MAKALAH TEMBAGA (Cu) DAN KOBALT (Co) Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kimia Anorganik Dosen Pengampu : Nuni Widiarti,S.pd,M.pd Kelompok 9
Disusun Oleh : Zerlinda Febriana
(4301416060)
Rika Ayu Lestari
(4301416070)
JURUSAN KIMIA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas untuk membuat makalah Kimia Anorganik yang berjudul “Tembaga (Cu) dan Kobalt (Co)”. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari mempunyai banyak kekurangan oleh sebab itu bantuan dan dorongan telah kami terima dari semua pihak. Oleh karena itu tiada lupa kami dengan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Ibu Nuni Widiarti,S.pd,M.pd selaku dosen mata kuliah Kimia Anorganik.
2.
Teman-teman kami yang telah membantu penyususan makalah ini. Penulis menyadari dalam penyususunan makalah ini masih belum sempurna. Untuk itu
kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Semarang, 14 Maret 2018
Penyusun
2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ..................................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................ 2 1.3. Tujuan Kegiatan................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3 2.1. Pengertian Tembaga ............................................................................................ 4 2.2. Sifat Fisis dan Sifat Kimia ................................................................................... 6 2.3. Senyawa Tembaga ............................................................................................... 7 2.4. Pembuatan Tembaga .......................................................................................... 11 2.5. Kegunaan Unsur Tembaga ................................................................................ 13 2.6. Efek Unsur Tembaga ......................................................................................... 15 BAB III PENUTUP ................................................................................................. 19 3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 19 3.2 Saran....................................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... .. 23
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang A. (Cu) TEMBAGA Pada zaman Yunani, logam tembaga ini dikenal dengan nama chalkos. Tembaga merupakan sumber penting bagi orang-orang Roma dan Yunani. Pada zaman Roma, ia dikenal dengan nama aes Cyprium (aes merupakan istilah umum Latin bagi tembaga seperti gangsa dan logam-logam lain, dan Cyprium sendiri karena dulunya tembaga banyak ditambang dari Cyprus). Dari dua kata itulah maka menjadi kata cuprum dan dalam Bahasa Melayukuprum. Dalam sejarahnya, penggunaan tembaga oleh manusia tercatat dari kurang lebih 10.000 tahun lalu lamanya. Peleburan tembaga nampaknya telah berkembang secara baik di beberapa belahan dunia. Di samping berkembang di Anatolia pada 5000 SM, tembaga juga dikembangkan di China sebelum 2800 SM, Amerika Tengah sekitar 600 TM, dan Afrika Barat sekitar 900 TM. Cu (Tembaga) merupakan salah satu unsur logam transisi yang berwarna cokelat kemerahan dan merupakan konduktor panas dan listrik yang sangat baik. Tembaga dengan nama kimia Cupprum dilambangkan dengan Cu, unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai bobot atom (BA) 63,546. Unsur tambahan di alam dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau dalam senyawa padat dalam bentuk mineral. Dalam badan perairan laut tembaga dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan ion seperti CuCO3, CuOH, dan sebagainya.
