Makalah Farmakoterapi I.docx

  • Uploaded by: Nurul Ismi Tjane
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Farmakoterapi I.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,675
  • Pages: 12
MAKALAH FARMAKOTERAPI I ”WASIR”

DISUSUN OLEH : KELOMPOK VIII : 1. TIARA ANANDA PUTRI

G 701 15 134

2. NURUL ISMI TJANE

G 701 16 051

3. NUR INAYANA FATUR RAHMAN G 701 16 101 4. ERLINA

G 701 16 161

5. SALVIA SILVANA DEWI

G 701 16 216

KELAS : A

JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TADULAKO PALU 2018

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah pada mata kuliah farmakoterapi 1 dengan juduk “WASIR” Dalam penyusunan tugas dan materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan teman-teman yang telah memberikan dukungan moral sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.

Palu, september 2018

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................... DAFTAR ISI .............................................................................................................. BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... I.1 Latar Belakang .......................................................................................... I.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... I.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... II.1 Patofisiologi Wasir .................................................................................. II.2 Gejala dan Tanda ..................................................................................... II.3 Terapi Pengobatan Farmakologi .............................................................. II.4 Hal Yang Terkait Lainnya ....................................................................... BAB III PENUTUP ................................................................................................... III.1 Kesimpulan............................................................................................. III.2 Saran ....................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis (Simadibrata, 2009). Hemoroid merupakan penyebab umum dari perdarahan rektum dan ketidaknyamanan anal, namun keakuratan insiden sulit untuk ditentukan karena pasien cenderung mencari pengobatan sendiri, bukan penanganan medis. Hemoroid diderita oleh 5% seluruh penduduk dunia (Slavin, 2008).

Beberapa faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain adalah keturunan, kurangnya makan makanan yang berserat, kurang minum air, proses mengedan yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih menggunakan jamban duduk & terlalu lama duduk di jamban), adanya tekanan intraabdomen yang meningkat karena kehamilan, usia tua, konstipasi kronik, kurang olahraga dan pergerakan minimal (Simadibrata, 2009).

Faktor risiko kejadian lainnya adalah aktivitas fisik. Aktivitas fisik dapat dipengaruhi oleh pekerjaan. Orang-orang dengan pekerjaan terlalu lama duduk, terlalu lama berdiri atau pekerjaan berat seperti kuli berada pada risiko tinggi untuk kejadian hemoroid. Seseorang dengan pekerjaan yang berat tentu akan memiliki aktivitas fisik yang berat pula. Aktivitas fisik berat memiliki risiko 2,79 kali terhadap kejadian hemoroid (Nugroho, 2014).

B.

Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari hemoroid ? 2. Bagaimana patofisiologi dari hemoroid ? 3. Bagaimana gejala dan tandanya ? 4. Apa terapi farmakologinya ?

C.

Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui definisi dari hemoroid. 2. Untuk mengetahui patofisiologi dari hemoroid. 3. Untuk mengetahui gejala dan tanda. 4. Untuk mengetahui terapi farmakologi.

BAB II PEMBAHASAN II.1

Definisi Hemoroid Hemoroid atau lebih dikenal dengan nama wasir atau ambeien, bukan merupakan suatu keadaan yang patologis, namun bila sudah mulai menimbulkan

keluhan

harus

segera

dilakukan

tindakan

untuk

mengatasinya. Hemoroid berasal dari kata ''haima'' dan ''rheo'', yang dalam medis berarti pelebaran pembuluh darah.

Hemoroid merupakan pembengkakan submukosa pada lubang anus yang mengandung pleksus vena, arteri kecil, dan jaringan areola yang melebar. Plexus hemoroid merupakan pembuluh darah normal yang terletak pada mukosa rektum bagian distal dan anoderm. Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular ini membesar. Sehingga pengertian dari hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan superior. Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal.

Hemoroid terbagi menjadi dua yaitu hemoroid eksterna berupa pelebaran vena subkutan di bawah atau di luar linea dentata sedangkan hemoroid interna berupa pelebaran vena submukosa di atas linea dentata. 1. Hemoroid

eksterna

adalah

terjadinya

varises

pada

pleksus

hemorodialis inferior di bawah linea dentate dan tertutup oleh kulit. Hemoroid ini diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada tepi anus dan sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut, bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada

kulit merupakan reseptor nyeri. Hemoroid eksterna kronik berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan dan sedikit pembuluh darah. 2. Hemoroid

interna

adalah

pembengkakan

vena

pada

pleksus

hemoroidalis superior, di atas linea dentate dan tertutup oleh mukosa. Terdapat empat derajat hemoroid interna, yaitu: a. Derajat I, terjadi varises tetapi belum ada benjolan saat defekasi. Dapat diketahui dengan adanya perdarahan melalui signiodoskopi. b. Derajat II, ada perdarahan dan prolaps jaringan di luar anus saat mengejan selama defekasi tetapi dapat kembali secara spontan. c. Derajat III, sama dengan derajat II, hanya saja prolaps tidak dapat kembali secara spontan, harus didorong (manual). d. Derajat IV, prolaps tidak dapat direduksi atau inkarserasi. Benjolan dapat terjepit di luar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedem dan ulserasi

Hemoroid bisa terjadi pada semua umur. Hemoroid biasa menyerang pada usia 20-50 tahun baik pada laki-laki maupun perempuan tetapi paling banyak terjadi pada umur 45-65 tahun. Penyakit hemoroid jarang terjadi pada usia di bawah 20 tahun. Prevalensi meningkat pada ras Kaukasian dan individu dengan status ekonomi tinggi. Angka prevalensi hemoroid di akhir pertengahan abad ke-20 dilaporkan menurun. Sepuluh juta orang di Indonesia menderita hemoroid, dengan prevalensi lebih dari 4%. Laki-laki dan perempuan mempunyai resiko yang sama. Resiko hemoroid meningkat seiring bertambahnya usia. Penelitian dari ruang endoskopi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

