Makalah Ispa.docx

  • Uploaded by: topo azkah
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ispa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,733
  • Pages: 20
MAKALAH INPEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI PUSKESMAS BUKIT SANGKAL PALEMBANG

DI SUSUN OLEH : 1. DUVA LAVENIA 2. JUNIKA REPOLITA 3. RULI AULENDRI 4. TETI SUPRIYATI 5. ZAINATUL ROKIMAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN PALEMBANG 2018

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan (SAP) dengan tema “Inspeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)”. Kami mengetahui laporan penyuluhan ini jauh dari sempurna, karena di dunia ini tidak ada yang sempurna, maka dari itu, kritik dan saran dari para dosen dan teman-teman sangat kami harapkan, agar terciptanya laporan penyuluhan yang lebih baik. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian laporan penyuluhan ini. Harapan kami agar laporan penyuluhan ini dapat memberikan informasi khususnya kepada masyarakat.

Palembang, Oktober 2018

Penulis

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Salah satu indikator yang menunjukkan terwujudnya derajat kesehatan yaitu menurunnya angka kematian bayi dan anak balita. Salah satu strategi untuk menurunkan angka kematian yaitu dengan Millenium Development Goals (MDG’s) dengan tujuan untuk menurunkan 2 per 3 kematian balita pada rentang waktu antara tahun 1990-2015 (Depkes RI dalam Pramudiyani, 2014). Sampai saat ini, penyakit berbasis lingkungan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, salah satunya pneumonia. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), khususnya pneumonia merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian bayi dan balita di negara berkembang. Pneumonia juga menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita) (Depkes RI dalam Pramudiyani, 2014).

1

Berdasarkan data world Health Organization (WHO) Pneumonia merupakan penyebab dari 15% kematian balita, yaitu diperkirakan sebanyak 922.000 balita di tahun 2015. Pneumonia menyerang semua umur di semua wilayah, namun terbanyak terjadi di Asia Selatan dan Afrika sub-Sahara. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun dan orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutrisi, gangguan imunologi) (Kementrian Kesehatan RI, 2016). Berdasarkan data yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan (Ditjen P2P) Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI),

sejak tahun 2015 indikator Renstra yang

digunakan yaitu persentase kabupaten/kota yang 50% puskesmasnya melakukan pemeriksaan dan tatalaksana pneumonia melalui program MTBS. Pencapaian untuk tahun 2015 baru tercapai 14,64% sedangkan target sebesar 20% dari seluruh kab/kota yang ada. Angka kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,16%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar 0,08%. Pada kelompok bayi angka kematian sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,17% dibandingkan pada kelompok umur 1-4 tahun yang sebesar 0,15%. (Kemenkes, 2016).

2

Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, jumlah kasus pneumonia di Indonesia tahun 2016 sebanyak 554.460. Pneumonia pada balita usia < 1 tahun sebanyak 190.757 orang, pneumonia pada balita usia 1-4 tahun sebanyak 363893 orang. Angka kematian balita yang diakibatkan karena penyakit pneumonia sebanyak 877 orang (0,16%). Jumlah kasus pneumonia tahun 2017 sebanyak 503.738. Pneumonia pada balita usia < 1 tahun sebanyak 169.183 orang, pneumonia pada balita usia 1-4 tahun sebanyak 334/555 orang. Angka kematian balita yang diakibatkan karena penyakit pneumonia sebanyak 551 orang (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia kasus pneumonia pada balita di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2016 sebanyak 17.254 orang. Pneumonia pada balita kelompok usia < 1 tahun sebanyak 6.030 orang dan pada kelompok usia 1-4 tahun sebanyak 11.224 orang. Balita yang meninggal karena penyakit pneumonia sebanyak 10 orang. Tahun 2017 jumah kasus pneumonia sebanyak13.505 orang. Pneumonia pada kelompok balita kelompok usia <1 tahun sebanyak 4.640 orang dan pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 8.865 orang. Angka kematian balita akibat pneumonia di Provinsi Sumatera Selatan sebanyak 2 orang. (Kementrian Kesehatan RI, 2017). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang, jumlah kasus pneumonia pada balita tahun 2015 sebanyak 5.724 balita dari 147.659 balita. Kasus pneumonia terbanyak terdapat pada Kecamatan Ilir Timur II yaitu 3

