Makalah Ilmu Penyakit Dalam Ii.docx

  • Uploaded by: Tri Tulasi
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ilmu Penyakit Dalam Ii.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,317
  • Pages: 13
MAKALAH ILMU PENYAKIT DALAM II “ATEROSKLEROSIS”

MARIA INOCENSIA TULASI 1609010040

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya,

saya

dapat

menyelesaikan

makalah

ilmu

penyakit

dalam

tentang

“Aterosklerosis” ini tepat pada waktunya. Saya

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah ilmu penyakit dalam yang telah memberikan tugas makalah ini sebagai penambah nilai dan juga sebagai bahan belajar. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritikan serta masukan yang membangun sangat saya harapkan demi perbaikan pembuatan makalah berikutnya. Akhir kata, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Kupang, Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

1.2

Rumusan Masalah

1.3

Tujuan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1

Defenisi Aterosklerosis

2.2

Etiologi dan faktor predisposisi

2.3

Patofisiologi

2.4

Gejala klinis

2.5

Diagnosa

2.6

Terapi dan pencegahan (pengobatan)

BAB III 3.1

PENUTUP

Simpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu cardiac dan vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup sistem sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal di jantung, yaitu sebuah pompa berotot yang berdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung, ke seluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri, arteriol, dan kapiler kemudian kembali ke jantung melalui venula dan vena (Kendran, 2017). Menurut (Kendran, 2017) fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen (O2) ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme berupa karbondioksida (CO2). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paruparu, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang karbondioksida (disebut sirkulasi pulmonal). Kemudian jantung mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh (disebut sirkulasi sistemik). Dengan struktur dan sistem kerja yang kompleks tersebut tidak jarang jantung juga mengalami gangguan yang salah satunya berupa aterosklerosis (Kendran, 2017).. Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat. Aterosklerosis terjadi bila arteri koroner tersumbat dan menyempit, sehingga menghambat aliran darah ke otot jantung. Tanpa darah yang mencukupi, jantung akan kekurangan oksigen dan nutrien vital yang dibutuhkan jantung untuk bekerja sebagaimana mestinya. Bila satu pembuluh atau lebih arteri koroner tertutup total, dapat menyebabkan serangan jantung dan akhirnya terjadi kematian (Lewis et al., 2004).

1.2

Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini yaitu :  Apa itu aterosklerosis?  Bagaimana etiologi, gejala klinis, dan patofisiologi dari aterosklerosis?  Bagaimana

diagnosa

dan

terapi

serta

pencegahan

(pengobatan)

untuk

aterosklerosis? 1.3

Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui defenisi, etiologi, gejala klinis, patofisiologi, dan diagnosa serta terapi serta pencegahan (pengobatan) dari aterosklerosis.

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Defenisi Aterosklerosis Arteri adalah pembuluh yang mengalirkan darah keluar dari jantung untuk diedarkan ke paru-paru atau ke seluruh tubuh. Strukturnya terdiri atas tunika intima, tunika media, dan tunika adventisia yang dibatasi dengan interna elastik lamina dan eksterna elastik lamina. Berhadapan dengan lumen arteri, terdapat sel endotelium. Tunika media mayoritas diisi oleh sel-sel otot polos (Ross, 1999).. Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit vaskuler arteriosclerotic berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan sklerosis (pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media. Aterosklerosis merupakan penyakit pada arteri yang ditandai dengan penebalan dinding arteri karena proliferasi sel otot polos tunika media, akumulasi lipid yang disertai dengan pembentukan jaringan fibrosa, kalsifikasi dan berhubungan dengan perubahan tunika intima (Ross, 1999). Aterosklerosis merupakan proses inflamasi yang terutama mengenai arteri-arteri berukuran sedang, yaitu arteri karotis, arteri koronaria, cabang besar aorta torakalis dan aorta abdominal, dan pembuluh darah besar ekstremitas bawah. Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ vital lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung. Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri serbrum (Kagawa, 1998).

2.2

Etiologi dan faktor predisposisi Aterosklerosis disebabkan karena penimbunan lemak, kalsium. komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai aleroma atau plak.

Beberapa faktor predisposisi dari aterosklerosis adalah umur dan ras hewan. Pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seekor hewan mulai tua. Namun sekarang bukan hanya pada hewan yang mulai tua, tetapi juga pada hewan muda. Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi fenomena alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu. Kasus aterosklerosis yang telah dilaporkan terjadi pada anjing dengan ras Miniature Schnauzer, Doberman Pinscher, Labrador Retriever dan Portuguese Water Dog (Kendran, 2017).