B. Cobalt (Cu) Cobalt adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27 dengan berat atom sebesar 58.933200. Cobalt merupakan unsur transisi yang terletak pada golongan 9 pada periode keempat. Menurut aturan Aufbau Cobalt mempunyai konfigurasi 1s 2 2s2 sp6 3s2 3p6 4s2 3d7 atau bisa disingkat
[Ar] 3d7 4s2 sedangkan jika menurut aturan bilangan kuantum maka
konfigurasi Cobalt dapat ditulis 1s2 2s2 sp6 3s2 3p6 3d7 4s2. Cobalt merupakan logam metalik yang berwarna sedikit berkilauan dan keabu-abuan. Logam Cobalt baru mulai digunakan pada abad
20, namun bijih Cobalt sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Sumber warna biru pada Cobalt dikenali pertama kali oleh G. Brandt (ahli kimia Swedia) pada tahun 1735 yang mengisolasi 4
logam tak murni yang diberi nama Cobalt rex. Pada tahun 1780, T.O. Bergman menunjukan bahwa Cobalt rex adalah unsur baru yang kemudian diberi nama turunan dari kata kohold (bahasa Jerman) yanh artinya globin atau roh hantu. Kobal terdapat dalam mineral Cobaltit, smaltit dan eritrit. Sering terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping produksi. Kobal juga terdapat dalam meteorit. Pada 1735, seorang ilmuwan Swedia, George Brandt, menunjukkan bahwa warna biru pada kaca berwarna disebabkan adanya unsur baru bernama Cobalt. Sedangkan radioaktif Cobalt-60 ditemukan oleh Glenn T Seaborg dan Fohn livingood dari University of California Berkeley pada akhir 1930-an.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan tembaga dan cobalt? 2. Apa saja sifat fisis dan sifat kimia dari tembaga dan cobalt? 3. Senyawa apa saja yang dapat dibentuk oleh tembaga dan cobalt? 4. Bagaimana cara pembuatan unsur tembaga dan cobalt? 5. Apa saja kegunaan dan manfaat dari unsur tembaga dan cobalt? 6. Apa saja efek dari unsur tembaga dan cobalt ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari tembaga dan cobalt. 2. Untuk mengetahui sifat fisis dan sifat kimia dari unsur tembag dan cobalt a. 3. Untuk mengetahui senyawa yang dapat di bentuk oleh tembaga dan cobalt. 4. Untuk mengetahui cara pembuatan unsur tembaga dan cobalt. 5. Untuk mengetahui kegunaan dan manfaat dari unsur tembaga dan cobalt. 6. Untuk mengetahui efek dan bahaya dari unsur tembaga dan cobalt.
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tembaga A. Tembaga (Cu) Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2) dan kalkolit (Cu2S). Deposit bijih tembaga yang banyak ditemukan di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Bijih-bijih tembaga yang penting adalah sulfida, oxida-oxidanya, dan karbonat. Dari mereka, tembaga diambil dengan cara smelting, leaching, dan elektrolisis. Semua senyawa Tembaga (I) bersifat diamagnetik dan tidak berwarna (kecuali Cu2O yang berwarna merah), sedangkan semua senyawa Tembaga (II) bersifat paramagnetik dan berwarna. Senyawa hidrat yang mengandung ion Cu2+ berwarna biru. Beberapa contoh senyawa yang mengandung Tembaga (II) adalah CuO (hitam), CuSO4.5H2O (biru), dan CuS (hitam). Tembaga merupakan logam yang kuat, dapat ditempa, tahan korosi, serta penghantar listrik dan panas yang baik.Bijih tembaga yang terpenting adalah berupa sulfida, seperti kalkosit (Cu2S) dan kalkopirit (CuFeS2). Penambangan tembaga di Indonesia terdapat di Papua, Sulawesi Utara, Jawa Barat, dan beberapa daerah lain. Tembaga asli ditemukan di banyak lokasi sebagai mineral utama dalam lava basaltik dan juga sebagai reduksi dari senyawa tembaga, seperti sulfida, arsenides, klorida, dan karbonat. Tembaga terkombinasikan dalam banyak mineral, seperti kalkosit, kalkopirit, bornit, cuprite, perunggu, dan azurite. Tembaga ada dalam abu rumput laut, di banyak karang laut, dalam hati manusia, dan dalam banyak moluska dan artropoda. Tembaga memainkan peran yang sama dalam transportasi oksigen dalam hemocyanin moluska berdarah biru dan besi krustasea tetapi tidak terdapat dalam hemoglobin hewan berdarah merah. Kehadiran tembaga pada manusia sebagai elemen membantu mengkatalisis pembentukan hemoglobin.
6
2.2 Sifat Fisis dan sifat Kimia a)
Sifat Fisika Tembaga merupakan logam yang berwarna kuning kemerahan seperti emas kuning dan keras bila tidak murni.b.
Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga
mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
Mudah ditempa (liat) dan bersifat mulur sehingga mudah dibentuk menjadi pipa, lembaran tipis dan kawat.
Konduktor panas dan listrik yang baik, kedua setelah perak.
