MAKALAH GIZI TUMBUH KEMBANG ANAK SMP
Disusun oleh Betty Natalia Era Susanti Irmayanti Lilis Khusnul F M.Yudha F Novianti Sherly M.Fariz F Megawati H Kristianus
: 13.111007.13201.0005 13.111007.13201.0045 13.111007.13201.0017 13.111007.13201.0052 13.111007.13201.0025 13.111007.13201.0101 13.111007.13201.0071 13.111007.13201.0069 14.111007.13201.0099 13.111007.13201.00
Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda Fakultas Kesehatan Masyarakat 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Gizi Tumbuh Kembang Anak dengan judul “Gizi Tumbuh Kembang Anak SMP” tepat pada waktunya. Didalam makalah ini kami membahas tentang masalah gizi yang terjadi pada anak usia remaja terutama pada anak usia sekolah menengah pertama (SMP). Kami berharap semoga makalah yang kami tulis ini dapat menjadi panduan atau referensi sebagai bahan bacaan yang dapat berguna. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu kami mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini sehingga dapat bermanfaat dan juga dapat menambah pengetahuan pembaca.
Samarinda, 01 Januari 2016
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman judul Kata pengantar Daftar isi BAB I Pendahuluan 1.1
Latar Belakang.................................................................................................................4
1.2
Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3
Tujuan..............................................................................................................................5
BAB II Pembahasan 2.1
Definisi Gizi dan Anak Usia Sekolah..............................................................................6
2.2
Fungsi Gizi Untuk Anak Sekolah....................................................................................6
2.3
Angka Kecukupan Gizi dan Angka Kebutuhan Gizi.....................................................7-8
2.4
Pola Makanan dan Kebuhan Energi Pada Masalah Remaja........................................9-10
2.5
Perilaku Komsumsi Gizi dan Salah Pada Remaja Sekolah.......................................10-12
2.6
Kebutuhan Gizi Seimbang.........................................................................................12-13
BAB III Masalah 3.1
Masalah Gizi Pada Remaja........................................................................................14-16
3.2
Penyebab Masalah Gizi Pada Remaja.......................................................................16
3.3
Gangguan Gizi Pada Anak Sekolah..........................................................................16
3.4
Karakteristik Kebutuhan & Perkembangan Anak Remaja Usia SMP.......................17-23
3.5
Kondisi-kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja...........................23-24
3.6
Perkembangan Motorik.............................................................................................24-25
BAB IV PENTUP 4.1
Kesimpulan....................................................................................................................26
4.2
Saran..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan. Perubahan fisik karena pertumbuhan yang terjadi akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Status gizi dapat ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium maupun secara antropometri. Kekurangan kadar hemoglobin atau anemi ditentukan dengan pemeriksaan darah. Antropometri merupakan cara penentuan status gizi yang paling mudah dan murah. Indeks Massa Tubuh (IMT) direkomendasikan sebagai indikator yang baik untuk menentukan status gizi remaja. Masalah gizi pada remaja akan berdampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah menunjukkan kelompok remaja mengalami banyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain Anemi dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensi anemi berkisar antara 40%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30%. Banyak faktor yang menyebabkan masalah ini. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi masalah gizi tersebut membantu upaya penanggulangannya dan lebih terpengaruh dan terfokus.
1.2
Rumusan Masalah 1. Apa saja masalah gizi pada anak usia sekolah. 2. Apa yang menyebabkan masalah gizi pada anak usia sekolah bisa terjadi. 3. Bagaimana pola makan dan kebutuhan energi anak usia sekolah. 4. Bagaimana cara mengatasi supaya masalah gizi pada anak usia sekolah tidak terjadi. 5. Apasaja fungsi gizi untuk anak usia sekolah. 6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi gizi pada anak sekolah. 7. Mengetahui gangguan gizi pada anak sekolah. 8. Mengetahui bagaimana upaya peningkatan gizi pada anak sekolah. 9. Mengetahui karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak SMP usia remaja
4
10. Apa saja kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja 11. Bagaimana perkembangan motoric pada remaja
C.
