MAKALAH IKM
PENYAKIT MEASLES DOSEN PENGAMPU : Lukito Mindy Cahyo, SKG.,MPH KELOMPOK 5 TEORI 1 ANGGOTA : 1. Uyun Naila Kautsar
( 20171272B )
2. Wine Rahmi Dewi
( 20171273B )
3. Riski Amaliya
( 20171274B )
4. Refliana Kushariyanti
( 20171275B )
5. Alfi Nur Azizah
( 20171276B )
FAKULTAS FARMASI PRODI D3 FARMASI UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2018
KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul “penyakit measles” ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas akhir semester 3 untuk mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat . Melalui makalah ini, saya berharap agar saya dan pembaca mampu mengenal lebih jauh mengenai bakteri . Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini . Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Kami berharap agar makalah yang telah kami susun ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca dan penulis yang lain. Kami juga berharap agar makalah ini menjadi acuan yang baik dan berkualitas. Surakarta,
Desember 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2 DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3 BAB 1 ............................................................................................................................................................. 4 PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4 1.
Latar Belakang................................................................................................................................... 4
2.
Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 5
3.
Tujuan ............................................................................................................................................... 5
4.
Manfaat ............................................................................................................................................. 5
BAB 2 ............................................................................................................................................................. 6 PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 6 1.
Definisi .............................................................................................................................................. 6
2.
Epidemiologi ..................................................................................................................................... 6
3.
Etiologi .............................................................................................................................................. 7
4.
Patofisiologi....................................................................................................................................... 7
5.
Gejala klinis ....................................................................................................................................... 8
6.
Pengobatan ....................................................................................................................................... 9
7.
Pencegahan ..................................................................................................................................... 10
BAB 3 ........................................................................................................................................................... 12 PENUTUP ..................................................................................................................................................... 12 1.
Kesimpulan...................................................................................................................................... 12
2.
Saran ............................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 13 LAMPIRAN ................................................................................................................................................... 14
BAB 1
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Measles/campak/morbili, atau yang dikenal sebagai rubeola, merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, meskipun penyakit ini dikenal sebagai penyakit saat masih kecil. Gejala klinis measles adalah demam, batuk, coryza, konjungtivitis, dan tanda patognomonik yaitu koplik spot, dan diikuti dengan ruam makupapular eritemm yang muncul pada hari ketiga sampai hari ketujuh. Campak timbul karenaterpapar droplet yang mengandung viruscampak. Sejak program imunisasi campakdicanangkan, jumlah kasus menurun, namunakhir-akhir ini kembali meningkat. DiAmerika Serikat, timbul KLB (Kejadian LuarBiasa) dengan 147 kasus sejak awal Januarihingga awal Februari 2015. Di Indonesia,kasus campak masih banyak terjadi dantercatat peningkatan jumlah kasus yangdilaporkan pada tahun 2014. Suatu keadaan imunosupresi umum yang disertai campak akut merupakan predisposisi terjadinya otitis media bakterial dan bronkopneumonia. Pada sekitar 0,1% dari kasus, campak menyebabkan ensefalitis akut. Subakut sclerosing panencephalitis (SSPE) merupakan penyakit degeneratif kronis yang jarang terjadi beberapa tahun setelah infeksi campak. Setelah vaksin campak efektif diperkenalkan pada tahun 1963, kejadian campak menurun secara signifikan. Namun demikian, campak tetap menjadi penyakit yang umum di daerah-daerah tertentu dan hampir 50% dari 1,6 juta kematian yang disebabkan setiap tahun oleh penyakit anak dapat dicegah dengan vaksin. Insiden campak meningkat di Amerika Serikat dan di seluruh dunia, dengan wabah dilaporkan terutama pada populasi dengan tingkat vaksinasi yang rendah. Perawatan suportif merupakan terapi yang diperlukan pada pasien campak. Suplementasi Vitamin A saat fase campak akut secara signifikan dapat mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas.
2. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Apa definisi dari penyakit campak/ measles ? 2. Apa epidemiologi dari penyakit campak/ measles ? 3. Apa etiologi dari penyakit campak/measles ? 4. Apa patofisiologi yang ditimbulkan dari penyakit campak/ measles ? 5. Bagaimana gejala klinis yang ditimbukan dari penyakit campak/ measles ? 6. Apa saja pengobatan yang dilakukan untuk penyakit campak/measles ? 7. Bagaimana cara pencegahan dari penyakit campak/measles ?
3. Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit campak/ measles 2. Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit campak/ measles 3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit campak/measles 4. Untuk mengetahui patofisiologi yang ditimbulkan dari penyakit campak/ measles 5. Untuk mengetahui gejala klinis yang ditimbukan dari penyakit campak/ measles 6. Untuk mengetahui
pengobatan apa saja yang dilakukan untuk penyakit
campak/measles 7. Untuk mengetahui cara pencegahan dari penyakit campak/measles
4. Manfaat Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk : 1. Tenaga Kesehatan Bisa menambah pengetahuan, referensi tentang penyakit campak/measles 2. Bagi Mahasiswa a. Mahasiswa dapat mengetahui segala hal tentang penyakit campak/measles b. Mahasiswa dapat menyebarkan pengetahuan tentang penyakit campak/measles 3. Bagi Masyarakat a. Masyarakat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit campak/measles b. Masyarakat mengetahui bagaimana cara pencegahan penyakit campak/measles
BAB 2
PEMBAHASAN 1. Definisi Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia dan rubeola (bahasa Latin), yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia dikenal dengan nama mislingar dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit. Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular yang di tandai dengan demam, batuk, konjungtivis (peradangan selaput ikat mata / konjungtiva) dan ruam kulit. Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2 – 4 hari sebelum timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Sebelum vaksinasi campak di gunakan secara meluas. Wabah campak terjadi setiap 2 – 3 tahun, terutama pada anak – anak usia prasekolah dan anak – anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini. Penyakit campak adalah penyakit menular saluran pernapasan akut yang diakibatkan virus campak. Dalam kliniknya termanifestasi pada gejala demam, radang saluran pernafasan atas, radang selaput mata, bintik selaput lendir campak dan bintul kulit. 2. Epidemiologi Penyakit campak bersifat endemik di seluruh dunia, pada tahun 2013 terjadi 145.700 kematian yang disebabkan oleh campak diseluruh dunia (berkisar 400 kematian setiap hari atau 16 kematian setiap jam) pada sebagian besar anak kurang dari 5 tahun. Berdasarkan laporan DirJen PP&PL DepKes RI tahun 2014, masih banyak kasus campak di Indonesia dengan jumlah kasus yang dilaporkan mencapai 12.222 kasus. FrekuensiKLB sebanyak 173 kejadian dengan 2.104 kasus. Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia prasekolah dan usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus) dan pada kelompok umur 1-4 tahun (3383 kasus).2
3. Etiologi Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus Morbillivirus, famili Paramyxoviridae.Virus ini darifamili yang sama dengan virus gondongan(mumps), virus parain_uenza, virus humanmetapneumovirus, dan RSV (RespiratorySyncytial Virus).Virus campak berukuran 100-250 nm danmengandung inti untai RNA tunggal yangdiselubungi dengan lapisan pelindung lipid.Virus campak memiliki 6 struktur proteinutama. Protein H (Hemagglutinin) berperan penting dalam perlekatan virus ke sel penderita. Protein F (Fusion) meningkatkan penyebaran virus dari sel ke sel. Protein M (Matrix) di permukaan dalam lapisan pelindung virus berperan penting dalam penyatuan virus. Di bagian dalam virus terdapat protein L (Large), NP (Nucleoprotein), dan P (Polymerase phosphoprotein). Protein L dan P berperan dalam aktivitas polimerase RNA virus, sedangkan protein NP berperan sebagai struktur protein nucleocapsid. Karena virus campak dikelilingi lapisan pelindung lipid, maka mudah diinaktivasi oleh cairan yang melarutkan lipid seperti eter dan kloroform. Selain itu, virus juga dapat diinaktivasi dengan suhu panas (>37 C), suhu dingin (<20 C), sinar ultraviolet, serta kadar (pH) ekstrim (pH <5 dan >10). Virus ini jangka hidupnya pendek (short survival time), yaitu kurang dari 2 jam.
4. Patofisiologi Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita. Virus campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran napas.Setelah melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah penyebaran ini, terjadi viremia primer disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di limpa, hati, dan kelenjar limfe. Multiplikasi virus juga terjadi di tempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi, terjadi viremia sekunder di seluruh tubuh terutama di kulit dan saluran pernapasan. Pada hari ke-11 sampai hari ke14, virus ada di darah, saluran pernapasan, dan organ-organ tubuh lainnya, 2-3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel epitel, monosit, dan makrofag.
