Makalah Filsafat Ipa [bahasa].docx

  • Uploaded by: Marinda Putri
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Filsafat Ipa [bahasa].docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,763
  • Pages: 21
MAKALAH FILSAFAT IPA PERANAN BAHASA DALAM SCIENCE OF TOOLS

Oleh : 1.

Dhini Tri Wilujeng

/17030234032/KB 2017

2.

Firlia Nur Fadila

/17030234034/KB 2017

3.

Marinda Mayliansarisyah

/170302340/KB 2017

4.

Fatimmatuz Zahroh

/17030234061/KB 2017

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Surabaya 2018

TOOL OF SCIENCE A. Pengertian Sarana Berpikir Ilmiah Sarana ilmiah merupakan suatu alat, dimana dengan alat ini manusia dapat melaksanakan kegiatan ilmiah. Pada saat manusia melakukan tahapan kegiatan ilmiah diperlukan alat berpikir yang sesuai dengan tahapan tersebut. Manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena manusia berpikir mengikuti kerangka berpikir ilmiah dan menggunakan alat-alat berpikir yang benar. Untuk mendapatkan ilmu diperlukan sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir diperlukan untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik dan teratur. Sarana berpikir ilmiah ada empat, yaitu: bahasa, logika, matematika dan statistika. Sarana berpikir ilmiah berupa bahasa sebagai alat komunikasi verbal untuk menyampaikan jalan pikiran kepada orang lain, logika sebagai alat berpikir agar sesuai dengan aturan berpikir sehingga dapat diterima kebenarannya oleh orang lain, matematika berperan dalam pola berpikir deduktif sehingga orang lain dapat mengikuti dan melacak kembali proses berpikir untuk menemukan kebenarannya, dan statistika berperan dalam pola berpikir induktif untuk mencari kebenaran secara umum.

B. Tujuan Sarana Berpikir Ilmiah Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa

memecahkan

masalah

kita

sehari-hari.

Untuk

memaksimalkan

kemampuan manusia dalam berpikir menurut kerangka berpikir yang benar maka diperlukan pengetahuan tentang sarana berpikir ilmiah dengan baik pula. Manusia mempelajari ilmu agar dapat menyelesaikan permasalahanpermasalahan yang terjadi dalam kehidupannya. Manusia dapat meningkatkan kemakmuran hidupnya dengan ilmu yang telah dipelajarinya.

C. Fungsi Sarana Berpikir Ilmiah Sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah

secara

menyeluruh

(Suriasumantri,

2009:165).

dalam

mencapai

Keseluruhan

suatu

tahapan

tujuan

tertentu

kegiatan

ilmiah

membutuhkan alat bantu berupa sarana berpikir ilmiah agar memperoleh ilmu. Sarana berpikir ilmiah bukanlah suatu ilmu yang diperoleh melalui proses kegiatan ilmiah.

D. Bahasa sebagai sarana Berfikir Ilmiah Salah satu hal yang membedakan manusia dengan makhluk hidup ciptaan Tuhan yang lainnya adalah kemampuan dalam hal berbahasa. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan bahasa manusia yang satu dengan manusia yang lain dapat berkomunikasi dengan baik. Dalam hal ini termasuk juga didalamnya adalah kegiatan ilmiah. Kegiatan ilmiah memiliki keterkaitan yang kuat dengan bahasa. Karena dengan menggunakan bahasa yang baik dalam berfikir dapat membantu dalam penyampaian pemikiran yang dimiliki oleh seseorang kepada orang lain. Kegiatan berikir tidak akan berguna apabila hasil berfikir tersebut tidak disampaikan kepada orang lain, sehingga dengan bahasa pemikiran seseorang menjadi mudah disampaikan dan dapat memberi manfaat. Bahasa merupakan lambang serangkaian bunyi yang membentuk suatu arti tertentu (Suriasumantri, 2006:175). Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia yang terdiri dari kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis. Kata atau istilah merupakan simbol dari arti sesuatu, sedangkan sintaksis merupakan cara menyusun kata-kata menjadi kalimat yang bermakna (Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM, 2010:98).

”Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan, dan sikap”. (Suriasumantri, 2009:175) Manusia dapat menyampaikan sesuatu yang dipikirkannya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa. Orang lain dapat mengetahui dan mempelajari sesuatu yang sedang dipikirkan dengan bahasa. Selain itu, manusia juga dapat mengekspresikan sesuatu yang dirasakannya kepada orang lain. Orang lain dapat mengetahui seseorang sedang sedih atau senang melalui bahasa yang disimbolkan. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pemikiran dalam mendapatkan pengetahuan tersebut. Untuk mampu mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka seseorang harus menguasai bahasa yang baik. (Suriasumantri, 2009:182) Ketika manusia telah memperoleh suatu pengetahuan melalui kegiatan ilmiah yang dilakukan, maka harus mengkomunikasikan hasil yang telah diperoleh tersebut agar

pengetahuannya dapat bermanfaat bagi kemakmuran umat

manusia. Hal-hal yang harus dikomunikasikan tersebut meliputi jalan pemikiran untuk memperoleh pengetahuan dan Pengkomunikasian tersebut

dituangkan dalam

pengetahuan itu sendiri. sebuah karya ilmiah.

Penyusunan sebuah karya ilmiah menuntut kemampuan untuk menguasai bahasa yang baik dan benar. Tanpa menguasai bahasa yang baik, tidak mungkin dapat menyusun sebuah karya ilmiah. Sumarna (2008:134), ”Melalui bahasa manusia dengan sesama manusia lainnya dapat saling menambah dan berbagi pengetahuan yang dimilikinya”. Bahasa menjadi sarana untuk berbagi dengan sesama manusia. Seseorang dapat memberitahukan sesuatu yang diketahuinya kepada orang lain dengan menggunakan bahasa. Dalam proses berbagi tersebut manusia mengalami penambahan pengetahuan, menjadi mengetahui sesuatu yang semula belum diketahui. Suriasumantri (2009:175), dalam komunikasi ilmiah menonjolkan fungsi simbolik bahasa. Dalam komunikasi ilmiah proses komunikasi harus terbebas dari unsur emotif agar pesan yang disampaikan dapat diterima secara

reproduktif, artinya sama dengan pesan yang dikirimkan. Bahasa merupakan sarana komunikasi maka segala sesuatu yang berkaitan dengan komunikasi tidak terlepas dari bahasa, seperti halnya berpikir sistematis dalam memperoleh ilmu. Tanpa kemampuan berbahasa, seseorang tidak akan dapat melakukan kegiatan ilmiah secara sistematis dan benar. Dalam komunikasi ilmiah harus memperhatikan fungsi simbolik bahasa, karena komunikasi ilmiah dilakukan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan kepada orang lain. Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik maka harus menggunakan bahasa yang terbebas dari unsur emotif. Unsur emotif dalam bahasa hanya akan mengacaukan komunikasi ilmiah sehingga pesan yang disampaikan tidak dapat diterima dengan baik oleh penerima. Komunikasi simbolik yang bebas dari unsur emotif dapat mencegah salah informasi. Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut menurut Suriasumantri (2009:182-187) antara lain: a.Bahasa bersifat multifungsi, b. Bahasa memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang membangun bahasa, c. Bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama, dan d. Konotasi bahasa yang bersifat emosional. Keberadaan bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah ternyata memiliki kelemahan-kelemahan yang melekat pada bahasa tersebut. Bahasa sulit dilepaskan dari emosi dan sikap seseorang, sedangkan bahasa sebagai sarana ilmiah dituntut untuk obyektif agar informasi yang dikomunikasikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Kelemahan berikutnya adalah sulit untuk mendefinisikan suatu obyek dengan sejelas-jelasnya, terkadang karena keinginan untuk memberikan penjelasan yang detil tentang suatu obyek, yang

terjadi justru komunikasi yang dilakukan terkesan bertele-tele dan menjadi tidak jelas. Kelemahan bahasa juga dapat dilihat dari keberadaan beberapa kata yang yang memiliki arti sama atau sebaliknya beberapa arti cukup menggunakan satu kata saja. Selain itu, ada kelemahan bahasa lain yaitu bahasa sulit dilepaskan dari emosional seseorang. Ada makna-makna tertentu yang dapat ditambahkan pada makna sebenarnya sebagai akibat emosional seseorang.

