemerespon terhadap perilaku menyimpang siswa yang tingkat penyimpangannya cukup berat. Pendekatan Ancaman atau Intimidasi Pendekatan intimidasi adalah penekanan pendekatan yang memandang manajemen kelas sebagai proses pengendalian perilaku siswa. Bentuk–bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan, paksaaan, ancaman, serta menyalahkan. Pendekatan intimidasi berguna dalam situasi tertentu dengan menggunakan teguran keras. Penggunakan pendekatan ini hanya bersifat pemecahan masalah secara sementara dan hanya menangani gejala masalahnya, bukan masalah itu sendiri. Kelemahan yang timbul dari penerapan pendekatan ini adalah tumbuhnya sikap bermusuhan dan hancurnya hubungan antara guru dan siswa. Pendekatan Kebebasan atau Permisif Pengelolaan permisif di sini diartikan sebagai suatu proses untuk membantu siswa agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah untuk meningkatkan kebebasan siswa. Campur tangan guru hendaknya seminimal mungkin dan guru hendaknya juga berperan sebagai pendorong untuk mengembangkan potensi siswa secara penuh. Pendekatan Demokratis Pendekatan ini boleh dikatakan perpaduan kebaikan antara otoriter dan permisif. Pembelajaran berada pada kendali guru, namun siswa diberi kebebasan untuk berkreasi sehingga siswa tumbuh dan berkembang secara maksimal tetapi tetap dalam kontrol dan arahan dari guru.

Guru dapat membantu dan mengarahkan siswa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Pada saan tertentu guru membebaskan siswa bertingkah laku, namun jika dipandang membahayakan dan menyimpang dari garis perkembangan pada umumnya guru dapat melarang. Pendekatan Resep atau Buku Masak Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan memberi satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus dan apa yang tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang tertulis dalam resep. Dalam pengelolaan, guru lebih banyak memberi anjuran, wejangan, perintah, sehingga mengabaikan kebutuhan siswa. Di samping itu, guru menjadi tidak kreatif karena terpaku pada penyelesaian materi. Pendekatan Instruksional Manajemen kelas melalui pendekatan ini mengacu pada tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Dengan demikian peranan guru adalah merencanakan dengan teliti pelajaran yang baik, kegiatan belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan setiap siswa. Pendekatan instruksional dalam manajemen kelas memandang perilaku instruksional guru agar mempunyai potensi untuk mencapai tujuan utama manajemen kelas, yaitu mencegah timbulnya masalah manajerial dan memecahkan masalah manajerial kelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan strategi manajemen kelas dalam pendekatan ini antara lain: 

Menyampaikan kurikulum dan pelajaran dengan cara yang menarik, relevan, dan sesuai secara empiris dianggap sebagai penangkal perilaku menyimpang siswa di dalam kelas



Menerapkan kegiatan yang efektif adalah kemampuan guru mengatur arus dan tempo kegiatan kelas oleh banyak orang sehingga mencegah siswa melalaikan tugasnya.



Menyiapkan kegiatan rutin kelas adalah kegiatan sehari–hari yang perlu dipahami dan dilakukan siswa.



Memberikan pengarahan yang jelas adalah kegiatan mengomunikasikan harapan– harapan yang diinginkan guru.



Memberikan dorongan yang bermakna adalah suatu proses usaha guru dalam menunjukkan minat yang sungguh–sungguh terhadap perilaku siswa yang menunjukkan tanda–tanda kebosanan dan keresahan.



Memberikan bantuan mengatasi rintangan adalah bentuk pertolongan yang diberikan oleh guru untuk membantu siswa menghadapi persoalan yang mematahkan semangat, pada saat mereka benar–benar memerlukannya.



Merencanakan perubahan lingkungan dalah proses mempersiapkan kelas atau lingkungan dalam menghadapi perubahan–perubahan situasi.



Mengatur kembali struktur situasi adalah strategi manajerial kelas dalam memulai suatu kegiatan atau mengerjakan tugas dengan cara yang berbeda.