Tujuan 1. Untuk mengetahui masalah apa saja yang terjadi pada anak usia sekolah. 2. Mendeskripsikan tentang penyebab masalah gizi pada anak usia sekolah bisa terjadi. 3. Mendeskripsikan pola makan dan kebutuhan energi pada anak usia sekolah. 4. Mendeskripsikan tentang cara mengatasi supaya masalah gizi pada anak usia sekolah tidak terjadi. 5. Mendeskripsikan fungsi gizi pada anak usia sekolah 6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi gizi pada anak sekolah. 7. Mengetahui gangguan gizi pada anak sekolah. 8. Mengetahui bagaimana upaya peningkatan gizi pada anak sekolah 9. Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak SMP usia remaja 10. kondisi – kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan fisik remaja 11. bagaimana perkembangan motorick pada remaja
5
BAB II Pembahasan
3.1
Definisi Gizi dan Anak Usia Sekolah
A. Definisi Gizi Gizi merupakan ilmu terapan yang mempergunakan berbagai disiplin ilmu dasar, seperti Biokimia, Biologi, Ilmu hayat (fisiologi), ilmu penyakit (pathologi), dan beberapa lagi. Sedangkan definisi gizi sekarang menjadi ilmu yang mempelajari hal ihwal makanan, dikaitkan dengan kesehatan tubuh. B. Definisi Usia Anak Sekolah. Berikut adalah beberapa tentang pengertian usia anak sekolah : a) UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalah sebelum usia 18 tahun dan yang belum menikah. b) American Academic of Pediatric tahun 1998 memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan anak, dan karakteristik kesehatannya. Pembagian golongannya : a. Taman kanak-kanak (pra sekolah usia 4-6 tahun) b. Sekolah dasar 7-12 tahun c. Remaja 13-18 tahun
3.2
Fungsi Gizi untuk Anak Usia Sekolah. a) Supaya pertumbuhan dan perkembangan anak maksimal. b) Memperbaiki gizi anak. c) Menentukan perkembangan anak untuk usia selanjutnya. d) pembentukan sel-sel jaringan otak dan tubuh. e) Memaksimalkan kematangan motorik anak.
6
3.3
Angka Kecukupan Gizi dan Angka Kebutuhan Gizi Angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukan jumlah zat gizi yang diperlukan
tubuh unutk hidup sehat setiap hari bagi semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologi tertentu. Angka kecukupan gizi berbeda dengan angka kebutuhan gizi (dietary requirements). Angka kebutuhan gizi adalah jumlah zat-zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang untuk mempertajankan status gizi adekuat. AKG yang dianjurkan didasarkan pada patokan berat badan untuk masing-masing kelompok umur, gender, dan aktivitas fisik. Dalam penggunaannya, bila kelompok penduduk yang dihadapi mempunyai rata-rata berat badan yang berbeda dengan patokan yang digunakan, maka diperlukan penyesuaian. AKG tidak dipergunakan untuk individu. Dalam menentukan AKG, perlu dipertimbangkan setiap faktor yang berpengaruh terhadap absorpsi zat-zat gizi atau efisiensi penggunaannya di dalam tubuh. Untuk sebagian zat gizi, sebagian dari kebutuhan mungkin dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi suatu zat yang di dalam tubuh kemudian dapat diubah menjadi zat gizi esensial. Pada kebanyakan zat gizi, pencernaan dan atau
absorpsinya
tidak
komplit,
sehingga
AKG
yang
dianjurkan
harus
sudah
memperhitungkan bagian zat gizi yang tidak di absrorpsi. Dalam memenuhi kebutuhan AKG seriap harinya, perlu dilakukan memberi variasi makanan yagn berbeda setiap harinya yang nantinya diharapkan cukup dapat memenuhi semua kebutuhan gizi. Di Indonesia pola menu seimbang tergambar dalam menu 4 Sehat 5 Sempurna dan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Saat ini dikenal juga menu pelangi, yaitu menu makanan yang berwarna-warni seperti pelangi untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang diperlukan oleh tubuh seperti sayur-sayuran. Perlu pendidikan khusus bagi anak usia sekolah atau sekolah dasar dalam memilih makanan yang berwarnawarni. Peran orang tua sangat diperlukan, jangan sampai anak memilih makanan yang berwarna-warni yang menggunakan zat pewarna. Dalam menyusun menu, selain AKG perlu pula dipertimbangkan aspek akseptibilitas makan yang disajikan, karena selain sebagai sumber zat-zat gizi, makanan juga mempunyai nilai sosial dan emosional. Untuk itu dalam memenuhi AKG harus sesuai dengan prinsip-prinsip gizi seimbang, yaitu : a) Variasi makanan b) Pola hidup bersih c) Menghindari rokok, alkohol dan narkoba d) Aktivitas fisik e) Pantau BB
7
