BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi dilahirkan dan berlangsung seumus hidup.pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang banyak dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum kelahiran. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran dan normatif. Tanpa pendidikan mustahil manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Proses perkembangan dan pendidikan manusia tak hanya dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam system pendidikan formal saja, akan tetapi juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal. Oleh karena itu pendidikan sangatlah penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh manusia dengan lapangan yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan kegiatan-kegiatan lain. Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2) pendidikan sebagai teori. Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan yang bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Mengapa pendidikan dianggap sebagai pendidikan teoritis? 2. Mengapa pendidikan dianggap sebagai pendidikan praktis? 3. Bagaimana hubungan antara pendidikan teoritis dengan pendidikan praktis ?
1.3.
Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk : 1. Untuk Mengetahui Pendidikan Sebagai pendidikan teoritis. 2. Untuk Mengetahui Pendidikan Sebagai pendidikan praktis. 3. Untuk Mengetahui hubungan antara Pendidikan teoritis dengan pendidikan praktis.
~1~
BAB II PEMBAHASAN
Pendidikan adalah pengalaman belajar, sehingga pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepaanjang hidupnya. Pendidikan berlangsung tidak dalam batas usia tertentu, tetapi berlangsung sejak manusia itu lahir sampai mati. Adapun pendidikan adalah konsep mendidik yang diwujudkan dalam bentuk perubahan atau cara mendidik yang dilakukan oleh manusia pada umumnya. Ilmu pendidikan adalah termasuk ilmu pengetahuan empiris yang diangkat dari pengalaman pendidikan, kemudian disusun secara teoritis untuk digunakan secara praktis.
2.1.Pendidikan Teoritis Pendidikan teoristis yaitu terdiri atas kajian-kajian pendidikan ditinjau dari nilai-nilai dan prinsip agama, filsafat, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, dan humaniora. Pendidikan teoristis ini mengkaji tentang bidan keilmuannya secara luas (profesional) sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya (atomistik). Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan mensistemkan didalam pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Ilmu pendidikan teoritis para ahli dalam pemikirannya mengatur dan mensistemkan berbagai masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran pendidikan. Caranya dari berbagai praktek pendidikan disusunlah suatu pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran teoritis ini kemudian disusun menjadi satu system pendidikan. inilah yang dimaksud dengan ilmu pendidikan teoritis (sistematis). Teoritis sama saja dengan sistematis. Ilmu pendidikan sistematis memberikan suatu pemikitan-pemikiran secara tersusun dan lengkap tentang masalah-masalah pendidikan. ilmu pendidikan sistematis ini membahas semua permasalahan pokok dalam pendidikan secara universal, abstrak dan objektif (pendapat Langeveld).
~2~
Pendidikan sistematis ini sangat berkatian dengan sejarah pendidikan. sejarah pendidikan berisikan tentang berbagai uraian yang terakhir menganai system-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan melihat latar belakang kebudayaan yang sangat berpengaruh pada waktu itu. Seberapa besar keterkaitan atau sumbangan sejarahpendidikan terhadap teori pendidikan maupun praktek pendidikan? untuk mengetahuinya kita ikuti kisah berikut; Di jaman Yunani kuno ada aliran Stoa, salah seorang pengikutnya bernama Epiktetos. Dia adalah seorang yang berlatar belakang budak, ia berusaha untuk tetap membela teori sikap kolektivisme. Apabila teori Epiktetos ini benar, berarti ia tidak mengakui perbedaan manusia. Tetapi dia dengan tegas tidak menyatakan perbedaan dalam derajat. Menurutnya walaupun ada persamaan secara lahir, tetapi dalam derajat rohaniyah kita perlu mengakui bahwa ada perbedaan. Dengan kata lain bahwa walaupun Epiktetos mengatakan