Makalah Ikm Kelompok 5

  • Uploaded by: Alin Suarliak
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ikm Kelompok 5 as PDF for free.

More details

  • Words: 4,757
  • Pages: 21
TUGAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT “PENGGUNAN OBAT DI RUMAH TANGGA”

Dosen : Ainun Wulandari,S.Farm.,M.Si.,Apt Di Susun Oleh : Novi Oktavia Hutagaol

(15330073)

Ayu Mulyani

(15330081)

Agatha Paskaline Suarliak (15330113)

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA 2018 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4 1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 4 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5 1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 6 2.1 Defenisi obat ...................................................................................................................... 6 2.2 Jenis obat dan alat kesehatan yang perlu tersedia dirumah tangga ................................... 6 2.3 Jumlah yang harus tersedia ............................................................................................... 7 2.4 Cara penyimpanan obat dan alat kesehatan ...................................................................... 7 2.5 Mengenali ciri-ciri obat sudah rusak ................................................................................. 8 2.6 Cara Membuang Obat ................................................................................................... 8 2.7 Cara Penggunaan .............................................................................................................. 9 2.8 Pengelolaan Obat Yang Baik dan Rasional di Rumah Tangga .......................................... 9 BAB III PEMBAHASAN............................................................................................................. 11 3.1 Definisi Swamedikasi ....................................................................................................... 11 3.1.1 Faktor Yang Menyebabkan Meningkatnya Swamedikasi ............................................. 12 3.1.2 Kriteria Obat Yang Digunakan Untuk Swamedikasi .................................................... 13 3.2 Aplikasi Penggunaan Obat di Rumah Tangga ................................................................. 13 3.3 Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi ......................................................................... 14 3.4 Jenis Obat pada Swamedikasi ......................................................................................... 14 3.3.1 Informasi Obat ............................................................................................................. 16 3.5 Pelayanan Swamedikasi................................................................................................... 17 3.6 Masalah Penggunaan Obat Dalam Swamedikasi ............................................................. 18 3.7 Efek samping obat dalam swamedikasi ........................................................................... 18 3.8 Gema Cermat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat) ................................ 19 BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 20 4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 20 4.2 Saran ............................................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 21

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TYME yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “Penggunaan Obat di Rumah Tangga”. Dalam pelaksanaan penyusunan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Tanpa bantuan mereka kami tidak akan menyelesaikan penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, yang dengan tanpa menguragi rasa hormat kami tidak dapat menyebutkan satu persatu. Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan tugas ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari sempurna namun demikian semoga tugas ini dapat memberi sumbangsih yang bermanfaat bagi seluruh bidang kefarmasian di masa sekarang dan di masa mendatang.

Jakarta, 17 Oktober 2018

Penulis

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kesehatan masyarakat (public health) menurut profesor Winslow (Leavel &Clark, 1958) adalah ilmu dan seni mencegah penyakit memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosadini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya. Kesehatan Masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat (Ikatan Dokter Amerika, AMA,1948) Kesehatan menurut WHO (1947) adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sehat menurut UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang mungkin hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemakaian obat banyak sekali yang digunakan untuk mengobati berbagai penyakit. Pengertian obat itu sendiri merupakan bahan yang hanya dengan takaran tertentu dan penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Oleh karena itu, pada saat sebelum penggunaan obat harus diketahui sifat dan cara pemakaian agar penggunaannya tepat dan aman. Informasi tentang obat, utamanya obat bebas dapat diperoleh dari etiket atau brosuryang menyertai obat tersebut. Apabila pasien kurang memahami isi informasi dalam etiket atau brosur obat, dianjurkan untuk menanyakan pada tenaga kesehatan. Obat dalam rumah tangga sangat penting dalam penatalaksanaan kesehatan. Ketaktersediaan obat dasar /sederhana di rumah dapat mengakibatkan kesakitan menjadi lebih parah, apalagi jika penatalaksanaannya tidak tepat dan lambat. Kecelakaan merupakan peristiwa tidak terduga yang menimpa seseorang. Peristiwa tersebut terjadi begitu saja, tidak direncanakan, tidak mengenal waktu, tidak mengenal tempat, dan tidak memilih siapa yang akan mendapatkannya. Kecelakaan dapat berakibat fatal, menimbulkan cacat tubuh atau bahkan tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini sangat tergantung dari faktor penyebab, peristiwa itu sendiri, dan daya tahan korban.