Hubungan Filsafat Dengan Bahasa A. Bahasa Secara Ontologi Ontologikal (objek atau sasaran) membahas keberadaan sesuatu yang bersifat kongkrit secara kritis. Pemahaman ontologik meningkatkan pemahaman manusia tentang sifat dasar berbagai benda yang akhimya akan menentukan pendapat bahkan keyakinannya mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang dicarinya. 1. Definisi Bahasa Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi. Berikut ini adalah pengertian dan definisi bahasa menurut para ahli: a. BILL ADAMS Bahasa adalah sebuah sistem pengembangan psikologi individu dalam sebuah konteks inter-subjektif. b. WITTGENSTEIN Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan dengan realitas, dan memiliki bentuk dan struktur yang logis. c. FERDINAND DE SAUSSURE Bahasa adalah ciri pembeda yang paling menonjol karena dengan bahasa setiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok yang lain.

d. PLATO Bahasa pada dasarnya adalah pernyataan pikiran seseorang dengan perantaraan onomata (nama benda atau sesuatu) dan rhemata (ucapan) yang merupakan cermin dari ide seseorang dalam arus udara lewat mulut. e. BLOCH & TRAGER Bahasa adalah sebuah sistem simbol yang bersifat manasuka dan dengan sistem itu suatu kelompok sosial bekerja sama. f. CARROL Bahasa adalah sebuah sistem berstruktural mengenai bunyi dan urutan bunyi bahasa yang sifatnya manasuka, yang digunakan, atau yang dapat digunakan dalam komunikasi antar individu oleh sekelompok manusia dan yang secara agak tuntas memberi nama kepada benda-benda, peristiwa-peristiwa, dan proses-proses dalam lingkungan hidup manusia. g. SUDARYONO Bahasa adalah sarana komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidaksempurnaan bahasa sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman. h. Mc. CARTHY Bahasa adalah praktik yang paling tepat untuk mengembangkan kemampuan berpikir. i. WILLIAM A. HAVILAND Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang berbicara dalam bahasa itu.

Bila dilihat dari beberapa definisi dan pengertian mengenai bahasa menurut beberapa ahli diatas, kita bisa melihat bahwa terdapat perbedaan definisi tentang bahasa dimana definisi dari setiap ahli tergantung dengan apa yang ingin ditekankan oleh setiap tersebut. Namun meskipun terdapat perbedaan, nampaknya disepakati bersama bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Dan sebagai alat komunikasi , bahasa mempunyai fungsi-fungsi dan ragam-ragam tertentu.

Pengertian dan Fungsi Bahasa Banyak definisi tentang bahasa, tetapi di sini penulis hanya akan mengemukakan tiga definisi yang selaras dengan diskusi ini. Jujun Suparjan Suriasumantri menyebut bahasa sebagai serangkaian bunyi dan lambang yang membentuk makna. Lebih lengkapnya, bahasa adalah “a systematic means of communicating ideas of feeling by the use of conventionalized signs, sounds, gestures, or marks having understood meanings”. Dalam KBBI, diterakan bahwa bahasa ialah “sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri”. Definisi-definisi bahasa tersebut menekankan bunyi, lambang, sistematika, komunikasi, dan alat. Alhasil, bahasa memiliki tujuh ciri sebagai berikut: 1. Sistematis, yang berarti bahasa mempunyai pola atau aturan. 2. Arbitrer (manasuka). Artinya, kata sebagai simbol berhubungan secara tidak logis dengan apa yang disimbolkannya. 3. Ucapan/vokal. Bahasa berupa bunyi. 4. Bahasa itu simbol. Kata sebagai simbol mengacu pada objeknya.

5. Bahasa, selain mengacu pada suatu objek, juga mengacu pada dirinya sendiri. Artinya, bahasa dapat dipakai untuk menganalisis bahasa itu sendiri. 6. Manusiawi, yakni bahasa hanya dimiliki oleh manusia. 7. Bahasa itu komunikasi. Fungsi terpenting dari bahasa adalah menjadi alat komunikasi dan interaksi. Fungsi-fungsi

bahasa

dikelompokkan

jadi

ekspresif,

konatif,

dan

representasional. Dengan fungsi ekspresifnya, bahasa terarah pada si pembicara; dalam fungsi konatif, bahasa terarah pada lawan bicara; dan dengan fungsi representasional, bahasa terarah pada objek lain di luar si pembicara dan lawan bicara. Fungsi-fungsi bahasa juga dibedakan jadi simbolik, emotif dan afektif. Fungsi simbolik menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi afektif menonjol dalam komunikasi estetik.