Berat jenis tembaga sekitar 8,92 gr/cm3
Bentuk : padat
Warna : logam merah jambu
Massa Jenis : 8.96 g/cm3
Titik Lebur : 1357.77 K (1084.62 °C, 1984.32 °F)
Titik Didih : 2835 K (2562 °C, 4643 °F)
Kalor Peleburan : 13.26 kJ/mol
Kalor Penguapan : 300.4 kJ/mol
Kapasitas Kalor : (25 °C) 24.440 J/(mol・K)
b)
Sifat Kimia Tembaga merupakan unsur yang relatif tidak reaktif sehingga tahan terhadap korosi. Pada udara yang lembab permukaan tembaga ditutupi oleh suatu lapisan yang berwarna hijau yang menarik dari tembaga karbonat basa, Cu(OH)2CO3.
Pada kondisi yang istimewa yakni pada suhu sekitar 300 °C tembaga dapat bereaksi dengan oksigen membentuk CuO yang berwarna hitam. Sedangkan pada suhu yang lebih tinggi, sekitar 1000 oC, akan terbentuk tembaga(I) oksida (Cu2O) yang berwarna merah.
Tembaga panas dapat bereaksi dengan uap belerang dan halogen. Bereaksi dengan belerang membentuk tembaga(I) sulfida dan tembaga(II) sulfida dan untuk reaksi
7
dengan halogen membentuk tembaga(I) klorida, khusus klor yang menghasilkan tembaga(II) klorida.
Pada umumnya lapisan Tembaga adalah lapisan dasar yang harus dilapisi lagi dengan Nikel atau Khrom. Pada prinsipnya ini merupakan proses pengendapan logam secara elektrokimia, digunakan listrik arus searah (DC). Jenis elektrolit yang digunakan adalah tipe alkali dan tipe asam.
Tembaga tidak diserang oleh air atau uap air dan asam-asam nooksidator encer seperti HCl encer dan H2SO4 encer. Tetapi asam klorida pekat dan mendidih menyerang logam tembaga dan membebaskan gas hidrogen. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks CuCl2 ̄(aq) yang mendorong reaksi kesetimbangan bergeser ke arah produk. 2Cu (s) + 2H+ (aq) → a Cu+ (aq) + H2 2Cu+ (aq) + 4Cl- (aq) → 2 CuCl2-(aq)
2.3 Senyawa Tembaga Tembaga di alam memiliki tingkat oksidasi +1 dan +2. Tembaga dengan bilangan oksidasi +2 merupakan tembaga yang sering ditemukan sedangkan tembaga dengan bilangan oksidasi +1 jarang ditemukan, karena senyawaan tembaga ini hanya stabil jika dalam bentuk senyawa kompleks. Selain dua keadaan oksidasi tersebut dikenal pula tembaga dengan bilangan oksidasi +3 tetapi jarang digunakan, misalnya K3CuF6. Dalam larutan berair, hampir semua senyawa garam tembaga (II) berwarna biru. Warna ini disebaban oleh adanya ion heksaaquatembaga (II) yaitu [Cu(OH2)6]2+ dalam larutan. Warna berbeda terjadi pada senyawa garam tembaga (II) klorida. Cairan pekat dari senyawa tembaga (II) klorida, memiliki warna hijau yang disebabkan oleh adanya ion kompleks yang memiliki bentuk planar seperti ion heksaklorokuprat (II) yaitu [CuCl4]2+. Ketika dilarutkan dalam air, warna larutan baru berubah menjadi biru. Perubahan warna ini disebabkan oleh terjadinya penggantian ion klorida pada senyawa kompleks dengan molekul air. warna biru itu disebabkan oleh adanya ion heksaaquatembaga
(II)
di
dalam
larutan.
