MORALITAS ILMU PENGETAHUAN ( Filsafat Ilmu Pengetahuan )
Dosen pengampu : Nur Rofiq, S.Pd.I.,M.Pd.I
Disusun oleh :
1. Oktiana Zuli Astuti
1510503021
2. Herlambang Sulistianto
1510503027
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS TIDAR FAKULTAS TEKNIK PRODI S1 TEKNIK SIPIL TAHUN AJARAN 2016 - 2017
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “ Moralitas Ilmu Pengetahuan ” meskipun masih ada kekurangan didalamnya. Tidak lupa kami berterima kasih pada Bapak Nur Rofiq, S.Pd.I.,M.Pd.I selaku Dosen mata kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan yang telah memberikan banyak pengarahan kepada kami.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih memiliki kekurangan.
Magelang, 23 Mei 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 1.1
Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3
Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3 2.1
Tanggung Jawab Ilmuwan .................................................................... 3
2.2
Ilmu Bebas Nilai atau Tidak ................................................................ 7
2.3
Moralitas Ilmu Pengetahuan ............................................................... 10
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan membawa manfaat yang banyak bagi kehidupan manusia. Namun disamping manfaat positif muncul pula penyalagunaan kemajuan ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan beberapa hal hal negatif. Salah satu contohnya ialah Perang Dunia I yang menghadirkan bom biologis dan Perang Dunia II memunculkan bom atom yang merupakan dampak negatif dari penyalahgunaan ilmu pengetahuan yang ada di dunia. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Hal tersebut tentu tidak terlepas dari para ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat yang akan membawa pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat. Dengan kemampuan pengetahuannya seorang ilmuwan harus dapat mempengaruhi opini masyarakat terhadap masalah-masalah yang seyogyanya mereka sadari. Jelaslah kiranya seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul dibahunya karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup bermasyarakat. Fungsinya selaku ilmuwan tidak hanya pada penelahaan dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
1
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembahasan yang tercantum diatas, maka dapat diketahui rumusan masalahnya. Diantaranya yaitu: 1. Bagaimana tanggung jawab seorang ilmuan ? 2. Apakah ilmu bebas nilai atau tidak ? 3. Apa yang di maksud dengan moralitas ilmu pengetahuan ?
1.3 Tujuan 1. Menguraikan tanggung jawab seorang ilmuan 2. Menguraikan ilmu bebas nilai atau tidak 3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan moralitas ilmu pengetahuan
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tanggung Jawab Ilmuan Ilmu menggahasilkan teknologi yang diperagakan masyarakat. Penarapan ilmu dimasyarakat juga menjadi kebekarhan bagi masyarakat dan dapat mengubah peradaban bagi manusia, tetapi juga bisa menimbulkan bencana bagi manusia apabila menyalagunakan hasil karya para ilmuwan. Dihadapkan dengan masalah moral dan akses ilmu serta teknologi yang bersifat merusak, maka para ilmuwan dapat dinobatkan sebagai dua golongan pendapat yaitu : a. Golongan yang pertama, berpendapat bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini ilmuwan hanyalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, apakah akan digunakan untuk tujuan yang baik ataukah untuk tujuan yang buruk. Golongan ini ingin melanjutkan tradisi kenetralan ilmu secara total, pada era Galileo b. Golongan yang berpendapat bahwa netralisasi ilmu hanyalah terbatass pada metafisika keilmuwan, sedangkan dalam penggunannya harus berlandaskan nilai – nilai moral. Golongan ini mendasarkan pendapatnya pada beberapa hal :
Ilmu secara faktual telah dipergunakan secara deskrutif oleh manusia, yang dibuktikan dengan adanya perang dunia yang mempergunakan teknologi keilmuwan
Ilmu telah berkembang pesat dan makin esoteric hingga kaum ilmuwan lebih mengetahui tentang ekses – ekses yang mungkin terjadi bila adanya penyalahgunaan
Ilmu
telah
berkembang
sedemikian
rupa
dimana
terdapat
kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik pembuatan sosial.