Gizi yang diperoleh seorang anak melalui konsumsi makanan setiap hari berperan besar untuk kehidupan anak tersebut. Untuk dapat memenuhi dengan baik dan cukup, ternyata ada beberapa masalah yang berkaitan dengan konsumsi zat gizi untuk anak. Contoh masalah gizi masyarakat mencakup berbagai defisiensi zat gizi atau zat makanan. Seorang anak juga dapat mengalami defisiensi gizi atau makanan. Seorang anak juga dapat mengalami defisiensi zat gizi tersebut yang berakibat pada berbagai aspek fisik maupun mental. Masalah ini dapat ditanggulangi secara cepat, jangka pendek, dan jangka panjang serta dapat dicegah oleh masyarakat sendiri sesuai dengan klasifikasi dampak defisiensi zat gizi antara lain melalui pengaturan makan yang benar. Makanan merupakan kebutuhan mendasar bagi hidup manusia. Makan yang dikonsumsi beragam jenis dengan berbagai cara pengolahannya. Di masyarakat dikenal pola makan atau kebiasaan makan dan selera makan, yang terbentuk dari kebiasaan alam masyarakatnya. Jika menyusun hidangan untuk anak, hal ini perlu diperhatikan di samping kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang sangat amat penting. Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan: pada pria Gol umur
: Energi
Protein
Ca
Fe
Vit.A
Vit.B
Vit.C
(kal)
(Gr)
(mg)
(Mg)
(IU )
(Mg)
(Mg)
7-9
1900
37
500
10
2400
0,8
20
10-12
1950
46
700
10
3450
0,9
30
13-15
2100
56
700
18
4000
0,9
30
16-19
2600
58
600
15
4000
1,0
30
20-39
2530
51
500
9
4000
1,0
30
40-59
2470
51
500
9
4000
1,0
30
>60
2020
51
500
9
4000
0,9
30
(tahun)
8
Wanita
3.4
Energi
Protein
Ca
Fe
Gol umur (tahun)
Vit A
Vit B
(kal)
(Gr)
(mg)
(mg)
10-12
1700
49
700
13-15
1900
56
16-19
1950
20-39
Vit C
(IU)
(mg)
12
3450
0,8
30
700
24
3500
0.8
30
46
600
24
3500
0,8
30
1880
40
500
28
3500
0,8
30
40-59
1740
40
500
12
3500
0,7
30
>60
1500
40
500
8
3500
0,6
30
(mg)
Pola Makan dan Kebutuhan Energi pada Masa Remaja 1) Pola Makan Masa Remaja : Pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut terlambat sekolah. Mengakibatkan anak sering menyimpang dari kebiasaan makannya. Anak lebih aktif memilih makanan yang disukainya. Anak yang memiliki aktifitas tinggi di luar rumah cenderung melupakan waktu makan. Masa remaja merupakan masa adoloseence growth spurt ( butuh zat gizi yang relative tinggi ). 2) Kebutuhan Energi untuk Remaja : Putra Usia 16 tahun memerlukan energi 3.470 kkal. Usia 16-19 tahun menurun menjadi 2.900 kkal
9
Putri Usia 12 tahun memerlukan energy 2.550 kkal Usia 18 tahun menurun menjadi 2.200 kkal 3) Perhitungan sederhana untuk kebutuhan energi pada remaja Wanita = BBI x 25 kal Pria = BBI x 30 kal BI = ( TB – 100 ) – 10% ( TB-100) 4) Penilaian status gizi untuk usia < 18 tahun Status gizi = BB/BBI x 100 % Untuk yang status gizinya kurang dari 90% yang status gizinya diantara 90%-100% berartiberarti underweight, untuk normal, antara 100%-120% berarti overweight, dan yang lebih dari 120% berarti obesitas.
3.5
Perilaku Konsumsi Gizi yang Salah pada Remaja Sekolah Ketidaktahuan akan gizi yang benar pada usia remaja ataupun sekolah, menyebabkan
remaja tersebut sering berperilaku konsumsi gizi yang salah. Berikut beberapa perilaku konsumsi gizi yang salah pada remaja/ anak sekolah
:
1) Tidak Mengonsumsi Menu Gizi Seimbang Kebiasaan remaja dan anak yang susah makan, ini biasanya hanya gemar pada makanan seperti mie, padahal jelas mie goreng itu hanya mengandung karbohidrat dan lemak saja. tidak ada sumber protein, vitamin dan mineralnya. 2) Kebiasaan Tidak Sarapan Pagi Makan pagi mempunyai peranan penting bagi anak remaja yang khususnya sekolah atau kuliah, yaitu untuk pemenuhan gizi di pagi hari dimana para remaja dan anak-anak tersebut mempunyai aktivitas yang sangat padat di sekolah. Apabila anak-anak terbiasa sarapan pagi, maka akan berpengaruh terhadap kecerdasan otak, terutama daya ingat sehingga dapat mendukung prestasi belajar anak atau remaja tersebut ke arah yang baik. Sarapan pagi merupakan pasokan energi untuk otak yang paling baik agar dapat berkonsentrasi disekolah.Ketika bangun pagi, gula darah dalam tubuh kita rendah karena
10
semalaman tidak makan. Tanpa sarapan yang cukup, otak akan sulit berkonsentrasi di sekolah/di kampus. 3) Jajan tidak sehat di Sekolah/ di Kampus Anak-anak remaja tidak dapat terlepas dari makanan jajanan di sekolah. hal ini merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan energi karena aktivitas di sekolah yang tinggi. Biasanya para remaja sekolah ini menyukai makanan yang tinggi kalori yang bersumber dari lemak dan gula. padahal makanan tradisional sebetulnya kaya akan serat dan kalorinya tidak terlalu tinggi. 4) Kurang Mengonsumsi Buah dan Sayur Anak-anak sekolah atau remaja umumnya susah apa bila disuruh mengonsumsi buah dan sayur. Padahal buah dan sayur merupakan sumber zat gizi vitamin, serat dan mineral. yang tentunya sangat baik untuk kesehatan dan kecerdasan remaja/anak tersebut. 