TUGAS MATA KULIAH ETIKA HUMANIORA SEMESTER GANJIL 2016 - 2017
HUBUNGAN ETIKA DAN SOSIAL TERHADAP PENERAPAN PANCASILA, PKN DAN PAI
Florencia Irena
260110160122
Nicholas Sugianto
260110160140
Nabilah
260110160127
Astiningsih Diah
260110160147
Sri Indrayani
260110160130
Putri Kholilah M
260110160153
Dewi Sarah
260110160136
Alvin Albaihaqi
260110160156
Umi Azizah
260110160139
Anggun Nurlatifah
260110160161
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2016
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan makalah mengenai hubungan etika dan sosial terhadap penerapan Pancasila, PKN dan PAI. Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui hubungan etika dan sosial pada penerapan Pancasila, PKN dan PAI. Setelah penulisan ini, diharapkan pembaca lebih mengetahui hubunganhubungan tersebut. Kami mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kami selama penulisan. Mungkin ada beberapa kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima saransaran demi memperbaiki makalah ini.
Terimakasih.
Jatinangor, 12 November 2016
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Arti etika menurut kamus lama (kamus umum bahasa Indonesia) poerwadarminta, 1953: “Etika “ dijelaskan sebagai ilmu pengetahuan tentang azas – azas akhlak (moral). Dalam
kamus
baru
bahasa
Indonesia,
etika
dijelaskan
dengan
membedakannya dalam 3 arti, yaitu: 1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiaban moral (akhlak) 2. Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak 3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut satu golongan atau masyarakat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) humaniora berarti ilmu pengetahuan (agama, filsafat, sejarah, bahasa, sastra, cabang seni, dll) yang berusaha menafsirkan makna kehidupan manusia di dunia dan berusaha menafsirkan martabat kepada penghidupan dan eksistensi manusia. Saya akan menjelaskan secara singkat tentang humaniora sebagai ilmu, teknologi dan nilai. Mata kuliah Etika-Humaniora, berdasarkan pemaparan diatas, berarti ...... mengajarkan tentang etika dan sosial. Kedua hal ini memiliki hubungan dengan penerapan dari Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama Islam. Kita sebagai mahasiswa yang mempelajari mata kuliah ini tentunya harus mengetahui bagaimana peran etika dan sosial dan penerapannya secara nyata di masyarakat. Dalam hal ini bentuknya berupa penerapan nilai nilai Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dan
Pendidikan Agama Islam (PAI) baik itu di kehidupan sehari hari maupun lewat pembelajaran di sekolah sekolah.
1.2 Tujuan A. Mengetahui bagaimana hubungan etika dan sosial terhadap penerapan Pancasila B. Mengetahui bagaimana hubungan etika dan sosial terhadap penerapan PKN C. Mengetahui bagaimana hubungan etika dan sosial terhadap penerapan PAI
1.3 Rumusan Masalah A. Bagaimana hubungan etika dan social dengan penerapan Pancasila B. Bagaimana hubungan etika dan social dengan penerapan PKN C. Bagaimana hubungan etika dan social dengan penerapan PAI
1.4 Manfaat A. Memahami bagaimana contoh hubungan antara etika dan sosial dalam penerapan nilai nilai Pancasila, PKN dan PAI di masyarakat B. Mampu menerapkan etika dan sosial dalam penerapan Pancasila, PKN dan PAI di kehidupan sehari hari
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Hubungan Etika dan Sosial terhadap penerapan Pancasila 2.1.1. Pancasila sebagai Etika Negara Terbagi kedalam lima bagian, sesuai dengan lima sila dalam Pancasila 1. Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai keempat sila lainnya, terkandung nilai tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha esa. 2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudaya dengan memiliki potensi pikir, rasa, karsa dan cipta yang mendudukkan manusia pada tingkatan martabat. 3. Persatuan Indonesia, mencakup nilai persatuan dalam arti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan. 4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan Kerakyatan, berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem demokrasi yang menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan. 5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan
2.1.2. Etika Masyarakat Pola pikir pemimpin bangsa Indonesia cenderung mengalami kemunduran dan kemerosotan terhadap nilai pancasila. Banyaknya contoh yang kita lihat, banyaknya para pejabat yang terlibat kasus korupsi dan penyelewengan, membuktikan bahwa pengamalan
terhadap nilai-nilai ketuhanan, keadilan dan kesejahteraan sosial sudah ditinggalkan atau bahkan dikubur 2.1.3. Etika Sosial Kata “etika” berarti “filsafat mengenai bidang moral”. Jadi etika merupakan ilmu atau refleksi sistematik mengenai pendapatpendapat, norma-norma, dan istilah-istilah moral. Dalam Kamus Umum bahasa Indonesia dari W.J.S. Poerwadarminto terdapat keterangan bahwa moral adalah Ajaran tentang baik-buruk perbuatan dan kelakuan, sedangkan etika adalah ilmu pengetahuan asas-asas akhlak (moral). Etika tidaklah sama artinya dengan moral. Ada perbedaan mendasar yang kemudian memberikan arti yang berbeda pula. Etika bukanlah suatu sumber tambahan bagi ajaran moral, melainkan merupakan filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Etika adalah sebuah ilmu, bukan sebuah ajaran. Sehingga antara etika dan moral tidaklah dalam kedudukan yang sama. Yang mengatakan bagaimana kita harus hidup, bukan etika melainkan ajaran moral. Etika mau mengerti mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan pelbagai ajaran moral. Etika merupakan suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Sehingga pokok permasalahan yang ada dalam etika adalah
menyelidiki
segala
perbuatan
manusia
kemudian
menetapkan hukum baik dan buruk. Dan hukum tersebut akan berlaku bila perbuatan tersebut berdasarkan kehendak manusia itu sendiri.
Istilah etika berasal dari kata Latin; Ethic (us), dalam bahasa Gerik; Ethikos= a body of moral principles or values. Ethic = arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit, custom. Jadi dalam pengertian aslinya, apa yang disebutkan dengan baik itu ialah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (dewasa itu).39 Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa etika dalam arti luas yaitu sebagai keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan kehidupannya. Tugas etik manusia adalah makhluk sosial sehingga untuk menggapai tujuannya, manusia harus hidup “berbuat” baik sesuai dengan penilaian masyarakatnya. Ini yang kemudian membedakan antara etika Islam dengan etika sosial. Etika Islam adalah doktrin etis yang Berdasarkan ajaran-ajaran agama Islam yang terdapat di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi, yang di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur dan sifat-sifat terpuji (mahmudah). Dan Islam merupakan agama yang rahmatal lil aalamin memandang manusia sebagai makhluk sosial (homo socius), maka tidak mungkin manusia akan bisa lepas dari manusia yang lain atau makhluk lain. Dan di sinilah terjadi proses interaksi sosial yang menuntut setiap individu untuk selalu berbuat etis sesuai dengan ajaran Islam dan tatanan masyarakat. Istilah lain dari etika, biasanya digunakan kata: moral, susila, budi pekerti, akhlak (Arab) namun pengertiannya tetap sama.42 Hal ini disebabkan karena etika sebagai suatu ilmu yang normative, dengan sendirinya berisi norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari sosial kemasyarakatan. Hal ini memberi arti dan penafsiran bahwa, etika tidak berbeda dengan akhlak. Sehingga kalimat etika sering digantikan kalimat akhlak atau sebaliknya terutama pada permasalahan perilaku manusia.
2.1.4. Sumber Etika Etika selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Yang menjadi kajian materinya adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Normanorma moral merupakan tolak ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya 2.1.5. Sasaran Etika Ada dua obyek yang menjadi sasaran Etika, yaitu obyek formal dan obyek materiil. Sebagai obyek formal, manusia mengukur dengan keselarasan dari perbuatan-perbuatan manusia yang lain dengan aturanaturan kesusilaan. Keselarasan perbuatan manusia itu dengan dasar-dasar (aturan-aturan) bagaimana manusia harus berbuat. Manusia dapat mengatakan orang ini baik dan orang itu jelek, dan dalam pernyatan itu terkandung isi yang mengatakan bahwa orang mempunyai pengertian tentang perbuatan-perbuatan manusia dipandang dari sudut selaras atau tidak selaras dengan norma kesusilaan. Maka obyek formal etika adalah keselarasan dari perbuatan-perbuatan
dengan
aturan-aturan
yang
mengenai
perbuatan-perbuatan manusia. Peraturan dibuat untuk mencapai sesuatu yang ‘benar’ menurut pembuatnya. Hal ini berkaitan dengan peraturan yang dibuat oleh manusia berdasarkan jangkauan akal pikiran manusia, sedangkan pikiran manusia berlain-lainan dan milieu, situasi serta tempatnya juga berlainan bentuknya, karenanya di dunia ini, peraturan yang dibuat manusia adalah relatif. Etika memakai dasar akal budi manusia untuk mengukur dan menyelami ilmu itu dan dalam mencari alasan-alasannya. Kebiasaan berbuat oleh manusia itu dilihat dari sudut selaras dengan norma-norma susila. Sehingga jelas bahwa secara materiil,
sasaran etika terletak pada perbuatan-perbuatan manusia (tindakantindakan manusia), atau dapat dikatakan tindakan-tindakan insani. Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan obyek etika. Sebab, sasaran daripada etika/moral adalah keselarasan dari perbuatan
manusia
dengan
aturan-aturan
yang
mengenai
perbuatan-perbuatan manusia itu sendiri berdasakan hukum manusia dan hukum Tuhan. Walaupun sekiranya tidak sama antara hukum manusia dan hukum Tuhan, namun itulah kiranya peraturan yang mesti ditanggung oleh manusia, yakni di samping manusia adalah makhluk Tuhan tetapi juga makhluk sosial. Jadi, yang menjadi sasaran etika adalah perbuatanperbuatan manusia yang dapat diberi hukum baik dan buruk, dengan kata lain perkataan perbuatan-perbuatan yang dimaksudkan adalah perbuatan akhlak
2.2. Hubungan Etika dan Sosial terhadap penerapan PKN 2.2.1. Etika dalam kehidupan Kenegaraan Di dalam kehidupan kenegaraan, masing-masing warga Negara memiliki hak asasi dan kewajiban asasi. Secara garis besar, hak asasi warga Negara yang diatur dalam UUD 1945. kemudian, Warga Negara juga memiliki kewajiban yang harus dilaksanakan.
HAK
KEWA JIBAN
2.2.2. Kedudukan Warga Negara dalam Berwarganegara 1. Dengan memiliki status sebagai warga negara , maka orang memiliki hubungan hukum dengan negara. Hubungan itu berwujud status, peran, hak dan kewajiban secara timbal balik 2. Sebagai warga negara maka ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat dengan negaranya 3. Secara teori, status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif dan positif. 4. Peran (role) warga negara juga meliputi peran yang pasif, aktif, negatif dan positif (Cholisin, 2000)
2.2.3. Hak dan Kewajiban Warga Negara Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negara akan terwujud dalam sikap dan perilakunya bila ia dapat merasakan bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi manusia sungguh–sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupannya sehari– hari. ⦁ Di Indonesia , hubungan antara warga negara dengan negara (hak dan kewajiban) digambarkan dalam UUD 1945. ⦁ Hubungan antara warga negara dengan negara Indonesia tersebut digambarkan dalam pengaturan mengenai hak dan kewajiban yang mencakup berbagai bidang. ⦁ Hak dan kewajiban warga negara tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945. ⦁ Penjabaran lanjut mengenai hak dan kewajiban warga negara dituangkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan. Contoh hal dan kewajiban WNI dalam bidang pendidikan pada pasal 31 dijabarkan kedalam UU No 20 tahun 2003 ttg Sisdiknas. ⦁ Disamping adanya hak dan kewajiban warga negara terhadap negara , dalam UUD 1945 hasil amandemen I telah dicantumkan adanya hak
asasi manusia dan kewajiban dasar manusia yaitu pada pasal 28 I – J UUD 1945. ⦁ Selain itu ditentukan pula hak dan kewajiban yang dimiliki negara terhadap warga negara. ⦁ Hak dan kewajiban negara terhadap warga negara pada dasarnya merupakan kewajiban dan hak warga tehadap Negara. ⦁ Beberapa contoh kewajiban negara adalah kewajiban negara untuk menjamin sistem hukum yang adil, kewajiban negara untuk menjamin hak asasi warga negara , kewajiban negara untuk mengembangkan sistem pendidikan nasional untuk rakyat, kewajiban negara memberi jaminan sosial, kewajiban negara memberi kebebasan beribadah. ⦁ Beberapa contoh hak negara adalah hak negara untuk ditaati hukum dan pemerintahan, hak negara untuk dibela, hak negara untuk menguasai bumi air dan kekeyaan untuk kepentingan rakyat.
