Makalah Implementasi Kurikulum.docx

  • Uploaded by: Mira Oktavia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Implementasi Kurikulum.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,963
  • Pages: 14
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Laboratorium adalah suatu tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Dalam pengertian sempit laboratorium sering diartikan sebagai tempat yang berupa gedung yang dibatasi oleh dinding dan atap yang didalamnya terdapat sejumlah alat dan bahan praktikum. Dalam pendidikan Sains kegiatan laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya kimia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan sains. Woolnough & Allsop (dalam Nuryani Rustaman, 1995), mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya praktikum sains. Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar sains. Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan laboratorium, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum

dimana siswa menemukan

pengetahuan melalui eksplorasinya terhadap alam. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Melakukan eksperimen merupakan kegiatan yang banyak dilakukan oleh para ilmuwan. Untuk melakukan eksperimen ini diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, dan lain-lain. Dengan kegiatan praktikum siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterprestasikan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Banyak para pakar pendidikan sains menyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai scientist. Beberapa pakar pendidikan mempunyai pandangan yang berbeda terhadap kegiatan praktikum, sehingga 1

melahirkan beberapa metode dan model praktikum, seperti misalnya : model praktikum induktif, verifikasi, inkuiri. Di dalam kegiatan praktikum menurut pandangan ini siswa bagaikan seorang scientist yang sedang melakukan eksperimen, mereka dituntut untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen,

merakit

alat,

melakukan

pengukuran

secara

cermat,

menginterprestasi data perolehan, serta mengkomunikasikannya melalui laporan yang harus dibuatnya. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Dalam pelaksanaannya, tentunya kegiatan laboratorium tidak terlepas dari adanya campur tangan kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas implementasi kurikulum dalam perencanaan, rancangan, dan pengembangan kegiatan laboratorium.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa itu kurikulum? 2. Apa itu laboratorium? 3. Bagaimana implementasi kurikulum dalam perencanaan, rancangan, dan pengembangan kegiatan laboratorium?

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tentang kurikulum. 2. Mengetahui tentang laboratorium. 3. Mengetahui implementasi kurikulum dalam perencanaan, rancangan, dan pengembangan kegiatan laboratorium.

2

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Kurikulum 2013 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014 memenuhi kedua dimensi tersebut (BSNP, 2013:1-3). Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut (BSNP, 2013:3-4): 1. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik 2. Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar 3. Mengembangkan

sikap,

pengetahuan,

dan

keterampilan

serta

menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat 4. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan 5. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar Mata pelajaran 6. Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi

dasar dan proses

3

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti 7. Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar Mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

B. Laboratorium IPA Laboratorium dapat diartikan secara luas maupun sempit. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, laboratorium adalah tempat mengadakan percobaan (menyelidiki

sesuatu

yang

berhubungan

dengan

fisika,

kimia).

Kata laboratorium berasal dari kata laboratory, yang memiliki beberapa pengertian yaitu: 1. Tempat yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan eksperimen didalam sains atau melakukan pengujian dan analisis. 2. Bangunan atau ruang yang dilengkapi peralatan untuk melangsungkan penelitian ilmiah ataupun praktek pembelajaran bidang sains. 3. Tempat memproduksi bahan kimia atau obat. 4. Tempat kerja untuk melangsungkan penelitian ilmiah. 5. Ruang kerja seorang ilmuwan dan tempat menjalankan eksperimen bidang studisains (kimia, fisika, biologi). Menurut Moedjadi (1979: 12), laboratorium adalah tempat dimana percobaan dan penyelidikan dilakukan. Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan tertutup, kamar atau ruang terbuka. Dalam buku petunjuk pengelolaan laboratorium IPA SMA yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1979, laboratorium adalah tempat bekerja untuk mengadakan percobaan atau penyelidikan dalam bidang ilmu tertentu, seperti fisika, kimia, biologi, dsb.

4

Berdasarkan

beberapa

definisi

pada

paragraf

sebelumnya

dapat

disimpulkan, laboratorium adalah suatu ruangan atau bangunan yang dimiliki suatu sekolah atau madrasah yang di dalamnya dilengkapi sarana dan prasarana, baik itu peralatan maupun bahan-bahan yang digunakan untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen, praktek pembelajaran IPA, dan penemuan

ilmiah

melalui

pengalaman

langsung

dalam

membentuk

keterampilan. Keberadaan laboratorium IPA di Sekolah Tingkat Pertama dan Menengah Umum berperan untuk menunjang proses belajar mengajar di bidang IPA melalui pemahaman gejala-gejala alam sebagai hasil pengamatan yang menghasilkan siswa-siswi yang mampu berpikir analisis, kritis, dan kreatif. Pengadaan alat-alat IPA di sekolah berperan untuk meningkatkan daya guna laboratorium tersebut sesuai dengan kemajuan IPTEK (Depdikbud, 2004). Menurut Moch.Amien, MA dalam pedoman penggunaan laboratorium IPA (1988:3), fungsi laboratorium yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan laboratorium antara lain sebagai berikut: 1. Alat

(tempat)

untuk

menguatkan/memberi

kepastian

keterangan-

keterangan (informasi) 2. Alat untuk menentukan hubungan antara sebab dan akibat (causalitas). 3. Alat untuk membuktikan benar tidaknya faktor-faktor atau fenomenafenomena tertentu. Suatu fenomena dapat dijadikan suatu hukum atau dalil, apabila sudah dibuktikan kebenarannya. Pembuktian suatu fenomena melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan kaidah metode ilmiah. 4. Alat untuk mempraktekkan sesuatu yang diketahui. 5. Alat untuk mengembangkan keterampilan. Dengan memperbanyak percobaan atau latihan, seseorang dapat menjadi terampil dengan mempergunakan alat-alat. 6. Alat untuk memberikan latihan-latihan.

5

BAB III PEMBAHASAN

A. Kurikulum dan Kegiatan Laboratorium Kebijakan umum Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI khususnya yang berkenaan dengan pendidikan sekolah menengah (SMA) dituangkan dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah serta Permendikbud No. 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 yang menuntut penyediaan sumber belajar dan sarana pembelajaran yang memadai. Implementasi dari Permendibud No. 65 tentang Standar Proses dimaksud dimana peran guru sebagai salah satu komponen dalam pendidikan sangat penting. Menurut Sardiman (1990) dalam (Darsana, et al., 2014), guru dikatakan tidak saja sematamata sebagai pengajar (transfer of knowledge), tetapi juga sebagai pendidik (transfer of value) dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan penghargaan dan menuntun peserta didik dalam belajar. Dalam tahapan proses pembelajaran sesuai Permendikbud No. 65 terdapat pelaksanaan kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KI dan KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, mengasah kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti ini menggunakan model dan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan scientific learning (pembelajaran saintifik) yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan (Samiasih, et al., 2013). Pembelajaran berbasis saintifik tersebut dapat tercapai jika setiap satuan pendidikan memiliki sarana belajar yang meliputi peralatan pendidikan, media pendidikan, buku, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan, ruang pendidik, ruang TU, perpustakaan, laboratorium, kantin, UKS, gudang, tempat berolahraga, tempat ibadah, ruang konseling, dan tempat/ 6

ruang lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan (Permendikbud No. 24 tahun 2007). Laboratorium merupakan salah satu tempat penunjang dalam proses belajar yang sangat diperlukan untuk memberikan pengalaman nyata pada peserta didik sebagai salah satu faktor pendukung pembelajaran kimia. Laboratorium merupakan tempat dimana siswa dapat melaksanakan kegiatan praktikum yang berperan penting dalam meningkatkan keterampilan proses, baik keterampilan psikomotorik, kognitif, maupun afektif (Widiyanti dan Saptorini, 2014). Laboratorium juga berperan dalam meningkatkan pemahaman konsep serta kemampuan menganalisis suatu permasalahan dalam pelajaran kimia (Menderes, 2009).

