BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang dipakai untuk menyatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Prevalensi ISK di masyarakat makin meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Pada usia 40 – 60 tahun mempunyai angka prevalensi 3,2 %. Sedangkan pada usia sama atau diatas 65 tahun kira-kira mempunyai angka prevalensi ISK sebesar 20%. Infeksi saluran kemih dapat mengenal baik laki-laki maupun wanita dari semua umur baik anakanak, remaja, dewasa maupun lanjut usia. Akan tetapi dari kedua jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15%. Untuk menyatakan adanya ISK harus ditemukan adanya bakteri dalam urin. Bakteriuria yang disertai dengan gejala saluran kemih disebut bakteriuria simptomatis. Sedangkan yang tanpa gejala disebut bakteriuria asimptomatis. Dikatakan bakteriuria positif pada pasien asimptomatisbila terdapat lebih dari 105 koloni bakteri dalam sampel urin midstream, sedangkan pada pasien simptomatis bisa terdapat jumlah koloni lebih rendah. Prevalensi ISK yang tinggi pada usia lanjut antara lain disebabkan karena sisa urin dalam kandung kemih meningkat akibat pengosonga kandung kemih kurang efektif , mobilitis menurun, pada usia lanjut nutrisi sering kurang baik, sistem imunitas menurun. Baik seluler maupu humoral, adanya hambatan pada aliran urin,hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan penyakit yang perlu mendapat perhatian serius. Di Amerika dilaporkan bahwa setidaknya 6 juta pasien datang kedokter setiap tahunnya dengan diagnosis ISK. Disuatu rumah sakit di Yogyakarta ISK merupakan penyakit infeksi yang menempati urutan ke-2 dan masuk dalam 10 besar penyakit
(data bulan Juli – Desember). Infeksi saluran kemih terjadi adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. Untuk menegakkan diagnosis ISK harus ditemukan bakteri dalam urin melalui biakan atau kultur (Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001) dengan jumlah signifikan (Prodjosudjadi, 2003). Tingkat signifikansi jumlah bakteri dalam urin lebih besar dari 100/ml urin. Agen penginfeksi yang paling sering adalah Eschericia coli, Proteus sp., Klebsiella sp., Serratia, Pseudomonas sp. Penyebab utama ISK (sekitar 85%) adalah Eschericia coli (Coyle & Prince, 2005). Penggunaan kateter terkait dengan kemungkinan lebih dari satu jenis bakteri penginfeksi. B. Rumusan masalah 1. Bagaimana Pengertian ISK 2. Bagaimana Etiologi ISK 3. Bagaimana Tanda dan Gejala ISK 4. Bagaimana Komplikasi ISK 5. Bagaimana Patofisiologi penyakit ISK 6. Bagaimana Pathway penyakit ISK 7. Bagaimana Penatalaksanaan Terhadap ISK 8. Bagaimana pemeriksaan Penunjang 9. Bagaimana Asuhan Keperawatan ISK Trauma Persalinan
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Pengertian ISK 2. Untuk mengetahui Etiologi ISK 3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala ISK 4. Untuk mengetahui Komplikasi ISK 5. Untuk mengetahui Patofisiologi penyakit ISK 6. Untuk mengetahui Pathway penyakit ISK 7. Untuk mengetahui Penatalaksanaan ISK 8. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dilakukan 9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan ISK
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Gangguan Traktus Urinaria Traktus urinaria atau yang biasa disebut saluran perkemihan terdiri dari dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah kandung kemih (vesika urinaria), dan satu buah urethra. Gangguan atau infeksi traktus urinaria merupakan suatu infeksi atau ganguan pada saluran kemih yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra, Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E : 2004). Gangguan traktus urinaria merupakan penyebab morbiditas pasca operasi yang lebih umum. Biasanya gangguan ini disebabkan oleh tindakan manipulasi operasi, trauma persalinan, bakteri, pemeriksaan dalam terlalu sering, dan kateterisasi. Kandung kemih pada masa nifas tidak begitu sensitif terhadap tekanan cairan intravesikal. Overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan urin residual yang berlebihan sering dijumpai. Selain itu, pengaruh dari anestesi regional juga mengakibatkan kelumpuhan sementara dan gangguan fungsi saraf pada kandung kemih. Sisa pengeluaran urin dan bakteriuria pada kandung kemih, ditambah dilatasi pelvis renalis dan ureter membentuk kondisi optimal untuk terjadinya infeksi atau gangguan saluran kemih. Kerr-Wilson dkk. (1984) mempelajari pengaruh persalinan terhadap fungsi kandung kemih post-partum. Mereka menyimpulkan, selama persalinan lama dapat dihindari dan bila kateterisasi dilakukan dengan cepat pada kandung kemih yang meregang maka tidak akan terjadi gangguan pada traktus urinaria. Diperlukan kira-kira dua sampai delapan
minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan seperti sebelum hamil (Bobak, et, al :2005).
B. Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni kuman di saluran kemih. lnfeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang sering terjadi. Infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita dewasa dibandingkan pada lakilaki. ISK dapat
simptomatis ataupun asimptomatis. Seorang wanita
mengalami perubahan fisiologis dan struktur kandung kemih selama periode kehamilan. Hal itu memiliki kontribusi pada kerentaran ibu hamil untuk mengalami ISK. Selain itu, bagi mereka yang menggunakan alat untuk mempermudah kelahiran bayi, pemasangan kateter ataupun melakukan prosedur kelahiran dengan pembedahan dapat meningkatkan risiko terjadi ISK postpartum. Infeksi
saluran
kemih
(ISK)
adalah
istilah
umum
yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam urin. Bakteriuria bermakna adalah bakteriuria bermakna menunjukkan pertumbuhan mikroorganisme (MO) murni lebih dari 105 colony forming units (cfu/ml) pada biakan urin. Bakteriuria bermakna mungkin tanpa disertai presentasi klinis ISK dinamakan bakteriuria asimtomatik (covert bacteriuria). Sebaliknnya
bakteriuria
bermakna
disertai
dinamakan bakteriuria bermakna simtomatik.
presentasi
klinis
ISK
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri.
C. Etiolog
Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri, tetapi jamur dan virus juga dapat menjadi penyebabnya. Infeksi bakteri tersering adalah yang disebabkan E.coli, organisme yanag sering ditemukan di daerah anus. ISK sering terjadi pada wanita. Penyebabnya adalah uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah memperoleh akses ke kandung kemih, kecenderungan untuk menahan urin, iritasi kulit lubang
uretra
pada
wanita
sewaktu
berhubungan
kelamin.
Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain: a. Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) b. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated c. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
D. Tanda dan Gejala a. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah : 1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih 2. Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis 3. Hematuria 4. Nyeri punggung dapat terjadi b. Tanda dan gejala ISK bagian atas : 1. Demam 2. Menggigil 3. Nyeri panggul dan pinggang
4. Nyeri ketika berkemih 5. Malaise 6. Pusing 7. Mual dan muntah
E. Komplikasi Infeksi traktus urinarius dapat di klasifikasikan menjadi 2 bagian : 1. Bakteri tanpa gejala (Asimptomatik) Ditemukan bakteri sebanyak >100.000 per ml air seni dari sediaan air seni “mid stream”. Angka kejadian bakteriuria Asimptomatik dalam kehamilan sama seperti wantita usia reproduksi yang seksual aktif dan non-pregnan sekitar 2-10%. Beberapa peneliti mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan kejadian anemia pada kehamilan, persalinan premature, gangguan pertumbuhan janin, dan preeklampsia. Oleh karena itu pada wanita hamil dengan bakteriuria harus diobati dengan seksama sampai air kemih bebas bakteri yang dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali. Pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian :
Ampisilin 3 X 500 mg selama 7 – 10 hari
Sulfonamid
Cephalosporin
Nitrofurantoin 4x50-100 mg/ hari
2. Bakteriuria dengan gejala (Simptomatik) a. SISTITIS Adalah peradangan kandung kemih tanpa disertai radang pada bagian atas saluran kemih. Sistitis ini cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan masa nifas. Kuman penyebabnya yaitu E. coli dan kuman-kuman yang lain. Faktor predisposisi lain adalah uretra yang pendek, adanya sisa air kemih yang tertinggal
disamping penggunaan kateter yang sering dipakai untuk ginekologi atau persalinan, sehingga kateter ini akan mendorong kuman-kuman yang ada di uretra distal yang masuk dalam kandung kemih. Dianjurkan untuk tidak menggunakan katetr bila tidak perlu. a) Gejala :
Disuria (kencing sakit) terutama pada akhir berkemih
Sering berkemih pada bagian atas simfisis
Sering tidak dapat menahan untuk berkemih
Air kemih kadang-kadang terasa panas
b) Gejala Sistemik :
Suhu badan meningkat (Demam)
Nyeri pinggang
c) Sisitis dapat diobati dengan :
Sulfonamid
Ampisilin
Eritromisin
Perlu diperhatikan obat-obat lain yang baik digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih, akan tetapi mempunyai pengaruh tidak baik untuk janin ataupun bagi ibu.
d) Penanganan :
Penanganan secara umum yakni dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum. Atur frekuensi berkemih untuk mengurangi rasa nyeri, spasme dan rangsangan untuk selalu berkemih (dengan jumlah urine yang minimal). Makin sering berkemih, nyeri dan spasme akan makin bertambah.
Apabila antibiotika tunggal kurang memberi manfaat, berikan antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut berupa jenis ataupun cara pemberiannya, seperti amoksilin 4x250 mg per oral
digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari.
b. PIELONEFRITIS AKUTA Merupakan salah satu komplikasi yang sering dijumpai terjadi pada 1%-2% kehamilan terutama pada trimester III dan permulaan masa nifas. Penyakit ini biasanya disebabkan oleh Escherichia coli, Stafilokokkus aureus, Basillus proteus, dan Pseudomonas
aeruginosa.
Predisposisinya
antara
lain
penggunaan kateter untuk mengeluarkan air kemih waktu persalinan atau kehamilan, air kemih yang tertahan sebab perasaan sakit waktu berkemih karena trauma persalinan, dan luka pada jalan lahir. Penderita yang menderita pielonefritis kronik atau glomerulonefritis kronik yang sudah ada sebelum kehamilan, sangat mendorong terjadinya pielonefritis akuta ini. a) Gejala penyakitnya :
Mual dan muntah
Nyeri pinggang
Demam tinggi dan menggigil sekitar 85% suhu tubuh melebihi 380C dan sekitar 12% suhu tubuh mencapai 400C.
Keluhan sistitis ( merasa sakit pada kandung kemih)
Nafsu makan berkurang
Kadang – kadang diare
Jumlah urin sangat berkurang (Oliguria)
b) Pengobatan Pielonefritis dengan cara :
Penderita harus dirawat
Istirahat berbaring
Diberi cukup cairan infuse RL
Antibiotika (Ampisilin, Sulfonamid)
Observasi persalinan preterm
Biasanya pengobatan berhasil baik, walapun kadangkadang penyakit ini dapat timbul lagi. Pengobatan sedikitnya dilanjutkan selama 10 hari dan penderita harus diawasi akan kemungkinan berulang kembali. Prognosis bagi ibu umumnya cukup baik bila pengobatan cepat dan tepat diberikan, sedangkan pada hasil konsepsi seringkali menimbulkan keguguran atau persalinan prematur.
c. PIELONEFRITIS KRONIKA Biasanya tidak atau sedikit sekali menunjukan gejala penyakit saluran kemih dan merupakan predisposisi terjadinya pielonefritis akuta dalam kehamilan. Penderita akan menderita tekanan darah tinggi. Prognosis bagi ibu dan janin tergantung dari luasnya kerusakan jaringan ginjal. Penderita yang hipertensi dan insufisiensi ginjal mempunyai prognosis buruk karena penderita ini sebaiknya tidak hamil akibat resiko tinggi.Perlu dipertimbangkan untuk terminasi kehamilan pada penderita yang menderita pielonefritis kronika.
d. GAGAL GINJAL Gagal ginjal adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu dengan ginjal sehat sebelumnya dengan atau tanpa oliguria dan berakibat azotemia progresif serta kenaikan ureum dan kreatinin darah. ( Imam Parsoedi dan Ag. Soewito : ilmu penyakit dalam). Gagal ginjal mendadak dalam kehamilan merupakan komplikasi yang sangat gawat dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi. Kejadiannya 1 dalam 13001500 kehamilan. Penderita yang mengalami sakit gagal ginjal
mendadak ini sering dijumpai pada 12-18 minggu, dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehamilan muda sering disebabkan oleh abortus septik yang disebabkan oleh bakteri Chlostirida welchii atau Streptokokkus.
Tanda-tandanya
oliguria
mendadak
dan
azosthemia serat pembekuan darah intravaskuler sehingga terjadi nekrosis tubular yang akut. Keruskan ini dapat sembuh bila tubulus tidak terlalu luas dalam waktu 10-14 hari. Sering kali dilakukan tindakan Histerektomi untuk mengatasinya tetapi ada yang tidak perlu untuk dianjurkan untuk melakukan histerektomi asal penderita diberikan antibiotika yang adekuat dan intensif secara terus menerus sampai ginjal membaik. Jika nekrosis kortikal yang bilateral dapat dihubungkan dengan solusio plasenta, pre-eklampsia berat atau eklampsia, kematian janin dalam kandungan yang lama, emboli air ketuban atau bahkan perdarahan banyak yang dapat menimbulkan iskemi. Pada masa nifas sulit diketahui sebabnya, sehingga disebut sindrom ginjal idiopatik postpartum. Penanggulangannya diberi cairan infus atau tranfusi darah, diperhatikan keseimbangan elektrolit dan cairan segera lakukan hemodialisis bila ada tanda-tanda
uremia.
Banyak
penderita
membutuhkan
hemodialisis secara teratur atau dilakukan transplatasi ginjal untuk ginjal yang tetap gagal. Gagal ginjal dalam kehamilan dapat dicegah bila dilakukan :
Penanganan kehamilan dan persalinan dengan baik
Perdarahan, Syok, dan infeksi segera diatasi atau diobati dengan baik
Pemberian tarnfusi darah dengan hati-hati.
e. GLOMERULONEFRITIS AKUTA
Glomerulonefritis akuta jarang dijumpai pada wanita hamil. Penyakit ini dapat timbul setiap saat dalam kehamilan. Penyebab biasanya Streptococcus beta-haemolyticus jenis A. Gambaran klinik ditandai oleh timbulnya hematuria dengan tiba-tiba, udema dan hipertensi pada penderita sebelumnya tampak sehat. Kemudian sindroma ditambah dengan oliguria sampai anuria, nyeri kepala, dan mundurnya visus ( retinitis albuminika). Pengobatan sama dengan di luar kehamilan dengan perhatian khusus, istirahat, diet yang sempurna dan rendah garam serta keseimbangan cairan elektrolit. Untuk pemberantasan infeksi cukup diberi penisilin, karena strepcoccus peka terhadap penisilin. Apabila tidak berhasil maka harus dipakai antibiotika yang sesuai dengan hasil tes kepekaan. Biasanya penderita sembuh tanpa sisa-sisa penyakit dan fungsi ginjal akan tetap baik. Kehamilan dapat berlangsung sampai lahirnya anak hidup, dan apabila diinginkan wanita boleh hamil lagi di kemudian hari. Kehamilan tidak mempengaruhi jalan penyakit, sebaliknya glomerulonefritis akuta akan mempunyai pengaruh tidak baik terhadap hasil konsepsi terutama yang disertai tekanan darah yang sangat tinggi dan insufisiensi ginjal, dapat mengakibatkan abortus, partus prematurus dan kematian janin.
