BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya memfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan positif. Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam segala bidang berpengaruh terhadap meningkatnya kritis masyarakat terhadap mutu pelayanan kebidanan. Sikap etis profesional bidan akan mengikuti dalam setiap langkahnya, termasuk dalam mengambil keputusan dalam merespon situasi yang muncul dalam asuhan. Etik berfokus pada prinsip dan konsep yang membimbing manusia berfikir dan bertindak dalam kehidupannya dilandasi nilai-nilai yang di anutnya. Bidan harus mampu menolong pasien yang dalam kondisi darurat. Beberapa alasannya adalah karena bidan merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat yang mana berhadapan langsung dengan masyarakat itu sendiri. Bidan seringkali dianggap sebagai seseorang yang tau segala hal, mampu mengobati banyak penyakit baik yang berhubungan dengan kebidanan maupun masalah kesehatan secara umum. Selain itu, kontak pertama antara pasien dengan tenaga kesehatan seringkali melibatkan bidan terlebih dahulu, baik itu dalam kondisi darurat maupun tidak.
1.2
Tujuan A. Untuk mengetahui pengertian humanistik B. Untuk mengetahui teori-teori humanistik C. Untuk mengetahui hak dan kewajiban klien D. Untuk mengetahui informed choice dan informed consent E. Untuk mengetahui tindakan-tindakan yang dapat merugikan klien
BAB II PEMBAHASAN 2.1
Pengertian Humanistik Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini scara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikososial. Humanistik adalah suatu teori yang tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Pelayanan kebidanan tanpa dilandasi konsep humanistik bisa dikategorikan tindakan kriminal karena baik secara langsung maupun tidak langsung, tindakaan tidak manusiawi tersebut akan merampas hak klien sebagai pengguna layanan kebidanan. Hal ini tentunya merugikan bagi pengguna jasa maupun pelaksana pelayanan dalam hal ini adalah bidan. Bagi bidan yang tidak menerapkan ilmu humaniora bisa dikatakan telah melanggar kode etiknya dan kepadanya diberikan sanksi yang tegas atas kelalaian yang dibuat baik sengaja maupun tidak disengaja.
2.2
Teori-Teori Humanistik A. Teori Kepribadian Humanistik Menurut Carl Rogers
1
Rogers adalah salah seorang peletak dasar dari gerakan potensi manusia, yang menekankan perkembangan pribadi melalui latihan sensitivitas, kelompok pertemuan, dan latihan lainnya yang ditujukan untuk membantu orang agar memiliki pribadi yang sehat. Dia membangun teorinya berdasarkan praktik interaksi terapeutik dengan para pasiennya. Karena dia menekankan teorinya kepada pandangan subjektif seseorang, maka teorinya dinamakan “person-centered theory”. 1)
Konstruk (Aspek-aspek) Kepribadian Karena perhatian utama Rogers kepada perkembangan atau perubahan kepribadian. Ia mengajukan dua konstruk pokok dalam teorinya, yaitu: organisme dan self. a. Organisme Organisme yaitu makhluk fisik (physical creature) dengan semua fungsi-fungsinya, baik fisik maupun psikis. Organisme ini juga merupakan locus (tempat) semua pengalaman, dan pengalaman ini merupakan persepsi seseorang tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam diri sendiri dan juga di dunia luar (external world). Totalitas pengalaman, baik yang disadari maupun yang tidak disadari membangun medan fenomenal (phenomenal field) atau realitas subjektif. b.
2)
Self Self merupakan konstruk utama dalam teori kepribadian Rogers, yang dewasa ini dikenal dengan “self concept” (konsep diri). Rogers mengartikannya sebagai “persepsi tentang karakteristik ‘I’ atau ‘me’ dan persepsi tentang hubungan ‘I’ atau ‘me’ dengan orang lain atau berbagai aspek kehidupan, termasuk nilai-nilai yang terkait dengan persepsi tersebut”. Diartikan juga sebagai “Keyakinan tentang kenyataan, keunikan, dan kualitas tingkah laku diri sendiri”. Konsep diri merupakan gambaran mental tentang diri sendiri.
Dinamika Kepribadian Manusia dimotivasi oleh kecenderungan atau kebutuhan untuk mengaktualisasikan, memelihara, dan meningkatkan dirinya. Kebutuhan ini bersifat bawaan sebagai kebutuhan dasar jiwa manusia, yang meliputi kebutuhan fisik dan psikis. Kebutuhan lainnya itu adalah “positive regard of others” dan “self regard”. Kedua kebutuhan ini bersifat dipelajari mulai usia dini, yaitu ketika bayi yang mendapat curahan cinta kasih, perawatan, dan “positive regard” (penghargaan yang positif) dari orang lain (terutama orang tua).
B.
Teori Kepribadian Humanistik Menurut Maslow Abraham Maslow adalah seorang psikolog terkenal, pada psikologi humanistik telah melihat ketenaran menyebar ke berbagai mata pelajaran kemanusiaan seperti geografi dan demografi. Ia terutama terkenal dengan Hierarchy-nya Kebutuhan. Menurut Maslow kebutuhan manusia itu ada lima tingkatan yaitu : 1)
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis itu antara lain kebutuhan akan makanan, air, udara, aktif, istirahat, keseimbangan temperature, seks dan kebutuhan akan stimulasi sensoris. Karena merupakan kebutuhan yang paling mendesak maka kebutuhan-kebutuhan fisiologis akan paling didahulukan pemuasannya oleh individu.
2)
Kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa aman ini adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungan. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan akan rasa aman ini sangat nyata dan bisa diamati pada bayi, anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua karena ketidakberdayaan mereka.
3)
Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki.
2
Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki ini adalah suatu kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan hubungan afektif atau ikatan emosional dengan individu lain, baik dengan sesama jenis maupun dengan lawan jenis, di lingkungan keluarga maupun lingkungan di masyarakat. 4)
Kebutuhan akan rasa harga diri. Kebutuhan akan rasa harga diri dibagi menjadi dua bagian yakni yang pertama adalah penghormatan atau penghargaan dari diri sendiri, dan bagian yang kedua adalah penghargaan dari orang lain. Bagian pertama mencakup hasrat untuk memperoleh kompetensi, rasa percaya diri, kekuatan pribadi, kemadirian, dan kebebasan. Individu ingin mengetahui yakin bahwa dirinya berharga serta mampu mengatasi segala tantangan dalam hidupnya. Adapun bagian kedua meliputi antara lain prestasi. Dalam hal ini individu butuh penghargaan atas apa-apa yang dilakukannya.
5)
Kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan untuk mengungkapkan diri atau aktualisasi diri merupakan kebutuhan manusia yang paling tinggi dalam teori Maslow. Kebutuhan ini akan muncul setelah kebutuhan-kebutuhan yang ada di bawahnya telah terpenuhi atau terpuaskan dengan baik. Maslow menandai kebutuhan akan aktualisasi diri sebagai hasrat indivdu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau hasrat individu untuk menyempurnakan dirinya melalui pengungkapan segenap potensi yang dimilikinya.
C.
Teori Kepribadian Humanistik Menurut George A. Kelly Kelly meyakini bahwa tidak ada kebenaran yang objektif dan kebenaran yang mutlak absolut. Fenomena itu hanya berarti manakala dihubungkan dengan cara individu mengkonstruksi fenomena tersebut. Struktur kepribadian manusia adalah sistem konstruknya. Konstruk merupakan cara menafsirkan dunia atau lingkungan. Konstruk merupakan konsep yang digunakan individu dalam menafsirkan, mengkategorisasikan, dan mempetakan tingkah laku. Individu mengantisipasi peristiwa dan menafsirkan jawabannya.
Dia mengalami peristiwa dan menafsirkannya, kemudian menempatkan struktur dan pengertian atas peristiwa tersebut dalam mengamati peristiwa-peristiwa. Konstruk-konstruk itu dapat dikategorikan kedalam cara yang bervariasi, yaitu sebagai beriawkut: 1) Core (inti), konstruk dasar dari fungsi individu. 2) Peripheral (pinggir, luar) konstruk yang dapat dirubah tanpa modifikasi mendasar, serius, dan konstruk inti. 3) Permeable (dapat ditembus), konstruk yang terbuka, dapat menerima element-element yang baru. 4) Impermeable (tak tembus atau tertutup) konstruk ysng menolak element-element baru. 5) Verbal, konstruk yang mempunyai simbol kata yang konsisten atau ajeg.
2.3
Hak Dan Kewajiban Hak dan kewajiban merupakan hubungan timbal balik dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterima, sedangkan bidan memiliki kewajiban untuk pasien. Jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang diberikan oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan ada kewajiban yang harus diberikan oleh pasien. A. Hak Bidan 1) Bidan berhak mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya 2) Bidan berhak bekerja sesuai standar profesi pada setiap jenjang/tingkat pelayanan kesehatan 3) Bidan berhak menolak keingianan pasien/klien dan keluarga yang bertentangan dengan peraturan perundangn, dan kode etik profesi 4) Bidan berhak atas privasi/kedirian dan menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik oleh pasien, keluarga atau profesi lainnya
3
5) 6) 7)
2.4
Bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan ataupun pelatihan Bidan berhak memperoleh kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai Bidan berhak mendapatkan kompensasi dan kesejahteraan yang sesuai
B.
Kewajiban Bidan 1) Kewajiban bidan mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukum antara bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja. 2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi dengan menghormati hak-hak pasien. 3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien. 4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami atau keluarga. 5) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya. 6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien. 7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akan dilakukan serta risiko yang mungkiri dapat timbul. 8) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan dilakukan. 9) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan. 10) Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal atau non formal. 11) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal balik dalam memberikan asuhan kebidanan.
C.
Hak pasien Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien: 1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan. 2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur. 3) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidan tanpa diskriminasi. 4) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengan keinginannya. 5) Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifas dan bayinya yang baru dilahirkan. 6) Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses persalinan berlangsung. 7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya dan sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit. 8) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritis dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar. 9) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah sakit tersebut (second opinion) terhadap penyakit yang dideritanya, sepengatahuan dokter yang merawat. 10) Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya. 11) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi: Penyakit yang diderita, tindakan kebidanan yang akan dilakukan, alternatif terapi lainnya, prognosisnya, perkiraan biaya pengobatan 12) Pasien berhak men yetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya. 13) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri sesuadah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya 14) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis 15) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya. 16) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di rumah sakit. 17) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual. 18) Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasus malpraktek.
D.
Kewajiban pasien 1) Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk mentaati segala peraturan dan tat tertib rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan. 2) Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala instruksi dokter, bidan, perawat yang merawatnya. 3) Pasien dan atau penangungnya berkewajiban untuk melunasi semua imbalan atas jasa pelayanan rumah sakit atau institusi pelayanan kesehatan, dokter, bidan dan perawat. 4) Pasien dan atau penangggungnya berkewajiban memenuhi hal-hal yang selalu disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
Informed Choice dan Inform Consent A. Informed Choice Informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentan alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik kebidanan internasional (1993) bidan harus menghormati hak informed
4
choice ibu dan meningkatkan penerimaan ibu tentang pilihan dalam asuhan dan tanggungjawabnya terhadap hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini meliputi : informasi yang sudah lengkap diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Pilihan (choice) berbeda dengan persetujuan (consent) : 1) Persetujuan atau consent penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan 2) Pilihan atau choice penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan kebidanan, yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan menerapkan aspek otonomi pribadi menentukan “ pilihannya” sendiri. Untuk menghindari Konflik sebagai tenaga kesehatan kita memberi informai yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias dan dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap muka. Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya dan menerima tanggungjawab keputusan yang diambil. Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informsi yang lengkap tentang dampak dari keputusan mereka. Beberapa jenis pelayanan yang dapat dipilih klien: a. Bentuk pemeriksaan ANC dan skrening laboratorium ANC b. Tempat melahirkan c. Masuk ke kamar bersalin pada tahap awal persalinan d. Di dampingi waktu melahirkan e. Metode monitor djj f. Augmentasi, stimulasi, induksi g. Mobilisasi atau posisi saat persalinan h. Pemakaian analgesia i. Episiotomi j. Pemecahan ketuban k. Penolong persalinan l. Keterlibatan suami pada waktu melahirkan m. Teknik pemberian minuman pada bayi n. Metode kontrasepsi B.
Informed Consent Pesetujuan yang diberikan pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan, untuk melakukan suatu tindakan kebidanan kepada pasien setelah memperoleh informasi lengkap dan dipahami mengenai tindakan yang akan dilakukan. Informed consent merupakan suatu proses. Secara hukum informed consent berlaku sejak tahun 1981 PP No.8 tahun 1981. Informed consent bukan hanya suatu formulir atau selembar kertas, tetapi bukti jaminan informed consent telah terjadi. Merupakan dialog antara bidan dan pasien di dasari keterbukaan akal pikiran, dengan bentuk birokratisasi penandatanganan formulir. Informed consent berarti pernyataan kesediaan atau pernyataan setelah mendapat informasi secukupnya sehingga setelah mendapat informasi sehingga yang diberi informasi sudah cukup mengerti akan segala akibat dari tindakan yang akan dilakukan terhadapnya sebelum ia mengambil keputusan. Berperan dalam mencegah konflik etik tetapi tidak mengatasi masalah etik, tuntutan, pada intinya adalah bidan harus berbuat yang terbaik bagi pasien atau klien. 1) Dimensi informed consent a. Dimensi hukum, merupakan perlindungan terhadap bidan yang berperilaku memaksakan kehendak, memuat : Keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien, Informasi yang diberikan harus dimengerti pasien, Memberi kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik b.
2)
Dimensi Etik, mengandung nilai – nilai : Menghargai otonomi pasien, Tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau dibutuhkan, Bidan menggali keinginan pasien baik secara subyektif atau hasil pemikiran rasional
Syarat Sahnya Perjanjian Atau Consent (KUHP 1320) a. Adanya Kata Sepakat, sepakat dari pihak bidan maupun klien tanpa paksaan, tipuan maupun kekeliruan setelah diberi informasi sejelas – jelasnya. b. Kecakapan, Artinya seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika orang itu mampu melakukan tindakan hukum, dewasa dan tidak gila Bila pasien seorang anak, yang berhak memberikan persetujuan adalah orangtuanya, pasien dalam keadaan sakit tidak dapat berpikir sempurna shg ia tidak dapat memberikan persetujuan untuk dirinya sendiri, seandainya dalam keadaan terpaksa tidak ada keluarganya dan persetujuan diberikan oleh pasien sendiri dan bidan gagal dalam melakukan tindaknnya maka persetujuan tersebut dianggap tidak sah. c. Suatu Hal Tertentu, Obyek persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan jelas dan terinci. Misal : Dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi nama, jenis kelamin, alamat, nama suami, atau wali. Kemudian yang terpenting harus dilampirkan identitas yang membuat persetujuan d. Suatu Sebab Yang Halal, Isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang – undang, tata tertib, kesusilaan, norma dan hukum. Contoh : abortus provocatus pada seorang pasien oleh bidan
5
Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak, yaitu pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir persetujuan ditandatangani kedua belah pihak, maka persetujuan tersebut mengikat dan tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Menurut Daryl Koehn (1994) bidan dikataka profesional bila dapat menerapkan etika dalam menjalankan praktik. Bidan ada dalam posisi baik yaitu memfasilitasi pilihan klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menetapkan dalam strategi praktik kebidanan
2.5
Kekerasan Dalam Praktik Kebidanan Bentuk-bentuk kekerasan dalam praktik kebidanan. Kode etik diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya. Tapi pada kenyataannya para bidan masih banyak yang melakukan pelanggaran terhadap kode etiknya sendiri dalam pemberian pelayanan terhadap masyarakat. Keadaan tersebut merupakan suatu bentuk kekerasan dalam praktek kebidanan. Bentuk dari pelanggaran ini bermacammacam. Seperti pemberian pelayanan yang tidak sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diatur dalam Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan. Contoh bentuk kekerasan yang dilakukan oleh bidan adalah penanganan kasus kelahiran sungsang, melakukan aborsi, meonolong partus patologis serta kekerasan terhadap bayi dalam praktik kebidanan. A. Kekerasan dalam pelayanan kebidanan ANC Kekerasan dalam pelayanann kebidanan ANC sering terjadi secara fisik, psikis, finansial atau pembatasan ekonomi dan seksual yang menimbulkan nyeri dan kerusakan yang berdampak lama seteklah kejadian tersebut. Hal ini membutuhkan tugas perkembangan ynag pasti dan tuntas, meliputi: menerima kehamilan, mengidentifikasi peran sebagai ibu, membangun hubungan yang baik dengan suami, orang tua, petugas kesehatan, janin yang ada dalam kandungannya dan menyiapakan kelahirannya kelak. Dengan demikian diharapkan ibu hamil dapat menjalankan kehamilannnya dengan sehat, sehingga ibu hamil harus dapat dengan mudah mengakses fasilitas kesehatan untuk mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar, termasuk deteksi kemungkinan adanya masalah / penyakit yang berdampak negatif terhadap kesehatan ibu dan janinnya. Selain itu, pelayanan kebidanan ANC harus dilakukan secara terpadu, komprehensif, dan berkualitas agar semua masalah tersebut dapat diatasi, sehingga hak reproduksinya terpenuhi. B.
Kekerasan Terhadap Bayi Dalam Praktik Kebidanan Kekerasan terhadap bayi dalam praktik kebidana adalah merupakan semua bentuk malpraktek profesi bidan terhadap bayi berupa perilaku verbal atau nonverbal yang mengakibatkan kesengsaraan fisik maupun psikis. Didalam setiap profesi termasuk profesi tenaga bidan berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnya diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice. Contohnya: a. Memberikan pertolongan sendiri pada kasus kelahiran sungsang b. Pemberian tindakan aborsi
BAB III PENUTUP 3.1
Kesimpulan Humanistik tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan dibimbing oleh maksudmaksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Mereka cenderung untuk berpegang pada perspektif optimistik tentang sifat alamiah manusia. Hak-hak pasien yang paling menonjol dalam hubungannya dengan pelayanan kesehatan, yaitu rekam medis, persetujuan tindakan medis, rahasia medis. Kode etik diharapkan mampu menjadi sebuah pedoman yang nyata bagi para bidan dalam menjalankan tugasnya.
3.2
Saran Praktik kebidanan yang humanistik sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan bidan dalam penerapannya dalam dunia pelayanan kebidanan. Diharapkan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan dengan menerapakan yang humanistik serta tidak melakukan pelanggaran terhadap kode etiknya sendiri.
6
7