Secara keseluruhan, perubahan ion kompleks yang mengankibatkan perubahan
8
warna
hijau
menjadi
biru
digambarkan
melalui
reaksi
berikut
:
[CuCl4]2-(aq) + 6 H2O(l) <==> [Cu(OH2)6]2+(aq) + 4 Cl-(aq) Jika larutan amonia ditambahkan pada larutan ion tembaga(II), warna biru dari ion kompleks heksaaquatembaga (II) akan digantikan oleh warna biru tua dari ion kompleks tetraaminotembaga (II), [Cu(NH3)4]2+ yang memiliki bentuk segiempat planar. Reaksi
yang
terjadi
adalah
sebagai
berikut:
[Cu(OH2)6]2=(aq) + 4 NH3(aq) ==> [Cu(NH3)4]2+(aq) + 6 H2O(l) Penambahan ion hidroksidapada larutan ion tembaga(II) mengakibatkan pengendapan dari tembaga(II)hidroksida, yang merupakan padatan seperti gelatin berwarna biru-hijau. Reaksi
yang
terjadi
adalah
sebagai
berikut:
Cu2+(aq) + 2OH-(aq) ==> Cu(OH)2(s
Tetapi, jika kita panaskan larutan tersebut mengakibatkan senyawa hidroksidanya terdekomposisi menjadi senyawa tembaga(II)oksida yang berwarna hiotam dan juga molekulair. Reaksi
yang
terjadi
adalah
sebagai
berikut:
Cu(OH)2(s)==>CuO(s)+H2o(l) Temabag(II)hidroksida tidak larut dalam larutan basa, tetapi akan larut dalam larutan hidroksida pekat menghasilkan ion tetrahidroksokuptar(II) yang berwarna biru tua dengan
rumus
ion
[Cu(OH)4]2-
sesuai
dengan
persamaan
reaksi:
Cu(OH)2(s)+2OH-(aq)==>[Cu(OH)4]2-(aq) Tembaga9II)hidroksida
juga
larut
didalam
larutan
amonia
menghasilkan
tetraaminatembaga(II)
ion :
Cu(OH)2(s)+4NH3(aq)<==>[Cu(NH3)4]2+(aq)+2OH-(aq) Hampir untuk semua ligan, bilangan oksidasi +2 dari tembaga secara termodinamika lebih stabil, walaupun untuk ligan yang mereduksi, seperti iodida, akan mereduksi tembaga(II)
menjadi
tembaga9I)
sesuai
dengan
persamaan
reaksi
:
2 Cu2+(aq) + 4I-(aq) ==> 2 Cu(s) + I2(aq)
9
2.4 Pembuatan Tembaga Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida.Untuk memperoleh tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret volta sehingga mudah diasingkan dari bijihnya. Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit (CuFeS 2), terdiri dari beberapa tahap untuk memperoleh tembaga, yakni: a. Pengapungan (flotasi) Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan ukuran bijih kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak tertentu.Kemudian udara ditiupkan ke dalam campuran untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan berikatan dengan minyak dan menempel pada gelembunggelembung udara yang kemudian mengapung ke permukaan. Selanjutnya gelembunggelembung udara yang membawa partikel-partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan. b. Pemanggangan Bijih pekat hasil pengapungan selanjutnya dipanggang dalam udara terbatas pada suhu dibawah titik lelehnya guna menghilangkan air yang mungkin masih ada pada saat pemekatan dan belerang yang hilang sebagai belerang dioksida. Campuran yang diperoleh dari proses pemanggangan ini disebut calcine, yang mengandung Cu2S, FeO dan mungkin masih mengandung sedikit FeS. Setelah itu calcine disilika guna mengubah besi(II) oksida menjadi suatu sanga atau slag besi(II) silikat yang kemudian dapat dipisahkan. Reaksinya sebagai berikut. Tembaga(I) sulfida yang diperoleh pada tahap ini disebut matte dan kemungkinan masih mengandung sedikit besi(II) sulfide c. Reduksi Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi 2Cu2S(s) + 3O2(g) ―→ 2Cu2O(s) + 2SO2(g) Cu2S(s) + 2Cu2O(s) ―→ 6Cu(s) + SO2(g) 10
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara. d. Elektrolisis Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan Pt kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis tembaga kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda digunakan tembaga murni, dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat (CuSO4). Selama proses elektrolisis berlangsung tembaga di anoda teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi logam Cu. Katoda : Cu2+(aq) + 2e ―→ Cu(s) Anoda : Cu(s) ―→ Cu2+(aq) + 2e
2.5 Kegunaan Unsur Tembaga
a.
Logam Tembaga kegunaan: Sebagai campuran untuk membuat perunggu (Cu 90% dan Sn10%) untuk membuat patung, indutri arloji, atau ornamen
b. c.
Sebagai campuran untuk membuat monel (Ni 70% dan Cu 30%) Sebagai campuran membuat duralium (Al 96% dan Cu 4%) untuk komponen pesawat
d. e.
Sebagai campuran untuk membuat perhiasan (Cu 45% dan Au 55%) Sebagai campuran untuk membuat kuningan (Cu 70% dan Zn 30%) untuk membuat aksesoris, alat musik, atau ornamen
f.
Sebagai campuran membuat kupronikel, (Cu 75% dan Ni 25%) untuk membuat uang koin logam (contoh logam Amerika) dan logam-logam senjata mengandung tembaga
g.
Alat-alat listrik seperti, kabel istrik, kumparan dinamo dan komponen berbagai alat elektronik, alnico, pipa, motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan industri, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung microwave, sakelar, reaktifier transsistor, kawat, pematrian, alatalat dapur
h.
Sebagai bahan penahan untuk bangunan dan beberapa bagian kapal
11
i.
Serbuk tembaga digunakan sebagai katalisator untuk mengoksidasi metanol menjadi metanal.
Senyawa Tembaga kegunaan:
a.
Tembaga (II) Oksida (CuO), sebagai insektisida, bahan baterai, bahan penyepuh dan bahan pewarna hitam untuk keramik, bahan gelas, porselen dan rayon
b.
Tembaga (II) Sulfat (CuSO4), sebagai antilumut pada kolam renang dan memberikan warna biru pada air, pengawet kayu, penyepuhan dan zat aditif dalam radiator
c.
Tembaga (II) Klorida (CuCl2), sebagai pewarna keramik dan gelas, pabrik tinta, untuk menghilangkan kandungan belerang pada pengolahan minya, dan fotografi serta pengawet kayu dan katali
d. Campuran CuSO4 dan Ca(OH)2, disebut bubur boderiux banyak digunakan untuk mematikan serangga atau hama tanaman, pencegah jamur pada sayur dan buah e.
Cu(OH)2 yang larut dalam larutan NH4OH membentuk ion kompleks cupri tetramin (dikenal sebagai larutan schweitser), digunakan untuk melarutkan selulosa pada pembuatan rayon (sutera buatan).
2.6 Efek kesehatan dari Unsur Tembaga
Toksisitas logam Cu pada manusia, khususnya anak-anak, biasanya terjadi karena CuSO4. Beberapa gejala keracunan Cu adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan beberapa kasus yang parah dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian (Darmono, 1995).
Logam ini berbentuk merah kristal kemerahan. Cu memiliki efek racun bagi manusia. Jika manusia terpapar oleh debu atau uap Cu, maka akan berakibat berbahaya bagi kesehatan manusia. Biasanya akan terjadi kerusakan pada selaput lendir di hidung akibat Cu. Selain itu, Cu bisa mengendap di paru-paru dan bersifat korosif. Maka dari itu, Cu bisa menyebabkan kanker dan kerusakan pada paru-paru
Tembaga bisa ditemukan dalam berbagai jenis makanan, dalam air minum, dan di udara. Karena itu, manusia menyerap sejumlah tembaga saat makan, minum, dan bernapas. Tembaga merupakan elemen yang penting bagi kesehatan manusia. Namun, jumlah 12
asupan terlalu besar akan menyebabkan masalah kesehatan. Konsentrasi tembaga di udara biasanya cukup rendah, sehingga paparan melalui pernapasan bisa diabaikan. Tetapi orang-orang yang tinggal di dekat smelter atau pabrik pengolahan tembaga akan mengalami eksposur lebih tinggi. Eksposur tembaga jangka panjang dapat menyebabkan iritasi pada hidung, mulut, mata, serta menyebabkan sakit kepala, sakit perut, pusing, muntah, dan diare. Asupan ekstra tinggi akan menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan bahkan kematian. Terdapat penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara paparan jangka panjang konsentrasi tinggi tembaga dan penurunan kecerdasan pada anak. Paparan pada asap dan debu tembaga bisa menyebabkan demam asap logam yang diiringi perubahan atropi pada membran mukosa. Keracunan tembaga kronis bisa memicu penyakit Wilson yang ditandai dengan sirosis hati, kerusakan otak, demyelization, penyakit ginjal, dan timbunan tembaga di kornea.
