Makalah Islam Sebagai Objek Kajian Jadi.docx

  • Uploaded by: Miztank Prawiro
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Islam Sebagai Objek Kajian Jadi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,922
  • Pages: 15
ISLAM SEBAGAI OBJEK KAJIAN

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengantar Studi Islam pada Program Studi Hukum Tata Negara (HTN) 5

OLEH: FERDI ARMANDA NIM. 01184128

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN BONE 2018

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah senantisa memberkati dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga kami bisa menyelesaikannya tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah. Selaku penulis, saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami membutuhkan kritik dan saran untuk menyempurnakan pembuatan makalah selanjutnya. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya, khususnya dibidang pendidikan komputer. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Watampone,

Penulis

i

September 2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

i

DAFTAR ISI

ii

BAB I PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang

1

B. Rumusan Masalah

2

C. Tujuan Penulisan

2

BAB II PEMBAHASAN

3

A. Kajian Terhadap Ajaran Islam

3

B. Kajian Terhadap Sejarah Islam

10

C. Kajian Terhadap Problem yang dihadapi Masyarakat Islam Dewasa ini 12 BAB III PENUTUP

14

A. Kesimpulan

14

B. Saran

14

DAFTAR RUJUKAN

15

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi Islam merupakan upaya yang bersifat aspektual, polimetodis, pluralistik dan tanpa batas. Studi Islam bersifat aspektual bahwa Islam harus diperlakukan sebagai salah satu aspek yang eksistensi. Studi Islam bersifat polimetodis bahwa berbagai metode atau disiplin yang berbeda digunakan untuk memahami Islam, oleh karena itu perlu memahami Islam dengan metode sejarah, penyelidikan sosiologis, fenomenologis, dan sebagainya. Studi Islam bersifat pluralistik karena ada banyak agama-agama dan tradisi lain disamping Islam.1 Usaha mempelajari agama Islam bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. Study keIslaman dikalangan umat Islam tujuan dan motifasinya berbeda dengan yang dilakukan oleh orang-orang diluar kalangan Islam, dikalangan umat Islam, study keIslaman bertujuan untuk mendalami dan memahami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan diluar kalangan umat Islam, study keIslaman bertujuan untuk mempelajari seluk beluk agama dan praktek keagamaan yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan. Selanjutnya secara harfiyah studi Islam adalah kajian tentang hal-hal yang berkaitan dengan keIslaman. Spesifikasi pengertian terminologis tentang studi Islam dalam kajian ini yaitu kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui memahami dan menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan agama Islam baik yang menyangkut sumber-sumber ajaran Islam, pokok ajaran Islam, sejarah Islam, maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan.

1

Muqowim, Pengantar Studi Islam. (Cet. I; Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga 2005) h. 20

1

Selain daripada itu sumber ajaran Islam berfungsi pula sebagai pokok ajaran Islam. Islam sebagai sumber ajaran mengindikasikan bahwa ajaran Islam berasal dari sesuatu yang dapat digali dan di pergunakan untuk kepentingan operasionalisasi ajaran Islam dan pengembangannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang di hadapi umat Islam.

B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Kajian Terhadap Ajaran Islam? 2. BagaimanaKajian Terhadap Sejarah Islam? 3. BagaimanaKajian Terhadap Problem yang dihadapi Masyarakat Islam Dewasa ini?

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui Kajian Terhadap Ajaran Islam 2. Untuk mengetahui Kajian Terhadap Sejarah Islam 3. Untuk mengetahui Kajian Terhadap Problem yang dihadapi Masyarakat Islam Dewasa ini

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Kajian Terhadap Ajaran Islam Dari fenomena sosial yang terjadi di dalam masyarakat, Islam memang menarik untuk dijadikan sebagai objek kajian dan dalam mengkaji Islam, tentu kita harus berpedoman pada dua sumber otentiknya yakni al-Quran dan alHadits. Orang yang memeluk agama Islam, yang disebut muslim adalah orang yang bergerak menuju ketingkat eksistensi yang lebih tinggi. Demikian yang tergambar dalam konotasi yang melekat dalam kata Islam apabila kita melakukan suatu kajian tentang arti Islam itu sendiri. Untuk memecahkan masalah yang timbul dalam masyarakat, maka seorang muslim mengadakan suatu penafsiran terhadap

al-Quran dan al-Hadits sehingga timbullah

pemikiran Islam, baik yang bersifat tekstual maupun kontekstual. Islam sebagai agama, pemikiran atau penafsiran al-Quran dan al-Hadits juga sebagai objek kajian sebuah sistem yang hidup dan dinamis. Sistem ini meliputi sebuah matriks mengenai nilai dan konsep yang abadi, hidup dan realistis sehingga memberikan karakter yang unik bagi peradaban. Karena Islam merupakan suatu sistem total, maka nilai dan konsep ini menyerap setiap aspek kehidupan manusia.2 Islam disebut sebagai agama teologis juga merupakan agama pengetahuan yang melahirkan beragam pemikiran, lahirnya pemikiran ini memberi indiksi yang kuat bahwa pada dataran pemahaman dan aktualisasi nilai Islam merupakan suatu wujud keterlibatan manusia dalam Islam, dan bukan berarti mereduksi atau mentransformasikan doktrin esensialnya. Ajaran Islam yang berbentuk universal hanya bisa ditangkap dalam bentuk nilai, sehingga ketika ia turun dan jatuh ke tangan manusia, ia baru menjadi bentuk. Jadi, ketika pemikiran hendak masuk dalam wilayah Islam untuk dikaji dengan beragam intensi dan motif, sudut pandang atau perspektif, metodologi 2

Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, (Cet. I; Bandung: Pustaka Setia 2008) h 180

3

dan berbagai aspeknya maka dalam proses dan bentuknya kemudian Islam dapat dipandang sebagai pemikiran. Islam yang ditunjuk di sini tentu bukan saja apa yang terdapat dalam al-Quran dan al-Hadits (tekstual dan skriptual) tetapi mencakup juga Islam yang berupa pemahaan dan pengejawantahan nilai-nilainya. Islam berbentuk nilai-nilai, jika pemikiran dilibatkan dalam proses memahami dan mengaktualisasikannya dalam sejarah pemikiran Islam terpotret bagaimana pemikiran peminat studi Islam memberi andil kreatif dan signifikan terhadap bangunan pemahaman ajaran Islam dalam berbagai dimensinya yang melahirkan berbagai jenis pengetahuan Islam (ulumul Islam) seperti teologis, filsafat Islam, ulumul Quran dan hadits, ilmu-ilmu syariah dan sebagainya. Jadi, mengkaji Islam sebagai pemikiran berarti mempelajari apa yang dipahami oleh pemikir-pemikir yang telah mengkaji ajaran-ajaran Islam yang melahirkan bentuk pemahaman atau kajian tertentu. Selanjutnya Islam sebagai objek kajian senantiasa menarik seiring dengan berkembangnya

pendekatan, disiplin ilmu dan metodologi. Oleh

karena itu pengkajian Islam yang dilakukan oleh para ilmuwan Islam baik dari kalangan sarjana muslim sendiri maupun maupun sarjana Barat tidak akan berhenti. Ketertarikan para peneliti tampaknya lebih

merupakan

kedinamisan Islam dan masyarakatnya, dan karena banyaknya tantangan yang dihadapi umat muslim dalam mengaktualisasikan ajaran-ajarannya, kajian dari kalangan insider lebih dalam lagi karena ingin memberikan tantangan Islam dari kalangan kontemporer. Menurut Moh. Nur Hakim bahwa tidak semua aspek agama khususnya islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi islam ada beberapa aspek dari islam yang dapat menjadi objek yaitu:3