Pendekatan Transaksional Dalam pendekatan ini, pembelajaran lebih bersifat fleksibel, sebab pembelajaran dikelola bersama guru dan siswa dalam bentuk pembagian tugas–tugas yang harus diselesaikan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam aplikasinya, guru merinci tujuan pembelajaran khusus dalam bentuk tugas–tugas yang dibicarakan bersama antara guru dan siswa. Dengan demikian, pendekatan ini dapat dikatakan sebagai pengembangan konsep cara belajar siswa aktif. Keaktifan yang dimaksud adalah keaktifan sosial, emosi, dan intelektual. 

Pendekatan Psikologikal

Pendekatan psikologikal lebih menitikberatkan pada pertimbangan bagaimana siswa di kelas dapat dikelola dengan suatu pendekatan tertentu. Suparno (1998: 92, dalam Y. Padmono, 2011) menyatakan ada tiga pendekatan dalam manajemen kelas, yaitu: Pendekatan Perubahan Tingkah Laku Sesuai dengan namanya, manajemen kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku siswa yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. Program atau kegiatan yang mengakibatkan timbulnya tingkah laku yang kurang baik, harus diusahakan untuk menghindarinya sebagai penguatan negatif. Untuk itu, menurut pendekatan tingkah laku yang baik atau positif harus dirangsang dengan memberikan pujian atau hadiah yang menimbulkan perasaan senang atau puas. Sebaliknya, tingkah laku yang kurang baik dalam melaksanakan program kelas diberi sanksi atau hukuman yang akan menimbulkan perasaan tidak puas dan pada gilirannya tingkah laku tersebut akan dihindari. Perubahan tingkah laku menurut A. Workman (dalam Y. Padmono, 2011) modifikasi perilaku dengan metode eksternal untuk memengaruhi perilaku siswa dilakukan dengan teknik: 

Penguatan positif (positive reinforcement); menunjukkan pada anak sesuatu yang diinginkan anak sehubungan dengan tindakan yang baik, misalnya: hadiah, diberi waktu bebas.



Penghapusan waktu (time out); menghilangkan suasana lingkungan yang menyenangkan yang sedang dinikmati siswa karena perilakunya yang kurang tepat, misalnya: menghapuskan waktu istirahat karena terjadi pertengkaran.



Jawaban merugikan (response cost); mengurangi hadiah yang sebenarnya diterima anak karena tindakannya yang kurang tepat, misalnya: menghilangkan waktu bebas 10 menit karena siswa mengucapkan kata yang tidak senonoh.



Pemberian bantuan (Promting); membuat situasi sehingga tindakan yang tepat dapat ditampilkan oleh anak, misalnya: dengan memberikan perintah yang jelas untuk melakukan suatu tugas.



Penghapusan bantuan (fading); sedikit demi sedikit menghapuskan “Promt” setelah anak memperbaiki perilakunya, misalnya: anak yang semula menulis dengan bantuan ketika keterampilannya semakin bertambah, maka bantuan semakin dikurangi.



Pemberian contoh (Modeling); memusatkan perhatian anak pada contoh tindakan yang tepat, misalnya: ada siswa yang berperilaku baik, maka guru menunjukkannya di depan kelas.

Strategi yang dapat diterapkan dalam strategi ini antara lain: 

Mempergunakan model; suatu proses yang dilakukan guru melalui tingkah laku yang dilakukan dalam menampilkan nilai dan sikap yang dikehendaki untuk dimiliki dan ditampilkan oleh siswa.



Mempergunakan pembentukan; strategi ini dipergunakan untuk mengembangkan perilaku yang baru.



Mempergunakan sistem hadiah; strategi ini dimaksudkan untuk mengubah perilaku sekelompok siswa.



Mempergunakan kontrak perilaku; dengan kontrak perilaku, maka siswa yang menyimpang dari ketentuan akan mendapat konsekuensi sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya.



Mempergunakan jatah kelompok; menggunakan prosedur dengan konsekuensi penguatan atau hukuman tidak hanya bergantung pada perilaku pribadi siswa, melainkan juga pada perilaku kelompoknya.



