Makalah Evaluasi Pembelajaran “Menganalisis Konsep Dasar Evaluasi” Dosen Pengampu : Inelda Yunita, S.Pd.,M.Pd.
Disusun Oleh : KELOMPOK I FAJRIN DWI AULIA
(NIM :160384204003)
RAHMAH HIDAYANI
(NIM:1603842040)
TANIA AFRILLIA (NIM:1603842040) INDRA SYAFRIZAL
(NIM :1603842040)
GITA ALSOFIE
(NIM :160384204040)
IKA PRATAMA
(NIM :160384204042)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2019
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Dengan evaluasi, maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula orang dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Tanpa evaluasi, orang tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun pada level yang luas. Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar evaluasi pembelajaran. Hal ini tentu saja terjadi karena evaluasi belajar dan evaluasi pembelajaran menurut penulis tak dapat dipisahkan. Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengertian Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran 2. Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran 3. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran 4. Ruang Lingkup Evaluasi 5. Prinsip-prinsip Umum dan Jenis-Jenis Evaluasi
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk penulis maupun pembaca diantaranya: 1. Memahami konsep, fungsi, dan tujuan daripada evlauasi pembelajaran 2. Mampu mengidentifikasi prinsip-prinsip umum evaluasi pembelajaran 3. Mampu menguraikan prinsip-prinsip jenis-jenis dan evaluasi
BAB II PEMBAHASAN
1.
MENGANALISIS KONSEP DASAR EVALUASI
A.
Pengertian Evaluasi, Penilaian, dan Pengukuran
a. Pengertian Evaluasi Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris: evaluation; dalam bahasa Arab: Al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah: value; dalam bahasa Arab: Al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. James and Roffe dalam Sharon, dkk (2010) berpendapat bahwa “evaluation is comparing the actual and real with the predicted or promised” dimana perlu adanya renungan atas apa yang dicapai dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan. Definisi ini juga menggarisbawahi evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang berbeda cenderung memiliki harapan yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu evaluasi, pengukuran dan tes. Menurut Gronlund dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai suatu alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan evaluasi (value judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan (qualitative description). Baik yang didasarkan pada hasil pengukuran maupun bukan pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang dinilai. b. Pengertian Penilaian 1.
Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
2. Menurut Suharsimi Arikunto penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif. 3. Menurut Djemari Mardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian adalah keputusan tentang nilai.
4. Menurut Akhmat Susrajat penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya Kesimpulan : Penilaian Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan guru. penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki bebrapa tujuan
c. Pengertian pengukuran Pengertian pengukuran menurut para ahli: 1. Menurut Budi Hatoro pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. 2. Menurut Akmad Sudrajat pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. 3. Menurut Lien pengukuran adalah sejumlah data yang dikumpul dengan menggunakan alat ukur yang objektif untuk keperluan analisis dan interpretasi. 4. Menurut Suharsimi Arikunto pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan suatu ukuran. 5. Menurut Pflanzagl’s pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiri dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu. Kesimpulan : Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik.