semua anak manusia itu sama derajat dan martabatnya, tapi perlu diakui bahwa tiap anak manusia terdapat perbedaan yang khas. Menurut dia, kata ‘persamaan’ tidak bole diartikan sebagai kesamaan lair, tapi perlu diperhatikan lagi dimana letak konkrit kesamaannya. Sebaliknya harus berhati-hati dalam kesamaan itu, keduanya harus silang dalam kenyataan atau dikatakan harus ada keseimbangan dalam menerangkan kedua prinsip itu. Dari kisah sejarah pendidikan ini terlihat secara jelas bahwa pandangan-pandangan teoritis yang tersusun dapat dipakai sebagai peringatan untuk menyusun teori pendidikan selanjutnya (yang baru). Kesimpulannya bahwa terlihat ilmu pendidikan sistematis mendahului ilmu pendidikan historis, tetapi ilmu pendidikan historis ini memberikan bantuan dan menjadikan bahan untuk memperkaya ilmu pendidikan sistematis. Teori-teori yang ditemukan (baik dari ilmu sistematis maupun historis) keduannya membantu para pendidik agar selalu waspada dan hati-hati dalam praktek-praktek pendidikan. Ilmu pendidikan historis memberikan uraian-uraian teoritis tentang system-sistem pendidikan sepanjang jaman dengan melihat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh pada jaman itu. Ilmu pendidikan historis mempunyai hubungan timbale balik dengan ilmu pendidikan sistematis. Sebaliknya ilmu pendidikan sistematis akan dibangkitkan untuk masalah pendidikan yang baru apabila ilmu ini terbuka untuk menerima bahan-bahan dari ilmu pendidikan historis, tetapi bila dibandingkan antara keduanya maka yang sistematislah yang primair karnea penuturan yang sistematis harus lebih dahulu untuk memungkinkan penyusunan ilmu historis. Para pendidik yang genial sebenarnya memakai teorinya tersendiri, walau teroi itu belum disadari atau belum disistematiskan. Seorang pakar ilmu pendidikan J.M. Gunning pernah berkata bahwa teori tanpa praktek adalah baik untuk para cendikia, dan praktek tanpa teori hanya ada pada orang-orang yang gila da para penjahat. Maka dari itu para pendidik perlu suatu teori dan praktek yang berjalan bersama-sama (saling).
~3~
Ilmu pendidikan adalah suatu ilmu pendidikan yang memerlukan pemikiran teoritis, kenapa? 1.
2.
3.
4.
Tiap-tiap pendidik akan mendengarkan kritik-kritik, catatan-catatan, sumbangan pemikiran dari para ahli. Pendidik akan mulai memikirkan secara kritis tindakan-tindakan dalam perbuatan mendidiknya (ia bis belajar dari catatan dan kritik saran orang lain). J.M Gunning pernah berkata bahwa mempelajari ilmu pendidikan berarti mengubah diri sendiri menjadi orang lain, karena ada pemikiran teoritis tentang tindakan mendidik itu sendiri, sehingga dianggap bahwa teori itu diperlukan. Salah satu masalah yang dianggap perlu pemikiran teoritis adalah apakah anak peserta didik itu perlu untuk berkembang, perlu berapa jauh lingkungan pendidikan, potensi kreatifitas peserta didik berkembang. Pemikiran yang mendasar ini selalu dibicarakan dari abad-ke adab. Hal-hal ini memerlukan pemikiran teoritis. Bertolak pula dari kenyataan praktek pendidikan pada jaman tersebut. Ketika kita membaca rumusan tujuan pendidkan dari jaman ke jaman, akan kita dapatkan gambaran bagaimana caranya orang memperagakan suatu gambaran ideal tentang manusia dan masyarakat yang diharapkan. Setiap saat tujuan pendidikan itu berpindah dan berbeda-beda; suatu saat orang menghendaki tujuan pendidikannya membentuk rakyat yang kuat seperti terjadi di Yunani, suatu saat tujuan pendidikannya membentuk manusia yang baik yang mengabdi pada Negara, suatu saat tujuan pendidikannya adalah membentuk manusia yang baik yang dipersiapkan (kehidupan di dunia-akhirat), suatu saat orang menekankan kebebasan manusia sebagai individu dan lain pihak menghendaki kepentingan bersama, pada suatu saat orang menginginkan keseimbangan antara individu dan kepentingan bersama. Pendidikan perlu jangka waktu yang panjang, sebab pendidikan bercorak perbuatan pendidkan. Dalam perbuatan, biasanya orang bisa melihat dan mencek hasilnya segera. Hasil pendidikan itu baru dapat dilihat pada generasi berikutnya. Untuk meneliti hasil pendidikan itu orang harus melihat bagaimana cara bertindak, mendidik dan bagaimana cara hidup anak di masa dewasa nanti.