2. Posisi Bahasa Sebagai Sarana Berfikir Ilmiah Sebelum membahas tentang posisi bahasa sebagai sarana berfikir ilmiah, kita harus terlebih dahulu mengetahui definisi dari beberapa istilah yang berhubungan dengan sarana berfikir ilmiah di bawah ini: Berpikir Ilmiah Berpikir merupakan kegiatan [akal] untuk memperoleh pengetahuan yang benar. Berpikir ilmiah adalah kegiatan [akal] yang menggabungkan induksi dan deduksi. Induksi adalah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat umum ditarik dari pernyataan-pernyataan atau kasus-kasus yang bersifat khusus; sedangkan, deduksi ialah cara berpikir yang di dalamnya kesimpulan yang bersifat khusus ditarik dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum.

Induksi berkaitan dengan empirisme, yakni paham yang memandang rasio sebagai sumber kebenaran. Sementara itu, deduksi berkarib dengan rasionalisme, yaitu paham yang memandang fakta yang ditangkap oleh pengalaman manusia sebagai sumber kebenaran. Sarana Berpikir Ilmiah Berpikir ilmiah dan kegiatan-kegiatan ilmiah bertujuan memperoleh pengetahuan yang benar atau pengetahuan ilmiah. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita manusia jelas memerlukan sarana atau alat berpikir ilmiah. Aktivitas keilmuan tidak akan maksimal tanpa sarana berpikir ilmiah tersebut. Sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi langkah-langkah (metode) ilmiah, atau membantu langkah-langkah ilmiah, untuk mendapatkan kebenaran. Dengan perkataan lain, sarana berpikir ilmiah memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah dengan baik, teratur dan cermat. Oleh karena itu, agar ilmuwan dapat bekerja dengan baik, dia mesti menguasai sarana berpikir ilmiah. Struktur Bahasa dan Kosakata Tata bahasa ialah kumpulan kaidah tentang struktur gramatikal bahasa. Lebih lanjut, Charlton Laird memberikan tata bahasa sebagai alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan makna dan emosi dengan memakai aturan-aturan tertentu. Selain struktur atau tata bahasa, yang penting pula dikuasai oleh ilmuwan adalah kosakata dan maknanya. Sebab, yang disampaikan oleh pembicara atau penulis kepada lawan bicaranya atau pembacanya sejatinya ialah makna (informasi, pengetahuan). Tata bahasa, kosakata dan makna inilah yang kerap menimbulkan persoalan dalam kegiatan ilmiah lantaran kelemahan inheren bahasa. Seandainya para

ilmuwan tidak cukup menguasai tata bahasa, kosakata dan makna, persoalanpersoalan dalam kegiatan ilmiah akan semakin sulit. Ciri-ciri Bahasa Ilmiah Dalam komunikasi ilmiah, tentu yang dipakai adalah bahasa ilmiah, lisan maupun tulisan. Bahasa ilmiah berbeda dengan bahasa sastra, bahasa agama, bahasa percakapan sehari-hari, dan ragam bahasa lainnya. Bahasa sastra sarat dengan keindahan atau estetika. Sementara itu, bahasa agama merupakan bahasa kitab suci yang preskriptif dan deskriptif. Bahasa ilmiah memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu informatif, reproduktif atau intersubjektif. Informatif berarti bahwa bahasa ilmiah mengungkapan informasi atau pengetahuan. Informasi atau pengetahuan ini dinyatakan secara eksplisit dan jelas untuk menghindari kesalahpahaman. Maksud ciri reproduktif adalah bahwa pembicara atau penulis menyampaikan informasi yang sama dengan informasi yang diterima oleh pendengar atau pembacanya. Slamet Iman Santoso mengimbuhkan bahwa bahasa ilmiah itu bersifat deskriptif (descriptive language). Artinya, bahasa ilmiah menjelaskan fakta dan pemikiran; dan pernyataan-pernyataan dalam bahasa ilmiah bisa diuji benarsalahnya.