B. Kedudukan Evaluasi dalam Pembelajaran Kedudukan evaluasi dalam belajar dan pembelajaran sungguh sangat penting, dan bahkan dapat dipandang sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan proses belajar dan pembelajaran. Penting karena dengan evaluasi diketahui apakah belajar dan pembelajaran tersebut telah mencapai tujuan ataukah belum. Dengan evaluasi juga akan diketahui faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tersebut berhasil dan faktor-faktor apa saja yang menjadikan penyebab belajar dan pembelajaran tidak atau belum berhasil. Tidak hanya itu, dengan evaluasi juga diketahui dimanakah letak kegagalan dan kesuksesan belajar dan pembelajaran. Padahal diketahuinya hal tersebut, akan dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam mengadakan perbaikan belajar dan pembelajaran. Pada proses pendidikan evaluasi dilakukan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang dilakukan, serta untuk mengetahui apakah kompetensi dasar dan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan dapat dicapai oleh peserta didik melalui pembelajaran. Evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan produk pendidikan secara total, dan di dalamnya terakomodir tiga konsep, yaitu: memberikan pertimbangan ( judgement ), nilai ( value ), dan arti ( worth ). Dengan demikian evaluasi pendidikan dapat berupa 1. Evaluasi context / tujuan / kebijakan 2. Evaluasi input, seperti evaluasi tehadap peserta didik, pendidik, prasarana dan sarana, kurikulum / program, serta input lingkungan 3. Evaluasi proses, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap proses atau kegiatan pendidikan atau pembelajaran yang sedang berlansung. 4. Evaluasi hasil / produk 5. Evaluasi “outcomes” ( dampak) Secara keseluruhan evaluasi pendidikan akan muncul pada : 1. Awal kegiatan pendidikan. Evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan dan kemampuan peserta didik sehingga memungkinkan tenaga pengajar menyusun rancangan pendidikan sesuai dengan peserta didik, dengan selalu berpijak pada kompetensi yang akan di capai. Proses pendidikan merupakan proses pemanusiaan manusia, dimana di dalamnya terjadi proses membudayakan dan memberadabkan manusia. Transformasi dalam proses pendidikan adalah proses untuk membudayakan dan memberadabkan siswa. Unsur-unsur transformasi proses pendidikan, meliputi : 1) Pendidik dan personal lainnya 2) Isi pendidikan
3) Teknik 4) Sistem evaluasi 5) Sarana pendidikan, dan 6) Sistem administrasi. Keluaran dalam proses pendidikan adalah siswa yang semakin berbudaya dan beradab sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Umpan balik dalam proses pendidikan adalah segala informasi yang berhasil diperoleh selama proses pendidikan yang digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan masukan dan transformasi yang ada dalam proses.
C. Fungsi Dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, maka guru harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Fungsi utama evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu : a. Fungsi formatif Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari. b. Fungsi sumatif Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan perkembangan belajar siswa serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Fungsi diagnostik Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar. d. Fungsi seleksi dan penempatan Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuan. Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru mengenal siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Di samping itu evaluasi juga berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi
harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tetapi juga siswa. Maka tujuan evaluasi pembelajaran meliputi: a. b. c. d.
Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar Untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya e. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya. D. Ruang Lingkup Evaluasi Ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek pembelajaran, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif yang baik belum tentu dapat menerapkannya dengan baik dalam memecahkan permasalahan kehidupan. Untuk memahami lebih jauh tentang klasifikasi domain hasil belajar, Anda dapat mengikuti pendapat yang dikemukakan Benyamin S.Bloom, dkk., yang mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu domain kognitif, doman afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif merupakan domain yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan domain psikomotor berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik. a) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Domain Hasil Belajar. Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut : 1. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu: a.
Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.
b.
Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan
mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan. c.
Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
d.
Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci.
e.
Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
f.
Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
2. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu: a.
Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
b.
Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.
c.
Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
d.
Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
3. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurangkurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu : a.
Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
b.
Manipulations of materials or objects, yang meliputi: mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
c.
Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan menggunakan.
b) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Sistem Pembelajaran. Ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta didik serta sistem penilaian itu sendiri. Secara keseluruhan, ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah: 1. Program pembelajaran, yang meliputi:
a.
Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau standar kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuan kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam bentuk hasil belajar dan indikator, penggunaan kata kerja operasional dalam indikator, dan unsur-unsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.
b.
Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan dan sub topik/sub pokok bahasan beserta rinciannya dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum tersebut memiliki tiga unsur, yaitu logika (pengetahuan benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan), etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan). Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang lingkup materi, urutan logis materi, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan sebagainya.
c.
Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan kondisi kelas/ sekolah, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam menggunakan metode, waktu, dan sebagainya.
d.
Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat dibagi tiga kelompok, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual. Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.
e.
