BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam penelitian Mendel, ia mengusulkan bahwa ada dua alel untuk setiap gen, dominan dari dua memiliki fenotipe yang diekspresikan dalam sebuah heterozigot. Namun, gen dapat memiliki lebih dari dua bentuk alel memisahkan dalam suatu populasi. Gen ini disebut sebagai memiliki beberapa alel. Ini tidak berarti bahwa gen dalam individu tertentu memiliki lebih dari dua alel. Seorang individu hanya dapat memiliki maksimal dua alel, satu ibu dan satu ayah, tidak peduli berapa banyak alel yang ada dalam populasi. Sebuah gen dapat memiliki lebih dari sebuah alel. Alel-alelnya disebut alel ganda (multiple allele). Sedangkan peristiwa dimana sebuah gen dapat menyebabkan inkompatibilitas, yaitu kegagalan tanaman untuk fertilisasi setelah menyerbuk sendiri atau persilangan. Peristiwa inkompatibilitas ini disebabkan alel pada tepung sari sama dengan alel pada sel telur, sehingga tepung sari yang terdapat pada kepala putik tidak dapat membentuk buluh tepung sari (Murniati,2010). Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam inilah yang disebut sebagai alel ganda.Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah) (Murniati,2010).
Pada tumbuhan, hewan dan manusia dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda.Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama 1
Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan alel ganda.Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal alel ganda IAIB dan I, harus dipahami tentang pengertian tentang antigen, zat anti (antibodi) dan aglutinasi (Siti, 2011). Mengetahui alel yang merupakan unit struktur utama yang pada akhirnya mampu menciptakan individu baru dari hasil persilangan merupakan hal yang penting. Dengan melakukan percobaan mengenai Alel Ganda, pemahaman tentang pewarisan sifat terutama mengenai alel ganda dalam penggolongan darah dapat dipahami. Pada manusia, hewan dan tumbuhan dikenal beberapa sifat keturunan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Golongan darah ABO yang ditemukan oleh Landsteiner pada tahun 1900 dan faktor Rh yang ditemukan oleh Landsteiner bersama Weiner pada tahun 1942 juga ditentukan oleh alel ganda. Untuk golongan darah tipe ABO misalnya, dikenal oleh alel ganda IA, IB, dan i (Hartati, 2009).
Gambar macam macam golongan darah Banyak para ilmuan mengikuti penemuan Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan dari eritrosit. Salah seorang dapat membentuk salah satu atau dua antibodi atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut antigen –A dan antigen – B, sedangkan dua antibodi disebut anti –A (atau α) dan anti –B (atau β).
2
Pengetesan golongan darah Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya. Berdasarkan sifat kimianya, antigen –A dan –B merupakan mukopolisakharida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen-antibodi. Golongan darah seseorang ditentukan oleh macamnya antigen yang dibentuknya (Suryo, 1986).
Ada bermacam golongan darah pada manusia, salah satu contoh itu herediter (keturunan) yang ditentukan oleh alel ganda. Berhubungan dengan itu, golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Pada permulan abad ini (tahun 1900 dan 1901) K. Landsteiner menemukan bahwa penggumpalan darah (aglutinasi) kadang-kadang terjadi apabila eritrosit (sel darah merah) seseorang dicampur dengan serum darah orang lain. Akan tetapi pada orang lain, campuran tadi tidak mengakibatkan penggumpalan darah. Berdasarkan reaksi tadi, maka Landsteiner membagi orang menjadi tiga golongan, yaitu A, B dan O. Golongan yang keempat jarang sekali dijumpai, yaitu golongan darah AB, telah ditemukan oleh dua orang mahasiswa Landsteiner dalam tahun 1902, ialah A. V. von Decastello dan A. Sturli (Suryo, 1984). Dilihat dari golongan ABO, manusia dikelompokkan menjadi 4 golongan. Penggolongan ini didasarkan atas ada tidaknya suatu zat tertentu di dalam sel darah merah, yaitu yang dikenal dengan nama aglutinogen (antigen). Ada dua macam 3