5. Gejala klinis Gejala klinis terjadi setelah masa inkubasi,terdiri dari tiga stadium:
1. Stadium prodromal: berlangsung kirakira3 hari (kisaran 2-4 hari), ditandai dengandemam yang dapat mencapai 39,50C ± 1,1C.Selain demam, dapat timbul gejala berupamalaise, coryza (peradangan akut membranmukosa rongga hidung), konjungtivitis (matamerah), dan batuk. Gejala-gejala saluran pernapasan menyerupai gejala infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus-viruslain. Konjungtivitis dapat
disertai
mata
berairdan
sensitif
terhadap
cahaya
(fotofobia).
Tandapatognomonik berupa enantema mukosabuccal yang disebut Koplik spots yang munculpada hari ke-2 atau ke-3 demam. Bercak iniberbentuk tidak teratur dan kecil berwarnamerah terang, di tengahnya didapatkan noda putih keabuan. Timbulnya bercak Koplik ini hanya sebentar, kurang lebih 12 jam, sehingga sukar terdeteksi dan biasanya luput saat pemeriksaan klinis. 2. Stadium eksantem: timbul ruam makulopapular dengan penyebaran sentrifugal yang dimulai dari batas rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dada, ekstremitas atas, bokong, dan akhirnya ekstremitas bawah. Ruam ini dapat timbul selama 6-7 hari. Demam umumnya memuncak (mencapai 40C) pada hari ke 23 setelah munculnya ruam. Jika demam menetap setelah hari ke-3 atau ke-4 umumnya mengindikasikan adanya komplikasi. 3. Stadium penyembuhan (konvalesens): setelah 3-4 hari umumnya ruam berangsur menghilang sesuai dengan pola timbulnya. Ruam kulit menghilang dan berubah kecoklatan yang akan menghilang 7-10 hari.
6. Pengobatan Tidak ada obat spesifik untuk mengobati penyakit campak. Obat yang diberikan hanya untuk mengurangi keluhan pasien. Pada hakikatnya penyakit campak akan sembuh dengan sendirinya. Vitamin A dengan dosis tertentu sesuai dengan usia anak dapat diberikan untuk meringankan penyakit campak (agar tidak terlalu parah). Jika anak menderita radang paru dan otak sebagai komplikasi dari campak, maka anak harus segera dirawat di rumah sakit. Penderita Campak tanpa komplikasi dapat berobat jalan. Sehingga pengobatannya bersifat symptomatikk, yaitu memperbaiki keadaan umum atau untuk mengurangi gejalanya saja dalam hal ini : a. Anak memerlukan istirahat di tempat tidur. b. Kompres dengan air hangat bila demam tinggi namun dapat diberikan antipiretik bila suhu tinggi parasetamol 7,5-10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam. c. Ekspektoran: gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun: 50-100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. d. Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat atau mengganggu e. Narcotic antitussive (codein) tidak boleh digunakan. f. Mukolitik bila perlu. Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat. Pemberian vitamin A 100.000 IU per oral satu kali. Vitamin A dosis tinggi ( menurut rekomendasi WHO dan UNICEF) Usia 6 bln-1 thn :100.000 unit dosis tunggal Umur > 1 thn : 200.000 unit dosis tunggal. Dosis tersebut diulangi pada hari ke- 2 dan 4 minggu kemudian bila telah didapat tanda defisiensi vitamin A. Apabila terdapat malnutrisi maka pemberian vitamin A ditambah dengan 1500 IU tiap hari. g. Mempertahankan status nutrisi dan hidrasi (cukup cairan dan kalori) Dan bila terdapat komplikasi, maka dilakukan pengobatan untuk mengatasi komplikasi yang timbul seperti : Otitis media akut, sering kali disebabkan oleh karena infeksi sekunder, maka perlu mendapat antibiotik kotrimoksazol-sulfametokzasol. Ensefalitis, perlu direduksi jumlah pemberian cairan ¾ kebutuhan untuk mengurangi edema otak, di samping pemberian kortikosteroid dosis tinggi yaitu:
1. Hidrokostison 100 – 200 mg/hari selama 3 – 4 hari. 2. Prednison 2 mg/kgBB/hari untuk jangka waktu 1 minggu., perlu dilakukan koreksi elektrolit dan ganguan gas darah. Bronchopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda. Enteritis, pada keadaan berat anak mudah dehidrasi. Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terdapat enteritis dengan dehidrasi.