Sumber belajar, yang meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang (resources by design) dan sumber belajar yang digunakan (resources by utilization). Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.
f.
Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kriteria yang digunakan, antara lain : hubungan antara peserta didik dengan teman sekelas/sekolah maupun di luar sekolah, guru dan orang tua; kondisi keluarga dan sebagainya.
g.
Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun non-tes. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unusr penting dalam
penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, jenis dan alat penilaian. 2. Proses pelaksanaan pembelajaran : a. Kegiatan, yang meliputi : jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi, dan sebagainya. b. Guru, terutama dalam hal : menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan teknik penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya. c. Peserta didik, terutama dalam hal : peranserta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan melaksanakan praktik dalam situasi yang nyata, kesulitan belajar, waktu belajar, istirahat, dan sebagainya. 3. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan pencapaian indikator), jangka menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran), dan jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat). c) Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian Proses dan Hasil Belajar 1. Sikap : a. Apakah sikap peserta didik sudah sesuai dengan apa yang diharapkan ? b. Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, orang tua, suasana madrasah, lingkungan, metoda dan media pembelajaran ? c. Bagaimana sikap dan tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru di madrasah ? d. Bagaimana sikap peserta didik terhadap tata tertib madrasah dan kepemimpinan kepala madrasah ? 2. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran : a.
Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga negara, warga masyarakat, warga madrasah, dan sebagainya ?
b.
Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang materi yang telah diajarkan ?
c.
Apakah peserta didik telah mengetahui dan mengerti hukum-hukum atau dalil-dalil dalam Al-Alquran dan Hadits ?
3. Kecerdasan peserta didik : a.
Apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, khususnya dalam pelajaran ?
b.
Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik ?
4. Perkembangan jasmani/kesehatan : a.
Apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis ?
b.
Apakah peserta didik sudah mampu menggunakan anggota-anggota badannya dengan cekatan ?
c.
Apakah peserta didik sudah memiliki kecakapan dasar dalam olahraga ?
d.
Apakah prestasi peserta didik dalam olahraga sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan ?
e.
Apakah peserta didik sudah dapat membiasakan diri hidup sehat ?
5. Keterampilan :
d)
a.
Apakah peserta didik sudah terampil membaca Al-Quran, menulis dengan huruf Arab, dan berhitung ?
b.
Apakah peserta didik sudah terampil menggunakan tangannya untuk menggambar, olah raga, dan sebagainya ?
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Berbasis Kelas.
Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2004), maka ruang lingkup penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut: 1. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilainilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajarantertentu. Kompetensi dasar ini merupakan standar kompetensi minimal mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan bagian dari kompetensi tamatan. Untuk mencapai kompetensi dasar, perlu adanya materi pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Bertitik tolak dari materi pelajaran inilah dikembangkan alat penilaian. 2. Kompetensi Rumpun Pelajaran Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut. 3. Kompetensi Lintas Kurikulum Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, baik mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat maupun kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah: a. Menjalankan hak dan kewajiban secara bertanggungjawab terutama dalam menjamin perasaan aman dan menghargai sesama. b. Menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. c. Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep dan tekni-teknik numeric dan spasial, serta mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan. d. Menemukan pemecahan masalah-masalah baru berupa prosedur maupun produk teknologi melalui penerapan dan penilaian pengetahuan, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari, serta memilih, mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasi, dan mengelola teknologi komunikasi/ informasi. e. Berpikir kritis dan bertindak secara sistematis dalam setiap pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman dan penghargaan terhadap dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi. f. Berwawasan kebangsaan dan global, terampil serta aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi dengan pemahaman terhadap nilai-nilai dan konteks budaya, geografi dan sejarah. g. Beradab, berbudaya, bersikap religius, bercitarasa seni, susila, kreatif dengan menampilkan dan menghargai karya artistik dan intelektual, serta meningkatkan kematangan pribadi. h. Berpikir terarah/terfokus, berpikir lateral, memperhitungkan peluang dan potensi, serta luwes untuk menghadapi berbagai kemungkinan. i. Percaya diri dan komitmen dalam bekerja, baik secara mandiri maupun bekerjasama. 4. Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi tamatan ini merupakan batas dan arah kompetensi yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran suatu pelajaran tertentu. Untuk meluluskan tamatan diperlukan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan suatu jenjang madrasah dapat dijabarkan dari visi dan misi yang ditetapkan madrasah. Acuan untuk merumuskan kompetensi lulusan adalah struktur keilmuan mata pelajaran, perkembangan psikologi peserta didik, dan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan (jenjang madrasah selanjutnya dan atau dunia kerja). 5. Pencapaian Keterampilan Hidup Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar dapat memberikan efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu Anda nilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, madrasah dan masyarakat.