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 4

Penanganan yang tepat dan cepat menentukan keberhasilan penanganan kecelakaan. Jika penanganan tidak tepat dan lambat kondisi pasien dapat menjadi semakin parah. Sebaliknya, jika penatalaksanaan dilakukan dengan cepat dan tepat dapat mencegah kematian atau perburukan kondisi korban. Kecelakaan di rumah tangga cukup tinggi, seperti jatuh dari tangga/pohon, tersayat pisau/pecahan gelas; tersiram air/minyak panas, kemasukan benda asing ke dalam hidung/telinga, salah minum obat, dan sebagainya. Untuk melakukan pertolongan pertama, peralatan dan obat-obatan di rumah sangat terbatas sehingga untuk melakukan pertolongan pertama diperlukan pengetahuan dan keterampilan sederhana yang tidak memperparah kondisi korban. Selain itu, diperlukan ketepatan dalam menentukan kapan dirujuk ke rumah sakit. 1.2 Rumusan Masalah Dalam makalah ini,masalah yang ingin dikaji adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan obat? 2. Apa saja jenis obat dan alat kesehatan yang perlu tersedia dirumah tangga? 3. Bagaimana cara menyimpan obat yang baik dan benar? 4. Bagaimana cara mengenali apakah obat sudah rusak atau kadaluwarsa? 5. Bagaimana cara pemusnahan/pembuangan obat dirumah tangga? 6. Bagaimana pengelolaan obat yang baik dan rasional di rumah tangga? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui definisi dari obat 2. Mengetahui jenis obat dan alat kesehatan yang perlu tersedia dirumah tangga 3. Mengetahui cara menyimpan obat yang baik dan benar 4. Mengetahui cara mengenali apakah obat sudah rusak atau kadaluwarsa 5. Mengetahui cara pemusnahan/pembuangan obat dirumah tangga 6. Mengetahui pengelolaan obat yang baik dan rasional di rumah tangga

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Obat Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 yang membahas mengenai kesehatan disebutkan bahwa obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi.

Obat dapat bersifat sebagai obat dan juga dapat bersifat sebagai racun. Obat bersifat sebagai obat jika tepat dalam pengobatan suatu penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Akan tetapi apabila digunakan penyalahgunaan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebihan maka dapat menimbulkan keracunan, sebaliknya apabila dosis yang diberikan lebih kecil maka tidak akan memperoleh efek penyembuhan. 2.2 Jenis obat dan alat kesehatan yang perlu tersedia dirumah tangga



Obat batuk (anak dan dewasa) ; obat batuk hitam, obat batuk putih, tablet antibatuk



Obat sakit perut / diare ; oralit, carbon adsorbent (norit®), tablet mag



Obat pengurang rasa nyeri/demam ; parasetamol sirup dan tablet, aspirin tablet (khusus dewasa)



Obat untuk alergi ; ctm, salep antihistamin



Obat antimabuk (khusus bagi yang sering bepergian)



Obat yang digunakan secara topical (dioleskan pada kulit) :

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 6



Cairan antiseptic (mercurochom, povidon iodine)



Salep / krim anti histamine



Salep / krim pengurang rasa nyeri (kayu putih, munyak telon, balsam, dll)



Tetes mata

Alat kesehatan yang diperlukan dirumah tangga : 

Kasa pembalut



Pembalut elastik



Kasa steril



Plester biasa maupun yang sudah ada anti infeksinya



Pembalut segitiga (mitela)



Peniti



Pinset



Thermometer



Gelas pencuci mata

2.3 Jumlah yang harus tersedia Jumlah obat dan alkes yang harus tersedia sangat tergantung pada situasi. Tempat/lemari obat yang tersedia. Besar kecil lemari obat tergantung dari jauh tidaknya rumah dengan fasilitas kesehatan, kemudahan mencapainya, serta kejadian di rumah tangga.