5) Mengonsumsi Fast Food dan Junk Food Para remaja-remaja biasanya sangat suka mengonsumsi fast food dan junk food karena mereka terpengaruh oleh iklan-iklan yang ada di televisi sehingga mereka beranggapan bahwa fast food dan junk food menunjukkan status sosial yang tinggi dan mengandung gizi yang baik. PADAHAL, itu tidak benar.. fast food tidak baik bagi kesehatan tubuh apabila di konsumsi dalam jumlah banyak, karena fast food dan junk food merupakan makanan tinggi lemak dan kolesterol. Bahkan di negara asalnya yaitu amerika ataupun Italia, makanan fast food dan Junk food ini di anggap sebagai makanan Sampah. Maka dari itu, mulailah konsumsi makanan tradisional yang kaya akan gizi tentunya. 6) Konsummsi Gula Berlebihan Para remaja baik di sekolah maupun di kampus sering jajan yang serba manismanis seperti es, gula-gula dan sebagainya. yang pada umumnya mengguna pemanis yangtidak aman untuk tubuh. 7) Konsumsi Natrium Berlebihan Pada saat membeli jajanan juga biasanya para remaja suka membeli jajanan yang mengandung tinggi garam, seperti makanan ringan yang rasanya asin. Kelebihan Natrium, menyebabkan kadar natrium dalam darah meningkat. akibatnya, volume darah juga meningkat karaena kelebihan air disebabkan osmosis. peningkatan volume darah menyebabkan tekanan darah naik sehingga terjadi hipertensi. 8) Konsumsi Lemak Berlebihan
11
Para remaja lebih suka makanan jajan seperti bakso, mie ayam dan soto yang tinggi lemak ketimbang makan makanan yang di masak oleh orang tuanya di rumah. sehingga tubuh remaja tersebut tinggi akan lemak dan kolesterol. 9) Mengonsumsi Makanan Beresiko Mengonsumsi makanan beresiko yaitu MSG berlebihan, kafein dan pengawet serta pewarna makanan yang berbahaya. untuk kesehatan dan berdampak untuk masa depannya.
3.6
Kebutuhan Gizi Seimbang Pada anak remaja kudapan berkontribusi 30 % atau lebih dari total asupan kalori remaja
setiap hari. Tetapi kudapan ini sering mengandung tinggi lemak, gula dan natrium dan dapat meningkatkan resiko kegemukan dan karies gigi. Oleh karena itu, remaja harus didorong untuk lebih memilih kudapan yang sehat. Bagi remaja, makanan merupakan suatu kebutuhan pokok untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya. Kekurangan konsumsi makanan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, akan menyebabkan metabolisme tubuh terganggu. Kecukupan gizi merupakan kesesuaian baik dalam hal kualitas maupun kuantitas zatzat gizi sesuai dengan kebutuhan faali tubuh. 1. Energi Kebutuhan energi diperlukan untuk kegiatan sehari-hari maupun untuk proses metabolisme tubuh. Cara sederhana untuk mengetahui kecukupan energi dapat dilihat dari berat badan seseorang. Pada remaja perempuan 10-12 tahun kebutuham energinya 50-60 kal/kg BB/ hari dan usia 13-18 tahun sebesar 40-50 kal/ kg BB/ hari. 2. Protein Kebutuhan protein meningkat karena proses tumbuh kembang berlangsung cepat. Apabila asupan energi terbatas/ kurang, protein akan dipergunakan sebagai energi. Kebutuhan protein usia 10-12 tahun adalah 50 g/ hari, 13-15 tahun sebesar 57 g/ hari dan usia 16-18 tahun adalah 55 g/ hari. Sumber protein terdapat dalam daging, jeroan, ikan, keju, kerang dan udang (hewani). Sedangkan protein nabati pada kacang-kacangan, tempe dan tahu.
12
3. Lemak Lemak dapat diperoleh dari daging berlemak, jerohan dan sebagainya. Kelebihan lemak akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak tubuh yang sewaktu- waktu diperlukan. Departemen Kesehatan RI menganjurkan konsumsi lemak dibatasi tidak melebihi 25 % dari total energi per hari, atau paling banyak 3 sendok makan minyak goreng untuk memasak makanan sehari. Asupan lemak yang terlalu rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi, karena 1 gram lemak menghasilkan 9 kalori. Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn juga rendah. 4. Vitamin dan Mineral Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat. Golongan vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin) maupun niasin diperlukan dalam metabolisme energi. Zat gizi yang berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang. Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan. 5. Fe / Zat Besi Kekurangan Fe/ zat besi dalam makanan sehari-hari dapat menimbulkan kekurangan darah yang dikenal dengan anemia gizi besi (AGB). Makanan sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging. Fe lebih baik dikonsumsi bersama dengan vitamin C, karena akan lebih mudah terabsorsi.
13
BAB III Masalah
3.1
Masalah Gizi pada Remaja A. Obesitas Walaupun kebutuhan energi dan zat-zat gizi lebih besar pada remaja daripada dewasa tetapi ada sebagian remaja yang makannya terlalu banyak melebihi kebutuhannya sehingga menjadi gemuk. Aktif berolah raga dan melakukan pengaturan makan adalah cara untuk menurunkan berat badan. Diet tinggi serat sangat sesuai untuk para remaja yang sedang melakukan penurunan berat badan. Pada umumnya makanan yang serat tinggi mengandung sedikit energi, dengan demikian dapat membantu menurunkan berat badan, disamping itu serat dapat menimbulkan rasa kenyang sehingga dapat menghindari ngemil makanan/kue-kue.Obesitas biasa disebut dalam bahasa awam adalah kegemukan atau berat badan berlebih sebagai akibat penimbulan lemak tubuh yang berlebihan. Klasifikasi
BMI (Kg/m2)
Kekurangan berat badan Berat
<18,50 <16,00
Menengah
16.00-16,99
Ringan
17,00-18,49
Batas normal
18,50-24,99
Kelebihan berat badan
≥25,00
Pre-obesitas
25,00-29,99
Obesitas
≥30,00
Obesitas I
30,00-34,99
Obesitas II
35,00-39,99
Obesitas III
≥40,00
Bagaimanapun obesitas dapat teratasi dengan cara yang amandan sehat, adapun cara menurunkan berat badan yang sehat adalah sebagai berikut :
14
Perubahan pola makan (diet) Perubahan pola makan dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan kalori total.
Dalam artian remaja disarankan untuk lebih banyak mengonsumsi buah dan sayur, serta membatasi gula dan lemak. Jika kesulitan mengetahui kalori yang dibutukan tubuhnya , maka remaja dapat membicrakannya dengan dokter atau ahli gizi.
Peningkatan aktifitas fisik/olahraga Aktifitas fisik / olahraga dapat membantu menurunkan berat badan, karena dapat
membakar lebih banya kalori. Banyaknya kalori yang dibakar tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang dilakukan. Daniel landers, professor pendidikan olahraga dari Arizona state university, mengungkapkan bahwa ada lima manfaat olahraga bagi otak kita. Kelima manfaat tersebut sebagai berikut : - Meningkatkan konsentrasi, kreatifitas, dan kesehatan mental -
Membantu menunda proses penuaan
-
Mengurangi stress
-
Meningkatkan daya tahan tubuh
-
Memperbaiki kepercayaan diri
-
Modifikasi perilaku
B. Modifikasi Perilaku Modifikasi perilaku digunakan untuk mengatur atau memodifikasipola makan dan aktifitas fisik pada remaja yang menjalani terapi obesitas. Melalui modifikasi perilaku dapat diketahui faktor atau situasi apa yang dapat membuat berat badan menjadi berlebih, sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi ketidakpatuhan dalam terapi obesitas. a.
Kurang energi kronis Pada remaja badan kurus atau disebut Kurang Energi Kronis tidak selalu berupa
akibat terlalu banyak olah raga atau aktivitas fisik. Pada umumnya adalah karena makan terlalu sedikit. Remaja perempuan yang menurunkan berat badan secara drastis erat hubungannya dengan faktor emosional seperti takut gemuk seperti ibunya atau dipandang lawan jenis kurang seksi. b.
Anemia Anemia karena kurang zat besi adalah masalah yang paling umum dijumpai terutama
pada perempuan. Zat besi diperlukan untuk membentuk sel-sel darah merah, dikonversi
15
menjadi hemoglobin, beredar ke seluruh jaringan tubuh, berfungsi sebagai pembawa oksigen. Remaja perempuan membutuhkan lebih banyak zat besi daripada laki-laki. Agar zat besi yang diabsorbsi lebih banyak tersedia oleh tubuh, maka diperlukan bahan makanan yang berkualitas tinggi. Seperti pada daging, hati, ikan, ayam, selain itu bahan maknan yang tinggi vitamin C membantu penyerapan zat besi. 3.2 Penyebab Masalah Gizi pada Remaja Pada usia sekolah, anak banyak mengikuti aktivitas, fisik maupun mental, seperti bermain, belajar, berolah raga. Zat gizi akan membantu meningkatkan kesehatan tubuh anak, sehingga sistem pertahanan tubuhnya pun baik dan tidak mudah terserang penyakit. Umumnya orangtua kurang memperhatikan kegiatan makan anaknya lagi. Mereka beranggapan bahwa anak seusia ini sudah tahu kapan ia harus makan. Di samping itu, anak mulai banyak melakukan kegiatan di luar rumah, sehingga agak sulit mengawasi jenis makanan apa saja yang mereka makan. Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi dibanding anak balita. Diperlukan tambahan energi, protein, kalsium, fluor, zat besi, sebab pertumbuhan sedang pesat dan aktivitas kian bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi, anak seusia ini membutuhkan 5 kali waktu makan, yaitu makan pagi (sarapan), makan siang, makan malam, dan 2 kali makan selingan. Perlu ditekankan pentingnya sarapan supaya dapat berpikir dengan baik dan menghindari hipoglikemi. Bila jajan harus diperhatikan kebersihan makanan supaya tidak tertular penyakit tifoid, disentri, dan lain-lain. Anak remaja putri sudah mulai haid, sehingga diperlukan tambahan zat besi. 3.3
Gangguan Gizi pada Anak Sekolah Nutrisi merupakan komponen penting bagi kesehatan anak. Pertumbuhan dan
perkembangan yang dialami oleh anak-anak membuat mereka membutuhkan nutrisi yang baik dalam hal protein, energi dan komponen nutrien lainnya. Hal tersebut juga membuat mereka rentan terhadap kekurangan nutrisi dan gangguan pertumbuhan. Pola makan yang dimulai sejak masa kanak kanak dapat mempengaruhi kesehatan mereka selanjutnya. Pada masa kanak-kanak, pemberian nutrisi yang kurang baik dapat mengakibatkan gagal tumbuh, obesitas, dan penyakit-penyakit terkait defisiensi nutrisi. Akibat jangka panjang yang dapat ditimbulkan adalah meningkatnya risiko penyakit degeneratif kelak saat usia lanjut.