3

Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. (Cet. I; Bandung: Mizan, 1993)

h. 15

4

1. Islam Sebagai Doktrin Agama Islam sebagai doktrin agama dari Tuhan yang kebenarannya bagi para pemeluknya sudah final dalam arti absolut dan diterima secara apa adanya.Agama sebagai elemen yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia dapat dilihat dari dua segi yaitu dari segi isi dan dari segi bentuknya. Dari segi isinya agama adalah ajaran atau wahyu Tuhan yang dengan sendirinya tidak dapat dikategorikan sebagai kebudayaan. Sedangkan dari segi bentuknya, agama dapat dipandang sebagai kebudayaan batin manusia yang mengandung potensi psikologi yang mempengaruhi jalan hidup manusia. Dengan demikian, yang dapat diteliti adalah pada bentuk atau praktik yang tampak dalam kehidupan sosial yang dipandang sebagai kebudayaan batin manusia. Penelitian dapat dilakukan pada bentuk pengalaman dari ajaran agama tersebut, misalnya kita dapat meneliti tingkat keimanan dan ketaqwaan yang dianut masyarakat. Selain itu, penelitian agama juga dapat dilakukan dalam upaya menggali ajaran-ajaran agama yang terdapat dalam kitab suci serta kemungkinan aplikasinya sesuai dengan perkembangan zaman. 2. Islam Sebagai Gejala Budaya Pada mulanya, ilmu terbagi menjadi dua yaitu ilmu kealaman dan ilmu budaya. Ilmu kealaman, seperti fisika, kimia, biologi dan lain-lain mempunyai tujuan utama mencari hukum-hukum alam, mencari keteraturan-keteraturan yang terjadi pada alam. Sedangkan ilmu budaya mempunyai sifat tidak berulang, tetapi unik. Di dalam kebudayaan terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat, dan sebagainya. Kesemuanya itu selanjutnya digunakan sebagai kerangka acuan oleh seseorang dalam menjawab berbagai masalah yang dihadapinya. Kebudayaan yang demikian selanjutnya dapat pula digunakan untuk memahami agama yang terdapat pada tataran empiris atau agama

5

yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di masyaarakat. Pengamalan agama yang terdapat di masyarakat tersebut diproses oleh penganutnya dari sumber agama, yaitu wahyu melalui penalaran. Misalnya, membaca kitab fiqih, maka fiqih yang merupakan pelaksanaan dari nash Al-qur’an maupun Hadits sudah melibatkan unsur penalaran dan kemampuan manusia. Dengan demikian, agama menjadi membudaya atau membumi ditengah-tengah masyarakat. Agama yang tampil dalam bentuknya yang demikian itu berkaitan dengan kebudayaan yang berkembang di masyarakat tempat agama itu berkembang. Dengan melalui pemahaman terhadap kebudayaan tersebut, seseorang akan dapat mengamalkan ajaran agama. 3. Islam Sebagai Interaksi Sosial Membahas tentang realitas umat islam. Contohnya, interaksi antara orang-orang yang beragama islam yang menggunakan norma-norma islam, termasuk penelitian keislaman. Demikian juga pengamatan terhadap para pemeluk islam dalam interaksinya dengan para pemeluk agama lain. Mereka memahami dan mengekspresikan nilai-nilai islam dalam interaksi antarapemeluk agama-agama yang berbeda. Itu semua dapat menjadi sasaran penelitian agama. 4. Islam Sebagai Produk Sejarah dan Sasaran Penelitian Ada bagian islam menjadi produk sejarah. Teologi syi’ah adalah dari wajah islam produk sejarah. Konsep khulafa al- rasyidin adalah produk sejarah, seluruh bangunan sejarah islam klasik, tengah modern adalah produk sejarah. Andaikan islam tidak berkumpul dengan budaya jawa ,sejarahnya di Indonesia akan lain lagi. Andai kata inggris tidak datang ke India sejarah islam di anak benua itu tidak akan lain lagi. Demikianlah sebagian wajah islam di belahan dunia adalah produk sejarah. Tasawuf dan akhlak sebagai ilmu adalah produk sejarah. Akhlak sebagai nilai sumber dari wahyu, tetapi sebagai ilmu yang disistematisasi akhlak adalah produk sejarah.

6

Selain itu, produk islam yang berkembang dan sangat terkenal di nusantara yakni tentang penyebaran islam di pulau jawa oleh para walisongo yang menggunakan berbagai metode diantaranya pewayangan yang awalnya ceritanya tentang mahabarata agama hindu, setelah islam masuk ceritanya diadopsi ke dalam kancah cermin islam walaupun melalui kiasan dan ada pula yang menggunakan

metode syair atau tembang-

tembang jawa yang bernapaskan islam.

B. Kajian Terhadap Sejarah Islam Sejarah adalah pengetahuan tentang kejadian, keadaan dan peristiwa yang dialami manusia di waktu lampau dan kaitannya dalam masa kini.1 Jika dihubugnkan dengan Islam pada awal diturunkan sampai dewasa ini. Bahkan lebih dari itu sejarah umat-umat terdahulu juga menjadi obyek kajian islam terbukti dengan ditemukannya sejumlah kisah umat terdahulu dalam Alquran.4 Islam disamping berdimensi aqidah, syari'ah dan akhlak, juga ternyata ada bagian Islam sebagai produk sejarah teologi Khawarij dan aliran teolgi lain merupakan pdoduk sejarah, konsep Khulafaur Rasyidin, seluruh bangunan sejarah Islam klasik, tengah dan modern adalah produk sejarah. Dengan demikian, proses Islamisasi mulai dari awal diturunkannya sampai sekarang dan bahkan hingga waktu yang tidak diketahui, sarat dengan kajian kesejarahan. Sejarah masa lampau perlu dikedepankan sebagai bahan komparatif atas peristiwa yang terjadi sekarang. Pendekatan yang diperlukan untuk Islam sebagai kajian sejarah dimana menekankan kepada proses terjadinya sesuatu perilaku manusia dalam masyarakat. Proses ini menjelaskan awal kejadian dan faktor-faktor yang ikut berperan dalam proses tersebut. Dengan cara demikian, seorang muslim selain memiliki wawasan yang menyeuruh dan integral tentang ajaran Islam, juga dapat mengembangkannya dengan pemahaman Islam, yang diharapkan akan mampu merespon berbagai masalah aktual yang dihadapi dalam kehidupan. 4

Rusli Karim (ed), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar (cet. III; Yogyakarta: iara Wacana Yogya, 1991), h. 24

7

Sementara, peradaban adalah cipta, rasa, dan karsa manusia yang berasal dari akal budi baik lahir ataupun bathin. Peradaban berasal dari kebudayaan dan merupakan hasil pengolahan akal budi manusia. Dimana hasil pikir dan pengolahannya dimaksudkan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Pengertian sejarah peradaban Islam adalah kejadian-kejadian masa lampau yang merupakan produk budaya yang dihasilkan oleh orang-orang Islam di bawah naunganpemerintahan Islam. Atau sikap khusus yang berangkat dari dasar dan nilai-nilai ajaran Islam. Sejarah peradaban Islam tidak hanya berupa peninggalan-peninggalan masa lampau, melainkan juga pemikiran-pemikiran masa lalu yang masih ada dan bisa kita pelajari saat ini. Peradaban Islam bermula ketika agama Islam diturunkan ke dunia melalui nabi Muhammad, sejak itulah peradaban Islam lahir dan menancapkan diri dalam sejarah dunia. Nabi Muhammad membawa ajaran Islam dengan nilai-nilai yang telah disampaikan kepada manusia sepanjang masa kenabiannya, baik berupa kitab suci (Al-qur’an) ataupun melalui tingkah laku dan petunjuk-petunjuk beliau. Islam adalah agama yang damai, agama penuh cinta kasih yang diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk bagaimana seharusnya menjalani kehidupan ini. Setelah Nabi Muhammad wafat, estafet peradaban Islam dipegang oleh khulafaur rasyidin, yaitu empat sahabat nabi Muhammad yang tidak diragukan lagi loyalitasnya kepada agama Islam. Masa Khulafaur rasyidin dimulai oleh Abu Bakar yang berkuasa tahun 632-634 M, lalu diteruskan Umar ibn Khathab, Ustman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib. Setelah periode itu, peradaban Islam terus berlanjut dan kekuasaan Islam mengalami banyak pergantian pucuk kepemimpinan. Peradaban Islam terus berjalan hingga akhirnya Islam sampai kepada masa kita saat ini. Sejarah Peradaban Islam adalah perjalanan yang sangat berliku dan tidak lepas dari kondisi social politik yang terjadi pada tiap-tiap periode. Islam mengelami pasang surut dalam perjalanannya. Islam pernah mengalami masa kejayaan dan masa kekemasan, tetapi Islam juga pernah mengalami kemerosotan yang