B. Keterkaitan antara Kegiatan Laboratorium dengan Kurikulum 2013 Dalam Kurikulum 2013, laboratorium merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar khususnya pada pembelajaran IPA. Hal ini dikarenakan peserta didik tidak hanya sekedar mendengarkan keterangan guru dari pelajaran yang telah diberikan, tetapi harus melakukan kegiatan sendiri untuk mencari keterangan lebih lanjut tentang ilmu yang dipelajarinya melalui pendekatan saintifik. Dengan adanya laboratorium, maka diharapkan proses pembelajaran IPA yang menggunakan tahapan kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, dan menyajikan dapat dilaksanakan seoptimal mungkin, meskipun bukan berarti IPA tidak dapat diajarkan tanpa laboratorium. Dari sisi ini tampak betapa penting peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan IPA dalam Kurikulum 2013. Setidaknya ada 4 alasan yang menguatkan peran laboratorium dalam pembelajaran di IPA sesuai dengan Kurikulum 2013, antara lain: 1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA peserta didik. Dalam praktikum, peserta didik dapat belajar dengan melibatkan hampir seluruh indra dalam pengamatan dan percobaan yang dilakukan sehingga mempengaruhi motivasinya. Peserta didik yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari teori, konsep, hukum dan sikap ilmiah sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA sesuai dengan 7

pendekatan saintifik. Melalui kegiatan laboratorium, peserta didik diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan sikap disiplin, kecermatan, tanggung jawab, rasa ingin tahu dan ingin bisa. Prinsip ini akan menunjang kegiatan praktikum agar peserta didik menemukan pengetahuan melalui eksplorasi. 2. Praktikum mengembangkan keterampilan ilmiah dasar dalam melakukan eksperimen. Kegiatan eksperimen merupakan aktivitas yang banyak dilakukan oleh ilmuwan dalam penemuannya. Untuk melakukan eksperimen diperlukan beberapa keterampilan dasar seperti mengamati, mengestimasi, mengukur, membandingkan, memanipulasi peralatan laboratorium, dan keterampilan ilmiah lainnya. Dengan adanya kegiatan praktikum

di

laboratorium

akan

melatih

peserta

didik

untuk

mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani

alat

secara

aman,

merancang,

melakukan

dan

menginterpretasikan eksperimen dan sekaligus mengkomunikasikannya. 3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan pendekatan saintifik sesuai dengan Kurikulum 2013. Para ahli meyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan peserta didik sebagai ilmuwan. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan melalui pendekatan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir,

bekerja

dan

bersikap

ilmiah

serta

mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pada pemberian pengalaman

belajar

secara

langsung

melalui

penggunaan

dan

pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Rustaman, 2003). 4. Praktikum menunjang penjelasan yang lebih realistik dari materi pelajaran. Praktikum memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menemukan teori, hukum, konsep dan membuktikan teori, hukum atau konsep ilmiah tersebut. Selain itu praktikum dalam pembelajaran IPA dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip ilmiah yang tadinya abstrak menjadi lebih 8

kongkrit. Dari kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran. Selanjutnya secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa, laboratorium IPA berperan penting dalam kegiatan pembelajaran yakni dengan menumbuhkan dan mengembangkan aspek-aspek antara lain: 1. Keterampilan dalam pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data 2. Kemampuan menyusun data dan menganalisis serta menafsirkan hasil pengamatan 3. Kemampuan menarik kesimpulan secara