16
Infeksi yang lama dan berat juga berhubungan erat dengan masalah gizi berupa malnutrisi. Infeksi dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi. Seorang anak yang mengalami infeksi membutuhkan asupan nutrisi yang lebih banyak dari biasanya. Sementara beberapa gejala yang dialami saat infeksi seperti diare dan tidak nafsu makan membuat asupan nutrisi menjadi sulit. Sebaliknya, malnutrisi juga dapat menyebabkan individu rentan terhadap terjadinya infeksi. Daya tahan tubuh kita didukung oleh protein, zat besi, vitamin dan beberapa mikronutrien lainnya. Jika asupan zat gizi tersebut kurang, kerja daya tahan tubuh menjadi tidak optimal. Untuk mengatasi masalah gizi diperlukan beberapa upaya, terutama dari pihak orang tua dan pihak sekolah. Makanan anak-anak pada usia sekolah dasar perlu diperhatikan, terutama karena pada usia ini anak-anak tersebut masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, sehingga keseimbangan gizi perlu dijaga. Sarapan pagi bagi anak-anak usia remaja sangat penting mengingat aktivitas di sekolah yang melibatkan fisik dan konsentrasi belajar. Lingkungan sekolah umumnya memiliki banyak jajanan. Banyak anak menyukai makanan jajanan yang hanya mengandung karbohidrat dan garam. Makanan tersebut hanya akan membuat seorang anak cepat kenyang dan mengurangi nafsu makanan. 3.4
Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Remaja Usia SMP A. Pertumbuhan fisik Pada masa remaja, pertumbuhan fisik mengalami perubahan lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa. Pada fase ini remaja memerlukan asupan gizi yang lebih, agar pertumbuhan bisa berjalan secara optimal. Perkembangan fisik remaja jelas terlihat pada tungkai dan tangan, tulang kaki dan tangan, serta otot-otot tubuh berkembang pesat. B. Perkembangan seksual Terdapat perbedaan tanda-tanda dalam perkembangan seksual pada remaja. Tandatanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya alat reproduksi spermanya mulai berproduksi, ia mengalami masa mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma.Sedangkan pada anak perempuan, bila rahimnya sudah bisa dibuahi
karena
ia
sudah
mendapatkan
menstruasi
yang
pertama.
Terdapat ciri lain pada anak laki-laki maupun perempuan. Pada laki-laki pada
17
lehernya menonjol buah jakun yang bisa membuat nada suaranya pecah; didaerah wajah, ketiak, dan di sekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu atau rambut; kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-porinya meluas. Pada anak perempuan, diwajahnya mulai tumbuh jerawat, hal ini dikarenakan produksi hormon dalam tubuhnya meningkat. Pinggul membesar bertambah lebar dan bulat akibat dari membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. Payudara membesar dan rambut tumbuh di daerah ketiak dan sekitar kemaluan. Suara menjadi lebih penuh dan merdu. Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja putri ataupun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones) yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone (LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja. C. Cara berfikir kausalitas Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis. Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak boleh dilakukan dan jika orang tua tidak bisa memberikan jawaban yang memuaskan maka dia akan tetap melakukannya.
18
Apabila guru/pendidik dan oarang tua tidak memahami cara berfikir remaja, akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar. Perkembangan
kognitif remaja,
dalam
pandangan Jean Piaget
(seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan.Para remaja tidak lagi menerima informasi
apa
adanya,
mengadaptasikannya
tetapi
dengan
mereka
pemikiran
akan
memproses
mereka
sendiri.