8

tajam di masa yang silam. Dan sejarah peradaban Islam ada untuk mengingatkan kita dan juga sebagai pembelajaran bagi kita bahwa Islam pernah berkuasa di dunia, dan agar menjadi pelecut semangan bagi kita untuk menggapai masa kejayaan tersebut dengan usaha kita.

C. Kajian Terhadap Problem yang dihadapi Masyarakat Islam Dewasa ini Manusia adalah makhluk paling sempurna diantara makhluk Allah lainnya, telah menjadi iradah-Nya semenjak diciptakan manusia pertama Nabi Adam as, ketika iblis enggan untuk bersujud kepada Nabi Adam karena sifat sombongnya dari situlah terbukti kesempurnaan manusia dengan akal yang menggungguli dan membedakan dengan makhluk lainnya. Namun apakah mereka telah sadar akan kesempurnaanya itu, apakah mereka telah menyempurnakan akalnya, dan bagaimana umat islam selama ini dalam menggunakan akalnya, dan apa sajakah hasil yang sudah dihasilkan oleh akalnya itu. Sederet pertanyaan sebagai penghantar untuk membuka kesadaran manusia dalam menyempurnakan akalnya.5 Problematika yang kita anggap biasa sejatinya problematika yang akan kelemahan persatuan umat islam itu sendiri bisa mengalahkan akar tonggak islam yakni aqidah karena ketika aqidah telah mampu dilumpuhkan maka yang terjadi semakin mudahnya para orientalis untuk menyerang islam dan memutarbalikkan fakta kebenaran ajaran islam karena kelemahan persatuan umat islam itu sendiri. Akan tetapi jangan pernah lupa akan janji Allah yang senantiasa menyempurnakan cahaya agama yang diturunkan-Nya seklipun orang-orang islam selalu mengusik ketenangan islam sekalipun, dan islam adalah agama yang akan tetap jaya samapi akhir zaman, oleh karena itu jangan pernah putus dari pertolongan Allah di setiap kesusahan kita, terlebih masalah akidah umat islam. Melawan paham orientalisme bukanlah dengan kekuatan otot tetapi yang dibutuhkan adalah kecerdasan akal untuk memberikan strategi khusus sebagai pegangan untuk diri kita sendiri adalah keteguhan iman dan pribadi 5

Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. (Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo, 2009), h. 33