logis berdasarkan hasil

eksperimen, mengembangkan model dan menyusun teori 4. Kemampuan mengomunikasikan secara jelas dan lengkap hasil-hasil percobaan 5. Keterampilan merancang percobaan, urutan kerja, dan pelaksanaannya 6. Keterampilan dalam memilih dan mempersiapkan peralatan dan bahan untuk percobaan 7. Keterampilan dalam menggunakan peralatan dan bahan 8. Kedisiplinan dalam mematuhi aturan dan tata tertib demi keselamatan kerja. Dengan

demikian,

ketika

Sekolah

Menengah

Pertama

(SMP)

melaksanakan Kurikulum 2013, maka Pedoman Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium IPA ini sangat penting dalam rangka mendukung sekolah melaksanakan Kurikulum 2013 tersebut. Panduan ini juga berisi penjelasan dan contoh praktis mengenai penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis projek, pembelajaran kooperatif, discovery learning, dan pembelajaran dengan pendekatan komunikatif yang menggunakan laboratorium.

C. Penguatan

Pendidikan

Karakter

dan

Literasi

Melalui

Kegiatan

Laboratorium UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal

3,

mengamanahkan

bahwa

Pendidikan

Nasional

berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa 9

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini merupakan langkah penguatan pendidikan karakter yang dituangkan secara eksplisit dalam RPJMN 2015 – 2019. Penguatan pendidikan karakter pada anak-anak usia sekolah pada semua jenjang pendidikan untuk memperkuat nilai-nilai moral, akhlak, dan kepribadian peserta didik dengan memperkuat pendidikan dan karakter yang terintegrasi ke dalam mata pelajaran. Di samping penguatan pendidikan karakter, kegiatan laboratorium juga sangat relevan digunakan untuk menguatkan literasi peserta didik karena banyak aktivitas yang membutuhkan kemampuan berbasis penguasaan dan pemahaman referensi seperti membaca atau membuat grafik, menyusun dan menginterpretasi data dalam bentuk tabel dan narasi, membandingkan hasil paraktikum dengan referensi, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan lainnnya. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya melalui praktikum. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Karena itu tabel di bawah ini diharapkan dapat membantu pengelola laboratorium dan guru dalam mengembangkan penguatan pendidikan karakter dan literasi melalui kegiatan laboratorium. . Jenis Kegiatan Perencanaan

Strategi Penguatan Pendidikan Karakter 1. Membuat materi pengantar penjelasan tentang karakter dan literasi yang akan dikembangkan dalam kegiatan praktikum 2. Menyusun kode etik atau tata tertib

Karakter yang Dikembangkan

Literasi yang Dikembangkan

1. Disiplin 2. Tanggung jawab 3. Kejujuran 4. Kecermatan/ Ketelitian 5. Menghargai perbedaan 6. Bekerja dalam kelompok 7. Sopan dalam

1. Membaca grafik 2. Membaca data 3. Membaca referensi yang mendukung hasil praktikum 4. Menginterpretasi data 5. Membuat narasi laporan dan 10

. Jenis Kegiatan

Pengorganisasian kegiatan dan pemberian tugas

Pelaksanaan Kegiatan

Strategi Penguatan Pendidikan Karakter yang bermuatan pendidikan karakter 3. Menyusun Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang bermuatan pendidikan karakter dan literasi 1. Meminta guru pengampu untuk melakukan penguatan pendidikan karakter dan literasi 2. Menugaskan guru untuk melakukan apresiasi berupa penilaian atau penghargaan bagi peserta didik yang menunjukan peningkatan dalam pendidikan karakter dan literasinya 1. Memberikan motivasi pengembangan karakter dan literasi dengan cerita tentang tokoh penemu bidang sains yang relevan dengan topik praktikum. 2. Memfasilitasi siswa agar dapat mengembangkan karakter selama kegiatan praktikum, baik

Karakter yang Dikembangkan menyampaikan pendapat

Literasi yang Dikembangkan pembahasan 6. Menyimpulkan hasil percobaan

1. Membuat lembar 1. Membuat tugas di observasi LKPD yang karakter dan mendorong siswa literasi baik untuk untuk membaca guru maupun referensi dan untuk peserta mengembangkan didik (penilaian nalarnya. diri dan penilaian 2. Menyiapkan antar teman) penghargaan baik 2. Membagi tugas berupa nilai atau agar siswa dapat reward lainnnya melakukan yang memotivasi penilaian antar siswa yang teman dalam meningkat kelompok kemampuan literasinya.