3
Penerapan dari ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan dimensi etis sebagai pertimbangan dan kadang-kadang mempunyai pengaruh pada proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab etis, merupakan hal yang menyangkut kegiatan maupun penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini berati ilmuwan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memperhatikan kodrat dan martabat manusia, menjaga keseimbangan ekosistem, bertangung jawab pada kepentingan umum dan generasi mendatang, serta bersifat universal karena pada dasarnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk mengambangkan dan memperkokoh eksistensi manusia bukan untuk menghancurkan eksistensi manusia. Tanggung jawab keilmuan menyangkut, baik masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Alasannya, karena penanganan ilmu atas realitas selalu cenderung berat sebelah. Kenyataan tersebut telah banyak berpengaruh terhadap gangguan keseimbangan kosmos (alam) seperti : pembasmian kimiawi dari hama tanaman, sistem pengairan, keseimbangan jumlah penduduk, dan sebaginya. Juga, hal itu menyangkut gangguan terhadap tatanan sosial dan keseimbangan sosial. Artinya, ilmu lah yang telah mengemukakan bahwa tatanan alam dan masyarakat harus diubah dan dikembangkan maka ilmu pula lah yang bertanggung jawab menjaganya agar dapat diubah dan dikembangkan dalam sebuah tatanan yang baik, demi konseistensi kehidupan, regulasi historis, dan keberlanjutan ekologis. Secara garis besar dapat diuraikan bahwa tanggung jawab pokok ilmuwan yaitu : a. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (berpikir,menumbuhkan sikap positif-konstruktif, meningkatkan nilai tambah dan produktivitas, konsisten dengan proses penelaahan keilmuan, menguasai bidang kajian ilmu secara mendalam, mengkaji perkembangan teknologi secara rinci, bersifat terbuka, professional dan mempublikasikan temuannya); b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan menemukan masalah yang akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan mengkomunikasikannya, menemukan pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat, membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4
Disamping itu ada pula tanggung jawab seorang ilmuan berupa etika, moral serta sosial. a. Tanggung Jawab Sosial Seorang Ilmuan Tanggung jawab sosial ilmuwan merupakan suatu kewajiban seorang ilmuwan untuk mengetahui masalah sosial dan cara penyelesaian permasalahan sosial. Ilmuwan mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan kepada masyarakat dalam bahasa yang mudah dicerna. Tanggung jawab sosial seorang ilmuwan adalah memberi perspektif yang benar, untung dan rugi, baik dan buruknya, sehingga penyelesaian yang objektif dapat dimungkinkan. Beberapa bentuk tanggung jawab sosial seorang ilmuan yaitu :
Seorang ilmuwan harus mampu mengidentifikasi kemungkinan permasalahan sosial yang akan berkembang berdasarkan permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat.
Seorang ilmuwan harus mampu bekerjasama dengan masyarakat yang mana di masyarakat tersebut sering terjadi permasalahan sosial sehingga ilmuwan tersebut mampu merumuskan jalan keluar dari permasalahan sosial tersebut.
Seorang ilmuwan harus mampu menjadi media dalam rangka penyelesaian permasalahan sosial dimasyarakat.
Membantu pemerintah untuk menemukan cara dalam rangka mempercepat proses intergrasi sosial budaya yang mana integrasi tersebut bertujuan untuk mempererat tali kesatuan antara masyarakat Indonesia.
5
b. Tanggung Jawab Moral Seorang Ilmuwan Tanggung jawab moral tidak dapat dilepaskan dari karakter internal dari ilmuwan itu sendiri sebagi seorang manusia, ilmuwan hendaknya memiliki moral yang baik sehingga pilihannya ketika memilih pengembangan dan pemilihan alternatif, mengimplementasikan keputusan serta pengawasan dan evaluasi dilakukan atas kepentingan orang banyak, bukan untuk kepentingan pribadinya atau kepentingan sesaat.
Tidak ada rasa pamrih, yaitu suatu sikap yang diarahka untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif dengan menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
Bersikap selektif, sikap yang bertujuan agar para imuawan mampu mengadakan pemilihan terhadap berbagai hal yang dihadapi.
Seoarang ilmuwan sangat menghargai terhadap segala pendapat yang dikemukakan oleh orang lain
Seorang ilmuan juga memilki rasa tidak puas terhapa penelitian yang telah dilakukan sehingga dia terdorong untuk terus melakukan riset atau penelitian.