Kesimpulannya bahwa pendidik ini memerlukan; 1) status dia sebagai pendidik, 2) tahu tujuan pendidikan, 3) tahu peserta didiknya, 4) tahu cara dan metode mendidik yang sesuai jenjang perkembangan anak yang selanjutnya membawanya pada pencapaian tujuan pendidikan, 5) tahu martabat manusia secara umum (dijelaskan dalam antropologi pendidikan). Manfaat pendidikan Teoritis yaitu, Penelitian ini bertitik tolak dengan meragukan suatu teori tertentu. Adanya keraguan terhadap teori itu muncul apabila yang terlibat tidak dapat lagi menjelaskan kejadian-kejadian aktual yang tengah dihadapi. Dilakukannya pengujian atas teori tersebut bisa melalui penelitian secara empiris serta hasilnya dapat menolak ataupun menukuhkan serta merevisi teori yang berhubungan. Pada intinya ilmu teoris dilaksanakan berdasarkan teori yang sudan ada untuk mempermudah jalannya pendidikan.
~4~
Dari penjelasan ini dapat dikatakan bahwa lmu pendidikan memerlukan pemikiran teoritis, yakni perlu pemikiran yang tersusun secara teratur dan sistematis. Sehingga, Pendidikan sebagai pendidikan teoritis adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan teori yang sudah ada untuk mempermudah jalanya pendidikan.
2.2.Pendidikan Praktis Pendidikan praktis mencakup ilmu pengetahuan normative dan finalistic. Ilmu pengetahuan normative berkaitan dengan kajian norma-norma sebagai standar yang digunakan dalam pendidikan, Ilmu pengetahuan finalistik mengkaji hasil akhir pendidikan dalam bentuk keluaran (output) maupun pengaruh (outcome) bagi peserta didik dalam lingkungannya. Dalam ilmu pendidikan praktis termasuk pula pendidikan terapan. Ilmu pendidikan terapan mengkaji aplikasi ilmu penddikan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Dari penjelajsan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai ilmu praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan. Ilmu pendidikan praktis memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuanketentuan pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik. Ilmu pendidikan praktis ini menempatkan diri di dalam situasi pendidikan dan mengarahkan diri pada perwujudan/ realisasi dari ide-ide yang dibentuk dan dari kesimpulankesimpulan yang diambil. Manfaat Pendidikan Praktis : 1. Sebagai masukkan yang membangun guna meningkatkan kualitas lembaga penddikan yang ada, termasuk para pendidik yang ada di dalamnya, dan penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan, serta pemerintah secara umum. 2. Dapat menjadi pertimbanganuntuk diterapkan dalam dunia pendidikan pada lembaga – lembaga pendidikan yang ada di indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan yang ada. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan sebagai pendidikan praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan.
2.3.Hubungan Pendidikan Teoritis dan Pendidikan Praktis Menurut Langeveld dalam bukunya dikatakan bahwa praktek yang tidak dibimbing oleh hipotesa atau teori-teori tertentu, maka akan berakhir sebagai pemborosan dana, tenaga dan waktu karena hanya didasarkan pada percobaan yang tidak terarah dan tidak menentu.