E. Prinsip-Prinsip Umum dan Jenis Evaluasi a. Prinsip-prinsip Evaluasi Prinsip-Prinsip evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan dalam prosedur pengembangan evaluasi, karena jangkauan sumbangan evaluasi dalam usaha perbaikan pembelajaran sebagian ditentukan oleh prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan dan pemakaiannya. Sekaitan dengan prinsip-prinsip penilaian tersebut, ada 4 prinsip penilaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya: (1) mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran; (2) mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran; (3) mencakup jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan; (4) direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya seesuai dengan yang akan digunakan secara khusus, (5) dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati, dan 6) dipakai untuk memperbaiki hasil belajar. Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya: (a) dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi evaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi; (b) menjadi bagian yang integral dari proses belajar mengajar; (c) agar hasilnya obyektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat evaluasi dan sifatnya komprehensif; (d) diikuti dengan tindak lanjutnya. Dari segi yang lain, prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran meliputi: (a) prinsip keterpaduan; (b) prinsip cara belajar siswa aktif; (c) prinsip kontinuitas; (d)
prinsip koherensi; (e) prinsip keseluruhan; (f) prinsip pedagogis; (g) prinsip diskriminalitas; dan (h) prinsip akuntabilitas. Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas prosees belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan perubahan perubahan tingkahlaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena itu, instrumen evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak pada tujuan dan isi program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai dengan kelulusan dan kedalaman materi pelajaran yang diberikan. Disamping itu, hasil evaluasi harus dianalisis dan ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-betul akurat mencerminkan keadaan siswa secara objektif. Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan program selanjutnya. Evaluasi dalam pembelajaran tidak semata-mata untuk menentukan rating siswa, melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara pendidikan. Sebagai teknik atau alat pendidikan, evaluasi pembelajaran harus dikembangkan secara terlaksana dan terintegrasi dalam program pembelajaran, dilakukan secara kontinu, mengandung unsur pedagogis, dan dapat lebih mendorong siswa aktif belajar. b. Jenis-Jenis Evaluasi Unsur pokok dalam evaluasi pembelajaran adalah: (a) objek yang akan dievaluasi, (b) kriteria sebagai pembanding, dan (c) keputusan (judgment). Objek evaluasi dalam pelajaran meliputi isi program pembelajaran, tingkat efesiensi dan efektivitas pelaksanaan program, dan tingkat keberhasilan program pembelajaran (output program). Kemudian kriteria sebagai pembanding meliputi kriteria internal (relatif) dan kriteria eksternal (mutlak/absolut). Kriteria yang bersifat relatif menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Keputusan (judgement) merupakan hasil pertimbangan atau perbandingan antara objek yang dinilai berdasarkan hasil pengukuran terhadap objek tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Judgement hasil evaluasi ini bersifat kualitatif. Evaluasi pembelajaran harus memenuhi persyaratan teknis yang memadai agar informasi yang diperoleh benar-benar akurat, sehingga keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan data itu tepat.Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam evaluasi pembelajaran antara lain: (a) validalitas, yaitu dapat memngukur karakteristik perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran; (b) reliabilitas, yaitu menunjukkan keajegan gambaran hasil yang diperoleh meskipun dilakukan beberapa kali evaluasi; (c) objektifitas, yaitu hasil penilaian mencerminkan kondisi kemampuan siswa sebagaimana adanya dan tidak terpengaruh oleh unsur-unsur subjektivitas penilai; (d) representatif, yaitu adanya keseimbangan dan keterwakilan setiap tujuan dan pokok materi pembelajaran yang diujikan; (e) fairness, yaitu mengemukakan perssoalan-persoalan dengan