Gambar 1. Tanda panah menunjukan adanya timbunan lemak pada endotel jantung anjing (Kagawa, 1998)

2.4

Patofisiologi Aterogenesis merupakan segmentasi perkembangan plak aterosklerosis, mulai dari arteri normal, kemudian berkembang menjadi garit lemak (fatty streak), ateroma atau plak fibrosa (fibrous plaque), dan komplikasi lesi (lesio complication) (Gambar 2).

Gambar 2. Aterogenesis yang menggambarkan segmentasi terbentuknya plak aterosklerosis, mulai dari arteri normal, muncul garit lemak, menjadi plak fibrosa (ateroma), dan berkembang menjadi komplikasi lesi aterosklerosis (Ross, 1999).

Arteriosklerosis yang berarti pengerasan dinding arteri adalah istilah umum bagi penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis merupakan bentuk arteriosklerosis yang paling sering, dan secara karakteristik ditandai oleh adanya lesi pada intima yang disebut bercak ateroma. Bercak ini dapat menonjol ke dalam dan menutupi lumen pembuluh darah, serta dapat melemahkan tunika media dibawahnya. Dalam perkembangan aterosklerosis maka pembentukan bercak ateroma sepanjang dinding pembuluh darah arteri akan menyebabkan pembuluh darah itu menyempit dan mengeras (Poppy, 2009). Pembentukan bercak ateroma diawali oleh adanya fatty streak, yang merupakan lesi terawal dari aterosklerosis. Fatty streak ini tidak menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah dan tidak menyebabkan gangguan aliran darah. Biasanya fatty streak muncul sebagai bintik pipih berwarna kuning, multipel, dengan diameter < 1 mm, yang menyatu dalam larikan panjang sekitar 1 cm atau lebih (Poppy, 2009). Fatty streak terdiri dari sel makrofag dan sel otot polos dengan sitoplasma distensi karena mengandung lemak dan membentuk sel busa. Pembentukan bercak ateroma atau disebut juga ateromatosa, atau bercak fibrolipid (fibrous atau fibrofatty) merupakan proses utama pada aterosklerosis dan secara morfologik ditandai oleh penebalan tunika intima dan penimbunan lemak. Bercak ateroma berupa suatu lesi fokal yang meninggi pada tunika intima, lembut, warna kekuningan dengan bagian pusat mengandung lemak (terutama terdiri dari kolesterol dan ester kolesterol), ditutupi oleh suatu penutup warna putih yang keras disebut fibrous cap. Ukuran bercak ateroma bervariasi 0,3-1,5 cm, kadang-kadang menyatu sehingga membentuk massa yang lebih besar. Umumnya bercak ateroma secara progresif terus menerus berubah, menjadi lebih besar, terdapat kematian sel dan degenerasi, sintesis dan degradasi matriks ekstrasel (remodeling) dan organisasi trombus. Manifestasi klinik akibat aterosklerosis terutama disebabkan oleh karena penyempitan arteri, dan bila penyempitan >70% maka dapat terjadi iskemik pada organ yang dipasoknya (Poppy, 2009). Pada stadium lanjut bercak-bercak ateroma dapat mengalami komplikasi yang secara klinis sangat berarti. Komplikasi dapat berupa ruptur fokal, ulserasi, atau erosi fokal dari permukaan lumen bercak ateroma, perdarahan ke dalam bercak serta trombosis yang merupakan komplikasi yang penting dan paling ditakuti karena dapat

menyebabkan penutupan arteri sebagian atau secara total, kalsifikasi, dan dilatasi aneurisma (Poppy, 2009). 2.4