aglutinogen yaitu aglutinogen A dan aglutinogen B. Aglutinogen merupakan polisakarida, dan terdapat tidak saja terbatas di dalam sel darah merah tetapi juga kelenjar ludah, pankreas, hati, ginjal, paru-paru, testes dan semen. (Kartolo, 1993). Alel merupakan bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus (tempat) tertentu. Individu dengan genotipe AA dikatakan mempunyai alel A, sedang individu aa mempunyai alel a. Demikian pula individu Aa memiliki dua macam alel, yaitu A dan a. Jadi, lokus A dapat ditempati oleh sepasang (dua buah) alel, yaitu AA, Aa atau aa, bergantung kepada genotipe individu yang bersangkutan. Namun, kenyataan yang sebenarnya lebih umum dijumpai adalah bahwa pada suatu lokus tertentu dimungkinkan munculnya lebih dari hanya dua macam alel, sehingga lokus tersebut dikatakan memiliki sederetan alel. Fenomena semacam ini disebut sebagai alel ganda (multiple alleles). Meskipun demikian, pada individu diploid, yaitu individu yang tiap kromosomnya terdiri atas sepasang kromosom homolog, betapa pun banyaknya alel yang ada pada suatu lokus, yang muncul hanyalah sepasang (dua buah). Katakanlah pada lokus X terdapat alel X1, X2, X3, X4, X5. Maka, genotipe individu diploid yang mungkin akan muncul antara lain X1X1, X1X2, X1X3, X2X2 dan seterusnya.
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan alel ganda? 2. Apa yang dimaksud dengan pewarisan sifat? 3. Apa yang dimaksud dengan alel ganda dalam pewarisan sifat? 4. Bagaimana hubungan alel ganda dengan pewarisan sifat?
C. TUJUAN 1. Mengenal alel ganda dan dapat memahaminya. 2. Mempelajari alel ganda dalam pewarisan sifat
4
D. MANFAAT 1. Mahasiswa dapat memahami alel ganda dan pewarisan sifat. 2. Mahasiswa mampu menentukan sifat dalam pewarisan. 3. Mahasiswa mampu menguasai materi alel ganda dan pewarisan sifat
5
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN ALEL DAN ALEL GANDA Alel adalah gen-gen yang terletak pada lokus yang sama (bersesuaian) dan memiliki pekerjaan yang hamper sama dalam kromosom homolog. Dilihat dari pengaruh gen pada fenotipe, alel memiliki pengaruh yang saling berlawanan dalam pengekspresian suatu sifat. Di dalam suatu lokus, terdapat sepasang atau lebih alel. Bila terdapat sepasang alel dalam suatu lokus maka disebut alel tunggal. Bila terdapat lebih dari satu pasang alel dalam satu lokus maka disebut alel ganda.(Bintang, galai, 2012) Alel ganda terjadi karena timbulnya mutasi gen. tetapi gen yang bermutasi tidak selalu menghasilkan varian yang sama. Umpamanya, gen A bermutasi menjadi a1 atau a2 atau a3, yang masing-masing menghasilkan fenotip yang berlainan. Dengan demikian mutasi gen A dapat menghasilkan 4 macam varian, sedangkan anggota alelnya bukan hanya 2 (dua), tetapi ada 4 (empat), yaitu: A, a1, a2 dan a3. Alel yang anggotanya lebih dari dua disebut alel ganda. (Anang, Asep, 2011) Pada multiple alelmorfi, terjadi perbedaan sifat pengekspresian suatu gen. Dua gen yang terdapat dalam lokus yang sama akan dapat memunculkan ekspresi yang berbeda karena adanya interaksi antara kedua gen tersebut. Interaksi tersebut dapat berupa pemnculan sifat yang dominan pada satu gen (menutupi sifat lain), atau bercampurnya pemunculan sifat gen yang ada sehingga memunculkan sifat kombinasi antara gen-gen tersebut seimbang. (Bintang, Galai, 2012) Secara matematika hubungan antara banyaknya anggota alel ganda dan banyaknya macam genotipe individu diploid dapat diformulasikan sebagai berikut (Susanto, Agus Hery, 2011): Banyaknya macam genotipe = ½ n (n + 1) atauBanyaknya macam genotipe n = banyaknya anggota alel ganda.
6
B. ALEL GANDA PADA MAMMALIA Pengaruh peranan alel ganda dapat dilihat pada kelinci. Beberapa warna dasar kulit kelinci disebabkan oleh suatu seri alel ganda, yaitu (Suryo, 2005): 1. c+ adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu bercampur kuning, cokelat dan dengan ujung rambut hitam. Kelinci ini merupakan kelinci liar (normal). 2. cch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut abu-abu perak, tanpa warna kuning. Kelinci yang mempunyai fenotip ini disebut “chinchilla”. 3. ch adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berambut putih, kecuali telinga, hidung, kaki, dan ekor berwarna hitam. Kelinci ini dinamakan kelinci Himalaya. 4. c adalah alel yang menyebabkan kulit kelinci berwarna putih. Berbagai percobaan perkawinan pada bermacam-macam kelinci itu memberi petunjuk bahwa dominansi alel-alel tersebut ialah: c+ > cch > ch > c. Perkawinan antara kelinci normal dengan chincilla menghasilkan keturunan F1 yang semuanya berupa kelinci normal. Tetapi keturunan F2 memperlihatkan perbandingan fenotip = 3 normal : 1 chincilla. Ini memberikan pengertian bahwa gen yang menyebabkan warna abuabu dan chinchilla merupakan alel (Suryo, 2005). Berhubung dengan itu berbagai macam kelinci tersebut dapat memiliki beberapa kemungkinan genotip, kecuali kelinci albino hanya memiliki satu genotip saja. Seperti berikut: Fenotip
Kemungkinan Genotip
Kelabu (normal)
c+ c+, c+cch, c+ch, c+c
Chinchilla
cch cch, cchch, cchc
Himalaya
chch, chc
Albino
cc
7
Perkawinan antara kelinci kelabu normal homozigotik (c+ c+) dengan kelinci albino (cc) akan menghasilkan kelinci-kelinci F1 kelabu normal (c+c). Apabila kelinci-kelinci F1 dibiarkan kawin sesamanya akan didapatkan kelinci-kelinci F2 yang memperlihatkan perbandingan kira-kira 3 kelabu normal : 1 albino. Perbandingan 3 : 1 dalam F2 ini menunjukkan bahwa ada sepasang alel yang ikut mengambil peranan, yaitu c+ dan c. Contoh : Seekor kelinci chinchilla heterozigot yang disilangkan dengan kelinci Himalaya heterozigot akan memperoleh keturunan albino, lihat persilangan berikut: P
cchc
><
(chinchilla) G
chc
(himalaya)
cch c
ch c
F cch, ch
=
kelabu muda (chinchilla)
cch, c
=
kelabu muda (chinchilla)
chc
=
Himalaya
cc
=
Albino
C. ALEL GANDA PADA DROSOPHILA Variasi warna mata Drosophila ditentukan oleh alel ganda. Variasi tersebut i mulai dari merah gelap, terang sampai putih yang sesuai pula dengan kekuatan kodominan alelnya. Yang paling dominan adalah alel w+ (normal) dan yang paling resesif dalah alel w (putih). Untuk urutan degradasi warna mata Drosophila adalah w+ (normal) > wcol (merah) > wsat (Satsuma) > wco(karang) > ww(anggur) > wch(cherry) > we(eosin) > wbl(darah) > wa(apricot) > wbf(buff) > w (putih).