B. Cobalt (Co) 2.7 Pengertian Cobalt Kobalt adalah suatu unsur kimia yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Kobalt merupakan logam yang jarang ditemukan, diperkirakan hanya 20 PPm dalam kerak bumi. kobalt ditemukan dalam cadangan yang mengumpul sehingga produksi tahunannya mencapai jutaan pon. kobalt terdapat dialam sebagai senyawa sulfida, sifat mempunyai kesamaan dengan Besi. Kobal terdapat dalam mineral kobaltit, smaltit dan eritrit. Sering terdapat bersamaan dengan nikel, perak, timbal, tembaga dan bijih besi, yang mana umum didapatkan sebagai hasil samping produksi. Kobal juga terdapat dalam meteorit. Bijih mineral kobal yang penting ditemukan di Zaire, Moroko, dan Kanada. Survei badan geologis Amerika Serikat telah mengumumkan bahwa di dasar bagian tengah ke utara Lautan Pasifik kemungkinan kaya kobal dengan kedalaman yang relatif dangkal, lebih dekat ke arah Kepulauan Hawai dan perbatasan Amerika Serikat lainnya. Co(Warna:
sedikit
berkilauan,
metalik,
keabu-abuan
Penggolongan:
Metalik
Ketersediaan: unsur kimia kobal tersedia di dalam banyak formulasi yang mencakup kertas perak, potongan, bedak, tangkai, dan kawat. contoh besar Dan kecil unsur kimia. Kobal juga merupakan suatu unsur dengan sifat rapuh agak keras dan mengandung metal 13
serta kaya sifat magnetis yang serupa setrika. Unsur kimia kobalt adalah batu bintang. Deposit bijih.
2.8 Sifat Fisis dan sifat Kimia Cobalt a. Sifat Fisik
Logam berwarna abu–abu, sedikit berkilauan dan metalik.
Sedikit magnetis.
Cobalt memiliki permeabilitas logam sekitar dua pertiga daripada besi.
Melebur pada suhu 14900C dan mendidih pada suhu 35200C.
Memiliki 7 tingkat oksidasi yaitu -1, 0, +1, +2, +3, +4 dan +5.
b. Sifat Kimia
Bereaksi lambat dengan asam encer menghasilkan ion dengan biloks +2 Pelarutan dalam asam nitrat disertai dengan pembentukan nitrogen oksida, reaksi yang terjadi adalah : Co + 2H+ → Co2+ + H2 3Co + 2HNO3 + 6H+ → 3Co2+ + 2NO+ 4H2O
Kurang reaktif
Dapat membentuk senyawa kompleks
Senyawanya umumnya berwarna
Dalam larutan air, terdapat sebagai ion Co2+ yang berwarna merah
Senyawa–senyawa Co(II) yang tak terhidrat atau tak terdisosiasi berwara biru.
Ion Co3+ tidak stabil, tetapi kompleks–kompleksnya stabil baik dalam bentuk larutan maupun padatan.
