Makalah Fito 3.docx

  • Uploaded by: ilmi
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Fito 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,063
  • Pages: 17
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia

Makalah Fitokimia 1 “ Ektraksi“

Oleh Andi Suci Rahmadani 15020160203

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2019

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia

dikenal

dengan

banyaknya

jenis

flora

yang

dapat

dimanfaatkan sebagai bahan obat yang semakin hari semakain banyak yang meneliti tentang kandungan senyawa yang terdapat pada tanaman tersebut sehingga dapat diperoleh sediaan obat . Masyarakat Indonesia banyak menggunakan bahan dari alam sabagai bahan pengobatan dengan menggunakan pengolahan secara sederhana sehingga banyak penelitian penelitian untuk mengembangkan senyawa yang terdapat pada tanaman tersebut dengan menggunakan metode metode yang lebih spesifik terhadap kandungan senyawa tersebut. Dalam proses pengujian suatu tanaman sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut dilakukan ektraksi tanaman, dari hasil ektraksi didapatkan hasil ektrak, baik ektrak yang didapatkan cair, kental ataupun kering. Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan farmakologi yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan metabolit primer tumbuhan.

Untuk mendapatkan senyawa tersebut dilakukan beberapa metode salah satunya adalah menggunakan partisi, yang terbagi atas dua yaitu partisi cair-cair dan padat cair. Partisi cair-cair merupakan suatu proses terjadi pemisahan zat terlarut dari 2 macam pelarut yang tidak saling bercampur. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larut air dan ada pula senyawa yang larut dalam pelarut organik. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai keseimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana prinsip dari ekstraksi 2. Bagaimana prinsip partisi cair cair dan partisi padat cair 3. Bagaimana Epigallotanin.

cara

mengektraksi

sampel

yang

mengandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Ekstraksi dan Ekstrak Ekstraksi didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi ke dalam pelarut dan setelah pelarut diuapkan maka zat aktifnya akan diperoleh (Adrian, 2000). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditentukan. Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan menggunakan tekanan (Ditjen POM, 1995) 2. Prinsip Ekstraksi Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan bagian tumbuhan obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya

sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya (Tobo, 2001). Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih mudah larut dalam pelarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo, 2001). Terjadinya proses pemisahan dapat dengan cara : 1. Adsorpsi - Adsorpsi komponen atau senyawa diantara permukaan padatan dengan cairan (solid liquid interface) - Agar terjadi pemisahan dengan baik, maka komponen-komponen tersebut harus mempunyai afinitas yang berbeda terhadap adsorben dan ada interaksi antara komponen dengan adsorben. 2. Partisi - Fase diam dan fase gerak berupa cairan yang tidak saling bercampur - Senyawa yang akan dipisahkan akan berpartisi antara fase diam dan fase gerak. Karena fase diam memberikan daerah yang sangat luas bagi fase gerak, maka pemisahan berlangsung lebih baik

3. Ektraksi distribusi pelarut Ektraksi pelarut atau biasa disebut sebagai penyari, merupakan suatu proses pemisahan dimana zat terdistribusi dalam dua pelarut yang tidak bercampur. Penyarian merupakan proses pemisahan dimana suatu zat terdistribusi kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur. Kegunaan dari penyarian ini adalah kemungkinan untuk pemisahan dua senyawa atau berdasarkan koefisien distribusinya (Rudi, 2010). Alasan utama pemisahan ini dapat dilakukan dengan baik dilakukan dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat pelarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform. Metode yang dapat digunakan pada ektraksi pelarut dapat menggunakkan alat sederhana yaitu corong pisah. 4. Prinsip ektraksi dan alat yang digunakan Prinsip ini dikenal dengan “like dissolve like”, artinya pelarut akan melarutkan

senyawa

yang

pelarut tersebut. Ekstrak

etanol

tingkat

dimasukkan ke

pisah kemudian ditambahkan pelarut 1:2, lalu didiamkan

kepolarannya

n-heksana

sama

dengan

dalam

corong

perbandingan

hingga memisah menjadi dua lapisan.

Fase n- Heksan Fase etanol

Fraksinasi dengan n-heksan dilakukan sampai n-heksana berwarna bening mendekati semula (±3x). Warna bening menunjukkan kalau semua senyawa non polar telah tertarik ke fraski n-heksana. Semua fraksi nheksana yang keluar dari corong dalam

erlenmeyer

dan

pisah

kemudian

digabungkan, sedangkan fraksi etanol

difraksinasi kembali dengan etil asetat dengan

perbandingan 1:2.

Fraksinasi dengan etil asetat ini dilakukan untuk menarik semipolar yang ada di dalam sampel

Fase etanol

Fase etil asetat

ditampung

senyawa

Fraksinasi dengan menggunakan corong pisah akhirnya diperoleh tiga fraksi, yakni: fraksi n-heksana, etil asetat, dan etanol. Ketiga fraksi ini kemudian diuapkan serbuk/padatannya

pelarutnya

hingga

diperoleh

fraksi

berupa

untuk kemudian masing-masing diuji aktivitas

antioksidan dan kandungan metabolit sekundernya. 5. Ektraksi pada –cair dan ektraksi cair-cair 1. Ekstraksi Padat Cair Ekstraksi padat–cair atau Leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dalam dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimia. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan

yang

diinginkan

dapat

larut

dalam

solven

pengekstraksi.Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.Namun sering juga di gunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam selongsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul – molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam selongsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari

telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20 – 25 kali.Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Sudjadi, 1986). Faktor-faktor yang berpengaruh pada proses leaching adalah: jumlah konstituen (solute) dan distribusinya dalam padatan, sifat padatan, dan ukuran partikel. Mekanisme proses leaching dimulai dari perpindahan solven dari larutan ke permukaan solid (adsorpsi), diikuti dengan difusi solven ke dalam solid dan pelarutan solut oleh solven, kemudian difusi ikatan solut-solven ke permukaan solid, dan desorpsi campuran solut-solven dari permukaan solid kedalam badan pelarut. Pada umumnya perpindahan solven ke permukaan terjadi sangat cepat di mana berlangsung pada saat terjadi kontak antara solid dan solvent, sehingga kecepatan difusi campuran solut-solven ke permukaan solid merupakan tahapan yang mengontrol keseluruhan proses leaching. Kecepatan difusi ini tergantung pada beberapa faktor yaitu : temperatur, luas permukaan partikel, pelarut, perbandingan solut dan solven, kecepatan dan lama pengadukan. Untuk memisahkan minyak dari pelarutnya, dilakukan dengan caradistilasi (Pramudono dkk, 200

2. Ekstraksi Cair – Cair Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larut air dan ada pula senyawa yang larut dalam pelarut organik. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai keseimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Harada dkk, 2006). Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan sebagai pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan demikian ion anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase organik. Hal ini yang dikatakan “ like dissolves like “, yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya (Dirjen POM, 1986). Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran

akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Tobo, 2001). Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada suhu tertentu bergantung pada kemiripan kepolarannya dengan fase cair, menggunakan prinsip ”like disolves like”. Molekul bermuatan yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairan dengan sejumlah besar ion bermuatan berlawanan dan juga dalam kasus ini ”menarik yang berlawanan”, misalnya senyawa asam akan lebih larut dalam fase air yang basa daripada yang netral atau asam. Rasio konsentrasi senyawa dalam kedua fase disebut koefisien partis. Senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien partisi yang berbeda, sehingga jika satu senyawa sangat polar, koefisien partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi daripada senyawa non-polar (Tobo, 2001). Fraksinasi selanjutnya yaitu suau senyawa hanya ada dalam satu fase, hal ini dapat dicapai dengan ekstraksi fase awal berturut-turut dengan fase yang berlawanan. Lebih baik menggunakan elusi berurytan dengan volume relatif kecil dibandingkan dengan satu kali elusi keseluruh volume (Tobo, 2001).

6. Proses fraksinasi ekstrak Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat, cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut.Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat diekstraksi dengan pelarut organik. Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu (Rohman, 2007): a. Pelarut polar Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih rendah.

Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat. b. Pelarut semipolar Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan

dengan

pelarut

polar.

Pelarut

ini

baik

untuk

mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform c. Pelarut nonpolar Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk mengekstrak berbagai jenis

minyak.

Contoh:

heksana

dan

eter.

7. Cara mengektraksi tannin Tannin terkondenisasi dapat diektraksi dengan cara pemanasa atau ektraksi dengan pemanasan, Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

BAB III KESIMPULAN Pada ektraksi dapat disimpulkan bahwa : Ektaksi merupakan proses penarikan senyawa yang terjadi antara zat padat yang tidak dapat larut yang ditarik dengan menggunakan pelarut organic. Digunakan dua campuran untuk partisi pelarut yang saling tidak bercampur dalam proses penarikan senyawa yang terdapat dalam sampel cair tersebut. Prinsip dari partisi cair cair yaitu “ like dissolves like “, pelarut dapat menarik senyawa yang sama dengan sifat dari pelarut. Pelarut yang digunakan dalam partisi cair cair yaitu pelarut organic dan pelarut polar yang jenuh air. Ektraksi pada tannin dapat digunakan proses ektaksi panas, dapat digunakan metode refluks yang menggunakan panas pada saat ekstraksi.

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI : Jakarta. Harada, K., Rahayu, M., dan Muzakkir.A. 2006. Tumbuhan Obat Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat, Indonesia. PALMedia creative pro: Bandung Tobo,F. Mufidah, dkk, 2001,”Buku pegangan laboratorium fitokimia 1”, Unhas: Makassar

Related Documents

Makalah Fito 3.docx
May 2020 24
Fito Harmina.docx
May 2020 21
Fito Gel.docx
November 2019 19
Fito Lanjutan.docx
June 2020 21
Fito Paez.pdf
November 2019 24
Laporan Fito Ii.docx
November 2019 17

More Documents from "Nurlatifah A.R"

1 Fito Ilmi New.docx
May 2020 22
Makalah Fito 3.docx
May 2020 24
Kimia Klinik
October 2019 45
Nervous Nando.docx
November 2019 27
Pcq Non Flor
October 2019 36
Resume 10.docx
November 2019 35