8
Tabel 1 Warna mata pada Drosophila disusun mulai dari yang paling dominan ke yang paling resesif (Suryo 1996) Genotip Warna mata Lalat w+w+ Merah tua (lalat normal) wcolwcol Merah nyata wsatwsat satsuma wcowco Koral (karang) wwww Anggur wchwch Buah talok (“cherry”) wewe Eosin wblwbl Darah wawa Aprikot wbfwbf Kulit penggosok (“buff”) Ww Putih
9
D. ALEL GANDA MENGAWASI GOLONGAN DARAH Golongan darah pada manusia itu herediter (keturunan) yang ditentukan pula oleh alel ganda. Berhubung dengan itu golongan darah seseorang dapat mempunyai arti penting dalam kehidupan. Sampai saat ini telah dikenal cukup banyak sistem golongan darah. Ada 3 sistem golongan darah sebagai berikut: 1. Golongan darah menurut sistem ABO Sebagian besar gen yang ada dalam populasi sebenarnya hadir dalam lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah ABO pada manusia, misalnya, ditentukan oleh tiga alel pada satu gen tunggal : IA, IB, dan i. Golongan darah seseorang (fenotipe) mungkin salah satu dari empat tipe : A, B, AB, atau O. Huruf-huruf ini mengacu pada dua karbohidrat A dan B yang bisa ditemukan di permukaan sel darah merah. Sel darah seseorang mungkin memiliki karbohidrat A (golongan darah A), karbohidrat B (golongan darah B), keduanya (golongan darah AB), dan tidak keduanya (golongan darah O) (Campbell, dkk., 2008). Hal ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Karl Landsteiner bahwa sel-sel darah merah (eritrosit) dari beberapa individu akan menggumpal (beraglutinasi) dalam kelompok-kelompok yang dapat dilihat dengan mata telanjang, apabila dicampur dengan serum dari beberapa orang, tetapi tidak dengan semua orang. Kemudian diketahui bahwa dasar dari menggumpalnya eritrosit tadi adalah adanya reaksi antigen antibodi. Apabila suatu substansi asing (disebut antigen) disuntikkan ke dalam aliran darah dari seekor hewan akan akan mengakibatkan terbentuknya antibodi tertentu yang akan bereaksi dengan antigen (Suryo, 2005). Tergantung dari sifatnya antigen dan antibodinya dapat dibedakan: a. Anti Toksin yaitu Antibodi yang mempunyai daya menetralisir antigen yang bersifat racun b. Lisin yaitu Antibodi yang merusak apabila antigen yang masuk adlaah berupa sel – sel c. Agglutinin yaitu Antibodi yang menyebabkan penggumpalan dari sel – sel
10
Mengikuti penemuan Karl Landsteiner tentang penggumpalan sel-sel darah merah dan pengertian tentang reaksi antigen-antibodi, maka penyelidikan selanjutnya memberi penegasan mengenai adanya dua antibodi alamiah di dalam serum darah dan dua antigen pada permukaan eritrosit. Seseorang dapat membentuk salah satu atau kedua antibodi itu atau sama sekali tidak membentuknya. Demikian pula dengan antigennya. Dua antigen itu disebut antigen A dan antigen B, sedangkan dua antibodi itu disebut anti A (atau ) dan anti B (atau ). Melalui tes darah maka setiap orang dapat mengetahui golongan darahnya.
Berdasarkan
sifat
kimianya,
antigen
A
dan
B
merupakan
mukopolisakarida, terdiri dari protein dan gula. Dalam dua antigen itu bagian proteinnya sama, tetapi bagian gulanya merupakan dasar kekhasan antigen antibodi (Suryo, 2005). Dalam tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodi yang dimilikinya sendiri. Namun, pada transfusi darah kemungkinan terjadinya reaksi antigen-antibodi yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) eritrosit tersebut sangat perlu untuk diperhatikan agar dapat dihindari (Selma, Risni, 2011). Hubungan antara alel IA dengan IB bersifat kodominan dan keduanya bersifat dominan terhadap alel IO. Genotipe pada sistem golongan darah ABO serta antigendan antibodinya. Golongan
Genotip
darah
Antigen
dalam Antibodi dalam
Sel Darah Merah
Serum
A
[A]A,[A]O
Antigen A
Anti-B
B
[B]B,[B]O
Antigen B
Anti-A
AB
[A]B
Antigen A
-
O
[O]O
Antigen B
Anti-A, Anti-B
11
Dari tabel diatas dapat diketahui :
Gen IA dominan terhadap IO
Gen IB dominan terhadap IO
Gen IO bersifat resesifApabila gen IA dan IB bersama, gen dalam keadaan heterozigot, maka akanmemunculkan golongan darah AB. Lokus ABO mengatur tipe glikolipid pada permukaan eritrosit dengan
cara memberikan spesifikasi jenis enzim yang mengatalisis pembentukan polisakaridadi dalam eritrosit tersebut. Glikolipid yang dihasilkan akan menjadi penentukarakteristika reaksi antigenik tehadap antibodi yang terdapat di dalam serumdarah. tubuh seseorang tidak mungkin terjadi reaksi antara antigen dan antibodiyang dimilikinya sendiri. Namun, pada transfusi darah kemungkinan terjadinya reaksi antigenantibodi yang mengakibatkan terjadinya aglutinasi (penggumpalan) eritrosit tersebut sangat perlu untuk diperhatikan agar dapat dihindari. Kompatibilitas golongan darah sistem ABO pada transfusi darah (Selma, Risni, 2011) :
Golongan
Antigen
Antibodi
Eritrosit yang Golongan
Darah
dalam
dalam serum
digumpalkan
darah donor
eritrosit A
A
Anti B
B, AB
A, O
B
B
Anti A
A, AB
B, O
AB
A dan B
-
-
A, B, AB, O
O
-
Anti A dan B
A, B, AB, O
-
12
Golongan darah O, A, B, dan AB mempunyai arti sangat penting untuk keperluan transfusi darah, karena adanya interaksi antara antigen dan antibodi pemberi darah (donor) dengan penerima darah (resipien) dapat menimbulkan penggumpalan darah 9agglutinasi), yaitu bila antigen A bertemu dengan anti A atau antigen B bertemu dengan anti B. Setelah mempelajari daftar transfusi darah, maka dalam ilmu Kedokteran modern predikat pemberi umum (“universal donor”) untuk mereka dengan golongan darah O dan penerima umum (“universal recipient”) untuk mereka yang bergolongan darah AB tidak berlaku lagi (Suryo, 2005). 2. Golongan darah menurut sistem MN Selain tipe ABO, K. Landsteiner, bersama-sama dengan P.Levine, pada tahun 1927 berhasil mengklasifikasi golongan darah manusia dengan sistem MN. Sama halnya dengan sistem ABO, pengelompokan pada sistem MN ini dilakukan berdasarkan atas reaksi antigen – antibodi. Namun, kontrol gen pada golongan darah sistem MN tidak berupa alel ganda, tetapi dalam hal ini hanya ada sepasang alel, yaitu IM dan IN , yang bersifat kodominan. Dengan demikian, terdapat tiga macam fenotipe yang dimunculkan oleh tiga macam genotipe, masing-masing golongan darah M (IMIM), golongan darah MN (IMIN), dan golongan darah N (ININ). (Selma, Risni, 2011) Pengelompokan pada sistem MN ini dilakukan berdasarkan atas reaksi antigen-antibodi. Kontrol gen pada golongan darah sistem MN tidak berupa alel ganda, tetapidalam hal ini hanya ada sepasang alel, yaitu IM dan IN, yang bersifat kodominan.Terdapat tiga macam fenotipe yang dimunculkan oleh tiga macam genotipe, masing-masing golongan darah M (IMIM), golongan darah MN (IMIN), dan golongan darah N(ININ). Fenotip