informasi Mereka
juga
itu
serta
mampu
mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka. Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
19
D. Emosi yang meluap-luap Emosi pada remaja masih labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Mereka belum bisa mengontrol emosi dengan baik. Dalam satu waktu mereka akan kelihatan sangat senang sekali tetapi mereka tiba-tiba langsung bisa menjadi sedih atau marah. Contohnya pada remaja yang baru putus cinta atau remaja yang tersinggung perasaannya. Emosi remaja lebih kuat dan lebih menguasai diri mereka daripada pikiran yang realistis. Saat melakukan sesuatu mereka hanya menuruti ego dalam diri memikirkanresiko yang akan terjadi. E. Perkembangan Sosial Sebagai makhluk sosial, individu dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut biasanya disebut sebagai aspek psikososial. Ketrampilan tersebut harus mulai dikembangkan sejak masih anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup buat anak-anak untuk bermain atau bercanda dengan teman-teman sebaya, memberikan tugas dan tanggungjawab sesuai perkembangan anak, dsb. Dengan mengembangkan ketrampilan tersebut sejak dini maka akan memudahkan anak dalam memenuhi tugastugas perkembangan berikutnya sehingga ia dapat berkembang secara normal dan sehat. Ketrampilan sosial dan kemampuan penyesuaian diri menjadi semakin penting manakala anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu sudah memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana pengaruh teman-teman dan lingkungan sosial akan sangat menentukan. Kegagalan remaja dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan sosial akan menyebabkan dia sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif (misalnya asosial ataupun anti sosial), dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
20
Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka amatlah penting bagi remaja untuk dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan sosial dan kemampuan untuk menyesuaikan diri. Permasalahannya adalah bagaimana cara melakukan hal tersebut dan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan. Salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki ketrampilan sosial (sosial skill) untuk dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Ketrampilan-ketrampilan sosial tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai diri sendiri & orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan dari orang lain, memberi atau menerima feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dapat dikuasai oleh remaja pada fase tersebut maka ia akan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Jadi tidak mengherankan jika pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari ingkungannya dan berusaha mendapatkan status atau peranan, misalnya mengikuti kegiatan remaja dikampung dan dia diberi peranan dimana dia bisa menjalankan peranan itu dengan baik. Sebaliknya jika remaja tidak diberi peranan, dia akan melakukan perbuatan untuk menarik perhatian lingkungan sekitar dan biasanya cenderung ke arah perilaku negatif. Salah satu pola hubungan sosial remaja diwujudkan dengan membentuk satu kelompok. Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik pada kelompok sebayanya sehingga
tidak
jarang
orang
tua
dinomorduakan,
sedangkan
kelompoknya
dinomorsatukan. Contohnya, apabila seorang remaja dihadapkan pada suatu pilihan untuk mengikuti acara keluarga dan berkumpul dengan teman-teman, maka dia akan lebih memilih untuk pergi dengan teman-teman. Pola hubungan sosial remaja lain adalah dimulainya rasa tertarik pada lawan jenisnya dan mulai mengenal istilah pacaran. Jika dalam hal ini orang tua kurang mengerti dan melarangnya maka akan menimbulkan masalah sehingga remaja cenderung akan bersikap tertutup pada orang tua mereka. Anak perempuan secara biologis dan karakter lebih cepat matang daripada anak laki-laki F. Perkembangan Moral Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan
21
nilai diri mereka. Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya. Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama masa kanak-kanak. Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya. Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan” yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap "pemberontakan" remaja terhadap peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak mendukung penerapan nilai-nilai tersebut. Peranan orangtua atau pendidik amatlah besar dalam memberikan alternatif jawaban dari hal-hal yang dipertanyakan oleh putra-putri remajanya. Orangtua yang bijak akan memberikan lebih dari satu jawaban dan alternatif supaya remaja itu bisa berpikir lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orangtua yang tidak mampu memberikan penjelasan dengan bijak dan bersikap kaku akan membuat sang remaja
22
tambah bingung. Remaja tersebut akan mencari jawaban di luar lingkaran orangtua dan nilai yang dianutnya. Ini bisa menjadi berbahaya jika “lingkungan baru” memberi jawaban yang tidak diinginkan atau bertentangan dengan yang diberikan oleh orangtua. Konflik dengan orangtua mungkin akan mulai menajam. G. Perkembangan Kepribadian Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan. 3.5
Kondisi – Kondisi yang Mempengaruhi Pertumbuhan Fisik Remaja Pertumbuhan fisik erat hubungannya dengan kondisi remaja. Kondisi yang baik
berdampak baik pada pertumbuhan fisik remaja, demikian pula sebaliknya.Adapun kondisikondisi yang mempengaruhi sebagai berikut : a)
Pengaruh Keluarga Pengaruh keluarga meliputi faktor keturunan maupun faktor lingkungan. Karena faktor
keturunan seorang anak dapat lebih tinggi atau panjang dari anak lainnya, sehingga ia lebih berat tubuhnya, jika ayah dan ibunya atau kakeknya tinggi dan panjang. Faktor lingkungan akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan yang dibawa dari orang tuanya. b) Pengaruh Gizi Anak yang mendapatkan gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya dan sedikit lebih cepat mencapai taraf dewasa dibadingkan dengan mereka yang tidak mendapatkan gizi cukup. Lingkungan juga dapat memberikan pengaruh pada remaja sedemikian rupa sehingga menghambat atau mempercepat potensi untuk pertumbuhan dimasa remaja.