2.4 Cara penyimpanan obat dan alat kesehatan

 Kotak/lemari obat ditempatkan pada tempat yang mudah terjangkau, namun tidak

mudah dijangkau oleh anak-anak.  Jangan ditempatkan di daerah yang terkena cahaya matahari langsung, hindari

penempatan pada tempat yang lembab dan basah.  Bahan kotak/lemari obat dapat bermacam-macam, dapat terpisah sendiri (yang ideal),

dapat bersama dengan barang lain, namun harus jelas pemisahannya.  Setiap obat yang disimpan harus diberi etiket/label yang jelas, nama obat, cara

penggunaan, dan tanggal dibeli.  Bedakan label penggunaan obat luar dan obat dalam (yang diminum).  Dikontrol dan dibersihkan secara periodik. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 7

Banyak masyarakat yang belum mempunyai tempat obat yang memadai,sehingga menyimpan obat dalam:  Kantong plastik  Kaleng kue  Kotak/box plastik  Dompet  Dll

2.5 Mengenali ciri-ciri obat sudah rusak Obat cepat menjadi rusak bila terpapar oleh sinar matahari, oleh kelembaban udara, oleh udara yang sangat kering. Untuk mengenali obat sudah rusak atau belum ada beberapa cara yaitu: Berikut ciri-ciri Obat Rusak :         

Terjadi perubahan : Warna,bau,dan/atau rasa Bentuk :Pecah, retak,berlubang,menjadi bubuk Kapsul/puyer/tablet: lembab,lembek,basah,lengket Cairan/salep/krim menjadi keruh,mengental,mengendap,memisah Timbul noda,bintik-bintik Wadah/kemasan rusak Label atau tanggal kadaluwarsa pada obat sudah tak terbaca Sudah lewat batas kedaluwarsa. Etiket tidak terbaca/sobek

Dalam kondisi seperti di atas obat harus dibuang dan jangan digunakan. Perlu diperhatikan pembuangan obat sebaiknya memperhatikan lingkungan, sebaiknya dihancurkan terlebih dahulu baru dibuang di tempat sampah.

2.6 Cara Membuang Obat Obat yang dibuang sembarangan atau cara yang salah dapat membahayakan bagi lingkungan atau dapat dimainkan oleh anak-anak,juga dapat dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk dijual kembali,baik obatnnya atau kemasannya saja .Hal inilah salah satu penyebab mencuatnya kasus vaksin bekas dikumpulkan dan dimanfaatkan untuk membuat vaksin palsu.Tentu saja hal ini tidak dibenarkan dan harus dihindari.

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 8

1. Pisahkan isi obat dari kemasan 2. Lepaskan etiket dan tutp dari wadah atau botol obat,buang secara terpisah 3. Buang isi obat melalui saluran air yang mengalir atau dipendam ke dalam tanah.Obat berbentuk tablet dihancurkan terlebih dahulu 4. Buang dus atau obat blister/strip pembungkus obat setelah digunting terlebih dahulu 5. Buang secara terpisah tutup dan tube (salep atau krim) setelah digunting terlebih dahulu.

2.7 Cara Penggunaan

Untuk menggunakan obat agar aman, pertama kita harus mengetahui aturan pakainya. Untuk pengobatan sendiri atau self-medication kita membatasi tidak lebih dari 2x24 jam gejala tidak berkurang harus segera pergi ke dokter.

2.8 Pengelolaan Obat Yang Baik dan Rasional di Rumah Tangga Data dari riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa dari sejumlah rumah tangga di Indonesia, sebanyak 35,2% menyimpan obat. Alasannya bukan hanya karena dalam pengobatan, tetapi juga untuk persediaan atau obat sisa. Kenyataannya, bisa dikatakan hampir semua keluarga (Rumah Tangga) menyimpan obat. Padahal dalam menyimpan obat, ada aturannya, baik jenis obat yang boleh disimpan, maupun kondisi penyimpanan yang baik dan benar. Fakta yang ada menunjukan bahwa ketidak-rasionalan pengguaan obat sering terjadi, seperti: polifarmasi, penggunaan obat non-esensial, penggunaan antimikroba yang tidak tepat, penggunaan injeksi secara berlebihan, penulisan resep yang tidak sesuai dengan pedoman klinis, ketidakpatuhan pasien (non-compliency) dan pengobatan sendiri secara tidak tepat. Kesalahan yang sering terjadi pada pengobatan sendiri diantaranya karena kurangnya pengetahuan pasien dalam pemakaian obat selama terapi serta pengalaman yang salah, seperti misalnya : pasien yang pernah mengalami diare sembuh setelah disuntik, maka saat kembali mengalami diare pasien pun melakukan suntik lagi. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 9