sebanyak 681 kasus, kemudian Kecamatan Kemuning sebanyak 621 kasus dan Kecamatan Seberang Ulu I sebanyak 605 kasus. Sementara kasus pneumonia terendah terdapat pada Kecamatan Sako sebanyak 137 kasus (Dinkes Kota Palembang tahun 2016) Berdarkan data Puskesmas Bukit Sangkal Palembang, jumlah penderita ISPA pada balita tahun 2017 sebanyak 404 orang, tahun 2018 sebanyak 379 orang. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Penyebab ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah

4

rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan

1.2

Rumusan Masalah Bagaimana penerapan asuhan kebidana pada anak dengan ISPA di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang?

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran nafas, dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya (tambahan), seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari

hidung

sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut : 1. Infeksi Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernafasan Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

6

3. Infeksi Akut Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari. B. Penyebab ISPA Penyebab ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan. C. Tanda-Tanda Dan Gejala Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam

7

kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan. Gejala ISPA dapat terjadi dari mulai yang ringan hingga yang berat. Gejala ISPA secara umum meliputi demam, batuk, pilek, nyeri saat menelan, dapat pula tampak nafas lebih cepat gelisah, rewel, dapat disertai dengan sakit kepala atau kepala terasa berat. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda laboratoris. Tanda-tanda klinis 1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing. 2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest. 3. Pada sistem cerebral adalah :

gelisah, mudah

terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma. 4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak. Tanda-tanda laboratoris 1. Hypoxemia 2. Hypercapnia dan 3. Acydosis (metabolik dan atau respiratorik 8

Tanda-tanda bahaya ISPA meliputi nafas cepat dan tidak teratur, terdapat tarikan kedalam pada dinding dada saat bernafas, anak bernafas disertai dengan pergerakan pada cuping hidung (hidung kembang kempis). Anak tampak pucat hingga mulut tampak kebiruan, anak tampak sangat elmah, berkeringat banyak dan dapat pula terjadi kejang, hingga penurunan kesadaran. Faktor risiko yang memungkinkan masuknya infeksi, misalnya minimnya pengetahuan seorang ibu terhadap ISPA dan penyebabnya. D. Klasifikasi ISPA Pada Balita ISPA merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi balita di Indonesia. Kriteria penderita ISPA dalam penatalaksanaannya adalah balita dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernafas. Pola tatalaksana penderita ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : 1. Pemeriksaan 2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya 3. Penentuan klasifikasi penyakit 4. Pengobatan Dalam menentukan klasifikasi penyakit dibedakan atas dua kelompok, yaitu kelompok untuk umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun dan kelompok untuk umur kurang 2 bulan. 1. Untuk kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun klasifikasi di bagi atas : a.

Pneumonia berat

b.

Pneumonia

9

c.

Bukan pneumonia

2. Untuk kelompok umur kurang 2 bulan klasifikasi dibagi atas : (1) Pneumonia berat (2) Bukan pneumonia Klasifikasi bukan pneumonia mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakit-penyakit ISPA lain di luar pneumonia seperti batuk pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsillitis. Pola tatalaksana ISPA yang diterapkan dimaksudkan untuk tatalaksana penderita pneumonia berat, pneumonia, dan batuk pilek biasa. Hal ini berarti penyakit yang penanggulangannya dicakup oleh Program P2 ISPA adalah pneumonia berat, pneumonia, dan batuk pilek biasa, sedangkan penyakit ISPA lain seperti pharyngitis, tonsillitis, dan otitis belum dicakup oleh program ini. Menurut tingkatannya pneumonia di klasifikasikan sebagai berikut : (1) Pneumonia berat Berdasarkan pada adanya batuk atau kesukaran bernafas disertai nafas sesak

atau

tarikan

dinding

dada

bagian

bawah ke

dalam

(chest indrawing) pada anak usia 2 tahun – < 5 tahun. Sementara untuk kelompok usia < 2 bulan, klasifikasi pneumonia berat ditandai 10

dengan adanya napas cepat (fast brething), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kedalam (severe chest indrawing). (2) Pneumonia Berdasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas nafas cepat (fast brething) pada anak usia 2 bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali atau lebih permenit sedangkan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali atau lebih per menit atau (3) Bukan Pneumonia Mencakup kelompok penderita balita dengan batuk yang tidak menunjukkan

gejala peningkatan

frekuensi

nafas

dan

tidak

menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dengan demikian klasifikasi bukan pneumonia mencakup penyakitpenyakit