23
c)
Gangguan Emosional Terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan dan ini akan membawa akibat
berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitary. Bila terjadi hal demikian pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya. d) Jenis Kelamin Anak laki cenderung lebih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan, kecuali pada usia 12 – 15 tahun. Anak perempuan baisanya akan sedikit lebih tinggi dan lebih berat dari pada laki-laki-laki. Hal ini terjadi karena bentuk tulang dan otot pada anak laki-laki berbeda dengan perempuan. Anak perempuan lebih cepat kematangannya dari pada laki-laki e)
Status Sosial Ekonomi Anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih
kecil dari pada anak yang bersal dari keluarga dengan tingkat ekonomi rendah. f)
Kesehatan Kesehatan amat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik remaja. Remaja yang berbadan
sehat dan jarang sakit, biasanya memiliki tubuh yang lebih tinggi dan berat disbanding yang sering sakit. g) Pengaruh Bentuk Tubuh Perubahan psikologis muncul antara lain disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik. Diantara perubahan fisik yang sangat berpengaruh adalah; pertumbuhan tubuh (badan makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada perempuan). 3.6
Perkembangan Motorik Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot
memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik. Keterampilan motorik ini dibagi dua jenis, yaitu: a
Keterampilan atau gerak kasar, seperti berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga; dan
b Keterampilan motorik halus atau keterampilan memanipulasi, seperti menulis, menggambar, memotong, melempar, dan menangkap bola, serta memainkan bendabenda atau alat-alat mainan (Audrey Curtis, 1998; Elizabeth Hurlock, 1956) Dari referensi lain, Perkembangan motorik ini, meliputi kemampuan gerak, koordinasi, keseimbangan dan peningkatan gerak.
24
Gerak Lokomotor Yang termasuk dalam gerak Lokomotor adalah Berjalan,berlari, melompat,meloncat dan merangkak Gerak Non Lokomotor Yang termasuk dalam gerak Lokomotor adalah Keseimbangan, kelentukan dan kekuatan Gerak Manipulatif Yang termasuk dalam gerak Lokomotor adalah Melempar Bola, menendang,dan menangkap. Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan.Kecakapan motorik yaitu kemampuan melakuakan koordinasi kerja system syaraf motorik yang menimbulkan reaksi dalam bentuk gerakangerakan atau kegiatan secara tepat, sesuai antara rangsangan dan responnya.Dalam perkembangan masa remaja, perkembangan aspek motorik bukanlah aspek yang mengalami banyak perubahan, atau tidak terlihat ciri-ciri yang menonjol. Sebagaimana pertumbuhan internal lebih menonjol pada pribadi remaja dibandingkan dengan pertumbuhan eksternal, perkembangan fisik, emosi dan sosial pun pada masa ini jauh lebih menonjol dibandingkan dengan perkembangan motoriknya. Namun demikian, mengenai pengukuran keterampilan motorik remaja sering ditemui di universitas-universitas yang memberikan tes beberapa gerakan olahraga untuk calon mahasiswanya. Dalam tes ini dapat diketahui kemampuan-kemampuan motorik remaja seperti kecepatan, ketangkasan, kelenturan dan lain-lain yang dapat diukur diantaranya dengan: (1) Tes aerobik lari 2,4 km, (2) Tes shooting bola basket, (3) Tes passing bola voli, (4) Tes dribble sepakbola, dan (5) Tes renang.
25
BAB IV PENUTUP
4.1
KESIMPULAN Nutrisi
berpengaruh
dalam
fungsi-fungsi
organ
tubuh,
pergerakan
tubuh,
mempertahankan suhu, fungsi enzim, pertumbuhan dan pergantian sel yang rusak. Dan dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tubuh manusia, maka akan terhindar dari ancaman-ancaman penyakit. Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. Dan Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000). Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan fisik remaja tersebut bukan saja menyangkut bertambahnya ukuran tubuh dan berubahnya proporsi tubuh, melainkan juga meliputi perubahan ciri-ciri yang terdapat pada system pencernaan, system peredaran darah, system pernafasan, system endokrin dan jaringan tubuh. Baik laki-laki maupun perempuan perubahan fisiknya mengikuti urutan-urutan tertentu. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan remaja adalahpengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional, jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan, dan pengaruh bentuk tubuh. Disamping itu pengaruh lingkungan juga mempengaruhi perkembangan fisik remaja.
4.2
SARAN Kebutuhan nutrisi dalam tubuh setiap individu sangat penting untuk diupayakan. Upaya
untuk melakukan peningkatan kebutuhan nutrisi dapat dilakukan dengan cara makanmakanan yang seimbang atau sering disebut dengan gizi seimbang. Dengan di imbangi keadaan hidup bersih untuk setiap individu. Hal tersebut harus dilakukan setiap hari, karena tanpa setiap hari maka tubuh manusia bisa terserang penyakit akibat imune tubuh yang menurun
26
DAFTAR PUSTAKA
http://rofhiah.blogspot.com/2013/12/makalah-gizi-anak-usia-sekolah.html#ixzz3wL4k95BZ
27