~5~
Sebenarnya praktek dapat mengubah teori atau dengan kata lain apabila fakta tidak sesuai dengan teori, maka teori itu mesti diubah. Jadi fakta ini dapat memperkaya teori. Pengkajian bahan-bahan yang didapat dari proses empiris, baik itu penelitian kualitatif atau kuantitatif, sangat memerlukan pendalaman dan pengulasan teori yang dikembangkan. Intinya antara teori dan fakta yang berkembang dalam lapangan empiris mesti saling berkaitan. Adapun keterkaitannya meliputi; 1. Teori menetapkan adanya hubungan dari fakta yang ada 2. Teori mengembangkan system klarifikasi dan struktur dari konsep-konsep. Perlu dilihat bahwa fakta alam yang ada disekitar kita tidak menyediakan system yang siap pakai untuk pengklasifikasian objek keilmuan yang berupa fakta dan kejadiankejadian, metode dan sebagainya; manusia itulah yang bertindak sebagai pengatur dan merumuskannya sehingga menjadi bermakna dan berguna bagi dirinya. 1. Teori harus mengikhtisarkan fakta-fakta, oleh sebab itu sbuah teori mesti mampu menerangkan sejumlah besar fakta. 2. Teori harus dapat meramalkan fakta. Karena salah satu tugas dari sebuah teori adalah dapat meramalkan kejadian-kejadian sebelum terjadi. Antara teori dan praktek di satu pihak harus saling berhubungan, di lain pihak harus dikembangkan melalui kegiatan penelitian sebagai sarana memperkaya dan mengoreksi konsep-konsep operasional pendidikan tersebut. Karena melihat bahwa ilmu pendidikan bersifat teoritis dan praktis, maka agar keduanya bercorak ilmiyah- harus ada usaha sistematisasi yang tersusun baik sehingga mampu memberikan deskripsi tentang fakta/ data dari pengalaman dalam pengertian yang sederhana mungkin. Agar corak teoritis dari keilmuan kependidikan itu tidak berkurang, maka teori-teori yang dirumuskan itu lahir dari hipotesa-hipotesa yang dianalisis melalui proses pemikiran yang sifatnya deduktif dan induktif serta analisis-sintesis. Suatu fakta atau pengalaman yang relevan merupakan bahan-bahan analisis yang dijadikan pembuktian atas kebenaran hipotesis tersebut. Ilmu pendidikan teoritis juga mengandung watak dan cirri praktis. Watak dan cirri ini tidak perlu ada pemisahan antara bersifat teoritis dan yang praktis, keduanya telah mencakup dalam pengertian ilmu itu sendiri. Teori tanpa praktek tidak akan bermakna, praktek tanpa teori adalah kabur. Kesimpulannya antara teori dan praktek harus saling mengisi. Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan yang bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan.
~6~
BAB III ~7~
PENUTUP 3.1.
Kesimpulan Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis mengemukakan kesimpulan, yaitu
sebagai berikut : 1. Pendidikan sebagai pendidikan teoritis adalah pendidikan dilaksanakan berdasarkan teori yang sudah ada untuk mempermudah jalanya pendidikan. 2. Pendidikan sebagai pendidikan praktis adalah suatu praktek pendidikan untuk mendapatkan kemudahan dan kenyamanan dalam mencari pengetahuan. 3. Pendidikan teoritis dan pendidikan praktis harus saling mengisi Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori pendidikan yang bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan.
3.2.
Saran
Pendidikan adalah suatu sarana yang mempermudah kita untuk memperoleh ilmu pengetahuan, kami selaku penyusun makalah ini menyarankan kepada seluruh pembaca untuk memahami pendidikan dengan baik sebagai pendidikan teoritis atau pendidikan praktis.
DAFTAR PUSTAKA Josha, S. (2017). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. .[Online]. Tersedia: https://joeshapictures.blogspot.com/2017/09/ilmu-pendidikan-teoritis-dan-praktis. html. [6 April 2019].
Nasir, J.A. (2012). Ilmu Pendidikan Islam: Sebagai Ilmu yang Normatif, Teoritis, Praktis.[Online]. Tersedia: https://ahmadlabib.wordpress.com/2012/1 2/11/ilmu-pendidikan-islam-sebagai-ilmu-yang-normatif-teoritis-praktis/. [6 April 2019].
~8~
Suratmi, S. (2014). Pendidikan Sebagai Ilmu Normtif, Praktis dan Teoritis Pengantar Pendidikan. .[Online]. Tersedia: http://suratmisitisuratmi.blogspot.com/2014/05/ pendidikan-sebagai-ilmu-normtif-praktis.html. [6 April 2019].
~9~