Kompleks-kompleks Co(II) dapat dioksidasi menjadi kompleks–kompleks Co(III)
Bereaksi dengan hidogen sulfida membentuk endapan hitam
Tahan korosi
14
2.9 Senyawa Cobalt 1. Oksida Cobalt (II) Oksida merupakan senyawa padatan berwarna hijau dibuat melalui pemanasan Cobalt(II) karbonat atau nitrat pada suhu 11000C. Reaksi ini harus dilakukan dalam ruang bebas oksigen, reaksinya sebagai berikut : CoCO3 → CoO + CO2 2Co(NO3)2 → 2CoO + 4NO2 +O2 Cobalt(II) Oksida mempunyai struktur NaCl. Pada pemanasan 400–5000C dalam udara dihasilkan senyawa Co3O4. Beberapa oksida lain yang dikenal antara lain Co2O3, CoO2 dan oksoCobalttat (II) merah Na10[Co4O9]. a. Halida Halida anhidrat CoX2 dapat dibuat dengan dehidrasi dari hidrat halida dan untuk CoF2 dibuat dengan mereaksikan antara HF dengan CoCl2. Halida klor berwarna biru terang. Reaksi dari flourida atau senyawaan flourinasi lain pada Cobalt halida pada temperatur 300 – 4000C menghasilkan Cobalt(III) flourida yang merupakan senyawa berwarna coklat gelap yang umumnya digunakan sebagai zat flourinasi. Cobalt(III) flourida dapat direduksi oleh air. Senyawa yang sederhana misalnya CoF3 yang berupa padatan coklat mudah bereaksi dengan air menghasilkan oksigen. b. Sulfida Dibentuk dari larutan Co2+ yang direaksikan dengan H2S membentuk endapan CoS berwarna hitam. Co2+ + H2S → CoS + 2H+
15
2. Garam Bentuk garam Cobalt(II) yang paling sederhana dan merupakan garam hidrat. Semua garam hidrat Cobalt berwarna merah atau pink dari ion [Co(H2O)6]2+ yang merupakan ion terkoordinasi oktahedral. Cobalt(II) hidroksida bersifat amphotir bila dilarutkan dalam hidroksida pekat membentuk larutan berwarna biru yang mengandung ion [Co(OH)4]2–. Bentuk garam Cobalt(III) sangat sedikit, garam flourida hidrat berwarna hijau CoF3.5H2O dan hidrat sulfat berwarna biru Co2(SO4)3.18H2O.
2.10 Proses Pembuatan Cobalt Unsur cobalt di alam selalu didapatkan bergabung dengan nikel dan biasanya juga dengan arsenik. Mineral cobalt terpenting antara lain Smaltite (CoAs2), cobalttite (CoAsS) dan Lemacite ( Co3S4 ). Sumber utama cobalt disebut “Speisses” yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari Ni, Cu, dan Pb. Unsur cobalt diproduksi ketika hidroksida hujan, akan timbul hipoklorit sodium ( NaOCl) .
Dan
berikut
reaksinya:
2Co2+(aq)+NaOCl(aq)+4OH-(aq)+H2O2Co(OH)3(s)+NaCl(aq) Trihydroxide Co(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan untuk membentuk oksida dan kemudian ditambah dengan karbon sehingga terbentuklah unsur kobalt metal. Berikut reaksinya
:
2Co(OH)3(heat)Co2O3+3H2O 2Co2O3 + 3C 4Co(s) + 3CO2(g)
2.11 Kegunaan Cobalt
Radioisotop dalam industri. Kobal-60: Digunakan untuk sterilisasi gamma, radiografi industri, kepadatan dan ketinggian mengisi. Cobalt 60 ( 60Co) adalah suatu isotop yang diproduksi menggunakan suatu sumber sinar ( radiasi energi tinggi). unsur kimia/kobalt
16
mewarnai gelas/kaca serta memiliki suatu keindahan warna kebiruan. Logam Cobalt sebenarnya dibutuhkan manusia dalam jumlah yang sangat sedikit untuk proses pembentukan butir darah merah. Cobalt (Co) dalam jumlah tertentu dibutuhkan tubuh melalui Vitamin B12 yang masuk ke tubuh manusia
Industri mobil memakai paduan bahan kobalt.
Paduan baja dan kobalt banyak digunakan untuk konstruksi pesawat terbang atau konstruksi yang harus tahan panas dan tahan aus.
Digunakan sebagai bahan baja tahan-karat dan baja magnit
Digunakan di dalam campuran logam untuk turbin gas generator dan turbin pancaran.
Digunakan di dalam menyepuh listrik oleh karena penampilannya, kekerasan, dan perlawanan ke oksidasi.