7. Pencegahan Pencegahan
dilakukan
dengan
vaksinasi
campak
ataupun
vaksinasi
MMR
(Measles,Mumps, Rubella). Sesuai jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2014, vaksin campak diberikan pada usia 9 bulan. Selanjutnya,vaksin penguat dapat diberikan pada usia 2tahun. Apabila vaksin MMR diberikan pada usia 15 bulan, tidak perlu vaksinasi campak pada usia 2 tahun. Selanjutnya, MMR ulangan diberikan pada usia 5-6 tahun. Dosis vaksin campak ataupun vaksin MMR 0,5 mL subkutan. Imunisasi ini tidak dianjurkan pada ibu hamil,anak dengan imunodefisiensi primer, pasien tuberkulosis yang tidak diobati, pasien kanker atau transplantasi organ, pengobatan imunosupresif jangka panjang atau anak immunocompromised yang terinfeksi HIV. Anak terinfeksi HIV tanpa imunosupresi berat dan tanpa bukti kekebalan terhadap campak,bisa mendapat imunisasi campak. Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca-vaksinasi campak berupa demam pada 5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi,dan berlangsung selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, yang timbul pada hari ke 7 s/d 10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan gangguan sistem saraf pusat, seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca-imunisasi. Risiko kedua efek samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 di antara 1.000.000dosis vaksin. Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan pada penelitian mencakup 6000 anak berusia1-2 tahun berupa malaise, demam, atau ruam1 minggu setelah imunisasi dan berlangsung2-3 hari. Vaksinasi MMR dapat menyebabkanefek samping demam, terutama karena komponen vaksin campak. Kurang lebih 5-15% anak akan mengalami demam >39,4 0C setelah imunisasi MMR. Reaksi
demam tersebut biasanya berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis pasca-imunisasi terjadi pada <1/1.000.000 dosis.
BAB 3
PENUTUP 1. Kesimpulan Salah satu penyakit yang sering menyerang anak – anak adalah campak. Campak merupakan penyakit yang mudah menular. Campak di sebabkan pelh virus yang di sebut paramyxovirus. Virus ini memasuki tubuh melalui saluran pernafasan bagian atas. Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara. Virus campak mudah menyerang anak dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun. Daya tahan tubuh anak yang lemah dan kondisi tubuh kekurangan gizi menyebabkan anak – anak mudah terserang campak. Inkubasi virus penyebab campak kedalam tubuh terjadi dalam waktu 10 – 14 hari. Gejala – gejala penyakit ini akan tampak setelah inkubasi virus tersebut. Gejala – gejala campak antara lain demam dan menggigil, hidung dan mata berair, batuk – batuk ,nafsu makan turun dan lain lain.Untuk mencegah penyakit campak sebaiknya pada usia tertentu, anak diberikan vaksinasi anticampak. Vaksinasi anti campak biasanya di berikan pada waktu bayi berumur 9 bulan dan cukup satu kali saja. Selain melakukan vaksinasi anticampak, untuk mencegah terjadinya penyakit campak sebaiknya adalah hidup sehat, menjaga kebersihan lingkungan, pakaian dan badan. Linkungan buruk dengan sanitasi rendah merupakan sumber penyakit dan mempermudah penularannnya. Penyakit campak menyerang tubuh dengan kondisi kurang gizi. Kekurangan gizi menyebabkan metabolisme tubuh terganggu pertumbuhan dan perkembangan terhambat, sistem imunitas tubuh pun merupakan sistem penangkal kuman penyakit yang memasuki tubuh juga menyebabkan tubuh tidak dapat merespons untuk membentuk antibody yang akan menangkis serangan kuman penyakit. Oleh karena itu kita perlu menjaga mutu makanan yang kita konsumsi. 2. Saran Diharapkan kepada instansi terkait untuk dapat mencegah peningkatan prevalensi penyakit campak .
DAFTAR PUSTAKA Halim RG, 2016, Campak Pada Anak, Cikarang: CDK-238/ vol.43 no.3
Pudjiadji AH,Hegar B, Handyastuti S,et al, 2009, Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta:IDAI
Kutty P, Rotta J, Bellini W, et al, 2013, Measles, USA: VPD Surveillance Manual, 6th Edition,
LAMPIRAN
a
b
C Gambar a,b,c merupakan ruam makulopapular diarea wajah dan punggung