3. Kelebihan dan Kekurangan Bahasa a. Kelebihan Bahasa 1. Bahasa sebagai system, artinya bahasa berfungsi apabila unsur-unsurnya atau komponen-komponennya tersusun dengan pola. 2. Bahasa itu bermakna, artinya bahwa bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi. Maka yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, konsep, ide, atau pikiran. 3. Bahasa itu unik, artinya setiap bahasa mempunyai cirri khas sendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lainnya. Misalnya salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah tekanan kata tidak bersifat morfemis tetapi sintaksis. 4. Bahasa itu dinamis, artinya bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan bermasyarakat. 5. Bahasa itu bervariasi, artinya bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam masyarakat bahasa. b. Kekurangan Bahasa Pertama, bahasa mempunyai multifungsi (ekspresif, konatif, representasional, informatif, deskriptif, simbolik, emotif, afektif) yang dalam praktiknya sukar untuk dipisah-pisahkan. Kedua, kata-kata mengandung makna atau arti yang tidak seluruhnya jelas dan eksak. Misalnya, kata “cinta” dipakai dalam lingkup yang luas dalam hubungan antara ibu-anak, ayah-anak, suami-istri, kakek-nenek, sepasang kekasih, sesama manusia, masyarakat-negara. Banyaknya makna yang termuat dalam kata “cinta” menyulitkan kita untuk membuat bahasa yang tepat dan menyeluruh. Sebaliknya, beberapa kata yang merujuk pada sebuah makna— bahasa bersifat majemuk atau plural.

Ketiga, bahasa acap kali bersifat sirkular (berputar-putar). Jujun mencontohkan kata “pengelolaan” yang didefinisikan sebagai “kegiatan yang dilakukan dalam sebuah organisasi”, sedangkan kata “organisasi” didefinisikan sebagai “suatu bentuk kerja sama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan”. B. Bahasa Secara Epistomologi Epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang pokok, yang secara etimologis istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani “Episteme” yang berarti pengetahuan. Berdasarkan bidang pembahasannya epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang pengetahun manusia yang meliputi sumber-sumber, watak dan kebenaran pengetahuan manusia. Selain dalam pengetahuan apriori peranan penting bahasa dalam epistemologi berkaitan erat dengan teori kebenaran. Terdapat tiga teori kebenaran dalam epistemologi yaitu: a. Teori kebenaran koherensi yang menyatakan bahwa suatu pernyataan itu dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. b. Teori kebenaran korespondensi yang menyatakan bahwa suatu pernyataan itu dianggap benar bilamana materi pengetahuan yang dikandung dalam pernyataan itu berkorespondensi atau berhubungan dengan objek atau fakta yang diacu oleh pernyataan tersebut. c. Teori kebenaran pragmatis yang menyatakan bahwa suatu pernyataan itu dianggap benar bilamana pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis bagi kehidupan manusia. Dengan lain perkataan bahwa suatu pernyataan itu dianggap benar bilamana memiliki konsekuensi pragmatis bagi kehidupan praktis manusia (Suriasumantri, 1984:55-59). Pengertian lain dari bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang yang dihasilkan oleh alat ucap pada manusia. Perlu kita ketahui bahwa

bahasa terdiri dari kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosa kata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad, disertai dengan penjelasan artinya dan kemudian dibukukan menjadi sebuah kamus atau leksikon. Pada waktu kita berbicara atau menulis, kata-kata yang kita ucapkan atau kita tulis tidak tersusun begitu saja, melainkan mengikuti aturan yang ada. Untuk mengungkapkan gagasan, pikiran atau perasaan, kita harus memilihkata-kata yang tepat dan menyusun kata-kata itu sesuai dengan aturan bahasa. Seperangkat aturan yang mendasari pemakaian bahasa, atau yang kita gunakan sebagai pedoman berbahasa inilah yang disebut tata bahasa.