II.2

Patofisiologi Hemorid Patofisiologi yang tepat dari hemoroid kurang dipahami. Selama bertahuntahun pada teori varises, bahwa wasir disebabkan oleh varises di anus. Tapi sekarang, wasir dan varises anorektal terbukti adalah entitas yang

berbeda. Bahkan, pasien dengan hipertensi portal dan varises tidak memiliki peningkatan insiden wasir. Hari ini, teori pergeseran dinding saluran anal diterima secara luas. Hal ini mengusulkan bahwa wasir berkembang ketika jaringan pendukung bantal anal hancur atau memburuk. Ada tiga bantalan besar pada anal, terletak di anterior kanan, posterior kanan dan sebelah lateral kiri dari lubang anus, dan berbagai jumlah bantalan kecil yang terletak di antara keduanya. Perubahan ini meliputi dilatasi vena yang abnormal, trombosis pembuluh darah, proses degeneratif pada serat kolagen dan jaringan fibroelastik, distorsi dan pecahnya otot subepitel anal. Selain temuan di atas, reaksi inflamasi yang melibatkan dinding pembuluh darah dan jaringan ikat sekitarnya telah dibuktikan dalam spesimen hemoroid, dengan terkait ulserasi mukosa, iskemia dan thrombosis.

II.3

Gejala dan Tanda hemoroid Gejala yang paling sering ditemukan adalah perdarahan lewat dubur, nyeri, pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau keluar cairan melalui dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di daerah pantat (Merdikoputro, 2006).

Perdarahan umumnya merupakan tanda utama pada penderita hemorrhoid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Hemorrhoid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi pada saat defekasi dan disusul oleh reduksi sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemorrhoid interna didorong kembali setelah defekasi masuk kedalam anus. Akhirnya hemorrhoid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat terdorong masuk lagi. Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemorrhoid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal

dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mucus.

Hemorrhoid yang dibiarkan, akan menonjol secara perlahan-lahan. Mulamula penonjolan hanya terjadi sewaktu buang air besar dan dapat masuk sendiri dengan spontan. Namun lama-kelamaan penonjolan itu tidak dapat masuk ke anus dengan sendirinya sehingga harus dimasukkan dengan tangan. Bila tidak segera ditangani, hemorrhoid itu akan menonjol secara menetap dan terapi satu-satunya hanyalah dengan operasi. Biasanya pada celana dalam penderita sering didapatkan feses atau lendir yang kental dan menyebabkan daerah sekitar anus menjadi lebih lembab. Sehingga sering pada kebanyakan orang terjadi iritasi dan gatal di daerah anus

II.4

Terapi Farmakologi Tujuan terapi yaitu memotong lingkaran patogenesis hemorrhoid. Penatalaksanaan awal adalah mengurangi kongesti dengan cara manipulasi diit dan mengatur kebiasaan makan, obat antiinflammasi, obat flebotonik, dilatasi anus dan sfinkterotomi. Dapat pula dilakukan fiksasi mukosa pada lapisan otot melalui skleroterapi, koagulasi infra merah dan diatermi bipolar. Cara lain adalah, mengurangi ukuran/vaskularisasi dari pleksus hemorroidalis dengan ligasi maupun eksisi.

Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan pengobatan konservatif. Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan menghindari obatobatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein. Penelitian metaanalisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat dapat memperbaiki gejala dan perdarahan serta dapat direkomendasikan pada derajat

awal

hemoroid.

Perubahan

gaya

hidup

lainnya

seperti

meningkatkan konsumsi cairan, menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan

dapat membantu pengobatan serta pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang mendukung hal tersebut.

Terapi farmakologi untuk hemoroid adalah: a. Obat-obatan yang dapat memperbaiki defekasi. Serat bersifat laksatif memperbesar volume tinja dan meningkatkan peristaltik. b. Obat simptomatik yang mengurangi keluhan rasa gatal dan nyeri. Bentuk suppositoria untuk hemoroid interna dan ointment untuk hemoroid eksterna. c. Obat untuk menghentikan perdarahan campuran diosmin dan hesperidin. d. Obat analgesik dan pelembut tinja mungkin bermanfaat.

Terapi topikal dengan nifedipine dan krim lidokain lebih efektif untuk menghilangkan rasa sakit. Pada pasien hemoroid eksternal berat, pengobatan dengan eksisi atau insisi dan evakuasi dari trombus dalam waktu 72 jam dari onset gejala lebih efektif daripada pengobatan konservatif.

BAB III PENUTUP III.1

Kesimpulan Berdasarkan hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa : 1. Hemoroid atau wasir adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari pleksus hemoroidalis 2. Gejala

yang

timbul

yaitu

perdarahan

lewat

dubur,

nyeri,

pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur, sekret atau keluar cairan melalui dubur, rasa tidak puas waktu buang air besar, dan rasa tidak nyaman di daerah pantat. 3. Terapi yang diberikan yaitu modifikasi gaya hidup, perbaikan pola makan dan minum dan perbaikan cara defekasi

III.2

Saran Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA Simadibrata.M dkk (2009) buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II edisi v, interna publishing; Jakarta Sudarsosno D. F (2015), Diagnosis dan penanganan hemoroid, fakultas kedokteran; Lampung.

Related Documents


More Documents from "Sony Eka Nugraha"

Rpp 2.docx
November 2019 5
Paper Fermen.docx
May 2020 2
Lampiran D1
May 2020 31
Lampiran E2
May 2020 30