1. Disiplin 2. Tanggung jawab 3. Kecermatan/ Ketelitian 4. Menghargai perbedaan 5. Bekerja dalam kelompok 6. Sopan dalam menyampaikan pendapat

1. Membaca grafik 2. Membaca data 3. Membaca referensi yang mendukung hasil praktikum 4. Menginterpretasi data

11

Strategi Penguatan Pendidikan Karakter melalui contoh, simulasi, atau arahan yang bersifat verbal. 3. Melakukan observasi dan penilaia aspek karakter dan literasi dengan dengan mencatat modus pada buku jurnal. 1. Memfasilitasi 1. Penutup siswa untuk 2. membuat pembahasan hasil interpretasi data. 3. 2. Memfasilitasi peserta didik untuk membuat kesimpulan hasil percobaan Guna menguatkan literasi, pengelola . Jenis Kegiatan

Karakter yang Dikembangkan

Kejujuran Kemampuan mengemukakan pendapat Kecermatan/ ketelitian

Literasi yang Dikembangkan

1. Membuat narasi laporan dan pembahasan 2. Menyimpulkan hasil percobaan

laboratorium dapat mewujudkan

lingkungan laboratorium yang kaya teks dengan menempelkan data-data administrasi, inventarisasi, petunjuk, dan tata tertib yang penting di lingkungan laboratorium IPA.

12

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Laboratorium adalah suatu ruangan atau bangunan yang dimiliki suatu sekolah atau madrasah yang di dalamnya dilengkapi sarana dan prasarana, baik itu peralatan maupun bahan-bahan yang digunakan untuk kepentingan pelaksanaan eksperimen, praktek pembelajaran IPA, dan penemuan ilmiah melalui pengalaman langsung dalam membentuk keterampilan. Kegiatan laboratorium sangat relevan digunakan untuk penguatan pendidikan karakter (implementasi kurikulum dalam kegiatan laboratorium) dan menguatkan literasi peserta didik karena banyak aktivitas yang membutuhkan kemampuan berbasis penguasaan dan pemahaman referensi seperti membaca atau membuat grafik, menyusun dan menginterpretasi data dalam bentuk tabel dan narasi, membandingkan hasil paraktikum dengan referensi, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan lainnnya. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya melalui praktikum. Literasi juga terkait dengan kehidupan peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya.

B. Saran Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan dosen pengampu sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.

13

DAFTAR PUSTAKA

BSNP. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 67 Tahun 2013

tentang

Kerangka

Dasar

dan

Struktur

Kurikulum

Sekolah

Dasar/Menengah. Jakarta: BSNP Press. Darsana, I Wayan. Sadia, I Wayan. Tika, I Nyoman. 2014. Analisis Standar Kebutuhan Laboratorium Kimia dalam Implementasi Kurikulum 2013 pada SMA Negeri di Kabupaten Bangli. Vol. 4 Tahun 2014. E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha.

Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha. Depdikbud. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

26

Tahun

2008

tentang

Standar

Tenaga

Laboratorium

Sekolah/Madrasah. Kemendikbud. 2017. Panduan Pengelolaan dan Pemanfaatan Laboratorium IPA. Cetak ke-3. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. Rahayu, Kibtiyah Sri. Nuswowati, Murbangun. Kasmui. 2017. Analisis Kesiapan Laboratorium Kimia dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMA Negeri Se-Kabupaten Jepara. Vol. 11 No.1. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Sari, Annisa Ratna. 2013. Manajemen Laboratorium. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

14

Related Documents


More Documents from "Priska"