Mempergunakan penyuluhan perilaku; penyuluhan ini dimaksudkan untuk membantu siswa yang berperilaku menyimpang agar perilaku yang tidak sesuai tersebut dapat diusahakan perubahannya.



Mempergunakan pemantauan sendiri; pemantauan yang sistematis akan meningkatkan kesadaran siswa terhadap perilaku yang diharapkan dihilangakan.



Mempergunakan pemberian isyarat; suatu proses untuk merangsang berbuat atau tindakan mengingatkan secara verbal atau nonverbal yang dilakukan oleh guru pada siswanya.

Pendekatan Iklim Sosio–Emosional Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa pengelolaan kelas yang efektif dan pengajaran yang efektif memerlukan hubungan positif antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa. Pendekatan iklim sosio–emosional akan tercapai secara maksimal apabila hubungan antarpribadi yang baik berkembang di dalam kelas. Dalam hal, ini guru merupakan kunci pengembangan hubungan tersebut. Oleh karena itu, seharusnya guru mengembangkan iklim kelas yang baik melalui pemeliharaan hubungan antarpribadi di kelas. Untuk terciptanya hubungan guru dengan siswa yang positif, maka guru harus mempunyai sikap mengerti dan sikap ngayomi atau sikap melindungi. Prinsip utama komunikasi bagi guru yaitu berbicara pada situasi, bukan pada kepribadian dan karakter siswa. Jika guru dihadapkan pada perilaku siswa yang tidak diinginkan, guru disarankan untuk mendeskripsikan apa yang dilihatnya, apa yang dirasakannya, baru kemudian merefleksikan mengapa siswa berperilaku seperti itu dan memikirkan apa yang perlu diperbuat. Pendekatan Kerja Kelompok

Dalam pendekatan ini, peran guru adalah mendorong perkembangan dan kerja sama kelompok. Pengelolaan kelas dengan proses kelompok memerlukan kemampuan guru untuk menciptakan kondisi–kondisi yang memungkinkan kelompok menjadi kelompok yang produktif, selain itu guru juga harus dapat menjaga kondisi itu agar tetap baik. Untuk menjaga kondisi kelas tersebut guru harus dapat mempertahankan semangat yang tinggi, mengatasi konflik, dan mengurangi masalah–masalah pengelolaan. Menurut Schmuk (dalam Y. Padmono, 2011) untuk mengelola kelas diperlukan adanya: 

Pengharapan; jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan buruk, sangat mungkin mereka akan berkelakuan buruk, sebaliknya jika siswa merasa guru mengharapkan mereka berkelakuan baik, memungkinkan pula siswa akan berkelakuan baik.



Kepemimpinan; guru memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi pemimpin di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, akan tetapi kelas lebih efektif jika kepemimpinan dapat dijalankan oleh guru dan siswa. Guru meningkatkan mutu interaksi dan produktifitas kelompok dengan melatih siswa mengembangkan kemampuan kepemimpinan.



Daya tarik; mengacu pada persahabatan dalam kelompok kelas. Pengelolaan kelas efektif adalah pengelolaan yang membantu mengembangkan hubungan baik antara perorangan di antara anggota kelompok.



Norma-norma; norma sangat memengaruhi perseorangan karena memberikan petunjuk yang membantu anggota kelompok untuk memahami apa yang diharapkan orang lain. Guru hendaknya tidak mendominasi pembentukan norma kelompok, sebab norma bentukan guru cenderung memaksa siswa untuk menaatinya, sehingga ketaatan pada norma tersebut hanya bersifat untuk memenuhi tuntutan pihak lain.



Komunikasi; guru perlu mengembangkan kecakapan murid dalam berkomunikasi tertentu, mengoreksi kata–kata, dan memberi umpan balik.



Kesatuan; kelompok kelas akan efektif jika sebagian besar anggotanya termasuk guru sangat tertarik pada kelompok sebagai satu kesatuan. Guru dapat menciptakan kelompok kelas yang bersatu dengan membuat diskusi tentang penghargaan, dengan penyebaran kepemimpinan, mengembangkan persahabatan kelompok, dan sering menggunakan arus komunikasi dua arah.