ISPA

lain

diluar

pneumonia

seperti

batuk

pilek

biasa (common cold), phryngitis, tonsilitas, otitis atau penyakit ISPA non pnumonia lainnya. Untuk tatalaksana penderita di rumah sakit atau sarana kesehatan rujukan bagi kelompok umur 2 bulan sampai < 5 tahun, dikenal pula diagnosis pneumonia sangat berat yaitu batuk atau kesukaran bernafas yang disertai adanya gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.

11

E. Penularan ISPA ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang

mengandung

kuman

yang

terhirup

oleh

orang

sehat

kesaluran

pernafasannya. (Khaidirmuhaj, 2008) F. Penatalaksanaan Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah dan tindakan sebagai berikut : a. Meningkatkan istirahat minimal 8 jam per hari b. Meningkatkan makanan bergizi c. Bila demam beri kompres d. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan yang bersih e. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat f. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih menyusui. Untuk perawatan ISPA dirumah ada beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita ISPA antara lain : a.

Mengatasi panas (demam) Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian 12

digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es). b.

Mengatasi batuk Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan tiga kali sehari.

c.

Pemberian makanan Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

d.

Pemberian minuman Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

e.

Lain-lain Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain 13

tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang G. Pengobatan Pada ISPA Pengobatan pada ISPA antara lain : 1. Pneumonia berat: dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus, diberikan oksigen dan sebagainya. 2. Pneumonia:

diberi

obat

antibiotik

melalui

mulut.

Pilihan

obatnya

Kontrimoksasol, jika terjadi alergi/ tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin. 3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antobiotik. Diberikan perawatan dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat tadisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggab sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi antibiotik selama 10 hari. Pemberantasan ISPA dapat dilakukan dengan cara : 1. Penyuluhan kesehatan yang terutama ditunjukkan pada para ibu 2. Pengelolahan kasus yang disempurnakan 3. Imunisasi

14

H. Komplikasi ISPA ISPA bisa mengakibatkan komplikasi bila keadaan penderita parah. Komplikasi yang terjadi pada infeksi saluran pernapasan atas adalah : 1. Infeksi yang telah menyebar pada seluruh system tubuh 2. Radang di sekitar jaringan tonsil atau amandel 3. Infeksi telinga tengah ( otitis media ) 4. Infeksi sinus pada rongga hidung

I. Pencegahan Ispa Sebagai langkah prefentif dalam mewaspadai ISPA tentunya dengan melakukan pola hidup higienis yang bisa dilakukan sebagai tindakan pencegahan, di antaranya : 1. Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI eksklusif pada bayi anda. 2. Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah raga teratur. 3. Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi lainnya. 4. Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat mencegah ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan imunisasi PCV.

15

5. Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu. Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak dengan penderita ISPA. 6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah, pengobatan penyakit ispa

16

BAB III PENUTUP

3.1

Kesimpulan

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang salah satu bagian atau lebih saluran nafas, dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya (tambahan), seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyebab ISPA adalah lebih dari 200 jenis bakteri, virus dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain genus streptococus, Stafilococus, hemafilus, bordetella, hokinebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan mikrovirus, adnovirus, dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA di influensa yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum sempurna.

17

DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. (2010). Ilmu kesehatan anak dalam kebidnan. Jakarta : trans info media Purnamasari, Dewi. (2009), Deteksi Dan Pengobatan Dini Balita Anda. Sitorus. (2008). Pedoman perawatan kesehatan anak. Bandung : Yrama widya http://endryjuliyanto.blogspot.com/2012/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html http://oktavita.com/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.htm

18

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Pemasangan Ngt.docx
November 2019 26
Leaflet.docx
April 2020 20
Makalah Ispa.docx
November 2019 14
Askeb Kb Suntik Eli.docx
November 2019 30