wajar, tidak bersifat jebakan dan tidak mengandung kata-kata yang bersifat menjebak; (f) praktis, yaitu efektif dan efesien, mudah dilaksanakan, diolah, dan ditafsirkan. Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan kedalam empat jenis, yaitu: formatif, sumatif, diagnostik, dan penempatan. Evaluasi formatif menekankan pada upaya perbaikan proses pembelajaran. Evaluasi sumatif lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan nilai, dan/atau kenaikan dan kelulusan siswa. Evaluasi diagnostik menekankan pada upaya memahami kesulitan siswa dalam belajar, sedangkan evaluasi penempatan menekankan pada upaya untuk menyelaraskan antara program dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa. Menurut caranya, evaluasi dibedakan atas dua jenis, yaitu: evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan dengan evaluasi kuantitatif. Penilaian kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan evaluasi kualitatif dinyatakan dengan ungkapan seperti “sangat baik, bak, cukup, kurang, sangat kurang” atau “sangat memuaskan, memuaskan, kurang memuaskan, dan tidak memuaskan”. Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kualitatif dilakukan apabila guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya. Berdasarkan teknisnya, evaluasi dibedakan antara tes dan nontes. Teknik tes dapaat dibedakan menurut materi yang akan dinilai, bentuk dan caranya. Menurut materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar, tes kecerdasaan, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian. Menurut bentuknya dibedakan tes uraian dan tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Teknis nontes biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Alat-alat khusus untuk melaksanakan teknis nontes ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan, dan skala sikap. Berdasarkan kriteria yang digunakan dibedakan kedalam evaluasi berdasarkan acuan patokan (PAP) dan evaluasi berdasarkan acuan normal (PAN).
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi merupakan sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data. Selain itu, evaluasi tentu saja dapat membantu pendidik untuk mengetahui kemampuankemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan mengetahui kemampuan-kemampuan siswa tersebut, pendidik dapat mengetahui dan sekaligus membimbing peserta didik yang masih kurang mampu memahami materi pelajaran yang telah mereka ajarkan. Terdapat beberapa prinsip-prinsip, ruang lingkup, jenis-jenis, dan bentuk evaluasi pembelajaran yang dapat dilakukan dan diperhatikan oleh pendidik dalam melakukan evaluasi pembelajaran.
Saran Hendaknya seorang tenaga pengajar dapat mengaplikasikan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan karena dengan adanya evaluasi ini akan dapat menunjang kualitas dan mutu pendidikan kita. Sebagaimana evaluasi hasil belajar dan pembelajaran yang telah diuraikan diatas sangatlah penting karena dengan adanya hal tersebut kita dapat belajar bagaimana cara mengevalausi dari kegiatan belajar mengajar apakah sudah dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, sebaiknya diperhatikan syarat-syarat dalam penyusunan evaluasi pembelajaran tersebut serta memilih teknik evaluasi pembelajaran yang sesuai agar hasil yang diinginkan sesuai.
Daftar Pustaka Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. E-book tersedia: [http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2013/01/34-EvaluasiPembelajaran.pdf] Bloom, B.S. et.al. (1981). Evaluation to Improve Learning. New York: McGraw-Hill Mavin, Sharon dkk. (2010). The Evaluation of Learning and Development in the Workplace: A Review of the Literature Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Stufflebeam, D.L. et.al. (1977). Educational Evaluation and Decision Making. Illinois:F.E. Peachock Publisher. Inc Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada