MAKALAH HIDROSEFALUS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidrosefalus adalah suatu penyakit dengan ciri-ciri pembesaran pada sefal atau kepala yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal (CSS) dengan atau karena tekanan intrakranial yang meningkat sehingga terjadi pelebaran ruang tempat mengalirnya cairan serebrospinal (CSS) (Ngastiah). Bila masalah ini tidak segera ditanggulangi dapat mengakibatkan kematian dan dapat menurunkan angka kelahiran di suatu wilayah atau negara tertentu sehingga pertumbuhan populasi di suatu daerah menjadi kecil. Menurut penelitian WHO untuk wilayah ASEAN jumlah penderita Hidrosefalus di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Singapura pada anak 0-9 th : 0,5%, Malaysia: anak 5-12 th 15%, India: anak 2-4 th 4%, di Indonesia berdasarkan penelitian dari Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Indonesia terdapat 3%. Berdasarkan pencatatan dan pelaporan yang diperoleh dari catatan register dari ruangan perawatan IKA 1 RSPAD Gatot Soebroto dari bulan oktober-desember tahun 2007 jumlah anak yang menderita dengan gangguan serebral berjumlah 159 anak dan yang mengalami Hidrosefalus berjumlah 69 anak dengan persentase 43,39%. B. Rumusan Masalah 1.
Apa dari pengertian hidrosefalus?
2.
Bagaimana etiologi dari hidrosefalus?
3.
Bagaiman Patofisiologi dan Patogenesis Hidrosefalus?
4.
Apa saja Klasifikasi Hidrosefalus?
5.
Bagaimana Tanda dan Gejala Hidrosefalus?
6.
Bagaimana Diagnosis Hidrosefalus?
7.
Bagaimana Terapi Hidrosefalus?
8.
Bagaimana Prognosis Hidrosefalus?
C. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan sehingga mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Pada Neonatus Bayi dengan kasus Hidrosefalus 1.
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan data subjektif pada pasien dengan kasus Hidrosefalus pada Bayi 2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data objektif pada pasien dengan kasus Hidrosefalus pada Bayi 3. Mahasiswa mampu melakukan analisis berdasarkan data subjektif dan objektif pada kasus Hidrosefalus pada Bayi 4. Mahasiswa
mampu
melakukan
penatalaksanaan
pada
kasus
Hidrosefalus pada Bayi 5. Mahasiswa mampu melaksanakan pendokumentasian pada kasus Hidrosefalus pada Bayi D. Manfaat Penulisan 1.
Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan, dan pemahaman terkait kasus Hidrosefalus sehingga bisa meningkatkan kualitas Asuhan yang akan diberikan. 1.
Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi proses akademik yang berlangsung serta pengembangan pengetahuan dan pendidikan. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hidrosefalus Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal yang berlebihan di dalam otak. Hidrosepalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga
terdapat
pelebaran
ventrikel.
Pelebaran
ventrikuler
ini
akibat
ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (Muslihatun, Wati Nur, 2010.Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta). B. Etiologi Hidrosefalus Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS di atasnya. Tempat yang sering tersumbat ialah foramen Monroi, foramen Luscha dan Magendie, sisterna magna dan sisterna basalis. Secara teoritis pembentukan CSS yang terlalu
banyak dengan kecepatan absorbsi yang normal akan menyebabkan terjadinya hidrosepalus (Ngastiah, Perawatan Anak Sakit. EGC). Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah kelainan bawaan (kongenital), infeksi, neoplasma, dan perdarahan: a. Kelainan Bawaan 1.
Stenosis Aqueduktus Sylvii
Merupakan penyebab terbanyak pada hidrosefalus bayi dan anak (60-90%). Aqueduktus dapat merupakan saluran yang buntu sama sekali atau abnormal, yaitu lebih sempit dari biasa. Umumnya gejala hidrosepalus terlihat sejak lahir atau progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir. 1.
Spina Bifida dan Kranium Bifida
Hidrosepalus pada kelainan ini biasanya yang berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan serebellum letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian atau total. 1.
Sindrom Dandy-Walker
Merupakan atresia kongenital foramen Luscha dan Magendie yang menyebabkan hidrosepalus obstruktif dengan pelebaran sistem ventrikel terutama ventrikel IV, yang dapat sedemikian besarnya hingga merupakan suatu kista yang besar di daerah fosa posterior. 1.
Kista Arachnoid
Dapat terjadi kongenital tetapi dapat juga timbul akibat trauma sekunder suatu hematoma. 1.