Gejala klinis Deposit lemak yang menumpuk menyebabkan terbentuknya lesi yang lama kelamaan akan membesar dan menebal sehingga mempersempit arteri dan menghambat aliran darah, akhirnya pembuluh darah akan mengeras dan bersifat kurang lentur. Aterosklerosis ditandai dengan pengendapan lemak yang ditemukan di seluruh kedalaman tunika intima, meluas ke tunika media. Kolesterol dan trigliserid di dalam darah terbungkus di dalam protein pengangkut lemak yang disebut lipoprotein. Lipoprotein berdensitas tinggi HDL (High Density Lipoprotein) membawa lemak ke luar sel untuk diuraikan, dan diketahui bersifat protektif melawan arteriosklerosis. Namun, lipoprotein berdensitas rendah LDL (Low Density Lipoprotein) dan lipoprotein berdensitas sangat rendah VLDL (Very Low Density Lipoprotein) membawa lemak ke sel tubuh, termasuk sel endotel arteri, oksidasi kolesterol dan trigliserida menyebabkan pembentukan radikal bebas yang diketahui merusak selsel endotel (Galkina, 2009). Sebelum terjadi komplikasi, biasanya aterosklerosis tidak menunjukan tanda klinis yang khas. Tanda klinis yang muncul hampir sama dengan tanda klinis pada penyakit gangguan sirkulasi lainnya seperti: aritmia, takikardia, letargi, anorexia, lemah, dyspnoea, kolaps, lumpuh, dan coma. Saat dipalpasi di bagian thoraks anjing akan merasa nyeri dan saat diauskultasi akan terdengar suara mur-mur. Jika tidak ditangani lebih lanjut maka aterosklerosis akan menyebabkan serangan jantung atau stroke (Kendran, 2017).

2.5

Diagnosa Untuk mendiagnosis ateroskleloris hal yang pertama kali dilakukan adalah dengan menanyakan anamnesis pasien seperti: umur, ras, jenis kelamin, tanda klinis yang diamati oleh pemilik, dan pola makan pasien. Setelah itu dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti tes laboratorium untuk mendapatkan nilai hati, protein, lipid dan gkukosa dan dilanjutkan dengan diagnosa penunjang seperti arteriografi. Pemeriksaan lebih lanjut jika aterosklerosis sudah mengalami komplikasi dapat dilakukan dengan cara MRI dan CT scan (Ettinger, 2005). Pemeriksaan laboratorium menggunakan tes biokimia serum darah yang sudah mencakup nilai fungsi hati, lipid, protein, dan glukosa.

2.6

Terapi dan pencegahan (pengobatan). Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan cara memperhatikan porsi makan hewan dan jadwal pemberian makan pada hewan, khususnya untuk hewan yang sudah disteril karena nafsu makan hewan yang sudah disteril akan meningkat sedangkan aktifitas hewan tersebut agak sedikit menurun. Kurangi makanan berlemak dan berikan makanan yang kaya antioksidan untuk hewan tersebut. Beberapa penelitian pada hewan dan manusia dengan keadaan hiperkolesterolemia membuktikan bahwa protein nabati dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Menurut Ulbrich dan Southgate (1991) makanan yang tinggi kolesterol dan tinggi asam lemak jenuh cenderung meningkatkan kolesterol darah yang menyebabkan terjadinya hiperkolesterolemia. Salah satu bahan pangan yang mengandung banyak protein nabati adalah kedelai. Menurut Edward (2008), kedelai hitam mengandung lesitin yang bersifat mengemulsi kolesterol dalam darah, sehingga tidak ada lagi penyempitan dan penyumbatan pada pembuluh darah. Selain lesitin, zat gizi lain yang dapat menurunkan kolesterol adalah isoflavon yang berfungsi sebagai antioksidan dan mampu menurunkan LDL. Selain lesitin dan isoflavon, kedelai juga mengandung vitamin E (tokoferol) yang juga dapat membantu mencegah terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke. Vitamin E ini juga mampu mencegah teroksidasinya kolesterol LDL, sehingga tidak menimbulkan plak yang menyebabkan tersumbatnya pembuluh darah arteri, dan menghindari terjadinya aterosklerosis. Pengobatan aterosklerosis dapat dilakukan dengan pemberian obat sebagai berikut: Nitrat Nitrat adalah obat vasilidator (pelebar pembuluh darah) yang merileksasikan dinding pembuluh darah. Pada waktu yang sama pelebaran arteri koroner memperbaiki aliran darah ke otot jantung. Nitrat yang paling sering dipakai adalah glyseryl trinitrate, isosorbide dinitrate (ISDN), isosorbide mononitrate (ISMN). Contoh-contoh buatan komersial adalah Nitrobin, Nitrobat, Notroderm, Nitromark, Nitrodisc, Isordil, Sorbitrate, Isomark, Isoket, Ismo, Cedocard, Vascardin, Imdur, Fasorbid, Nitrostat, Deponit, Isosorbid, Isoket, Elantan, dan Pentacard (Kendran, 2017). Beta Blocker Beta Blocker menghambat aksi adrenalin pada ujung-ujung syaraf yang mempengaruhi denyutan jantung dan kekuatan kontraksi. Oleh aksi ini dikurangi jumlah pekerjaan yang dilakukan oleh jantung, dan karena itu mengurangi keperluan