Pendekatan keterlibatan Aktif Karena belajar merupakan hasil interaksi individu dengan individu, lingkungan, materi, maka proses interaksi hendaknya dapat dikelola sehingga menjadi interaksi yang produktif. Interaksi yang produktif menuntut individu terlibat aktif dalam interaksi tersebut. Berbagai bentuk kegiatan belajar aktif yang dapat dikembangkan, misalnya: 

Kegiatan penyelidikan; membaca, wawancara



Kegiatan penyajian; laporan, membuat grafik dan chart



Kegiatan latihan mekanis; digunakan jika kelompok menemui kesulitan sehingga perlu diadakan ulangan–ulangan dan latihan–



Kegiatan apresiasi; mendengarkan musik, memperhatikan gambar



Belajar dalam kelompok; latihan dalam tata kerja demokratis



Percobaan; belajar mencoba cara–cara mengerjakan sesuatu



Kegiatan mengorganisasi dan menilai; deskriminasi, seleksi, mengatur dan menilai pekerjaan yang dikerjakan yang dikerjakan mereka sendiri.

Pendekatan Elektis atau Pluralistik Pendekatan elektis (electic approach) ini menekankan pada potensialitas, kreativitas, dan inisiatif wali atau guru kelas dalam memilih berbagai pendekatan tersebut berdasarkan situasi yang dihadapinya. Penggunaan pendekatan itu dalam suatu situasi mungkin dipergunakan salah satu dan dalam situasi lain mungkin harus mengkombinasikan dua atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien. Guru memilih dan menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut sesuai dengan kemampuan, selama maksud dan penggunaannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang memberi kemungkinan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien. Selain pendekatan manajerial dan psikologikal, juga ada beberapa pendekatan lain, yaitu: Pendekatan Konseling Dalam pendekatan ini, siswa digiring kesadarannya untuk tumbuh menjadi calon profesional, membangun tanggung jawab atas perilakunya, dan mengembangkan rencana–rencana untuk mengurangi kecenderungan tindakan–tindakan yang tidak produktif. Guru berusaha mengidentifikasi faktor–faktor penyebab perilaku siswa yang menyimpang, sekaligus mencari jawaban untuk memecahkan masalah tersebut secara konsepsional dan praktis. Pendekatan Penelitian Keefektifan Guru Fokus utama pendekatan ini terletak pada perilaku efektif guru dalam mengelola perilaku dan perbuatan siswa, khususnya berkaitan dengan: 1. Keterampilan–keterampilan guru dalam mengorganisasikan dan mengelola aktivitas kelas 2. Keterampilan–keterampilan guru dalam menyajikan material belajar 3. Hubungan guru–siswa https://www.google.com/search?q=kelas&client=firefoxb&tbm=isch&imgil=1uC84UdbzmXiPM%253A%253BOBhLUDBSzAJBM%253Bhttp%25253A%25252F%25252Fwww.kompasiana.com%25252Fgunawansri haryono%25252Fkelas-akselerasi-bukan-untuk-parajuara_551044c1a333111c37ba82c3&source=iu&pf=m&fir=1uC84UdbzmXiPM%253A%252C OBhLUDBSzAJBM%252C_&usg=__hQ2QGdR5NVBiSlT9iLx6AGDVGbA%3D&biw=1366&bih=639&v ed=0ahUKEwjh55rkdPTAhUBWbwKHcteBk4QyjcIPA&ei=lX4JWaHJJoGy8QXLvZnwBA#imgdii=oJpsf8dxnXmX 7M:&imgrc=1uC84UdbzmXiPM: Pendekatan Kontingensi Menurut pendekatan ini, tugas guru adalah mengidentifikasi teknik tertentu yang paling cocok diterapkan pada situasi tertentu dalam mencapai tujuan organisasi karena tidak ada satu pun teknik manajemen yang universal yang dapat diterapkan dalam setiap situasi dan kondisi