Penggunaan obat yang rasional harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 

Sesuai dengan indikasi penyakit



Diberikan dengan dosis yang tepat



Interval waktu pemberian yang tepat



Lama pemberian yang tepat



Obat yang diberikan harus efektif, dengan mutu terjamin dan aman



Tersedia setiap saat dengan harga terjangkau

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 10

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definisi Swamedikasi Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek. The International Pharmaceutical Federation (FIP) mendefinisikan swamedikasi atau selfmedication sebagai penggunaan obat-obatan tanpa resep oleh seorang individu atas inisiatifnya sendiri. pengobatan sendiri merupakan upaya yang dilakukan oleh orang awam untuk mengatasi penyakit atau gejala penyakit yang dialami sendiri atau oleh orang sekitarnya, dengan pengetahuan dan persepsi sendiri, tanpa bantuan atau suruhan seseorang yang ahli dalam bidang medis atau obat. Upaya pengobatan sendiri ini dapat berupa pengobatan dengan obat modern atau obat tradisional. Swamedikasi bertujuan untuk meningkatkan kesehatan diri, mengobati penyakit ringan dan mengelola pengobatan rutin dari penyakit kronis setelah melalui pemantauan dokter. Sedangkan fungsi dan peran swamedikasi lebih terfokus pada penanganan terhadap gejala secara cepat dan efektif tanpa intervensi sebelumnya oleh konsultan medis kecuali apoteker, sehingga dapat mengurangi beban kerja pada kondisi terbatasnya sumber daya dan tenaga. Ciri umum mengenai swamedikasi antara lain : a. Dipengaruhi oleh perilaku seseorang yang dikarenakan kebiasaan, adat, tradisi ataupun kepercayaan b. Dipengaruhi faktor sosial politik dan tingkat pendidikan c. Dilakukan bila dirasa perlu d. Tidak termasuk dalam kerja medis profesional e. Bervariasi praktiknya dan dilakukan oleh semua kelompok masyarakat. Dalam penyelenggaraan kesehatan, idealnya swamedikasi menjadi langkah awal yang utama dilakukan masyarakat sebelum berkonsultasi dengan dokter atau dokter spesialis yang ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 11

memang ahli dibidangnya. Swamedikasi dilakukan masyarakat untuk mengatasi gejala penyakit penyakit ringan yang dapat dikenali sendiri. Menurut Winfield dan Richards (1998) kriteria penyakit ringan yang dimaksud adalah penyakit yang jangka waktunya tidak lama dan dipercaya tidak mengancam jiwa pasien seperti sakit kepala, demam, batuk pilek, mual, sakit gigi, dan sebagainya. Keinginan untuk merawat diri, mengurus keluarga yang sakit, kurang puas terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia, dan semakin banyaknya pilihan obat merupakan beberapa contoh faktor yang mendukung pelaksanaan praktik swamedikasi (Phalke et al., 2006). Masyarakat berharap dapat lebih terlibat aktif dalam pengelolaan kesehatan diri dan keluarga. Di zaman modern hal tersebut dapat disimpulkan dengan dua alasan utama, yaitu ketersediaan informasi yang dapat diakses bebas melalui media manapun serta keterbatasan waktu yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan begitu, dimanapun berada, masyarakat cenderung dapat mengatasi masalah kesehatan yang sifatnya sederhana dan umum diderita. Selain itu, cara ini terbukti lebih murah dan lebih praktis Agar penggunaan obat tanpa resep dapat berjalan aman dan efektif, masyarakat harus melaksanakan beberapa fungsi yang biasanya dilakukan secara 8 profesional oleh dokter saat mengobati pasien dengan obat etikal. Fungsi tersebut antara lain : mengenali gejala dengan akurat, menentukan tujuan dari pengobatan, memilih obat yang akan digunakan, mempertimbangkan riwayat pengobatan pasien, penyakit yang menyertai dan penyakit kambuhan, memonitor respon dari pengobatan dan kemungkinan terjadinya ADR. 3.1.1 Faktor Yang Menyebabkan Meningkatnya Swamedikasi Seiring perkembangan zaman dan teknologi, orang – orang sudah sangat sering melakukan swamedikasi atau pengobatan sendiri, hal ini terjadi karena beberapa faktor pendukung, antara lain : 1. Perkembangan teknologi farmasi yang inovatif. 2. Jenis atau merek obat yang beredar telah diketahui atau dikenal masyarakat luas. 3. Berubahnya peraturan tentang obat atau farmasi. 4. Kesadaran masyarakat akan pentingnya arti sehat. 5. Pengaruh informasi atau iklan. 6. Kemudahan mendapatkan obat. 7. Mahalnya biaya kesehatan. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 12