Anomali Pembuluh Darah
b. Infeksi Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningens sehingga dapat terjadi obliterasi ruangan subarakhnoid. Pelebaran ventrikel pada fase akut meningitis purulenta terjadi bila aliran CSS terganggu oleh obstruksi mekanik eksudat purulen di aqueduktus sylvii atau sistem basalis. Hidrosepalus banyak terjadi pada klien pascameningitis. Pembesaran kepala dapat terjadi beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudah sembuh dari meningitis. Secara patologis terlihat pelebaran jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sistem basalis dan daerah lain. Pada meningitis serosa tuberkulosa, perlekatan meningen terutama terdapat di daerah basal sekitar kismatika dan interpendunkularis, sedangkan pada meningitis purulenta lokasinya lebih tersebar. c. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pengobatannya dalam hal ini ditujukan kepada penyebabnya dan apabila tumor tidak diangkat (tidak mungkin operasi), maka dapat dilakukan tindakan paliatif dengan mengalirkan CSS melalui saluran buatan atau pirau. Pada anak, penyumbatan ventrikel IV atau aqueduktus sylvii bagian akhir biasanya paling banyak disebabkan oleh glikoma yang berasal dari serebellum, sedangkan penyumbatan bagian depan ventrikel III biasanya disebabkan suatu kranio faringioma. d. Perdarahan Telah banyak dibuktikan bahwa perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat dari darah itu sendiri (Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Salemba Medika: Jakarta). C. Patofisiologi dan Patogenesis Hidrosefalus Cairan serebrospinal dibuat di dalam otak dan biasanya beredar ke seluruh bagian otak, selaput otak serta kanalis spinalis, kemudian diserap ke dalam sistem peredaran darah. Jika terjadi gangguan pada peredaran maupun penyerapan cairan serebrospinal, atau jika cairan yang dibentuk terlalu banyak, maka volume cairan di dalam otak menjadi lebih tinggi dari normal. Penimbunan cairan menyebabkan penekanan pada otak sehingga memaksa otak untuk mendorong tulang tengkorak atau merusak jaringan otak. CSS yang dibentuk dalam sistem ventrikel oleh pleksus khoroidalis kembali ke dalam peredaran darah melalui kapiler dalam piameter dan arakhnoid yang meliputi seluruh susuna saraf pusat (SSP). Cairan likuor serebrospinalis terdapat dalam suatu sistem, yakni sistem internal dan sistem eksternal. Pada orang dewasa normal jumlah CSS 90-150 ml, anak umur 8-10 tahun 100-140 ml, bayi 40-60 ml, neonatus 20-30 ml dan prematur kecil 10-20 ml. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel 500-1500 ml. Aliran CSS yang normal ialah dari ventrikel lateralis melalui foramen monroe ke ventrikel III, dari tempat ini melalui saluran yang sempit Aquaduktus Sylvii ke ventrikel IV dan melalui foramen Luscha dan Magendie ke dalam ruang subarakhnoid melalui sisterna magna. Penutupan sisterna basalis menyebabkan gangguan kecepatan reabsorbsi CSS oleh sistem kapiler.
Hidrosepalus secara teoritis tejadi sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu produksi likuor yang berlebihan, peningkatan resistensi aliran likuor, serta peningkatan tekanan sinus venosa. Konsekuensi tiga mekanisme tersebut, adalah peningkatan tekanan intrakranial sebagai upaya mempertahankan keseimbangan sekresi dan absorbsi. Mekanisme terjadinya dilatasi ventrikel cukup rumit dan berlangsung berbeda-beda tiap saat selama perkembangan hidrosepalus. Dilatasi ini terjadi sebagai akibat dari beberapa hal, yakni kompresi sistem serebrovaskuler, redistribusi dari likuor serebrospinalis atau cairan ekstraseluler, perubahan mekanis dari otak, serta pembesaran volume tengkorak karena regangan abnormal sutura kranial. Produksi likuor yang berlebiha disebabkan tumor pleksus khoroid. Gangguan aliran likuor merupakan awal dari kebanyakan kasus hidrosepalus. Peningkatan resistensi yang disebabkan gangguan aliran akan meningkatkan tekanan likuor secara proporsional dalam upaya mempertahankan reabsorbsi yang seimbang. Peningkatan tekanan sinus vena mempunyai dua konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan vena kortikal sehingga menyebabkan volume vaskuler intrakranial bertambah dan peningkatan
tekanan
intrakranial
sampai
batas
yang
dibutuhkan
untuk
mempertahankan aliran likuor terhadap tekanan sinus vena yang relatif tinggi. Konsekuensi klinis dari hipertensi vana ini tergantung dari komplians tengkorak (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta). D. Klasifikasi Hidrosepalus Terdapat dua klasifikasi hidrosepalus, yang pertama berdasarkan sumbatannya dan yang kedua berdasarkan perolehannya. 1. Berdasarkan Sumbatannya a. Hidrosepalus Obstruktif Tekanan CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi pada salah satu tempat pembentukan CSS, antara lain pada pleksus koroidalis dan keluarnya ventrikel IV melalui foramen luschka dan magendie. b. Hidrosepalus Komunikan Adanya peningkatan tekanan intrakranial tanpa disertai adanya penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS. 2. Berdasarkan Perolehannya a. Hidrosepalus Kongenital
Hidrosepalus sudah diderita sejak lahir (sejak dalam kandungan). Ini berarti pada saat lahir, otak terbentuk kecil atau pertumbuhan otak terganggu akibat terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial. b. Hidrosepalus Didapat Pada hidrosepalus jenis ini, terjadi pertumbuhan otak yang sudah sempurna dan kemudian terjadi gangguan oleh karena adanya tekanan intrakranial yang tinggi. E. Tanda dan Gejala Hidrosefalus 1.
Tengkorak kepala mengalami pembesaran
2.
Muntah dan nyeri kepala
3.
Kepala terlihat lebih besar dari tubuh
4.
Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba
tegang dan menonjol 5.
Dahi lebar, kulit kepal tipis, tegang dan mengkilat
6.
Pelebaran vena kulit kepala
7.
Saluran tengkorak belum menutup dan teraba lebar
8.
Terdapat cracked pot sign bunyi seperti pot kembang retak saat
dilakukan perkusi kepala 9.
Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga iris
seakan-akan menyerupai matahari terbenam 10.
Pergerakan bola mata tidak teratur
11.
Kerusakan saraf yang dapat memberikan gejala kelainan neurologis
berupa: a. Gangguan Kesadaran b. Kejang c. Terkadang terjadi gangguan pusat vital (Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika: Jakarta). F. Diagnosis Hidrosefalus Diagnosis hidrosepalus pada bayi dibuat berdasarkan ukuran lingkar kepala yang melebihi satu atau lebih garis pada bagan pengukuran dalm periode 2-4 minggu, dikaitkan dengan tanda-tanda neurologik yang ada dan progresif. Meski demikian, pemeriksaan diagnostik lainnya diperlukan untuk menentukan lokasi tempat obstruksi CSS. Pengukuran rutin lingkar kepala bayi setiap hari dilakukan pada bayi dengan meningokel dan infeksi intrakranial. Pada saat mengevaluasi bayi prematur, bagan
pencatatan lingkar kepala yang diadaptasi secara khusus dibuat untuk membedakan pertumbuhan kepala abnormal dari pertumbuhan kepala yang normal dan cepat. Alat diagnostik primer untuk mendeteksi hidrosepalus adalah CT dan MRI. Sedasi diperlukan karena anak harus benar-benar diam untuk menghasilkan foto yang akurat. Evaluasi diagnostik pada anak-anak yang mengalami gejala hidrosepalus setelah masa bayi sama dengan yang dilakukan pada pasien-pasien dengan dugaan tunir intrakranial. Pada neonatus, ekoensefalografi (EEG) merupakan pemeriksaan yang berguna untuk membandingkan rasio ventrikel lateralis dengan korteks serebri (L. Wong, Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong, Ed. 6, Vol.2. EGC). G. Terapi Hidrosefalus Pada dasarnya ada tiga prinsip dalam pengobatan hidrosepalus, yaitu mengurangi produksi CSS, mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi, serta pengeluaran likuor (CSS) ke dalam organ ekstrakranial. Penanganan hidrosepalus juga dapat dibagi menjadi tiga, yaitu penanganan alternatif (selain shunting), serta operasi pemasangan ‘pintas’ (shunting). Penanganan sementara ditempuh melalui pemberian terapi konservatif medikamentosa. Pemberian terapi ini ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosepalus melalui upaya mengurangi sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan reabsorbsinya. Penanganan alternatif (selain shunting), misalnya pengontrolan kasus yang mengalami intoksikasi vitamin A, reseksi radikal lesi massa yang mengganggu aliran likuor atau perbaikan suatu malformasi. Saat ini cara terbaik untuk melakukan perforasi dasar ventrikel III adalah dengan teknik bedah endoskopik. Operasi pemasangan ‘pintas’ (shunting), bertujuan membuat saluran baru antara aliran likuor dengan kavitas drainase. Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah rongga peritoneum. Biasanya cairan serebrospinalis didrainase dari ventrikel, namun kadang pada hidrosepalus komunikans ada yang di drain ke rongga subarakhnoid lumbar. Ada dua hal yang perlu diperhatikan pada periode pasca operasi, yaitu pemeliharaan luka kulit terhadap kontaminasi infeksi dan pemantauan kelancaran dan fungsi alat shunt yang dipasang. Infeksi pada shunt meningkatkan resiko akan kerusakan intelektual, lokulasi ventrikel dan bahkan kematian. H. Prognosis Anak dengan hidrosefalus meningkat resikonya untuk berbagai ketidakmampuan perkembangan. Rata-rata quosien intelegensi berkurang dibandingkan dengan populasi umum, terutama untuk kemampuan tugas sebagai kebalikan dari kemampuan
verbal. Kebanyakan anak menderita kelainan dalam fungsi memori (Nelson. 2012. Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 3. EGC). Hidrosepalus yang tidak diterapi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan. Dari kelompok yang tidak diterapi, 50-70% akan meninggal karena penyakitnya sendiri atau akibat infeksi berulang, atau oleh karena aspirasi pneumonia. Namun bila prosesnya berhenti (arrested hidrosefalus) sekitar 40% anak akan mencapai kecerdasan yang normal. Pada kelompok yang dioperasi, angka kematian 7%. Setelah operasi sekitar 51% kasus mencapai fungsi normal dan sekitar 16% mengalami retardasi mental ringan (Muslihatun, Wati Nur, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya: Yogyakarta). BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hidrosefalus merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi dari CSS. Hidrosefalus dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi/tempat obstruksi CSS, etiologinya, dan usia penderitanya. Diagnosa hidrosefalus selain berdasarkan gejala klinis juga diperlukan pemeriksaan khusus. Penentuan terapi hidrosefalus berdasarkan ada tidaknya fasilitas. Hidrosefalus adalah
kelainan
patologis
otak
yang mengakibatkan
bertambahnya
cairan
serebrospinal dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu: 1.
Mengurangi produksi CSS
2.
Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi 3.
Pengeluaran likuor (CSS) ke dalam organ ekstrakranial
B. Saran Bagi petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan dan asuhan yang adekuat dan hati-hati untuk mencegah terjadinya infeksi sehingga dapat menurunkan angka kematian pada bayi. https://asuhankeperawatankesehatan.blogspot.com/2017/01/makalah-hidrosefalus.htm l
MAKALAH HIDROSEFALUS 14 Desember 2014Wahyu Hidayat KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum wr.wb.
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-NYA kepada kita semua sehingga kita masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan makalah ASKEB III NIFAS yang berjudul “HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ASI”. Salam dan taslim kepada baginda rasulullah muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang seperti saat ini. Tak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Seperti kata pepatah “tiada gading yang tak retak”. Demikianlah keadaan makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca.
Sekian dan terima kasih. Wassalam
Bulukumba, 26 September 2014
Penulis
KELOMPOK III
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi ventrikel serebra,biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal di dalam kranium,secara tipikal,ditandai dengan pembesaran kepala,menonjolnya dahi,atrofi otak,deteriora mental,dan kejang-kejang.
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid,sehingga terjadi penyumbatan dilatasi ruangan CSS di atasnya ( foramen monrai,foramen luschka,magendie,sistem magna,dan sistem basalis merupakan tempat tersering terjadinya penyumbatan).
1.
Rumusan masalah
Apa definisi hidrosefalus?
Bagaimana etiologi hidrosefalus?
Bagaimana pembagian hidrosefalus?
Apa tanda dan gejala hidrosefalus?
Bagaimana komplikasi hidrosefalus?
Bagaimana penanganan hidrosefalus?
Bagaimana penatalaksanaan hidrosefalus?
Bagaimana prinsip pengobatan hidrosefalus?
1.
Tujuan
Definisi hidrosefalus!
Etiologi hidrosefalus!
Penyebab hidrosfalus!
Pembagian hidrosefalus!
Tanda dan gejala hidrosefalus!
Komplikasi hidrosefalus!
Penanganan hidrosefalus!
Penatalaksanaan hidrosefalus!
Prinsip pengobatan hidrosefalus!
BAB II
PEMBAHASAN
1.
DEFINISI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intrakranial yang meningkat. Hal ini menyebabakan terjadinya pelebaran berbagai ruang tempat mengalirnya liquor.(Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita,Salemba Medika hal: 118)
Hidrosefalus adalah jenis penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebrospinal). Penyakit ini juga dapat ditandai dengan dilatasi ventrikel serebra,biasanya terjadi secara sekunder terhadap obstruksi jalur cairan serebrospinal, dan disertai oleh penimbunan cairan serebrospinal di dalam kranium,secara tipikal,ditandai dengan pembesaran kepala,menonjolnya dahi,atrofi otak,deteriora
mental,dan kejang-kejang. (Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,dan Anak Balita,Numed hal: 128)
1.
ETIOLOGI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus disebabkan karena terjadinya penyumbatan cairan serebrospinalis (CSS) pada salah satu pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang subaraknoid,sehingga terjadi penyumbatan dilatasi ruangan CSS di atasnya ( foramen monrai,foramen luschka,magendie,sistem magna,dan sistem basalis merupakan tempat tersering terjadinya penyumbatan).
Hidrosefalus terutama menyerang anak usia 0-2 tahun dengan penyebab utamanya adalah kelainan kongenital,infeksi intrauterine,anoreksia,pendarahan intrakranial akibat adanya trauma,meningoensefalitis bakterial dan viral,serta tumor atau kista araknoid. Pada anak usia 2-10 tahun penyebab utamanya adalah tumor fossa posterior dan stenosis akuaduktus, sedangkan pada usia dewasa penyebab utamanya adalah meningitis,subaraknoid hemoragi,ruptur aneurisma,tumor, dan idiopatik.(Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita,Salemba Medika hal: 118)
Gangguan aliran cairan yang menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya pusat-pusat syaraf yang vital. Menurut lembaga Nasional Instutite of Neurological Disorders and Stroke ( NINDS), gangguan aliran cairan otak ada tiga jenis,yaitu:
1.
Gangguan aliran adanya hambatan sirkulasi
Contoh: tumor otak yang terdapat di dalam ventrikel akan menyumbat aliran cairan otak.
1.
Aliran cairan otak tidak tersumbat, tetapi sebaliknya cairan itu diproduksi berlebihan, akibatnya cairan otak bertambah banyak.
Contoh: tumor ganas di sel-sel yang memproduksi cairan otak.
1.
Cairan otak yang mengalir jumlahnya normal dan tidak ada sumbatan,tetapi ada gangguan dalam proses penyerapan cairan ke pembuluh darah balik, sehingga otomatis jumlah cairan akan meningkat pula.
Misalnya: bila ada cairan nanah ( meningitis atau infeksi selaput otak) atau darah (akibat trauma) di sekitar tempat penyerapan.
Ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan, dapat perlahan atau progresif,menyebabkan ventrikel-ventrikel tersebut melebar,kemudian menekan jaringan otak di sekitarnya. Tulang tengkorak bayi di bawah 2 tahun yang belum menutup akan memungkinkan kepala bayi membesar. Pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus. (Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,dan Anak Balita,Numed hal: 128-129).
1.
PENYEBAB HIDROSEFALUS
Penyebab utama terjadinya hidrosefalus adalah penyumbatan aliran cairan serebrospinal (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subaraknoid. Akibat penyumbatan tersebut maka terjadilah dilatasi ruangan CSS di atasnya.
Adapun penyebab dari penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada neonatus dan bayi adalah sebagai berikut:
1.
Kelainan bawaan (kongenital),yang meliputi:
Stenosisakuaduktus sylvii.
Spina bifida dan kranium bifida.
Sindrom Dandy-walker.
Kista araknoid dan anomali pembuluh darah. (Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan,D-Medika hal: 386-387)
1.
PEMBAGIAN HIDROSEFALUS
Terdapat dua klasifikasi hidrosefalus, yang pertama berdasarkan sumbatannya dan yang kedua berdasarkan perolehannya.
Berdasarkan sumbatannya.
1.
Hidrosefalus obstruktif.
Tekanan CSS yang meningkat disebabkan adanya obstruksi pada salah satu tempat pembentukan CSS, antara lain pada pleksus koroidalis dan keluarnya ventrikel IV melalui foramen luscka dan magendi.
1.
Hidrosefalus komunikan KS.
Adanya peningkatan tekanan intrakranial tanpa disertai adanya penyumbatan pada salah satu tempat pembentukan CSS.
Berdasarkan perolehannya.
1.
Hidrosefalus kongenital.
Hidrosefalus ini sudah diderita sejak lahir (sejak dalam kandungan). Ini berarti pada saat lahir,otak terbentuk kecil atau pertumbuhan otak terganggu akibat terdesak oleh banyaknya cairan dalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial. Hidrosefalus kongenital, di antaranya disebabkan oleh hal-hal berikut.
Stenosis akuaduktus sylvii,merupakan penyebab terbanyak pada bayi dan anak. Gejalanya akan terlihat sejak lahir dan dengan progresif atau dengan cepat berkembang pada bulan-bulan pertama setelah lahir.
Spina bifida dan kranium bifida, berhubungan dengan sindrom Arnold-Chlari.
Sindrom Dandy-Walker, terdapat kista besar di daerah fosa posterior.
Kista araknoid, terjadi secara kongenital ataupun trauma suatu hematoma.
Anomali pembuluh darah, akibat adanya obstruksi akuaduktus.
1.
Hidrosefalus didapat.
Pada hidrosefalus jenis ini, terjadi pertumbuhan otak yang sudah sempurna dan kemudian terjadi gangguan oleh karena adanya tekanan intrakranial yang tinggi. Kelainan ini biasanya terjadi pada bayi dan anak yang penyebabnya antara lain sebagai berikut.
Infeksi, biasanya terjadi pada hidrosefalus pascameningitis,meningokel dan ensefalokel. Pembesaran kepala terjadi beberapa minggu sampai bulan sesudah sembuh dari penyakit tersebut. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piameter dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasma.
Neoplasma,disebabkan karena adanya obstruksi mekanis pada saluran aliran CSS. Pada anak yang terbanyak,menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum,penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.
Perdarahan intrakranial yang dapat memyebabkan hematoma di dalam otak,sehingga dapat menimbulkan penyakit. Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak,selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah.
1.
TANDA DAN GEJALA HIDROSEFALUS
Tanda dan gejala Hidrosefalus tergantung pada awitan dan derajat ketidakseimbangan kapasitas produksi dan resorbsi CSS.Gejala-gejala yang menonjol merupakan refleksi adanya hipertensi intrakranial. Manifestasi klinis dari hidrosefalus pada anak di kelompokkan menjadi 2 golongan, yakni sebagai berikut.
1.
Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus
Tanda dan gejala Hidrosefalus awitan meliputi pembesaran kepala abnormal, gambaran tetap hidrosefalus kongenital dan pada masa bayi. Lingkaran kepala neonatus biasanya adalah 35-40cm, dan pertumbuhan ukuran lingkar kepala terbesar adalah selama tahun pertama kehidupan. Kranium terdistensi dalam semua arah, terutama pada daerah frontal. Tampak dorsum nasi lebih besar dari biasa. Fontanella terbuka dan tengang, sutura masih terbuka bebas. Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok.
1.
Awitan Hidrosefalus terjadi pada masa kanak-kanak.
Pembesaran kepala tidak bermakna, tetapi nyeri kepala sebagai manifestasi hipertensi intrakranial. Lokasi nyeri kepala tidak khas. Dapat di sertai keluhan penglihatan ganda ( Diplopia ) dan jarang di ikuti penurunan visus. Secara umum, gejala yang paling umum terjadi pada pasien-pasien hidrosefalus di bawah usia 2 tahun adalah pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala. Makrokrania mengesankan sebagai salah satu tanda bila ukuran lingkar kepala lebih besar dari pada dua deviasi standar di atas ukuran di atas normal. Makrokrania biasanya di sertai empat gejala hipertensi intrakranial lainnya, antara lain:
1.
Fontanel anterior yang sangat tegang.
2.
Sutura kranium tampak atau teraba melebar.
3.
Kulit kepala licin mengkilap dan tampak vena-vena superfisial menonjol.
4.
Fenomena “matahari tenggelam” (sunset phenomenon).
(Asuhan Neonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan,D-Medika hal: 388-390)
Tanda dan gejala dari penderita hidrosefalus adalah sebagai berikut, di antaranya:
1.
Tengkorak kepala mengalami pembesaran.
2.
Muntah dan nyeri kepala.
3.
Kepala terlihat lebih besar daripada tubuh.
4.
Ubun-ubun besar melebar dan tidak menutup pada waktunya, teraba tegang dan menonjol.
5.
Dahi lebar,kulit kepala tipis,tegang dan mengilat.
6.
Pelebaran vena kulit kepala.
7.
Saluran tengkorak belum menutup dan teraba lebar.
8.
Terdapat cracked pot sign bunyi seperti pot kembang retak sat dilakukan perkusi kepala.
9.
Adanya sunset sign dimana sklera berada di atas iris sehingga iris seakan-akan menyerupai matahari terbenam.
10.
Pergerakan bola mata tidak teratur.
11.
Kerusakan saraf yang dapat memberi gejala kelainan neorologis berupa
Gangguan kesadaran;
Kejang;
Terkadang terjadi gangguan pusat vital. (Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita,Salemba Medika hal: 118-120)
1.
KOMPLIKASI HIDROSEFALUS
Hidrosefalus sebaiknya diketahui sejak dini, karena hidrosefalus akan menimbulkan komplikasi apabila tidak segera mendapat penanganan. Manifestasi klinis antara lain ialah:
Ubun-ubun besar bayi akan melebar dan menonjol.
Pembuluh darah di kulit kepala makin jelas.
Gangguan sensorik-motorik.
Gangguan penglihatan (buta).
Gerakan bola mata terganggu (juling).
Terjadi penurunan aktivitas mental yang progresif.
Gangguan pada fungsi vital akibat peninggian tekanan dalam ruang tegkorak yang berupa pernafasan lambat,denyut nadi turun dan naiknya tekanan darah sistolik.
Bayi rewel,kejang,muntah-muntah,panas yang sulit dikendalikan.
1.
PENANGANAN HIDROSEFALUS
NINDS menyebutkan bahwa kategori penanganan hidrosefalus adalah “life saving and life sustaining” yang berarti penyakit ini memerlukan diagnosis dini yang dilanjutkan dengan tindakan bedah secepatnya. Keterlambatan akan menyebabkan kecacatan dan kematian.
Hal yang dilakukan untuk mengetahui penyakit ini antara lain adalah:
1.
Pengukuran lingkar kepala secara serial dan teratur
Hal ini sangat penting untuk deteksi dini penyakit,karena pembesaran kepala merupakan salah satu petunjuk klinis yang penting untuk mendeteksi hidrosefalus.
1.
Foto polos kepala dan disusul dengan pemeriksaan ultrasonografi
Hal ini digunakan untuk menunjang dan melengkapi diagnosis sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan mulai dari yang sederhana.
1.
Pemeriksaan dengan senografi
Pemeriksaan ini dapat digunakan menjadi data minimal untuk menilai pelebaran ventrikel dan ketebalan jaringan otak. Jika ketebalan kurang dari 2 cm, maka nilai tindakan bedah tidak bermanfaat lagi.
1.
Pemeriksaan computerized tomography scan (CT Scan) atau magnetic resonance imaging (MRI)
Digunakan untuk mendeeksi struktur anatomi otak,dan penyebab hidrosefalus,misalnya tumor dalam rongga ventrikel yang semua itu berkaitan dengan strategi penanganan hidrosefalus.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menangani hidrisefalus antara lain:
1.
Menggunakan teknologi pintasan seperti silicon
Hal ini penting karena selang pintasan itu ditanam di jaringan otak,kulit,dan rongga perut dalam waktu yang lama bahkan seumur hidup penderita sehingga perlu dihindarkan efek reaksi penolakan oleh tubuh. Tindakan bedah pemasangan selang pintasan dilakukan setelah diagnosis dilengkapi dan indikasi serta syarat dipenuhi.
Tindakan dilakukan terhadap penderita yang dibius otak ada sayatan kecil
di daerah kepala dan dilakukan pembukaan tulang tengkorak dan selaput yang selanjutnya selang pintasan ventrikel dipasang,disusul kemudian dibuang sayatan kecil di daerah perut,dibuka rongga perut lalu ditanam selang pintasan rongga perut antara kedua ujung selang tersebut dihubungkan.dengan sebuah selang pintasan yang ditanam di bawah kulit sehingga tidak terlihat dari luar.
1.