Seorang ilmuwan harus memilki akhlak atau sikap etis yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kebahagian manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa dan negara. Akhlak dan sikap etis dalam mengembangkan ilmu untuk memiliki sopan santun ilmiah yaitu dengan berhati-hati dalam mengeluarkan pendapat, dan kalau teryata dia salah maka harus segera menyadari dan mengklasifikasi kesalahan tersebut.
6
c. Tanggung Jawab Etika Seorang Ilmuwan Kemudian tanggung jawab yang berkaitan dengan etika meliputi etika kerja seorang ilmuwan yang berkaitan dengan nilai-nilai dan norma-norma moral (pedoman, aturan, standar atau ukuran, baik yang tertulis maupun tidak tertulis) yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya; kumpulan asas atau nilai moral (kode etik) dan ilmu tentang perihal yang baik dan yang buruk. Misalnya saja tanggung jawab etika ilmuwan yang berkenaan dengan penulisan karya ilmiah, maka kode etik pada penulisan karya ilmiah harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai berikut:
Obyektif (berdasarkan kondisi faktual)
Up to date (yang ditulis merupakan perkembangan ilmu paling akhir)
Rasional (berfungsi sebagai wahana penyampaian kritik timbal-balik)
Reserved (tidak overcliming, jujur, lugas dan tidak bermotif pribadi)
Efektif dan efisien (tulisan sebagai alat komunikasi yang berdaya tariktinggi).
2.2 Ilmu Bebas Nilai atau Tidak Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free) dan ilmu terikat nilai/ ilmu tak bebas nilai (value bound) a. Paradigma ilmu bebas nilai Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
7
Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata
berpengaruh pada pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu. Ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai – nilai yang letaknya di luar ilmu pengetahuan, hal ini dapat juga di ungkapkan dengan rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan itu seharusnya bebas. Maksud dari kata kebebasan adalah kemungkinan untuk memilih dan kemampuan atau hak subyek bersangkutan untuk memilih sendiri. Supaya terdapat kebebasan, harus ada penentuan diri dan bukan penentuan dari luar. Jika dalam suatu ilmu tertentu terdapat situasi bahwa ada berbagai hipotesa atau teori yang semuanya tidak seluruhnya memadai, maka sudah jelas akan di anggap suatu pelanggaran kebebasan ilmu pengetahuan, bila suatu instansi dari luar memberi petunjuk teori mana harus di terima. Menerima teori berarti menentukan diri berdasarkan satu – satunya alasan yang penting dalam bidang ilmiah, yaitu wawasan akan benarnya teori. Apa yang menjadi tujuan seluruh kegiatan ilmiah disini mecapai pemenuhannya. Dengan demikian penentuan diri terwujud sunguh – sungguh.Walaupun terlihat dipaksakan, namun penentuan diri ini sungguh bebas, karena dilakukan bukan berdasarkan alasan – alasan yang kurang dimengerti subyek sendiri melainkan berdasarkan wawasan sepenuhnya tentang kebenaran.
8
b. Paradigma ilmu tidak bebas nilai Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya. Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing :
Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.
Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman makna.
Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia. Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait
dengan nilai dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.
9
2.3 Moralitas Ilmu Pengetahuan Ilmu pengetahuan yang diterapkan bertujuan untuk mempergunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan di dalam masyarakat untuk mengatasi masalahmasalah yang dihadapinya. Pemanfaatan ilmu pengetahuan hendaknya membatasi diri pada hal-hal yang asasi. Ilmu pengetahuan hendaknya dikembangkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Ilmu pengetahuan yang dikendalikan oleh manusia-manusia yang tidak bermoral telah membawa maut dan penderitaan yang begitu dahsyat kepada umat manusia, sehingga manusia di dunia ini tetap mendambakan perdamaian abadi dengan penemuan-penemuan ilmu yang modern dan canggih ini. Ilmu pengetahuan bukan saja mengandung kebenaran-kebenaran tapi juga kebaikan-kebaikan. Teknologi yang merupakan konsep ilmiah yang menjelma dalam bentuk konkret telah mengalihkan ilmu dari tahap kontemplasi ( renungan ) ke manipulasi. Dalam tahap manipulasi ini masalah moral muncul kembali berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah.
10