3.1.2 Kriteria Obat Yang Digunakan Untuk Swamedikasi Swamedikasi adalah pengobatan yang dilakukan secara mandiri, dimana obat yang digunakan dapat dengan mudah diperoleh tanpa menggunakan resep dokter. Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep adalah : 1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. 2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. 3. Penggunaannya

tidak

memerlukan

cara

atau

alat

khusus

yang

cara

atau

alat

khusus

yang

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 4. Penggunaannya

tidak

memerlukan

harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. 5. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. 6. Obat

dimaksud

memiliki

rasio

khasiat

keamanan

yang

dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

3.2 Aplikasi Penggunaan Obat di Rumah Tangga Sampai saat ini di tengah masyarakat seringkali dijumpai berbagai masalah dalam penggunaan obat. Diantaranya ialah kurangnya pemahaman tentang penggunaan obat tepat dan rasional, penggunaan obat bebas secara berlebihan, serta kurangnya pemahaman tentang cara menyimpan dan membuang obat dengan benar. Sedangkan tenaga kesehatan masih dirasakan kurang memberikan informasi yang memadai tentang penggunaan obat. Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 35,2% rumah tangga menyimpan obat untuk swamedikasi. Dari 35,2% rumah tangga yang menyimpan obat 35,7% di antaranya menyimpan obat keras dan 27,8% diantaranya 86,1% antibiotik tersebut diperoleh tanpa resep. Hal ini memicu terjadinya masalah kesehatan baru, khususnya resistensi bakteri.

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 13

3.3 Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi Manfaat optimal dari swamedikasi dapat diperoleh apabila penatalaksanaannya rasional. Swamedikasi yang dilakukan dengan tanggungjawab akan memberikan beberapa manfaat yaitu : membantu mencegah dan mengatasi gejala penyakit ringan yang tidak memerlukan dokter, memungkinkan aktivitas masyarakat tetap berjalan dan tetap produktif, menghemat biaya dokter dan penebusan obat resep yang biasanya lebih mahal, meningkatkan kepercayaan diri dalam pengobatan sehingga menjadi lebih aktif dan peduli terhadap kesehatan diri (WHO, 2000). Bagi paramedis kesehatan hal ini amat membantu, terutama di pelayanan kesehatan primer seperti puskesmas yang jumlah dokternya terbatas. Selain itu, praktik swamedikasi meningkatkan kemampuan masyarakat luas mengenai pengobatan dari penyakit yang diderita hingga pada akhirnya, masyarakat diharapkan mampu memanajemen sakit sampai dengan keadaan kronisnya Akan tetapi bila penatalaksanaannya tidak rasional, swamedikasi dapat menimbulkan kerugian seperti: kesalahan pengobatan karena ketidaktepatan diagnosis sendiri; penggunaan obat yang terkadang tidak sesuai karena informasi bias dari iklan obat di media; pemborosan waktu dan biaya apabila swamedikasi tidak rasional; dapat menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan seperti sensitivitas, alergi, efek samping atau resistensi