Teknik neuroendoskopi
Endoskopi dapat digunakan sebagai alat diagnosa dan sekaligus tindakan bedah. VRIES pada tahun 1978 mengembangkan endoskopi yang canggih, yakni sebuah selang fiber-optik yang dilengkapi dengan peralatan bedah mikro dan sinar laser. Dengan demikian, melalui sebuah lubang di kepala, selang dipadu dengan layar televisi,dioperasikan alat bedah untuk membuka tumor yang menyumbat rongga ventrikel.
(Asuhan Kebidanan Neonatus,Bayi,dan Anak Balita,Numed hal: 129-130).
1.
PENATALAKSANAAN HIDROSEFALUS
Umum
1.
Pengawasan suhu atau pencegahan hipotermi.
2.
Pencegahan infeksi.
3.
Observasi TPRS, aktivitas,reaksi dan rangsangan,serta adanya dilatasi pupil strabismus.
4.
Intake-output.
5.
Perawatan sehabis BAK dan BAB.
Khusus
1.
Pengukuran lingkar kepala dilakukan dari dahi-atas telinga-belakang kepala-ingkaran ke atas kepala sisi sebelahnya-pertemukan di dahi, kemudian dibaca satu sampai dua angka di belakang koma,lalu catat dan buat grafiknya.
2.
Pengawasan dan pencegahan muntah.
Catat kapan terjadi muntah dan berapa frekuensinya selama 24 jam serta berapa banyak yang dimuntahkan.
Berikan minum sedikit-sedikit tapi sering.
Bila sampai terjadi muntah segera lakukan suction untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumonia.
1.
Pengawasan kejang.
Hitung berapa lama kejang terjadi dan frekuensinya selama 24 jam.
Pasang tongua spatel untuk mencegah retraksi lidah yang dapat menyebabkan perdarahan atau sumbatan pada saluran pernapasan.
1.
Persiapan operasi.
Lakukan informed consent dan informed choice pada keluarga tentang besarnya biaya yang perlu dipersiapkan serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa timbul setelah dilakukan operasi.
Siapkan hasil pemeriksaan darah,X-ray,dan CT scan.
Surat izin operasi dari dokter.
1.
Pemberian makanan dan minuman.
Biasanya tidak perlu diet, tetapi yang terpenting adalah sedikit-sedikit namun sering ( prinsip pemberian makan dan minum pada bayi yang hidrosefalus).
1.
Perawatan luka.
Biasanya dilakukan 3 hari setelah operasi degan mengganti balutan 2 kali per hari.
1.
Pencegahan dekubitus.
Sebaiknya posisi anak diubah-ubah,tetapi bagian kepala harus dalam posisi yang terjaga jangan sampai tertekan.
Lakukan masase pada daerah yang tertekan dengan sebelumnya mengolesi daerah tersebut dengan minyak atau lotion.
1.
Mencegah terjadinya kontraktur.
Hal ini perlu diperhatikan, terutama pada anak yang belum dilakukan operasi da sering mengalami kejang. Daerah ekstremitas atas dan bawah harus sering digerak-gerakkan untuk menghindari kekakuan otot.
1.
PRINSIP PENGOBATAN
Tanpa pengobatan,sebanyak 40-50% kasus “didapat”,anak dapat sembuh.
Pemberian Diamox atau furosemid yang dapat mengurangi peggunaan shunt. Efek sampingnya adalah dehidrasi,hipernatremi,dan asidosis.
Pembedahan dilakukan untuk memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorpsi. (Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita,Salemba Medika hal: 120-121)
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Hidrosefalus adalah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinalis dikarenakan adanya tekanan intrakranial yang meningkat. Hal ini menyebabakan terjadinya pelebaran berbagai ruang tempat mengalirnya liquor.
Hidrosefalus terutama menyerang anak usia 0-2 tahun dengan penyebab utamanya adalah kelainan kongenital,infeksi intrauterine,anoreksia,pendarahan intrakranial akibat adanya trauma,meningoensefalitis bakterial dan viral,serta tumor atau kista araknoid. Pada anak usia 2-10 tahun penyebab utamanya adalah tumor fossa posterior dan stenosis akuaduktus, sedangkan pada usia dewasa penyebab utamanya adalah meningitis,subaraknoid hemoragi,ruptur aneurisma,tumor, dan idiopatik.
1.
Saran
Saran kami dalam pembuatan makalah ini,sebagai seorang bidan dan tenaga kesehatan lainnya perlu mengetahui dan memahami seperti apa itu hidrosefalus karena penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak. Diharapkan juga saran dan kritik dari para pembaca.
https://nurulmuhtad.wordpress.com/2014/12/14/hedrosefalus/