9

yang kuat sebagai modal awal membuka hijab problematika umat islam saat ini, sehingga strategi akan lebih mudah untuk di lancarkan dlam melawan orientalis Gejala goyahnya umat islam terlihat dari prilaku kehidupan umat islam, apakah sudah maenjadikan nilai-nilai ajaran islam sebagai pedoman berprilaku terlebih lagi apakah manusia telah menjalankan kehidupan secara selaras dengan kehidupan modern tanpa menghilangkan nilai islam. Namun fakta berbicara bertolak belakang dengan problematika umat islam saat ini sangat bertolak belakang dengan. Semua karena umat islam sendiri yang terlalu cinta dengan dunia sehingga selalu tertindas dalam kemodern, sesunguhnya inilah yang telah diprediksi oleh Rosul SAW bahwa di zaman yang akan datang manusia akan ada dalam keadaan umat islam yang merosot jauh dari nilai-nilai Al quran dan Hadits sebagai tanda semakin dekatnya hari kiamat. Pemaparan diatas hanya sebagai pengantar untuk mengajak para pemuka kholifah di bumi ini sebagai penggerak umat islam untuk bersatu dalam memerangi problematika dengan memadukan ilmu akal, al quran dan hadits. Inilah tugas pokok seorang khalifah yakni dalam mengkreasikan kehidupan modern saat ini dengan disaind Al quran dan Hadits untuk mengokohkan umatdari kemerosotan akidah yang saat ini sedang terjadi. Contoh kecil pembentukan pribadi yang sangat peduli tentang eksistensi Al Quran dan Hadits dalam kehidupannya dari hal yang terkecil dan tingkatnya perseorangan, yakni ketika muncul suatu masalah berkaitan dengan nilai islam maka satu hal yang harus di lakukan sebagai langkah awal adalah dudukan masalah tersebut lalu kita pelajari masalah dan berusaha untuk temukan jalan keluar, setelah itu kita hiasi jalannya kebaikan dengan warna keislaman dan lekatkan banyak petunjuk-petunjuk Al quran dan Hadits dan terbentuklah kita pada pribadi yang mampu menyikapi berbagai masalah terlebih masalah kemoderenan yang seharusnya berjalan searah dengan ajaran islam itu sendiri.

10

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 1. Konsep kajian Islam sebagai pemikiran atau pemahaman adalah kajian yang berangkat dari sumber-sumber yang diakui sebagai sumber-sumber Islam, seperti al-Quran al-Karim, Hadist, Ijma’ dan lain sebagainya, mengkaji Islam pada tataran ini memberikan ruang untuk mengkaji Islam sebagaimana dipahami oleh masyarakat. Sedangkan Islam pada tataran terakhir, yakni Islam sebagai pengamalan, juga memberikan ruang kajian ke-Islaman yang sungguh luas. Salah satu perbedaan antara Islam sebagai pemahaman dengan Islam pada pengamalan adalah aktualisasiya pada kehidupan. 2. Tidak semua aspek agama khususnya islam dapat menjadi objek studi. Dalam konteks khusus studi islam ada beberapa aspek dari islam yang dapat menjadi objek yaitu: Islam Sebagai Doktrin Agama, Islam Sebagai Gejala Budaya, Islam Sebagai Interaksi Sosial, dan Islam Sebagai Produk Sejarah dan Sasaran Penelitian. 3. Islam sebagai khlaifah di muka bumi harus melawan paham orientalisme bukanlah dengan kekuatan otot tetapi yang dibutuhkan adalah kecerdasan akal untuk memberikan strategi khusus sebagai pegangan untuk diri kita sendiri adalah keteguhan iman dan pribadi yang kuat sebagai modal awal membuka hijab problematika umat islam saat ini, sehingga strategi akan lebih mudah untuk di lancarkan dlam melawan orientalis

B. Saran Setelah membaca makalah ini, penulis menyarankan agar tidak hanya menjadikan makalah ini sebagai satu-satunya bahan rujuakan, tetapi penulis berharap pembaca juga mencari referensi lain agar pembahasan mengenai islam sebagai objek kajian ilmiah lebih dipahami, karena penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan.

11

DAFTAR RUJUKAN

Muqowim, Pengantar Studi Islam. Cet. I; Yogyakarta: Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga 2005. Jamali Sahrodi, Metodologi Studi Islam, Cet. I; Bandung: Pustaka Setia 2008. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam. Cet. I; Bandung: Mizan, 1993. Rusli Karim (ed), Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar. Cet. III; Yogyakarta: iara Wacana Yogya, 1991. Muhaimin. Rekonstruksi Pendidikan Islam. Cet. I; Jakarta: RajaGrafindo, 2009.

12

Related Documents


More Documents from ""