C. Bahasa Secara Aksiologi Aksiologi (nilai dan fungsi) meliputi nilai nilai kegunaan yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau kenyataan yang dijumpai dalam seluruh aspek kehidupan. Nilai-nilai kegunaan ilmu ini juga wajib dipatuhi seorang ilmuwan, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu. Salah satu aspek penting dari bahasa ialah aspek fungsi bahasa. Secara umum fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi, bahkan dapat dipandang sebagai fungsi utama bahasa. Selain itu fungsi bahasa akan dijabarkan melalui beberapa hal berikut di bawah ini. 1. Ekspresi Diri Pada awalnya, seorang anak menggunakan bahasa untuk mengekspresikan kehendaknya/perasaannya pada sasaran yang tetap, yakni ayah-ibunya. Dalam perkembangannya, seorang anak tidak lagi menggunakan bahasa hanya untuk mengekspresikan kehendaknya, melainkan juga untuk berkomunikasi dengan lingkungan di sekitarnya. Setelah kita dewasa, kita menggunakan bahasa, baik untuk mengekspresikan diri maupun untuk berkomunikasi. Seorang penulis mengekspresikan dirinya melalui tulisannya. Sebenarnya, sebuah karya ilmiah pun adalah sarana pengungkapan diri seorang ilmuwan untuk menunjukkan

kemampuannya dalam sebuah bidang ilmu tertentu. Jadi, kita dapat menulis untuk mengekspresikan diri kita atau untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai contoh lainnya, tulisan kita dalam sebuah buku, merupakan hasil ekspresi diri kita. Pada saat kita menulis, kita tidak memikirkan siapa pembaca kita. Kita hanya menuangkan isi hati dan perasaan kita tanpa memikirkan apakah tulisan itu dipahami orang lain atau tidak. Akan tetapi, pada saat kita menulis surat kepada orang lain, kita mulai berpikir kepada siapakah surat itu akan ditujukan. Kita memilih cara berbahasa yang berbeda kepada orang yang kita hormati dibandingkan dengan cara berbahasa kita kepada teman kita. Pada saat menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengekspresikan diri, si pemakai bahasa tidak perlu mempertimbangkan atau memperhatikan siapa yang menjadi pendengarnya, pembacanya, atau khalayak sasarannya. Ia menggunakan bahasa hanya untuk kepentingannya pribadi. Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam dada kita, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan kita. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain : agar menarik perhatian orang lain terhadap kita dan keinginan untuk membebaskan diri kita dari semua tekanan emosi. (Keraf, 1997)

2. Komunikasi Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan komunikasi pula kita mempelajari dan mewarisi semua yang pernah dicapai oleh nenek moyang kita, serta apa yang dicapai oleh orangorang yang sezaman dengan kita. Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan saluran perumusan maksud kita, melahirkan perasaan kita dan memungkinkan kita menciptakan kerja sama dengan sesama warga. Ia mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita Pada saat kita menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi, kita sudah memiliki tujuan tertentu. Kita ingin

dipahami oleh orang lain. Kita ingin menyampaikan gagasan yang dapat diterima oleh orang lain. Kita ingin membuat orang lain yakin terhadap pandangan kita. Kita ingin mempengaruhi orang lain. Lebih jauh lagi, kita ingin orang lain membeli hasil pemikiran kita. Jadi, dalam hal ini pembaca atau pendengar atau khalayak sasaran menjadi perhatian utama kita. Kita menggunakan bahasa dengan memperhatikan kepentingan dan kebutuhan khalayak sasaran kita. Pada saat kita menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, antara lain kita juga mempertimbangkan apakah bahasa yang kita gunakan laku untuk dijual. Oleh karena itu, seringkali kita mendengar istilah “bahasa yang komunikatif”. Misalnya, kata makro hanya dipahami oleh orang-orang dan tingkat pendidikan tertentu, namun kata besar atau luas lebih mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Kata griya, misalnya, lebih sulit dipahami dibandingkan kata rumah atau wisma. Dengan kata lain, kata besar, luas, rumah, wisma, dianggap lebih komunikatif karena bersifat lebih umum. Sebaliknya, kata-kata griya atau makro akan member nuansa lain pada bahasa kita, misalnya, nuansa keilmuan, nuansa intelektualitas, atau nuansa tradisional. Bahasa sebagai alat ekspresi diri dan sebagai alat komunikasi sekaligus pula merupakan alat untuk menunjukkan identitas diri. Melalui bahasa, kita dapat menunjukkan sudut pandang kita, pemahaman kita atas suatu hal, asal usul bangsa dan negara kita, pendidikan kita, bahkan sifat kita. Bahasa menjadi cermin diri kita, baik sebagai bangsa maupun sebagai diri sendiri.