MICRO TEACHING

PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS DI SEKOLAH DASAR 16/07/2017 AFID BURHANUDDIN TINGGALKAN KOMENTAR

Pendidikan adalah cara manusia untuk meningkatkan kualitas dari suatu kondisi kearah yang lebih baik. Pendidikan diperoleh lewat proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, seorang guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu kegiatan pembelajaran dan kegiatan pengelolaan kelas. Guru yang professional salah satu cirinya adalah guru yang mampu mengelola kelas dengan baik. Di dalam kelas, segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat yang berbeda-beda, bertemu dan berpadu serta berinteraksi di dalam kelas. Bahkan hasil dari pendidikan dan pengajaran sangat ditentukan oleh apa yang terjadi di kelas. Oleh sebab itu sudah selayaknyalah kelas dikelola dengan profesional. Sementara ini pemahaman tentang pengelolaan kelas nampaknya masih keliru. Seringkali pengelolaan kelas dipahami sebagai penataan ruangan kelas yang berkaitan dengan sarana seperti tempat duduk, lemari buku, dan alat-alat mengajar. Padahal pengaturan sarana belajar mengajar di kelas hanyalah sebagian kecil saja, yang terutama adalah pengkondisian kelas, artinya bagaimana guru merencanakan, mengatur, melakukan berbagai kegiatan di kelas, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dan berhasil dengan baik Ruang kelas merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran, selama berjamjam siswa berada diruang tersebut, selama itu pula terjadi interaksi antara dua unsur manusia yaitu guru dan siswa. Ruang tersebut tentunya harus ditata sedemikian rupa sehingga secara layak dan nyaman dapat dijadikan tempat kegiatan pembelajaran. Hal ini memerluka prinsip pengelolaan ruang kelas yang bagus supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar dan efektif.

PENGERTIAN PENGELOLAAN KELAS Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, pengelolaan dan kelas. Pengelolaan sendiri berasal dari kata “kelola” di tambahi awalan “pe” dan akhiran “an”. Istilah lain dari kata pengelolaan adalah “manajemen”. Manajemen berasal dari bahasa inggris, yaitu management, yang berarti ketatalaksanaan, tata pimpinan, pengelolaan.manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut Suharsimi Arikunto (Djamarah, 2013) adalah pengadministrasian, pengaturan atau penataan suatu kegiatan.

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar (Usman, 2013). Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa, 2013). Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakanya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan mengajar secara efesien dan memungkinkan mereka dapat belajar (Djamarah, 2013). Dapat disimpulaakan bahwa ketrampilam mengelolaan kelas adalah keterampilan guru dalam mengendalikan pembelajaran untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan bila terjadi gangguan saat terjadinya proses belajar mengajar baik dengan cara mendisiplinkan ataupun melakukan remidial. Dengan kata lain, ialah kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses pembelajaran. Yang termasuk ke dalam hal ini adalah, penghentian tingkah laku anak didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian hadiah bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif. Ketika kelas terganggu, guru berusaha mengembalikannya agar tidak menjadi penghalang bagi proses pembelajaran. Dalam konteks yang demikian itulah kiranya pengelolaan kelas penting untuk diketahui oleh siapapun yang menerjukan dirinya dalam dunia pendidikan.

TUJUAN PENGELOLAAN KELAS Pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru bukan tanpa tujuan. Karena ada tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas, walaupun terkadang kelelahan fisik maupun pikiran. Guru sadar tanpa adanya pengelolaan kelas yang baik, maka akan menghambat proses kegiatan belajar mengajarnya. Itu sama saja membiarkan jalannya pelajaran tampa hasil., yaitu mengantarkan anak didik dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari yang tidak berilmu menjadi berilmu. Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya sudah terkandung pada tujuan pendidikan. Secara umum tujuan dari pengelolaan kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacammacam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan belajar, tercapainya suasana sosial yeng memberikan kepuasan, suasana disiplin, oengembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siwa (Djamarah, 2013). Suharsimi Arikunto dalam (Djamarah, 2013) berpendapat bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat berkerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Menurutnya, sebagai indicator dari sebuah kelas yang tertib apabila:

1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang terhenti karena tidak tahu ada tugas yang harus dilakukan atau tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya. 2. Setiap anak terus melakukan pekerjaan tanpa membuang waktu, artinya setiap anak akan bekerja secepatnya supaya lekas menyelesaikan tugas diberikan kepadanya. Apabila ada anak yang dapat melaksanakan tugasnya, tetapi mengerjakanya kurang bergairah atau mengulur waktu bekerja, maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib. Selain tujuan diatas menurut (Hasibuan, 2012) dalam bukunya “Proses Belajar Mengajar” tujuan pengelolaan kelas bagi siswa adalah sebagai berikut: 1. Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya. 2. Membantu siswa untuk mengerti tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan, atau bukan kemarahan. 3. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang sesuai dengan aktivitas kelas.

PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN KELAS Pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan. Berbagai faktorlah yang menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas di bagi menjadi dua golongan yaitu, factor intern siswa dan factor ekstern siswa. Factor intern siswa berhubungan dengan emosi, pikiran, dan perilaku. Kepribadian siswa dengan cirri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara individual. Perbedaan secara individual ini dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis (Usman, 2013). Sedangkan faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dikelas, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa dikelas akan mewarnai dinamika kelas dan sebagainya. Semakin banyak siswa akan cederung mudah terjadi konflik deripada kelas dengan jumlah siswa yang lebih sedikit. Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan. Maka sangat penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang akan diuraikan sebagai berikut: 1. Hangat dan Antusias. Hangat dan antusias dapat memberikan suasana kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi terciptanya kegiatan belajar mengajar yang optimal. Jika kelas sudah mempunyai rasa hangat kegiatan belajar mengajar akan terasa lebih hidup dan para siswa akan antusias dalam mengikuti pelajaran. 2. Tantangan. Penggunakan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siwa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. Tantangan juga akan menimbulkan motivasi kedalam diri individu setiap siswa.

3. Bervariasi. Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. 4. Keluwesan. Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. 5. Penekanan pada hal-hal yang positif. Pada dasarnya, didalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal yang negative. 6. Penanaman disiplin diri. Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu menolong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya dapat menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Selain itu ruangan kelas tentunya juga harus ditata sedemikian rupa sehingga secara layak dapat melangsungkan kegiatan pembelajaran. Dalam (Sobri, 2009) suasana dan penataan ruang kelas tersebut, hendaknya memperhatiakan paling tidak empat kondisi berikut: 1. Aksesibilitas, yakni siswa maupun guru mudah menjangkau alat dan sumber belajar. 2. Mobilitas, siswa dan guru mudah bergerak dari suatu bagian ke bagian lain di kelas. 3. Interaksi, yakni memudahkan terjadinya intteraksi antara guru dan siswa maupun antar siswa. 4. Variasi kerja siswa, yaitu memungkinkan siswa berkerja secara individu, berpasangan, atau kelompok.

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PENGELOLAAN KELAS Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi terkait dengan berbagai faktor. Permasalahan anak didik adalah factor utama yang berkaitan langusung dalam hai ini. Karena pengelolaan kelas yang dilakukan guru tidak lain adalah untuk meningkatkan kegairahan belajar anak didik secara berkelompok maupun secara individual. Keharmonisan hubungan antara guru dan siswa, tingginya kerja sama diantara anak didik tersimpul dalam bentuk interaksi. Keharmonisan interaksi ini bisa optimal karena pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas. Berbagai pendekatan tersebut adalah seperti dalam uraian berikut ini: 1. Pendekatan Kekuasaan. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Peranan guru di sini adalah menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin dalam kelas. Kedisiplinan adalah kekuatan yang menuntut kepada anak didik untuk menaatinya. Di dalamnya ada kekeasaan dalam norma yang mengikat untuk ditaati anggota kelas. Melalui kekuasaan dalam bentuk norma itulah guru mendekatinya. 2. Pendekatan Ancaman. Dari pendekatan ancaman atau intimidasi inti, memperoleh kelas adalah juga sebagai suatu proses untuk mengontrol tingkah laku anak didik. Tetapi dalam mengontrol tingkah laku anak didik dilakukan dengan cara memberikan ancaman, misalnya melarang, ejekan, sindiran, dan memaksa.