oksigen otot jantung. Beta Blocker adalah obat yang efektif untuk perawatan dan pencegahan hipertensi dan untuk kontrol aritmia jantung tertentu. Contoh-contoh buatan komersial adalah Sektral, Tenormin, Betablok, Visken, Inderal, Lopressor, Farnormin, Alpresol, Prestoral, Farnagard, Propadex, Propranolol, Cardiosel, Farmadral, Mikelan, Nederal, Trasicor, Seloken, Blockard, Decreten, Internolol, Selozok,Corgard, Trasicor, Concor, Corbutol, Maintate dan Losartan (Kendran, 2017).. Calsium Channel Blocker Obat macam ini memiliki khasiat mengendurkan dinding arteri koroner sehingga mencegah kekejangan koroner. Lagipula mereka berlaku langsung pada sel-sel otot jantung yang menyebabkan sedikit berkurang dalam kemampuan kontrasi, dan karena itu mengurangi permintaan oksigen miokardial. Calsium channel blockers efektif pada perawatan dan pencegahan angina, dapat juga melebarkan arteri sekeliling sehingga mengurangi tekanan darah. Karena itu, obat ini juga dipakai dalam perawatan hipertensi. Contoh-contoh buatan komersial adalah Herbesser, Adalat, Isoptin, Carpedin, Norvasc, Farmalat, Farmabes, Coronipin, Corpamil, Nifecard, Nifedin, Nifedipine, Plendil, Vasdalat, Dilmen, Loxen, Pincard Xepalat, Dilitiazem, Verapamil, Cardyne, Fedipin, Lacipil, Safcard, Cardizem, Cordalat, Tensivask, Ficor dan Kemolat (Kendran, 2017).

BAB III PENUTUP

3.1

Simpulan 

Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit, makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunika media.



Aterosklerosis disebabkan karena penimbunan lemak, kalsium. komponen darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut dikenal sebagai aleroma atau plak.



Beberapa faktor predisposisi dari aterosklerosis adalah umur dan ras hewan.



Aterogenesis merupakan segmentasi perkembangan plak aterosklerosis, mulai dari arteri normal, kemudian berkembang menjadi garit lemak (fatty streak), ateroma atau plak fibrosa (fibrous plaque), dan komplikasi lesi (lesio complication).



Tanda klinis yang muncul hampir sama dengan tanda klinis pada penyakit gangguan sirkulasi lainnya seperti: aritmia, takikardia, letargi, anorexia, lemah, dyspnoea, kolaps, lumpuh, dan coma.



Pengobatan aterosklerosis dapat dilakukan dengan pemberian obat seperti nitrat, beta blocker, calsium channel blocker.

DAFTAR PUSTAKA

Ettinger, S. J. dan E. C. Feldman. 2005. Textbook of Veterinary Internal Medicine. Vol. 2. 6th Ed. St. Louis, Missouri: Elsevier Inc. Galkina, E & Ley K. 2009. Immune and inflammatory mechanisms of atherosclerosis. Annu Rev Immunol 27:165–197. Kagawa, Y et al. 1998. Systemic atherosclerosis in dogs: histopathological and immunohistochemical studies of atherosclerotic lesions. J Comp Pathol 118(3):195-206. Kendran S. S. A. 2017. Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Atherosklerosis Anjing. Laboratorium Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana : Denpasar. Lewis R, Gaffin D, Hoefnagels M, Parker B. 2004. Life fifth edition. London. McGraw Hill Book Company. Inc.Pp 699-703. Poppy M. Lintong. 2009. Perkembangan Konsep Patogenesis Aterosklerosis. Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal Biomedik, Vol 1(1): 12-22. Ross R. 1999. Atherosclerosis An Inflammatory Disease. NEJM 340: 115-126. Ulbricht, T.L.V. and D.A.T. Southgate. 1991. Coronary Heart Disease. Lancet. 338: 981991.

Related Documents


More Documents from "Febrila Harmaini"