3.4 Jenis Obat pada Swamedikasi Sesuai dengan peraturan Menteri Kesehatan No. 919/MenKes/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep, antara lain : tidak dikontraindikasikan pada wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan lanjut usia diatas 65 tahun; pengobatan sendiri dengan obat dimaksudkan untuk tidak memberikan risiko lebih lanjut terhadap penyakitnya; dalam penggunaannya tidak diperlukan alat atau cara khusus yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, seperti injeksi; obat yang digunakan memiliki risiko efek samping minimal dan dapat dipertanggungjawabkan Pada

tahun

1998,

khasiatnya WHO

untuk

mensyaratkan

obat

pengobatan yang

digunakan

sendiri. dalam

swamedikasi harus didukung dengan informasi tentang bagaimana cara penggunaan obat; efek terapi yang diharapkan dari pengobatan dan kemungkinan efek samping yang tidak diharapkan; bagimana efek obat tersebut dimonitoring; interaksi yang

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 14

mungkin terjadi; perhatian dan peringatan mengenai obat; lama penggunaan; dan kapan harus menemui dokter. Berdasarkan dua kriteria diatas, kelompok obat yang baik digunakan untuk swamedikasi adalah obat-obat yang termasuk dalam obat Over the Counter (OTC) dan Obat Wajib Apotek (OWA). Obat OTC terdiri dari obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep dokter, meliputi obat bebas, dan obat bebas terbatas. Sedangkan

untuk

Obat

Wajib

Apotek

hanya

dapat

digunakan

dibawah

pengawasanApoteker (BPOM, 2004).

a. Obat Bebas adalah obat yang dijual secara bebas diwarung kelontong, toko obat dan apotek. Pemakaian obat bebas ditujukan untuk mengatasi penyakit ringan sehingga tidak memerlukan pengawasan dari tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan, hal ini dikarenakan jenis zat aktif pada obat bebas relatif aman. Efek samping yang ditimbulkan pun minimum dan tidak berbahaya. Karena semua informasi penting untuk swamedikasi dengan obat bebas tertera pada kemasan atau brosur informasi di dalamnya, pembelian obat sangat disarankan dengan kemasannya. Logo khas obat bebas adalah tanda berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Yang termasuk obat golongan ini contohnya adalah analgetik antipiretik (parasetamol), vitamin dan mineral. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan obat bebas adalah : lihat tanggal kedaluwarsa obat; baca dengan baik keterangan tentang obat pada brosur; perhatikan indikasi penggunaan karena merupakan petunjuk kegunaan obat untuk penyakit; perhatikan dengan baik dosis yang digunakan, untuk dewasa atau anakanak; perhatikan dengan baik komposisi zat berkhasiat dalam kemasan obat; perhatikan peringatan-peringatan khusus dalam pemakaian obat, perhatikan tentang kontraindikasi dan efek samping obat b. Obat Bebas Terbatas Golongan obat ini disebut juga obat W (atau Waarschuwing) yang artinya waspada. Diberi nama obat bebas terbatas karena ada batasan jumlah dan kadar dari zat aktifnya. Seperti Obat Bebas, Obat Bebas Terbatas mudah didapatkan karena dijual bebas dan dapat dibeli tanpa resep dokter. Contoh 12 obat bebas terbatas : obat batuk, obat flu, obat pereda rasa nyeri, obat yang mengandung antihistamin c. Obat Wajib Apotek adalah golongan obat yang wajib tersedia di apotek. Merupakan obat keras yang dapat diperoleh tanpa resep dokter. Obat ini aman dikonsumsi bila sudah melalui konsultasi dengan apoteker. Tujuan digolongkannya obat ini adalah untuk melibatkan apoteker dalam praktik swamedikasi. Tidak ada logo khusus pada golongan obat wajib apotek, sebab secara umum semua obat OWA merupakan obat ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 15

kerasSebagai gantinya, sesuai dengan ketetapan Menteri Kesehatan No 347/MenKes/SK/VII/1990 tentang DOWA 1; No 924/MenKes/PER/X/1993 tentang DOWA 2; No 1176/MenKes/SK/X/1999 tentang DOWA 3 diberikan Daftar Obat Wajib Apotek untuk mengetahui obat mana saja yang dapat digunakan untuk swamedikasi. Obat wajib apotek terdiri dari kelas terapi oral kontrasepsi, obat saluran cerna, obat mulut serta tenggorokan, obat saluran nafas, obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, anti parasit dan obat kulit topical 3.3.1 Informasi Obat Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Pemberian informasi obat ditujukan untuk meningkatkan hasil terapi dengan memaksimalkan penggunaan obat-obatan yang tepat. Informasi tentang obat dan penggunaannya yang perlu diberikan kepada pasien swamedikasi lebih ditekankan pada informasi farmakoterapi yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Adapun informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara lain : 1. Khasiat obat : apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatanyang dialami pasien. 2. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud. 3. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. 4. Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain. 5. Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Apoteker dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 16

6. Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur. 7. Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan dokter 8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan. 9. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat. 10. Cara penyimpanan obat yang baik. 11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa. 12. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak.