3. Pendekatan Kebebasan. Pengelolaan diartikan suatu proses untuk membantu anak didik agar merasa bebas untuk mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja. Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan anak didik. 4. Penekatan Resep. Pendekatan resep (cook book) ini dilakukan dengan member satu daftar yang dapat mengambarkan apa yang harus dikerjakan dan yang tidak boleh terjadi di kelas. Dalam daftar itu digambarkan tahap demi tahap apa yang harus dikerjakan oleh guru. Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk seperti yang ditulis dalam resep. 5. Pendekatan Pengajaran. Pendekatan ini didasarkan pada suatu tanggapan bahwa dalam suatu perencanaan dan pelaksanaan akan mencegah munculnya masalah tingkah laku anak didik, dan memecahkan masalah itu bila tidak bisa dicegah. Pendekatan ini manganjurkan tingkah laku guru dlam mengajar untuk mencegah dan menghentikan tingkah laku anak didik yang kurang baik. Peranan guru adalah perencanaan dan mengimplemantasikan pelajaran yang baik 6. Pendekatan Perubahan Tingkah Laku. Sesuai dengan namanya, pegelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk mengubah tingkah laku anak didik. Peranan guru adalah mengembangkan tingkah laku anak didik yang baik, dan mencegah tingkah laku yang kurang baik. 7. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial. Pendekatan pengelolaan kelas merupakan suatu proses menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam kelas. Suasana emosional dan hubungan sosial yang positif artinya ada hubungan yang baik antara guru dengan siswa. Disisni guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi dan perannya adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat. 8. Pengelolaan Proses Kelompok. Pengelolaan kelas diartikan sebagai suatu proses untuk menciptakan kelas sebagai sustu sistem sosial dimana proses kelompok merupakan yang paling utama. Peranan guru adalah mengusahakan agar perkembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif. Proses kelompok adalah usaha guru mengelompokan anak didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan individual sehingga tercipta kelas yang bergairah dalam belajar. 9. Pendekatan Elektis. Pendekatan elektis adalah pendekatan yang menekankan pada potensialitas, kreaktivitas, dan inisiatif guru kelas dalam memilih pendekatan tersebut sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Penggunakan pendekatan ini dalam suatu situasi dapat digunakan dengan salah satu, mengombinasikan, atau ketiga pendekatan tersebut. Pendekatan elektis disebut juga pendekatan pluralistik, yaitu pengelolaan kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien.

SIMPULAN Guru baik itu guru kelas maupun guru bidang studi secara langsung pasti terlibat dalam kegiatan pengelolaan kelas. Keterampilan mengelola kelas ini sangat penting dikuasai dan diterapkan oleh guru pada setiap kali melakukan proses pembelajaran di dalam kelas. Tujuannya adalah agar proses pembelajaran itu sendiri dapat berjalan efektif dan efisien, sehingga kompetensi yang diharapkan mampu dikuasai oleh siswa.

Dalam mengelola kelas guru dapat memperkecil resiko gangguan dalam mengelola kelas dengan memperhatikan prisip-prinsip. Prinsip pengelolaan kelas antara lain: 1. Hangat dan Antusias 2. Tantangan 3. Bervariasi 4. Keluwesan 5. Penekanan pada hal-hal yang positif 6. Penanaman disiplin diri Berbagai pendekatan dalam pengelolaan kelas juga harus dapat dikuasahi oleh para guru. Pendekatan dalam mebgelola kelas antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Pendekatan Kekuasaan Pendekatan Ancaman Pendekatan Kebebasan Penekatan Resep Pendekatan Pengajaran Pendekatan Perubahan Tingkah Laku Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial Pengelolaan Proses Kelompok Pendekatan Elektis

Daftar Pustaka Djamarah, S. B. (2013). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Hasibuan. (2012). Proes Belajar Mengajar. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA. Mulyasa. (2013). Menjadi Guru profesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAYAKARYA. Sobri. (2009). Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarja: Multi Pressindo. Usman, U. (2013). Menjadi Guru Prfesional. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""