Digunakan untuk produksi warna biru permanen dan brilian untuk porselin, gelas/kaca, serta barang tembikar, pekerjaan ubin dan email.
Digunakan sebagai campuran pigmen cat.
2.12 Efek Cobalt
Toksisitas kobalt cukup rendah dibandingkan dengan logam lain dalam tanah.
Hewan diberikan kobalt klorida perorally atau melalui suntikan menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi dalam hati, dengan konsentrasi agak rendah di ginjal dan limpa.
Kobalt garam terhirup menyebabkan iritasi pernafasan mungkin menyebabkan oedema paru (pneumonia kimia) pada hewan.
Cobalt (Co) dalam jumlah yang besar yang masuk ke dalam tubuh akan merusak kelenjar gondok, sel darah merah menjadi berubah, tekanan darah menjadi tinggi, pergelangan kaki menjadi bengkak, penyakit gagal jantung, sesak nafas, batuk-batuk dan kondisi badan yang lemah.(bagus_edi)
17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tembaga
Tembaga (Cu) merupakan unsur yang jarang ditemukan di alam (precious metal). Tembaga umumnya ditemukan dalam bentuk senyawanya, yaitu bijih mineral, seperti Pirit tembaga (kalkopirit) CuFeS2, bornit (Cu3FeS3), kuprit (Cu2O), melakonit (CuO), malasit (CuCO3.Cu(OH)2) dan kalkolit (Cu2S). Deposit bijih tembaga yang banyak ditemukan di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Dan Sistem penambangangan mineral tembaga dapat dilakukan secara open pit dengan menggunakan sistem jenjang mulai dari kegiatan pemboran, peledakan, penggalian, pengangkutan hingga penggerusan, Kegunaan tembaga pada umumnya terdapat dalam pembuatan kabel, selain itu unsur tembaga juga terdapat dalam perhiasan dan patung. Proses pengolahan tembaga terdiri dari proses pengapungan, pemanggangan, reduksi dan elektrolisis.
Cobalt
Logam kobalt baru mulai digunakan pada abad 20, namun bijih kobalt sesungguhnya telah digunakan ribuan tahun sebelumnya sebagai pewarna biru pada gelas maupun berbagai perkakas dapur. Kobalt adalah suatu unsur kimia yang memiliki lambang Co dan nomor atom 27. Selain itu Cobalt juga memiliki Kegunaan terutama digunakan untuk membuat campuran dengan logam lain, digunakan di dalam menyepuh listrik oleh karena penampilannya, kekerasan, dan perlawanan ke oksidasi, Larutan kobal klorida digunakan sebagai pelembut warna tinta, kemudian juga banyak digunakan dalam pembuatan paduan logam yang tahan karat dan digunakan untuk baja magnet.
3.2 Saran Tembaga dan cobalt merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Oleh karena itu, pemanfaatannya harus secara bijak dan tidak boleh disalahgunakan. Begitu juga dengan sistem penambangan tembaga harus sesuai aturan. Dan hendaknya harus direncanakan dengan baik agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan. 18
DAFTAR PUSTAKA
Saito, Taro. 1996. Inorganic Chemistry, terj. Ismunandar. Diunduh dari http://oke.or.id. (30 Agustus 2017 pukul 13.00)
Mohsin,
Yulianto.
Situs
Kimia
Indonesia.
Diunduh
dari
http://periodic.lanl.gov/elements/1.html. (30 Agustus 2017 pukul 13.00) Lukman. Kimia. Diunduh dari www.wikipedia.org dan www.einow.org. (30 Agustus 2017 pukul 13.00)
Achmad, Hiskia. 1992. Kimia Unsur dan Radiokimia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta: Binarupa Aksara. Farida, Ida. 2009. Modul Perkulihan Kimia Anorganik I. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. Kleinfelter, Keenan. 1980. Kimia Untuk Universitas. Jilid 1. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Supadi, Kasmadi Imam. 2006. Kimia Dasar II. Semarang : UPT UNNES Press. Sugiayarto, Kristian H. 2004. Kimia Anorganik I. Yogyakarta : JICA. (Darmono, 1995)
19