3.5 Pelayanan Swamedikasi Untuk melakukan pengobatan sendiri secara benar, masyarakat harus mampu menentukan jenis obat yang diperlukan untuk mengatasi penyakitnya. Hal ini dapat disimpulkan dari beberapa hal: a. Gejala atau keluhan penyakitnya. b. Kondis khusus misalnya hamil, menyusui, bayi, lanjut usia, diabetes mellitus dan lainlain. c. Pengalaman alergi atau reaksi yang tidak diingankan terhadap obat tertentu. d. Nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek samping daninteraksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur obat. e. Pilih obat yang sesuai dengan gejala penyakit dan tidak ada interaksi obat dengan obat yang sedang diminum. f. Berkonsultasi dengan apoteker. Setelah tahap pemilihan dipastikan sesuai, langkah selanjutnya adalah : a. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat mengevaluasi sendiri perkembangan sakitnya. b. Menggunakan obat tersebut secara benar (cara, aturan, lama pemakaian) dan tahu batas kapan mereka harus menghentikan swamedikasi dan segera minta pertolongan petugas kesehatan. c. Mengetahui efek samping obat yang digunakan sehingga dapat memperkirakan apakah suatu keluhan yang timbul kemudian itu suatu penyakit baru atau efek samping obat. d. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan obat tersebut

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 17

3.6 Masalah Penggunaan Obat Dalam Swamedikasi Masalah dalam penggunaan obat pada swamedikasi antara lain meliputi penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman, dan juga tidak ekonomis. Masalah tersebut biasanya dikenal dengan istilah penggunaan obat yang tidak rasional. Pengobatan dikatakan tidak rasional jika: a. Pemilihan obat tidak tepat, maksudnya obat yang dipilih bukan obat yang terbukti paling bermanfaat, paling aman, paling sesuai dan paling ekonomis. b. Penggunaan obat yang tidak tepat, yaitu tidak tepat dosis, tidak tepat carapemberian obat, dan tidak tepat frekuensi pemberian. c. Pemberian obat tidak disertai dengan penjelasan yang sesuai, kepada pasien atau keluarga. d. Pengaruh pemberian obat, baik yang diinginkan atau tidak diinginkan tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak dilakukan pemantauan secara langsung atau tidak langsung. e. Penggunaan obat dikatakan tidak tepat jika risiko yang mungkin terjadi tidak seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari tindakan pemberian suatu obat.

3.7 Efek samping obat dalam swamedikasi Efek samping obat adalah efek tidak diinginkan dari pengobatan dengan pemberian dosis obat yang digunakan untuk profilaksis, diagnosis maupun terapi (WHO, 1972). Beberapa reaksi efek samping obat dapat timbul pada semua orang, sedangkan ada beberapa obat yang efek sampingnya hanya timbul pada orang tertentu (Mariyono dan Suryana, 2008). Secara umum obat-obat yang digunakan dalam praktik swamedikasi cenderung aman, tidak berbahaya dan memiliki angka kejadian timbul efek samping yang rendah (BPOM, 2004). Pada swamedikasi, efek samping yang biasa terjadi : pada kulit, berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas; pada kepala, terasa pusing; pada saluran pencernaan, terasa mual, dan muntah, serta diare; pada saluran pernafasan, terjadi sesak nafas; pada jantung terasa dada berdetak kencang (berdebar-debar); urin berwarna merah sampai hitam Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri sering disebut dengan istilah swamedikasi. Hal tersebut biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan yang muncul pada penyakit ringan yang banyak dialami oleh masyarakat, seperti demam, pusing, batuk, influenza, sakit maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan penyakit lain-lain. Pada pelaksanaan swamedikasi justru dapat menimbulkan sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)karena adanya keterbatasan pengetahuan oleh masyarakat akan obat dan penggunannya Obat dalam rumah tangga sangat penting dalam penatalaksanaan kesehatan. Ketaktersediaan obat dasar /sederhana di rumah dapat mengakibatkan kesakitan menjadi lebih parah, apalagi jika penatalaksanaannya tidak tepat dan lambat. Kecelakaan merupakan peristiwa tidak terduga yang menimpa seseorang. Peristiwa tersebut terjadi begitu saja, tidak direncanakan, tidak mengenal waktu, tidak mengenal tempat, dan tidak memilih siapa yang ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 18