3. Adaptasi dan Integrasi Bahasa disamping sebagai salah satu unsur kebudayaan, memungkinkan pula manusia memanfaatkan pengalaman-pengalaman mereka, mempelajari dan mengambil bagian dalam pengalaman-pengalaman itu, serta belajar berkenalan dengan orang-orang lain. Anggota-anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi, lebih jauh memungkinkan tiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan

kelompok sosial yang dimasukinya, serta dapat melakukan semua kegiatan kemasyarakatan dengan menghindari sejauh mungkin bentrokan-bentrokan untuk memperoleh efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi

(pembauran)

yang

sempurna

bagi

tiap

individu

dengan

masyarakatnya. Cara berbahasa tertentu selain berfungsi sebagai alat komunikasi, berfungsi pula sebagai alat integrasi dan adaptasi sosial. Pada saat kita beradaptasi kepada lingkungan sosial tertentu, kita akan memilih bahasa yang akan kita gunakan bergantung pada situasi dan kondisi yang kita hadapi. Kita akan menggunakan bahasa yang berbeda pada orang yang berbeda. Kita akan menggunakan bahasa yang nonstandar di lingkungan teman-teman dan menggunakan bahasa standar pada orang tua atau orang yang kita hormati. Pada saat kita mempelajari bahasa asing, kita juga berusaha mempelajari bagaimana cara menggunakan bahasa tersebut. Misalnya, pada situasi apakah kita akan menggunakan kata tertentu, kata manakah yang sopan dan tidak sopan. Bilamanakah kita dalam berbahasa Indonesia boleh menegur orang dengan kata Kamu atau Saudara atau Bapak atau Anda? Bagi orang asing, pilihan kata itu penting agar ia diterima di dalam lingkungan pergaulan orang Indonesia. Jangan sampai ia menggunakan kata kamu untuk menyapa seorang pejabat. Demikian pula jika kita mempelajari bahasa asing. Jangan sampai kita salah menggunakan tata cara berbahasa dalam budaya bahasa tersebut. Dengan menguasai bahasa suatu bangsa, kita dengan mudah berbaur dan menyesuaikan diri dengan bangsa tersebut.

4. Kontrol Sosial Sebagai alat kontrol sosial, bahasa sangat efektif. Kontrol sosial ini dapat diterapkan pada diri kita sendiri atau kepada masyarakat. Berbagai penerangan, informasi, maupun pendidikan disampaikan melalui bahasa. Buku-buku pelajaran dan buku-buku instruksi adalah salah satu contoh penggunaan bahasa sebagai alat kontrol sosial.

Kesimpulan Bahasa membantu ilmuwan berpikir ilmiah, yaitu berpikir induktif dan deduktif. Dengan perkataan lain, bahasa menjadi alat baginya untuk menarik kesimpulan-kesimpulan induktif maupun deduktif. Bahasa memungkinkan ilmuwan melaksanakan silogisme dan menarik kesimpulan atau pengetahuan ilmiah. Di akhir makalah ini, jelaslah bagi kita bahwa bahasa menjadikan manusia sebagai makhluk yang lebih maju ketimbang makhluk-makhluk lainnya. Jelaslah pula bahwa, di satu sisi, bahasa sebagai sarana berpikir ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang sangat bermanfaat bagi aktivitas-aktivitas ilmiah. Di sisi lain, bahasa tidak alpa dari kelemahan-kelemahannya yang merintangi pencapaian tujuan dari aktivitasaktivitas ilmiah. Kelemahan-kelemahan bahasa ini barangkali akan ditutupi oleh kelebihan-kelebihan dari dua sarana berpikir ilmiah lainnya, yaitu matematika dan statistika.

Daftar Pustaka Ambary, abdullah. 1986. Intisari tata bahasa indonesia. Bandung: djatnika. Abidin zainal.2000. Filsafat manusia. Bandung : PT. Remaja rosdakarya Keraf, G. (1997). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. EndeFlores: Nusa Indah. Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. S. Suriasumantri. Jujun.2007. Filsafat ilmu (sebuah pengantar populer).jakarta: pustaka sinar harapan. Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press. Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Syamsuddin, A.R. 1986. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta: Universitas Terbuka Jakarta Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2010. Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.

Related Documents


More Documents from "Andreas Christoper"