f. GLOMERULONEFRITIS KRONIK Wanita hamil dengan glumerulonefritis kronika sudah menderita penyakit isu beberapa tahun sebelumnya. Karena itu pada pemeriksaan kehamilan terdapat proteinuria, sedimen yang tidak normal, dan hipertensi.Suatu cirri tetap maikin buruknya fungsi ginjal karena makin lama makin banyak kerusakan yang diderita oleh glomerulus-glomerulus ginjal. Penyakit ini dapat menampakan diri dalam 4 macam :
1. Hnaya terdapat proteinuria menetap tanpa kelainan sedimen 2. Dapat menjadi jelas sebagai sindroma nefrotik 3. Berntuknya mendadak seperti pada glomerulonefritis akuta 4. Gagal ginjal sebagai penjelmaan pertama. Keempat-empatnya
dapat
menimbulkan
gejala-gejala
insufisiensi ginjal dan penyakit kardiovaskuler hipertensif. Prognosis bagi ibu akhirnya buruk ada yang segera meninggal dan ada yang agak lama. Hal itu tergantung dari luasnya kerusakan ginjal waktu diagnosis dibuat dan ada atau tidaknya adanya faktor-faktor yang mempercepat proses penyakit. Prognosis bagi janin salam kasus tertentu tergantung pada fungsi ginjal dan derajat hipertensi. Wanita dengan fungsi ginjal yang cukup baik tanpa hipertensi yang berarti dapat melanjutkan kehamilan sampai cukup bulan walaupun biasanya bayinya lahir dismatur akibat insufisiensi plasenta. Apabila penyakit sudah berat, apalagi disertai tekanan darah yang sangat tinggi, biasanya kehamilan berakhir dengan abortus, partus prematurus, atau janin mati dalam kandungan.
F. Patofisiologi Infeksi saluran kemih ini terjadi akibat pengaruh hormon progesterone terhadap tonus otot dan peristaltic,dan yang lebih penting lagi adalah akibat penyumbatan mekanik oleh rahim yang membesar saat hamil (Azis A,et al, 2009). Ada 3 cara terjadinya ISK,yaitu (Krisnadi, 2005): 1.
Penyebaran melalui aliran darah yang berasal dari usus halus atau organ lain ke bagian saluran kemih.
2.
Penyebaran melalui saluran getah bening yang berasal dari usus besar ke kandung kencing atau ginjal.
3.
Terjadi migrasi kuman secara asenden (dari bawah ke atas) melalui uretra, ke kandung kencing (buli-buli) dan ureter ke ginjal.
Panjang uretra perempuan sekitar 3 - 4 cm, dengan diameter lubangnya sekitar 6 mm, tetapi lubang ini dapat dilebarkan dengan menggunakan kateter urin. Dalam masa kehamilan uretra dapat mengalami perpanjangan dan baru akan kembali normal 8 - 12 minggu setelah melahirkan. Penelitian menunjukkan bahwa terbanyak bakteri masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra. Hal ini disebabkan karena uretra yang pendek dan mempunyai muara yang terbuka, dekat sekali letaknya dengan tempattempat yang banyak mengandung bakteri yaitu vagina dan anus (Azis A,et al, 2009). Diketahui bahwa anus mengandung kuman-kuman saluran cerna, terbanyak adalah Escherichia coli di samping kuman-kuman lain, begitu juga dengan vagina. Kuman yang ada di introitus vagina sesuai dengan yang ada di sekitar anus, hal ini juga sesuai dengan penyebab terbanyak infeksi saluran kemih yaitu Escherichia coli, yaitu sekitar 85 – 90 % (Hooton, 2000). Regio genital dan sekitarnya merupakan area dengan risiko tinggi kejadian infeksi, atau merupakan tempat sumber infeksi, terutama infeksi saluran kemih (Grunerberg, 2000). Di samping itu ternyata dua pertiga distal bagian uretra merupakan tempat reservoir bakteri yang pada keadaan normal adalah nonpatogen. Dalam keadaan tertentu, di mana adanya tindakan-tindakan medis, serta keadaan yang meningkatkan kontaminasi bakteri di daerah ini, dapat meningkatkan bakteri-bakteri tersebut naik dan masuk ke dalam saluran kemih bagian atas (secara ascendens), sehingga kejadian infeksi saluran kemih akan meningkat (Junizaf, 2002).
G. Pathway
H. Penatalaksanaan Infeksi saluran kemih awal dapat diobati dengan ampisillin (250 mg empat kali sehari) atau nitrofurantoin (100 mg per oral empat kali sehari). Gantilah dengan obat lain sesuai dengan hasil pemeriksaan laboratorium tetapi obati selama 2 minggu. Untuk mengatasi keluhan urgensi dan urinary frequency, berikan piridium 100 mg empat kali sehari. Keluarkan cairan secara paksa (jika diperlukan) dan asamkan urin (vitamin C). Berikan obat analgetik pencahar dan antipiretik jika diperlukan. Pengobatan antibiotik yang terpilih meliputi golongan nitrofurantoin, sulfonamide, trimetroprim, sulfametoksazol, atau sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan resistensi mikrobial terhadap golongan penisilin (Krisnadi, 2005). 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dan rencana selanjutnya, ibu mengerti dan telah mengetahui hasil pemeriksaan. 2. Memberitahu ibu tentang penkes tentang masalah ketidak nyamanan, dan penyakitnya dan memberitahu ibu supaya istirahat yang cukup dan mengurangi mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam. Dan anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang berserat, zat besi, buah-buahan, daging tanpa lemak dan kacang-kacangan. Ibu mengerti telah mengetahui dan mengerti serta akan mengikuti saran dari bidan. 3. Menganjurkan ibu untuk tidur dengan posisi kepala lebih rendah dari posisi kaki, ibu mengerti dan akan melakukannya. 4. Menganjurkan ibu agar tidak terlalu lelah dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari, ibu mengerti dan akan melakukannya. 5. Menganjurkan ibu untuk banyak minum agar urin yang keluar juga meningkat dan mengatur pada saat berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, ibu mengerti dan akan melakukannya. 6. Memberitahu
pada
ibu
untuk
menjaga
kebersihan
organ
intim/personal hygine dan saluran kencing agar bakteri tidak mudah berkembang biak, ibu mengerti dan mau melakukannya.
7. Mengkonsumsi jus anggur atau canberry untuk mencegah infeksi saluran kemih berulang 8.
Memberitahu pada ibu untuk tidak menahan bila ingin berkemih, ibu
9. Memberitahu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan, ibu mengerti penjelasan dari bidan. 10. Memberikan terapi pada ibu yaitu amoksilin 4x250 mg per oral digabung dengan Gentamisin 2x80 mg secara IM selama 10-14 hari. Dan berikan Kotrimoksazole 2x 2 tablet 200 mg, Phenazopyridin 3x 2 tablet 100 mg setelah makan. 11. Memberitahukan pada ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu kemudian tanggal 24-03-2012, kecuali jika ada indikasi.
I. Pemeriksaan Penunjang 1. Urinalisis Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih Hematuria:
hematuria
positif
bila
terdapat
5-10
eritrosit/LPB sediment air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis. 2. Bakteriologis
Mikroskopis
Biakan bakteri
3. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik 4. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi. 5. Metode tes
Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
Tes Penyakit Menular Seksual (PMS): o Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
Tes- tes tambahan: Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi resisten.
J. Asuhan Keperawatan
penyebab
kambuhnya
infeksi
yang