akan mendapatkannya. Kecelakaan dapat berakibat fatal, menimbulkan cacat tubuh atau bahkan tidak meninggalkan bekas sama sekali. Hal ini sangat tergantung dari faktor penyebab, peristiwa itu sendiri, dan daya tahan korban.

3.8 Gema Cermat (Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat)

 Pengertian Gema Cermat Upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka mewujudkan kepedulian, kesadaran, pemahaman dan keterampilan masyarakat dalam menggunakan obat seara tepat dan benar.

 Mengapa Ada Gema Cermat

• • •

Kurangnya pemahaman masyarakat dan kurangnya informasi tentang: Penggunaan antibiotik secara tidak tepat Penggunaan obat keras dan bebas terbatas tanpa informasi tenaga kesehatan Kurangnya pemahaman tetang cara menyimpan dan membuang obat dengan benar

 Dasar Hukum Gema Cermat Melalui SK Menteri HK.02.02/MENKES/427/2005

Kesehatan

Republik

Indonesia

nomor

 Tujuan Gema Cermat  



Meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang penggunaan obat secara benar Meningkatkan kemandirian dan perubahan perilaku masyarakat dalam memilih, mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat secara benar Meningkatkan penggunaan obat secara rasional

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 19

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan  Pengobatan sendiri adalah suatu perawatan sendiri oleh masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di pasaran atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh apoteker di apotek.  Manfaat optimal dari swamedikasi dapat diperoleh apabila penatalaksanaannya rasional. Akan tetapi bila penatalaksanaannya tidak rasional.  Kelompok obat yang baik digunakan untuk swamedikasi adalah obat-obat yang termasuk dalam obat Over the Counter (OTC) dan Obat Wajib Apotek (OWA). Obat OTC terdiri dari obat-obat yang dapat digunakan tanpa resep dokter, meliputi obat bebas, dan obat bebas terbatas. Sedangkan untuk Obat Wajib Apotek hanya dapat digunakan dibawah pengawasan Apoteker (BPOM, 2004)  Penyimpanan obat yang benar,akan mempengaruhi stabilitas obat.Obat sintesis memiliki kandungan zat kimia yang dapat dipengaruhi oleh udara,suhu,kelembaban dan cairan.  Obat kadaluwarsa atau rusak tidak boleh disimpan dan digunakan lagi.Kadaluarsa adalah waktu dalam bulan dan tahun,yang menunjukan batas akhir obat masih aman digunakan.Kadaluwarsa

ditentukan

oleh

pabrik

ssetelah

dilakukan

uji

di

laboratorium,dan cantumkan pada kemasan.

4.2 Saran Demikian makalah ini di susun, tentunya banyak kekurangan baik dalam segi isi atau penyampaiannya.Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan makalah kami.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 20

DAFTAR PUSTAKA 1. Departemen Kesehatan RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI: 2009. 2. Depkes RI. 2006. Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. 3. World Health Organization. 2004. International Stastistical Classification of Disease and Related Health Problem Tenth Revision. Volume 1-3. Ganeva: WHO. 4.

Widiyono.2008.Penyakit

Tropis

Epidemiologi,

Penularan,

Pencegahan

dan

Pemberantasannya. Semarang : Erlangga. 5. Departemen Kesehatan RI., 2000, Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan, Jakarta : Depkes RI.

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Page 21

Related Documents

Makalah Ikm Kelompok 5
October 2019 38
Makalah Kelompok 5.docx
December 2019 28
Makalah Kelompok 5.docx
November 2019 33

More Documents from "Charming Shahnaz"