Makalah Jadi.docx

  • Uploaded by: Rina Angriani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Jadi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,090
  • Pages: 20
1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan sebagai program kegiatan disekolah memiliki layanan dan fungsi bimbingan adalah usaha untuk membantu siswa agar yang bersangkutan dapat mengenali dirinya sendiri, dapat menentukan keputusannya sendiri secara tepat dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta dapat memecahkan kesulitan-kesulitan hidupnya. Selanjutnya, yang menjadi persoalan adalah bagaimana dan dalam bentuk apa usaha maupun layanan yang diberikan kepada siswa tersebut sehingga bimbingan benar-benar bermanfaat bagi siswa. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena setiap satuan pendidikan harus memberikan layanan yang dapat memfasilitasi perkembangan pribadi siswa secara optimal berupa bimbingan dan konseling. Pemahaman mengenai apa dan bagaimana layanan bimbingan disekolah mutlak diperlukan oleh pengawas.Sebab adanya layanan bimbingan dan konseling berguna mempermudah dalam mengembangkan potensi diri dalam seseorang.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang penulis paparkan pada makalah ini antara lain : 1. Apa saja jenis jenis layanan terdapat dalam bimbingan konseling? 2. Apa saja kegiatan penunjang bimbingan konseling? 3. Apa saja pendekatan pendekatan daam bimbingan konseling? C. Tujuan Penulisan

2

1. Untuk mengetahui jenis layanan dalam bimbingan konseling 2. Untuk mengetahui kegiatan penunjang dalam bimbingan konseling 3. Untukmengetahui apa saja pendekatan pendekatan dalam bimbingan konseling D. Manfaat Penulisan 1. Agar dapat mengetahui jenis layanan yang terdapat dalam bimbingan konseling 2. Agar dapat megetahui kegiaan dalam bimbingan konseling 3. Agar dapat mengetahui pendekatan dalam bimbingan konseling

3

BAB II PEMBAHASAN A. Jenis Jenis Layanan Yang Terdapat Dalam Bimbingan Konseling 1. Layanan Orientasi Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukannlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama kali datang ke sebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba “buta”, buta tentang arah yang hendak dituju, buta tentang jalan-jalan, dan buta tentang itu dan ini. Akibat dari kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dan tidak mencapai apa yang hendak ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah dan atau bagi orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal tentang lingkungan yang baru dimasukinya. Hasil

yang diharapkan dari layanan orientasi ialah mempermudah

penyesuaian diri siswa terhadap kehidupan sosial, kegiatan belajar dan kegiatan lain yang mendukung keberhasilan siswa. Demikian juga orang tua siswa dengan memahami kondisi, situasi dan tuntutan sekolah anaknya akan dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya. Dengan demikian dapat dipahami ahwa fungsi utama yang didukung oleh layanan orientasi ini adalah

fungsi pemahaman dan

pencegahan a. Layanan Orientasi di sekolah Bagi siswa, ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang di sekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan. Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan

4

dengan berbagai hal tentang lingkungan lembaga pendidikan yang baru itu. Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu diketahui itu pada garis besarnya adalah keadaan lingkungan fisik (seperti gedunggedung, peralatan, kemudahan-kemudahan fisik), materi dan kondisi kegiatan (seperti jenis kegiatan, lamanya kegiatan berlangsung, syaratsyarat bekerja, suasana kerja), peraturan dan berbagai ketentuan lainnya (seperti disiplin,hak dan kewajiban), jenis personal yang ada, tugas masing-masing dan saling hubungan di antara mereka. Untuk lingkungan sekolah misalnya materi orientasi yang mendapat penekanan adalah: (a) Sistem penyelenggaraan pendidikan pada umumnya (b) Kurikulum yang ada (c) Penyelenggaraan pengajaran (d) Kegiatan belajar siswa yang diharapkan (e) Sistem penilaian,ujian,dan kenaikan kelas (f) Fasilitas

dan

sumber

belajar

yang

ada

(seperti

ruang

kelas,laboratorium,perpustakaan,ruang praktek) (g) Fasilitas

penunjang

(sarana

olahraga

dan

rekreasi,pelayanan

kesehatan,pelayanan bimbingan dan konseling,kafetaria,dan tata usaha) (h) Staf pengajar dan tata usaha (i) Hak dan kewajiban siswa (j) Organisasi siswa (k) Organisasi orang tua siswa (l) Organisasi sekolah secara menyeluruh. b. Metode Layanan Orientasi Sekolah Keluasan dan kedalaman masing-masing pokok materi di atas yang disampaikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat perkembangan anak. Untuk anak-anak yang baru memasuki kelas satu SD, tentulah materi-materi tersebut tidak perlu (dan tidak dapat)

5

disampaikan kepada anak-anak yang masih sangat muda. Pokok-pokok materi itu sebaiknya disampaikan kepada orang tua murid. Pemahaman orang tua terhadap berbagi materi itu akan membantu mereka memberikan kemudahan dan pelayanan kepada anak-anak mereka untuk dapat mengikuti pendidikan di SD dengan sebaik-baiknya.

c.

Layanan orientasi di luar sekolah Demikian juga indinidu-individu yang memasuki lingkungan baru di luar (seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang kembali kemasyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan tidak terkecuali pengantin baru) memerlukan orientasi tentang lingkungan barunya itu. Dengan orientasi itu proses penyesuaian diri atau penyesuaian diri kembali akan memperoleh sokongan yang amat berarti. Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukannya. Lembagalembaga seperti “Badan Penasihat Perkawinan”, “Pusat Rehabilitasi Narapidana”, ”Pusat Orientasi Tenaga Kerja”, dan lain-lain dapat dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan khusus dimasyarakat itu

d. Tujuan layanan orientasi disekolah Pada bidang bimbingan ini layanan orientasi berperan dalam pemberian pengenalan diantaranya: (a) Memberikan kemudahan penyesuaian diri siswa terhadap pola kehidupan social (b) Penyesuaian kehidupan belajar serta kegiatan lain yang mendukung keberhasilan

siswa.

(c) Memberikan pemahaman kepada orang tua siswa mengenai kondisisituasi dan tuntutan sekolah anaknya agar dapat memberikan dukungan yang diperlukan bagi keberhasilan belajar anaknya.

6

2. Layanan Informasi Layanan informasi adalah layanan bimbingan yang berupa pemberian penerangan, penjelasan, pengarahan. Informasi yang perlu disampaikan kepada siswa terutama mengenai hal-hal yang amt berguna bagi kehidupan siswa, namun hal itu jarang dibicarakan dalam mata pelajaran, misalnya informasi mengenai sistem belajar, informasi mengenai jurusan, informasi mengenai kelanjutan studi, cara bergaul dengan teman, cara membuat ringkasan, dan informasi mengenai jenia-jenis pekerjaan. Layanan informasi umumnya disampaikan dalam bentuk kelompok. Layanan ini merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas bimbingan untuk membekali siswa pengetahuan, pemahaman tentang lingkungan hidup, proses perkembangan, pendidikan pekerjaan, dan sebagainya agar mereka dapat mengatur dirinya sendiri dan merencanakan kehidupannya sendiri a. Tujuan Layanan Informasi Tujuan pemberian informasi diadakan untuk membekali para siswa dengan pengetahuan tentang data dan fakta di bidang pendidikan sekolah, bidang pekerjaan dan bidang perkembangan pribadi-sosial, supaya mereka dengan belajar tentang lingkungan hidupnya lebih mampu mengatur dan merencanakan kehidupannya sendiri. Progaram bimbingan yang tidak memberikan program layanan pemberian informasi akan mengahalangi peserta didik untuk berkembang lebih jauh, karena mereka membutuhkan kesempatan untuk mempelajari data dan fakta yang dapat mempengaruhi Jalan hidupnya. Ada tiga alasan pokok mengapa layann pemberian informasi merupakan usaha vital dalam keseluruhan program bimbingan yang terencana dan terorganisasi. Pertama, siswa membutuhkan informasi yang relevan sebagi persiapan memangkusuatu jabatan di masyarakt. Dengan memiliki pengetahuan yang tepat mungkinlah bahwa jumlah pilihan yang dapat mereka pertimbangkan bertambah. Kedua,pengetahuan yang tepat dan benar membantu siswa untuk berpikir lebih rasional tentang perencanaan masa depan dan tuntunan penyesuaian diri dari pada

7

mengikuti sembarang keinginan saja tanpa memperhitungkan kenyataan dalam lingkungan hidupnya. Informasi yang relevan dapat membebaskan siswa dari keterikatan pada pola berpikir yang kaku, dan sekaligus memperluas cakrawala pandangannya. Ketiga, informasi yang sesuai dengan daya tangkapnya menyadarkan akan hal-hal yang tetap dan stabil, serta hal-hal yang akan berubah dengan bertambahnya umur dan pengalaman. b. Jenis-jenis Layanan Informasi (a) informasi pendidikan dalam bidang pendidikan banyak individu yang berstatus siswa atau calon siswa yang dihadapkan pada kemungkinan timbulnya masalah atau kesulitan. Diantara masalah atau kesulitan tersebut berhubungan dengan (a) Pemilihan program studi, (b) Pemilihan sekolah, fakultas dan jurusannya, (c) Penyesuaian diri dengan program studi, (d) Penyesuaian diri terhadap suasana belajar, dan (e) Putus sekolah. Mereka membutuhkan adanya keterangan atau informasi untuk dapat membuat pilihan dan keputusan secara bijaksana. (b) Informasi jabatan saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja sering merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuain diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya. (c) Informasi sosial budaya masyarakat indonesia dikatakan juga masyarakt majemuk, karena berasal dari berbagai suku berbagai suku bangsa, agama dan adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini sering pula membawa perbedaan dalam pola dan sikap hidup sehari-hari. Namun demikian, perbedaan –perbedaan itu tetap dalam kesatuan sebagaiman tertera dalam Lambang Negara Indonesia “Bhineka Tunggal Ika”. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki itu

8

hendaknya tidak mengakibatkan masyarakatnya bercerai-cerai, tetapi justru menjadi sumber inspirasi dalam hidup bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, yang dapat hidup berdampingan antara yang satu dengan yang lain. c. Metode Pelayanan Informasi di Sekolah Pemberian informasi kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti metode ceramah, diskusi panel, wawancara, karyawisata, alat-alat peraga dan alat-alat bantu lainnya, buku panduan, kegiatan sanggar karir, sosiodrama 3. Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan

penempatan

ialah

pada

waktu

siswa

melewati

masa

peralihan antara situasi sekolah berikutnya, pemilihan dan penempatan jurusan, pemilihan kegiatan ekstrakurikuler, sekolah sambungan, dan penempatan pada layanan kerja. (Elia Flurentin) Layanan penempatan dan penyaluran merupakan salah satu layanan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno layanan penempatan adalah: “Suatu kegiatan bimbingan yang dilakukan untuk membantu individu atau kelompok yang mengalami mismatch (ketidaksesuaian antara potensi dengan usaha pengembangan), dan penempatan individu pada lingkungan yang cocok bagi dirinya serta pemberian kesempatan kepada individu untuk berkembang secara optimal”. Layanan penempatan dan penyaluran bermanfaat untuk menghindari ketidaksesuaian antara bakat dan usaha untuk mengembangkan bakat tersebut. Senada dengan pendapat diatas, Purwoko menjelaskan bahwa: “Layanan penempatan dan penyaluran adalah “serangkaian kegiatan bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat menempatkan dan menyalurkan segala potensinya pada kondisi yang sesuai”. Kedua pendapat diatas, mensiratkan bahwa layanan penempatan dan penyaluran membantu siswa untuk dapat menyesuaikan potensi dan bakatnya dengan usaha yang dilakukan. Pendapat yang sama juga di kemukakan oleh Mulyadi yang menjelaskan bahwa: “Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta

9

didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan atau program studi, program latihan, magang, kegiatan kolektra kurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa layanan penempatan dan penyaluran adalah layanan bimbingan dan konseling yang membantu siswa mengembangkan dan menyalurkan bakat, minat , dan potensi yang dimiliki secara tepat dan sesuai. Manfaat layanan penempatan yaitu Membantu siswa agar mampu menempatkan, menyalurkan dan merealisasikan dirinya pada keadaan posisi yang tepat. Menyalurkan segala kemampuan, bakat dan minat yang dimiliki siswa sehingga siswa dapat berkembang secara optimal dan memperoleh kepuasaan. Memberikan kemudahan bagi guru dalam pengelolaan kelas dan program

pengajaran.

Layanan

penempatan

dan

penyaluran

harus

dilaksanakan secara obyektif dan rasional oleh karena itu perlu kegiatan pendukung berupa aplikasi instrumen dan pengumpulan data

4. Layanan Pembelajaran (Bimbingan Belajar ) Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan penyalurannya, kelemahan-kelemahan dan penanggulangannya, dan usaha-usaha pencapaian cita-cita/perencanaan masa depan. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif dan efisien. Teknik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi, dan kesenian.

10

Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi karier, orientasi dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan Materi belajar layanan bimbingan belajar meliputi : a. Mengembangkan pemahaman tentang diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan, bakat, minat, kekuatan-kekuatan dan penyalurannya, kelemahan-kelemahan

dan

penanggulangannya,

dan

usaha-usaha

pencapaian cita-cita/perencanaan masa depan. b. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas. c. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara efektif dan efisien. d. Teknik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi, dan kesenian. e. Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi dan informasi karier, orientasi dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang hendak dikembangkan 5. Layanan konseling perorangan Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan permasalahan pribadi yang dideritanya. Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar klien memahami kondisi dirinya sendiri, lingkungnnya, permasalahan yang dialami,kekuatan dan kelemahan dirinya sehingga klien mampu mengatasinya. Dengan perkataan lain, konseling perorangan bertujuan untuk mengentaskan masalah yang dialami klien. 6. Layanan Konseling Kelompok Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui

11

dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan (topik) tertentu yang berguna untuk menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari. Secara umum layanan ini bertujuan untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa). Secara lebih khusus , layanan ini bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah

laku

yang

lebih

efektif,

yakni

peningkatan

kemampuan

berkomunikasi baik verbal maupun nonverbal para siswa. B. Kegiatan Pendukung/ Penunjang Dalam Bimbingan Konseling Layanan BK di sekolah dan madrasah tidak akan dapat dilaksanakan secara efektif dan tujuannya tercapai sesuai apa yang direncanakan tanpa kegiatan-kegiatan pendukung. Dengan perkataan lain, agar layanan BK di sekolah dan madrasah lebih efektif dan mencapai hasil sesuai yang direncanakan, maka harus didukung oleh kegiatan-kegiatan pendukung pelayanan BK. Adapun kegiatan-kegiatan pendukung pelayanan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah adalah: aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. 1. Aplikasi instrumentasi Aplikasi

instrumentasi dapat bermakna upaya pengungkapan

melalui pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen tertentu. Kondisi

dalam diri

klien (siswa)

perlu

melalui

aplikasi

instrumentasi dalam rangka pelayanan bimbingan dan konseling untuk memperoleh pemahaman yang tentang klien (siswa) secara lebih tepat. Upaya pengungkapan sebagai aplikasi instrumentasi dapat dilakukan melalui tes dan non tes. Hasil aplikasi instrumen selanjutnya dianalisis dan ditafsirkan serta disikapi dan digunakan untuk memberikan perlakuan secara tepat kepada klien dalam bentuk layanan dan konseling.

12

Secara umum, tujuan aplikasi instrumentasi adalah diperolehnya data tentang kondisi tertentu atas diri klien (siswa). Data yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi selanjutnya digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Dengan data tersebut, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah dan madrasah akan lebih efektif dan efisien.[8] 2. Himpunan data Data merupakan diskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan tentang sesuatu. Dikaitkan dengan siswa, dan bisa berarti deskripsi atau gambaran, keterangan atau catatan tentang siswa. Himpunan data dapat bermakna suatu upaya penghimpunan, pengolongan –penggolongan, dan pengemasan data dalam bentuk tertentu. Himpunan data juga bermakna usaha untuk memperoleh data tentang peserta didik, menganalisis dan menafsirkan, serta menyimpannya. Penyelenggaraan himpunan data bertujaun untuk memperoleh pengertian yang lebih luas, lebih lengkap, dan lebih mendalam tentang masing-masing peserta didik dan membantu siswa memperoleh pemahaman diri sendiri. Penyelenggaraan himpunan data juga bertujuan untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap juga bertujuan untuk menyediakan data yang berkualitas dan lengkap guna menunjang penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Dengan adanya himpunan data yang berkualitas dan lengkap, diharapkan pelaksanaan berbagi jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dapat terselenggara secara efektif dan efisien 3. Konferensi kasus Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah pemecahannya. Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh pembimbing atau konselor, dihadiri oleh pihak-pihak yang terkait dengan kasus dan upaya pemecahannya. Pihak-pihak yang terkait diharapkan

13

memiliki komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus secara baik dan tuntas. Sesuai dengan sifatnya yang kasus, pertemuan konferensi kasus bukan pertemuan formal, adalam arti berdasarkan surat keputusan tertentu. Penyelenggaraan kasus tidak terikat pada jumlah peserta tertentu, waktu dan jadwal pertemuan tertentu, serta keharusan membuat surat keputusan tertentu. Konferensi kasus merupakan pertemuan terbuka dalam arti terbuka untuk kasus yang dibaha,terbuka dari segi pihak-pihak yang diundang, terbuka dalam waktu penyelenggaraan, terbuka dalam dinamika kegiatan, dan terbuka dalam hasil-hasilnya, namun tetap menjunjung tinggi norma-norma dan kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, dan asas-asas pelayanan bimbingan dan konseling Secara umum konferensi kasus bertujuan untuk mengumpulkan data secara lebih luas dan akurat serta menggalang komitmen pihak-pihak yang terkait dengan kasus (masalah tertentu) dalam rangka pemecahan masalah.[10] 4. Kunjungan rumah Kunjungan rumah bisa bermakna upaya mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan individu atau siswa yang menjadi tanggung jawab pembimbing atau konselor dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Kunjungan rumah dilakukan apabila data siswa untuk kepentingan pelayanan bimbingan dan konseling belum atau tidak diperoleh melalui wawancara dan angket. Selain itu, kujungan rumah juga perlu dilakukan untuk melakukan cek silang berkenaan dengan data yang diperoleh melalui angket dan wawancara. Secara umum, kunjungan rumah bertujuan untuk memperoleh data yang lebih lengkap dan akurat tentang siswa berkenaan dengan masalah yang dihadapinya. Selain itu juga bertujuan untuk menggalang komitmen antara orang tua dan anggota keluarga lainnya dengan pihak sekolah atau madrasah, khususnya berkenaan dengan pemecahan masalah klien.

14

Menurut winkel (1991), kunjungan rumah bertujuann untuk mengenal lebih dekat lingkungan hidup siswa sehari-hari.[11] 5. Alih tangan kasus Bagaimanapun konselor atau pembimbing adalah manusia biasa yang selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Tidak semua masalah siswa berada dalam pengetahuan pembimbing atau konselor untuk memecahkannya. Demikian juga tidak semua kasus atau masalah siswa berada dalam kewenangan konselor atau pembimbing untuk pemecahannya baik secara keilmuwan maupun profesi. Adakalanya kasus-kasus tertentu berada dalam kewenangan keilmuan psikologi, dan penanganannya merupakan kewenangan psikolog atau psikiater. Secara umum alih tangan kasus atau layanan rujukan bertujuan untuk memperoleh pelayanan yang optimal dan pemecahan masalah klien secara lebih tuntas. C. Pendekatan Dalam Bimbingan Konseling Pendekatan dalam bimbingan konseling benar-benar diperlukan untuk mencapai tujuan konseling yang terarah dan tidak asal-asalan. Tidak semua pendekatan dapat dilakukan untuk menangani masalah klien. Konselor harus mempertimbangkan pula standar kelayakan pendekatan yang berlaku di Indonesia. Seperti yang telah penulis kemukakan sebelumnya, bahwa konseling memiliki berbagai macam pendekatan yang dapat membantu konselordalam proses konseling, pendekatan-pendekatan itu adalah: 1. Pendekatan Psikoanalisis Corey (2009) mengatakan bahwa psikonalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotis. Psikonalisis diciptakan oleh Sigmund Freud pada tahun 1986. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketaksadaran. Sedangkan alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang muncul ditngah laut. Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketaksadaran manusia.

15

2. Pendekatan Eksistensial-Humanistis Pendekatan eksistensial-humanistis pada hakikatnya mempercayai bahwa individu memiliki potensi untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya. Pendekatan ini sangat menekankan tentang kebebasan yang bertanggung jawab. Jadi, individu diberikan kebebasan yang seluas-luasnya dalam melakukan tindakan, tetapi harus berani bertanggung jawab sekalipun mengandung risiko bagi dirinya sendiri. Pendekatan ini bukanlah suatu aliran terapi, dan bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik. 3. Pendekatan Client- Centered Berbicara pendekatan client-centered, mak kita akan mengenal Carl R. rogers

yang

mengembangkan

client-cetered

untuk

diaplikasikanpada

kelompok, keluarga, masyarakat, dan terlebih kepada individu. Pendekatan ini

dikembangkan

atas

anggapannya

mengenai

keterbatasan

dari

psikoanalisis. Berbeda halnya dengan psikoanalisis yang mengatakan bahwa manusia cenderung deterministik, Rogers menyatakan bahwa manusia adalah pribadi-pribadi yang memiliki potensi untuk memecahkan permasalahannya sendiri. 4. Pendekatan Gestalt Pendekatan

Gestalt

merupakan

bentuk

terapi

perpaduan

antara

eksistensial-humanistis dan fenomenologi, sehingga memfokuskan diri pada pengalaman klien”here and now” dan memadukannya dengan bagian-bagian kepribadian yang terpecah di masa lalu. Menurut pandangan Gesgtalt, untuk mengetahui sesuatu hal kita harus, melihatnya secara keseluruhan, karena bila hanya melihat pada bagian tertentu saja, kita akankehilangan karakteristik penting lainnya. Hal ini juga berlaku pada tingkah laku manusia. Untuk menjadi pribadi yang sehat, individu harus merasakan dan menerima pengalamannya secara keseluruhan tanpa berusaha menghilangkan bagianbagian tertentu. Ini dilakuakn untuk mencapai keseimbangan. Tetapi, pada individu yang tidak sehat sehingga menagalami ketidakseimbangan, maka

16

akan muncul ketakutan dan ketegangan sehingga melakukan reaksi penghindaran dan menyadarinya secara nyata (Gunarsa,1996). 5. Pendekatan Behavioristik (Terapi Tingkah Laku) Behavioristik adalah gabungan dari beberapa teori belajar yang dikemukakanoleh ahli yang berbeda. Terapi behavioristik digunakan sekitar awal 1960-an atas reaksi terhadap psikoanalisis yang dianggap tidak banyak membantu mengatasi masalah klien. Adapun aspek penting dari pendekatan ini adalah bahwa perilaku dapat didefinisikan secara operasional, diamati, dan diukur. Pendekatan behavioristik merupakan pilihan utama yang dilakukan oleh para konselor yang menghadapi masalah spesifik seperti gangguan makan, penyalahguanaan obat, dan disfungsi psikoseksual. 6. Pendekatan Krisis Pendekatan krisis disebut juga pendekatan kuratif merupakan uapaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami krisis atau bimbingn yang diarahkan kepada individu yang enagalami krisis atau masalah. Bimbingan ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami individu. Pendekatan ini banyak dipengaruhi oleh alairan psikoanalisis. 7. Pendekatan Remedial Pendekatan remedial merupakan pendekatan bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kekurangan atau kelemahan. Tujuan bimbingan ini adalah untuk membantu memperbaiki kekurangan/ kelemahan yang dialmi individu. Pendekatan remedial banyak mempengaruhi aliran psikologi behavioristik. 8. Pendekatan Preventif Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang diarahkan pada antisipasi masalah-masalah umum individu, mencegah jangan samapai masalah tersebut menimpa individu. Pembimbing memberikan beberapa upaya, seperti informasi dan keterampilan untuk mencegah masalah tersebut.

17

9. Pendekatan Perkembangan Dalam pendekatan ini, layanan bimbingan diberikan kepada semua individu, bukan hanya pada individu yang menghadapi masalah. Bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok, bahkan klasikal melalui layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, serta penyaluran bakat dan minat. 10. Pendekatan Kognitif Pendekatan kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemapuan kognitif merupakan kunci yang membimbing tingkah laku anak. Pendekatan ini dapat dikatakan sebagai pendekatan konstruktivisme yang menjelaskan bahwa anak secara aktif menciptakan atau mengkreasi pengetahuan. Artinya, anak tidak pasif menerima pengetahuan dari lingkungannya. 11. Pendekatan Belajar/Lingkungan Pendekatan ini melalui tingkah laku anak dalam kondisi dan prinsipprinsip dalam belajar. 12. Pendekatan Tradisional Dalam konseling, konselor lebih banyak menggunakan waktunya untuk one-to-onerelationship terhadap siswa yang mengalami problem. Pembimbing sering mengadakan konsultasi dengan guru untuk meningkatkan suasana belajar yang fariabel dan kelancaran proses belajar. Pembimbing sering juga mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa, akan tetapi pokok pembicaraan hanya berkisar pada anak yang mengalami problem saja, tidak meliputi keseluruhan siswa disekolah tersebut. 13. Pendekatan Developmental Pendekatan ini memusatkan diri pada kepada anak-anak yang normal dan kepada usaha-usaha penciptaan suasana belajar yang efektif, sehat ,dan segar. Dalam hal ini, pembimbing tidak lagi bertanggung jawab atas testing program dan pengadministrasian data. Jika ia menyelenggarakan tes, bukan untuk kepentingan individual tetapi untuk keperluan keseluruhansiswa yang lebih luas lagi. Kegiatan tes individual ditangani oleh psikologi atau oleh stafnya.