Genotip
Anti M
Anti N
IMIM
M
+
-
IMIN
MN
+
+
ININ
N
-
+
13
Diagram perkawinan antara golongan daran N dan MN P
genotipe
: ♀ ININ
Fenotipe
: golongan MN
golongan N
Gamet
: IN
IM , IN
♂
♀
IN
><
IMIN ♂
IM
IN
IMIN
ININ
IMIN = 1 = golongan MN (50%)
F1
ININ = 1= golongan N (50%)
Landsteiner dan Levine menyatakan bahwa kedua jenis antigen M dan N itu ditentukan oleh sebuah gen yang memiliki dua alel. Alel LM menentukan adanya antigen-M dalam eritrosit, sedangkan antigen-N ditentukan oleh alel LN (Suryo, 2005). Kemungkinan genotip dan fenotip seseorang dalam golongan darah sistem MN. Golongan
darah Antigen
dalam Alel
dalam Genotip
(Fenotipe)
eritrosit
kromosom
M
M
LM
LMLM
N
N
LN
LNLN
MN
M dan N
LMdan LN
LMLN
Alel LM dan LN merupakan alel kodominan, sehingga LM tidak dominan terhadap LN, demikian pula LN tidak dominan terhadap LM (Suryo, 2005). 14
3. Golongan darah sistem Rh K. Landsteiner dan A.S. Wiener dalam tahun 1940 menemukan antigen baru lagi, yang dinamakan faktor Rh (singkatan dari kata Rhesus, ialah sejenis kera di India yang dulu banyak dipakai untuk penelitian darah orang). Kedua ahli itu telah menyuntikkan sel-sel darah merah dari kera Rhesus ke dalam tubuh kelinci dan marmot. Kelinci dan marmot ini membentuk zat anti yang menyebabkan sel-sel darah merah dari kera Rhesus itu menggumpal. Antiserum dari kelinci tadi kemudian digunakan untuk menguji darah manusia. Orang dibedakan atas dua kelompok : a. Orang Rh-positif (disingkat dengan Rh+) adalah orang yang memiliki antigenRh di dalam eritrositnya, sehingga waktu darahnya dites (diuji) dengan antiserum yang mengandung anti-Rh, maka eritrositnya menggumpal. b. Orang Rh-negatif (disingkat dengan Rh-) adalah orang yang tidak memiliki antigen-Rh di dalam eritrositnya, sehingga eritrosit tidak menggumpal pada waktu dilakukan tes dengan antiserum anti-Rh. Mula-mula mekanisme genetik dari sistem Rh ini tampaknya sederhana, sehingga Landsteiner berpendapat bahwa golongan darah Rh ini diatur oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r, dimana R dominan terhadap r. selanjutnya ditegaskan bahwa terbentuknya antigen Rh di dalam eritrosit itu ditentukan oleh gen dominan R. dengan demikian orang Rh positif mempunyai genotip RR dan Rr, sedangkan orang Rh negatif mempunyai genotip rr. Akan tetapi beberapa zat anti baru segera ditemukan, demikian pula gengen sehingga menyebabkan keadaannya menjadi lebih sulit. Ternyata tidak semua orang Rh + sama dalam hal antigen-Rh yang mereka miliki; orang Rh - pun ternyata tidak semua sama. Berhubung dengan itu Wiener lebih condong untuk menyatakan bahwa golongan Rh itu ditentukan oleh satu seri alel ganda, terdiri dari 8 alel, yaitu:
Untuk Rh positif, alel-alelnya RZ, R1, R2, dan R0
Untuk Rh negatif, alel-alelnya ry, r’, r’’, r.
15
E. INKOMPATIBILITAS DALAM GOLONGAN DARAH
a. Inkompatabilitas Gol Darah ABO Inkompatibilitas ABO merupakan suatu kondisi sebagai akibat dari ketidaksesuaian golongan darah antara ibu dan janin yang dikandungnya. Berhubung dengan itu perkawinan itu sesungguhnya dapat dibedakan atas :
Perkawinan inkompatibel ( perkawinan yang tidak sesuai ), yaitu perkawinan yang menyebabkan antibodi dalam darah ibu bertemu dengan antigen dari eritrosit fetus sehingga bisa berdampak meninggalnya janin atau terjadinya keguguran
Perkawinan kompatibel ( perkawinan yang sesuai ), yaitu perkawinan yang mengakibatkan antibodi dari serum darah ibu tidak bertemu denan antigen dari eritrosit fetus
Perkawinan Kompatibel
Inkompatibel
Perempuan A AB B O A B O
Laki-laki A, O A, B, AB, O B, O O B, AB A, AB A, B, AB
b. RH inkompatibilitas Rh inkompatibilitas Misalnya pada perkawinan antara ibu dengan golongan darah Rhdengan ayah yang bergolongan darah Rh+.
Eritroblastosis fetalis Suatu kelainan pada bayi yang disebabkan karena perkawinan yang inkompatibel
Terjadi pada perkawinan antara ayah Rh+ dengan ibu Rh. Bayi (fetus) bergolongan darah Rh+ yang memiliki antigen-Rh. Darah fetus akan mengalir ke tubuh ibu melalui plasenta dengan membawa antigenRh Serum dan plasma darah ibu distimulir untuk membentuk anti-Rh, sehingga darah yang 16
mengalir ke fetus telah mengandung anti-Rh Eritrosit fetus akan diselimuti oleh anti-Rh sehingga rusak (hemolisis) dan bayi menderita anemia Jika ibu hamil untuk pertama kalinya, maka anti-Rh yang terbentuk masih sedikit, sehingga bayi masih dapat hidup Namun untuk kehamilan kedua dan seterusnya, jika fetus yang dikandung kembali memiliki golongan darah Rh+, maka serum dan plasma darah ibu akan memproduksi lebih banyak antiRh Hal ini mengakibatkan terjadinya hemolisis yang lebih besar pada fetus sehingga fetus biasanya tidak selamat (meninggal dalam kandungan) c. Kombinasi Rh inkompatibilitas dengan ABO inkompatibilitas Kenyataan menunjukkan bahwa ABO inkompatibilitas dapat mencegah timbulnya penyakit eritroblastosis fetalis sebagai adanya Rh inkompatibilitas. Misalnya pada perkawinan antara ibu bergolongan darah O,Rh- dengan ayah bergolongan darah A,Rh+ . Eritrosit embrio mengandung antigen-A dan antigen-Rh. Apabila sel ini masuk ke dalam sirkulasi darah ibu, sel-sel ini dapat dirusak oleh anti-A dari ibu. Dengan demikian, antigenRh di pada eritrosit darah fetus tidak mungkin lagi menstimulir ibu untuk membentuk antiRh. Akibatnya tidak akan terjadi lagi reaksi antigenRh bayi dengan anti-Rh ibu. Kemungkinan timbulnya eritroblastosis fetalis pada bayi tidak ada atau setidaknya diperkecil
17
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Alel ganda adalah bila dalam satu lokus pada sebuah kromosom ditempati oleh beberapa (lebih dari satu pasang alel) atau suatu seri alel. 2. Alel ganda terdapat pada manusia, hewan dan tumbuhan. Pada manusia golongandarah ABO dan Rh. Golongan darah sistem ABO yaitu dipengaruhi oleh alel IO,IA, dan IB. Pada hewan adalah alel ganda pada kelinci mengatur warna bulu. 3. Golongan darah (sistem ABO) seseorang dikendalikan oleh 2 alel yang diwariskan dari orang tuanya tetapi dalam populasi keseluruhan terdapat tiga alel yang berbeda,yaitu IA,IB, dan IO. 4. Golongan darah system MN adalah Pengelompokan pada sistem MN ini dilakukan berdasarkan atas reaksi antigen-antibodi. 5. Golongan Darah Tipe Rh Diperkenalkan oleh Karl Laindsteiner pada tahun 1940yang melakukan penelitian pada monyet rhesus (Macaca mulatta)dengan Alel dipengaruhi oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r, dimana R dominan terhadap r. Dikenal 2 macam golongan darah yaitu Rh+ dan Rh-.
18
DAFTAR PUSTAKA Suryo, H. 1984. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Firman. Darah. http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:darah (28 Desember 2009). Golongan Darah. http://id.wiki.org/wikipedia/Golongan_darah/ (28 Desember 2009) Anonim. 2009. Genetika. http: //wiki/genetika/or.id. Diakses Rabu, 28 Mei 2013 Corebima, AD. 1997. Genetika Mendel. Surabaya: Airlangga University Press. Hartati. 2009. Penuntun Praktikum Genetika. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Jusuf, Muhammad. 2001. Genetika I. Jakarta: CV. INFOMEDIKA. Suryo. 1984. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
19