2.2.4. Peranan Mahasiswa sebagai Warga Negara Indonesia Peranan
seorang
mahasiswa
adalah
dengan
memperteguh
penanaman nilai-nilai pancasila di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, para generasi muda sekarang harus dapat bersatu dan damai walaupun berbeda agama, suku, dan budaya. Dapat berpikir Rasional, Demokratis, dan Kritis dalam menuntaskan segala masalah yang ada di Negara kita. Memiliki semangat jiwa muda yang dapat membangun Negara Indonesia yang mandiri dapat mencontoh seperti karakter para pahlawan bangsa kita. Untuk mencapai kondisi yang baik generasi muda Indonesia harus mempunyai jati diri yang sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa.
2.3. Hubungan Etika dan Sosial terhadap penerapan PAI 2.3.1. Penerapan PAI di Indonesia A. Tema pokok PAI di Sekolah Dasar
Siswa mampu beribadah dengan baik dan tertib Siswa mampu membaca Al-Qur’an Siswa terbiasa berakhlak baik B. Tema pokok PAI SMTP Siswa bergairah beribadah sera mampu berdzikir dan berdo’a. Siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan benar. Siswa terbiasa berakhlak baik C. Tema pokok PAI SMTA Siswa taat beribadah, berdzikir, berdo’a dan mampu menjadi imam shalat berjamaah. Siswa memiliki akhlak yang baik. Siswa mampu menerapkan muamalah dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Nilai-nilai ajaran agama pada intinya meliputi tiga aspek, yaitu mengajarkan manusia: A. Untuk percaya akan adanya Tuhan YME dan Maha Kuasa yang selalu mengawasi dan memperhitungkan segala perbuatannya di dunia. B. Agar setiap perbuatannya senantiasa dilandasi oleh hati yang ikhlas. C. Untuk bersikap dan berperilaku yang baik sesuai norma yang benar dan baik 2.3.2. Dua Dimensi Hidup Manusia; Ketuhanan dan Kemanusiaan. Pendidikan agama Islam berisikan antara dua dimensi hidup manusia,
yaitu
penanaman
rasa
takwa
kepada
Allah
dan
pengembangan rasa kemanusiaan kepada sesama. Rasa takwa kepada
Allah
SWT
kemudian
berkembang
dengan
proses
menghayati keagungan dan kebesaran Tuhan lewat perhatian kepada alam semesta beserta segala isinya, dan lingkungan sekitar.
Dimensi ini merinci subtansi ketuhanan untuk mendapatkan nilai-nilai keagamaan pribadi yang amat penting yang harus ditanamkan dalam pendidikan agama Islam. Dimensi kemanusiaan sebagai bentuk nyata yang diaplikasikan dalam bentuk tingkah laku dan budi pekerti sehari-hari untuk melahirkan budi luhur (akhlakul karimah). Keterkaitan yang erat antara dua dimensi tersebut (antara takwa dan budi luhur (etika islami) mempunyai makna keterkaitan antara iman dan amal saleh, shalat dan zakat, hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan sesama manusia (hablum minannas). Lebih jelasnya ada keterkaitan yang mutlak antara ‘ketuhanan’ sebagai dimensi hidup pertama manusia yang vertikal dengan ‘kemanusiaan’ sebagai dimensi kedua hidup manusia yang horizontal. 2.3.3. Unsur Etika / Moral Sosial sebagai Materi PAI Apabila dilihat dari segi agama Islam, maka kurikulum pendidikan agama Islam merupakan muatan materi yang berisi tentang tatanan pola kehidupan dalam kelompok atau masyarakat yang berdasarkan ajaran Isam. Jika dilihat dari sisi materi pokok pendidikan agama Islam, akhlak atau etika atau moral merupakan salah satu pokok materi yang harus ada dalam kurikulum sebuah lembaga sekolah. Sebab tatanan pola perilaku kehidupan tersebut berdasarkan Al Qur’an. Di satu sisi, Implementasi materi pelajaran PAI diupayakan agar peserta didik menjadi makhluk yang bertakwa kepada Allah, dan lain sisi, implementasinya sebagai makhluk sosial serta sebagai makhluk dengan menjadi bagian interaksi sosial dan lingkungan. Bahkan hampir seluruh materi pelajaran PAI berimplikasi pada tingkatan etika sosial peserta didik. Yang menentukan ukuran baik dan buruk adalah sesorang dengan perbuatannya. Ukuran baik dan buruk ini berdasarkan peraturan manusia dan Tuhan. Peraturan manusia
diproyeksikan sebagai penata perilaku kehidupan manusia dalam suatu masyarakat. Sedangkan peraturan Tuhan berguna untuk dua dimensi, dimensi manusia sebagai hamba, dan dimensi manusia sebagai makhluk sosial. Unsur etika atau moral dalam PAI terletak pada implementasi materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari manusia sebagai anggota masyarakat. Seperti perintah zakat, atau materi pelajaran zakat dari kurikulum PAI. Sebagai salah satu rukun Islam, zakat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Ketika peserta didik melaksanakan zakat dengan penuh keikhlasan, masyarakat akan menilainya menurut hukum mereka. Sebab, secara tidak langsung zakat dapat meringankan beban orang lain yang lebih membutuhkan. Keterkaitan antara takwa dan etika atau moral atau budi pekerti itu adalah makna keterkaitan antara iman dan amal saleh, shalat dan zakat sebagai bagian dari materi PAI dalam bentuk hubungan dengan Allah (hablum minallah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (hablum minan-nas).56 Pendeknya, terdapat keterkaitan yang mutlak antara “Ketuhanan” sebagai dimensi hidup pertama manusia yang vertical dengan “kemanusiaan” sebagai dimensi kedua hidup manusia yang horizontal. Sehingga dapat dikatakan bahwa unsur etika sosial dalam PAI ialah materi pelajaran PAI itu sendiri yang murni berupa materi akhlak atau etika serta materi ajaran yang lain yang berimplikasi pada bentuk keseimbangan hubungan vertical-horizontal seseorang. 2.3.4. Etika Sosial Sebagai Arah Pendidikan Agama Islam Seluruh sistem pendidikan di berbagai bangsa dalam era sejarah, menempatkan budi pekerti sebagai unsur penting dari tujuan yang hendak dicapai. Dalam sistem pendidikan Islam, kebaikan dan kejujuran perilaku anak didik hendak dicapai melalui pembelajaran bidang studi akhlak yang diletakkan di atas fondasi kepercayaan iman yang dibangun melalui pembelajaran bidang studi tauhid. Dan
diharapkan tumbuh sebuah kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang menjunjung tinggi moralitas kebaikan dan kejujuran. Aktivitas hidup manusia sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai agama yang diyakininya. Nilai-nilai agama inilah yang membentuk pola pikir, bersikap dan berperilaku dalam kehidupannya. Etika, moral, akhlak, atau budi pekerti merupakan buah dari keimanan yang meresap dalam diri seseorang. Kebaikan moral atau akhlak seseorang tergantung pada kadar keimanan yang dimiliki, dan pendidikan moral atau akhlak itu sendiri merupakan jiwa dari pendidikan agama Islam. Meskipun seseorang sudah mendapatkan pendidikan keimanan, bukan berarti tidak perlu lagi mendapatkan pendidikan moral/etika. Pendidikan
moral/etika
mutlak
diperlukan
karena
merupakan
kelanjutan pendidikan keimanan. Dalam undang-undang no. 2 tahun 1989 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yatiu manusia yang ber”takwa” terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
BAB III KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan Hubungan dari etika dan sosial dalam penerapan nilai nilai Pancasila akan menghasilkan warga yang berideologi Pancasila, dalam penerapan PKN menghasilkan warga yang berjiwa kewarganegaraan yang baik, dan dalam penerapan PAI menghasilkan warga yang berprilaku baik dengan berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3.2. Saran Kita sebagai kalangan mahasiswa harus bisa memahami hubungan dari etika sosial dalam penerapan Pancasila, PKN dan PAI kemudian menerapkannya dalam kehidupan kita sebagai mahasiswa. Baik itu selama menjalani masa perkuliahan, aktif di organisasi organisasi kemahasiswaan maupun ketika sudah lulus dan terjun ke masyarakat nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Cholisin.
2000.
Materi
Pokok
Ilmu
Kewarganegaraan-Pendidikan
Kewarganegaraan. Yogyakarta: UNY.
Patoni Achmad. 2004 Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta : PT. Bina Ilmu. Tirtarahardja Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.