18

14. Pendekatan dalam Konseling Keluarga Tujuan dasar dari pendekatan ini adalah bekerja dengan struktur kontrak yang dilakukan oleh setiap anggota keluarga terhadap konselor. Secra umum kontrak-kontrak ini memiliki tujuan suatu strukturkeluarga yng independen dan fungsional. 15. Pendekatan Rasional Emotif Manusia dilahirkan dengan potensi untuk berpikir rasiona, tetapi juga kecenderungan-kecenderungan kea rah berpikir curang. Mereka cenderung untuk menjadi korban dari keyakinan-keyakinan yang irasional itu, tetapi berorientasi kognitif-tingkah laku-tindakan, dan menekankan berpikir, menilai, menganalisis, melakukan, memutuskan ulang. 16. Pendekatan fitrah Problem-problem yang merupakan kendala bagi baiknya perkembangan fitrah itu diselesaikan melalui proses konselingislam. Untuk itu, individu dibantu menemukan fitrahny, sehingga dapat selalu dekat dengan Allah SWT dan bimbingan untuk mengembangkan dirinya, agar mampu memecahkan masalh kehidupanny, serta dapat melakukan self counseling dengan bimbingan Allah. 17. Pendekatan Scientific Pendekatan ini berdasarkan atas hasil wawancara, hasil penelitian prestasi belajar, hasil tes dsb. Itulah beberapa pendekatan dalam bimbingan konseling yang sangat bermanfaat bagi para konselor. Dengan adanya pendekatan-pendekatan ini seorang konselor dapat dengan mudah mengatasi masalah kliennya.

19

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, dapat pemakalah simpulkan bahwa kegiatankegiatan layanan perlu dilakukan sebagai wujud penyelenggaraan bimbingan dan konseling terhadap sasaran layanan, yaitu peserta didik. Jenis-jenis layanan kepada peserta didik tersebut berupa layanan orientasi, layana

informasi,

layanan

penempatan

dan

penyaluran,

serta

layanan

pembelajaran. Layanan orientasi merupakan layanan BK yang memungkinkan peserta didik dan pihak-pihak lain memahami lingkungan yang baru dimasukinya. Layanan informasi merupakan layanan BK berupa pemberian informasi kepada peserta didik tentang keadaan dirinya, program-programnya, rencana karirnya, serta lingkungannya yang berguna sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sehari-hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat. Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan BK yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat sesuai dengan potensi, bakat, dan minat serta kondisi pribadinya. Sedangkan layanan pembelajaran merupakan layanan BK yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian. kegiatan –kegiatan pendukung pelayanan bimbingan konseling di sekolah dan madrasah adalah: aplikasi instrumentasi, himpunana data, konferensi kasus, kunjungan rumah, data alih tangan kasus Dari ke semua layanan tersebut, pada akhirnya, kerja keras dan kesungguhan para guru dalam melaksanakan tugas bimbingan dan konseling, merupakan kunci utama keberhasilan tujuannya, yang pada gilirannya diharapkan mampu berkonstribusi terhadap terwujudnya daya manusia Indonesia yang berkualitas.

20

DAFTAR PUSTAKA Prayitno dan Erman Amti.2004.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Winkel,W.S dan M.M. Sri Hastuti.2004. Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Media Abadi. A, Hallen. 2005. Bimbingan & Konseling. Jakarta: Quantum Teaching Sukardi, Dewa ketut.1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan. Jakarta:Rineka Cipta Mu’awana, Elfi dan Rifa Hidayah.2009.Bimbingan Konseling Islami. Jakarta:Bumi Aksara Tohirin.2007. Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah Dan Madrasah.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada http://heng-ky.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-xnone.html

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Makalah Jadi.docx
December 2019 28
Bab I.docx
December 2019 25
Bab I Endang.docx
December 2019 27
Tugas Seni- 3.docx
December 2019 23
Apresiasi Tari Kreasi.docx
December 2019 16