Makalah Evaluasi Hasil Belajar.docx

  • Uploaded by: kania prima dita
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Evaluasi Hasil Belajar.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,290
  • Pages: 28
Makalah Evaluasi Hasil Belajar

PEMERIKSAAN, PEMBERIAN SKOR, PENGOLAHAN TES HASIL BELAJAR DAN LAPORAN HASIL EVALUASI HASIL BELAJAR DOSEN PENGAMPU:

OLEH: NURAINI NAINGGOLAN

7151142030

NAHDA HARIANTI

7153142018

NURLAILA KHAIRANI

7153142019

KANIA PRIMA DITA

7153342018

UMI MAHMUDA

7152142016

PRODI PENDIDIKAN AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017

KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah EVALUASI HASIL BELAJAR ini dapat kami selesaikan. Makalah ini membahas mengenai “ Pemeriksaan, Pemberian Skor, Pengolahan Tes Hasil Belajar Dan Laporan Hasil Evaluasi Hasil Belajar“. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Harapan kami dari penyusunan makalah ini ialah semoga makalah yang kami susun ini dapat menmberikan manfaat untuk kita semua. Dan kami mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam pembuatan makalah ini.

Medan,

Penyusun

Oktober 2017

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Teknik Pemberian Skor Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes pekerjaan siswa atau mahasiswa. Penskoran adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka (mengadakan kuantifikasi). Angka-angka hasil penskoran itu kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu, ada yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0-10, 0-100, atau 0-4, dan adapula dengan huruf A, B, C, D dan E. Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan apakah tes objektif atau tes essay. Untuk soal-soal objektif biasanya setiap jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan setiap jawaban salah diberi skor 0 (nol) ; total skor diperoleh dengan menjumlahkan skor dari semua soal. Untuk soal-soal essay dalam penskorannya digunakan cara memberi bobot (weighting) kepada setiap soal menurut tingkar kesukarannya atau banyak sedikitnya unsur yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap paling baik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian skor ini sangat penting untuk mendapatkan hasil pengolahan belajar siswa dan mahasiswa sehingga kita dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penerimaan siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. 2.2 Teknik Pengolahan Hasil Belajar Untuk pengolahan hasil belajar, kita harus melakukan pemisahan terhadap jenis soal-soal yang ada. Yaitu untuk soal-soal essay dn soal-soal objektif. Untuk pengolahan soal-soal essay dapat dilakukan dengan cara : 1. Nilailah jawaban-jawaban soal essay yang dalam hubungannya dengan hasil belajar yang sedang diukur. 2. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbatas, berilah skor dengan point method; gunakan pedoman jawaban sebagai petunjuk. 3. Untuk soal-soal essay dengan jawaban terbuka, nilailah dengan rating method; gunakan kriteria tertentu sebagai pedoman penilaian. 4. Evaluasilah semua jawaban siswa soal demi soal, dan bukan siswa demi siswa untuk menghindari halo effect. 5. Evaluasilah semua jawaban-jawaban soal essay tanpa mengetahui identitas atau nama murid yang mengerjakan jawaban itu. 6. Jika memungkinkan, mintalah dua atau tig orang guru lain, yang mengetahui masalah itu untuk menilai tiap jawaban.

2.2 Teknik Pemeriksaan, Pemberian Skor dan Pengolahan Tes Hasil Belajar Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade). Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka dari setiap butir soal yang telah di jawab oleh test dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya. 1.

Teknik pemeriksaan hasil tes tertulis Sebagai mana telah dibahas dalam materi sebelumnya bahwa tes hasil belajar yang

diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu tes hasil belajar tertulis bentuk uraian dan tes hasil belajar tertulis bentuk objektif, kedua bentuk tes hasil itu memiliki karakteristik yang berbeda. 2.

Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk uraian Tenik ini dilakukan dengan begitu soal tes uraian selesai disusun hendaknya tester segera

membuat kunci jawaban/pedoman jawaban, kunci jawaban ini digunakan sebagai pegangan atau patokan dalam pemeriksaan atau pengoreksian terhadap tes hasil tes uraian dengan cara membandingkan antara jawaban yang diberikan oleh teste dengan kunci jawaban yang dibuat oleh tester. Dalam pelaksanaan pemeriksaan hasil – hasil tes hasil tes uraian ini terdapat dua hal yang harus dipertimbangkan yaitu: a.

Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes hasil belajar Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai hasil tes uraian itu didasarkan pada standar mutlak maka, prosedur pemeriksaannya adalah sebagai berikut :



Membaca jawaban yang diberikan oleh teste dan membandingkannya dengan kunci jawaban yang sudah dibuat.



Atas dasar hasil perbandingan antara jawaban teste dengan kunci jawaban tersebut, tester dapat memberikan skor untuk setiap butir soal dan menuliskan pada jawaban teste tersebut.



Menjumlahkan skor-skor tersebut dalam pengolahan dan penentuan nilai lebih lanjut.

b. Pengolahan dan penentuan nilai hasil tes subjektif itu didasarkan pada standar relatif Artinya apabila nantinya pengolahan dan penentuan nilai didasarkan pada standar relatif maka prosedur pemeriksaannya sebagai berikut : 

Memeriksa jawaban atas soal nomor satu misalnya yang diberikan oleh selurus teste sehingga diperoleh gambaran maka dapat diketahui mana teste yang lengkap,kurang lengkap dan tidak tepat sama sekali.



Memberikan skor terhadap jawaban tersebut misalkan jawaban yang tepat diberi skor 5, kurang tepat 3.



Setelah jawaban atas seluruh teste tersebut selesai maka dapat dilakukan penjumlahan skor yang nantinya dijadikan bahan untuk mengolah nilai.

3.

Teknik pemeriksaan hasil tes hasil belajar bentuk objektif Memeriksa atau mengoreksi jawaban atas soal tes objektif pada umumnya dilakukan

dengan jalan menggunakan kunci jawaban, ada beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk mengoreksi jawaban soal tes objektif, yaitu sebagai berikut : 1. Kunci berdampingan ( strip keys ) Kunci jawaban berdamping ini terdiri dari jawaban – jawaban yang benar yang ditulis dalam satu kolom yang lurus dari atas kebawah, adapun cara menggunakannya adalah dengan meletakan kunci jawaban tersebut berjajar dengan lembar jawaban yang akan diperiksa kemudian cocokanlah dengan lembar jawaban yang diberikan oleh tested an apabila jawaban yang diberikan oleh teste benar maka diberi tanda ( + ) dan apabila salah diberi tanda ( – ). 2. Kunci system karbon ( carbon system key ) Pada kunci jawaban system ini teste diminta membubuhkan tanfda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang mereka anggap benar kemudian kunci jawaban yang telah dibuat oleh teste tersebut diletakan diatas lembar jawaban teste yang sudah ditumpangi karbon kemudian tester memberikan lingkaran pada setiap jawaban yang benar sehingga ketika diangkat maka, dapat diketahui apabila jawaban teste yang berada diluar lingkaran berarti salah sedangkan yang berada didalam adalah benar.

3. Kunci system tusukan ( panprick system key ) Pada dasarnya kunci system tusukan adalah sama dengan kunci system karbon. Letak perbedaannya ialah pada kunci sitem ini, untuk jawaban yang benar diberi tusukan dengan paku atau alat penusuk lainnya sementara lembar jawaban teste berada dibawahnya, sehingga tusukan tadi menembus lembar jawaban yang ada dibawahnya. Jawaban yang benar akan tekena tusukan dsedangkan yang salah tidak. 4. Kunci berjendela ( window key ) Prosedur kunci berjendela ini adalah sebagai berikut : a.

Ambilah blanko lembar jawaban yang masih kosong

b.

Pilihan jawaban yang benar dilubangi sehingga seolah – olah menyerupai jendela

c.

Lembar jawaban teste diletakan dibawah kunci berjendela

d.

Melalui lubang tersebut kita dapat membuat garis vertical dengan pencil warna sehingga jawaban yang terkena pencil warna tersebut berarti benar dan sebaliknya.

5. Teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes lisan Pemeriksaan atau koreksi yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban – jawaban testee pada tes hasil belajar secara lisan, pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu tester tidak berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing – masing mempunyai cirri dan karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester untuk bertindak kurang atau bahkan tidak objektif. Dalam hubungan ini, pemeriksaan terhadap jawaban testee hendaknya dikendalikan oleh pedoman yang pasti, misalnya sebagai berikut : a. Kelengkapan jawaban yang diberikan oleh testee. Pernyataan tersebut mengandung makna “ apakah jawaban yang diberikan oleh testee sudah memenuhi semua unsure yang seharusnya ada dan sesuai dengan pedoman/ kunci jawanban yang telah disusun oleh tester b. Kelancaran testee dalam mengemukakan jawaban Mencakup apakah dalam memberikan jawaban lisan atas soal – soal yang diajukan kepada testee itu cukup lancer sehingga mencerminkan tingkat pemahaman testee terhadap materi pertanyaan yang diajukan kepadanya

c. Kebenaran jawaban yang dikemukakan Jawaban panjang yang dikemukakan oleh testee secara lancar dihadapan tester, belum tentu merupakan jawaban yang benar sehingga tester harus benar – benar memperhatikan jawaban testee tersebut, apakah jawaban testee itu mengandung kadar kebenaran yang tinggi atau sebaliknya. d. Kemampuan testee dalam mempertahankan pendapatnya Maksudnya, apakah jawaban yang diberikan dengan penuh kenyakinan akan kebenarannya atau tidak. Jawaban yang diberikan oleh testee secara ragu – ragu merupakan salah satu indicator bahwa testee kurang menguasai materi yang diajukan kepadanya tersebut. Demikian seterusnya, penguji dapat menambahkan unsure lain yang dirasa perlu dijadikan bahan penilaian seperti : perilaku, kesopanan, kedisiplinan dalam menghadapi penguji ( tester ) 4.

Teknik pemeriksaan dalam rangka menilai hasil tes perbuatan Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil – hasil tes nya dilakukan dengan

menggunakan observasi ( pengamatan ). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan itu diperlukan adanya instrument tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula. Contoh: misalkan instrument yang dipergunakan dalam mengamati calon guru yang melaksanakan praktek mengajar, aspek – aspek yang diamati meliputi 17 unsur dengan skor minimum 1 (satu) dan maksimum 5 (lima). a.

Pemberian skor pada tes uraian Pada tes uraian ini, pemberian skor umumnya mendasar pada bobot soal yang diberikan

pada setiap butir soal, atas dasar tingkat kesulitan atau banyak sedikitnya unsure yang harus terdapat dalam jawaban yang dianggap jawaban paling benar. Sebagai contoh misalkan tes subyektif memberikan lima butir soal, pembuat soal (tester) telah menetapkan bahwa kelima butir dari soal tersebut mempunyai derajat kesukaran yang sama dan unsure yang terdapat pada setiap butir soal telah dibuat sama banyaknya, maka atas dasar itu tester dapat menetapkan bahwa setiap jawaban yang dijawab oleh testee benar diberikan skor maksimum 10 jika hanya benar setengahnya maka diberi 5 dan apa bila tidak menyangkut sama sekali diberi skor 0 dan seterusnya.

b.

Pemberian skor pada tes obyektif Pada tes obyektif, untuk memberikan skor pada umumnya digunakan rumus correction

for guessing atau sering dikenal dengan istilah denda. Untuk pemberian skor pada tes obyektif ini dibagi menjadi 3 bentuk yaitu: Untuk tes obyektif ben true-false misalkan, setiap item diberi skor 1 (satu), apabila seorang testee menjawab dengan benar maka diberi skor 1 (satu) namun apabila dijawab salah maka skornya 0 (nihil). Adapun cara untuk menghitung skor terakhir dari seluruh item bentuk ini, dapat digunakan dua macam rumus yaitu: Rumus yang memperhitungkan denda yaitu: S = R – W dibagi o – 1 Dimana : S = skor yang dicari R = jumlah jawaban benar W = jumlah jawaban salah O = option, jawaban yang kemungkinan benar or salah 1 = bilangan konstan rumus yang tidak memperhitungkan denda yaitu : S=R sedangkan untuk tes obyektif bentuk matching,fill in dan completion perhitungan skor akhir pada umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda sehingga rumus yang digunakan yaitu : S=R adapun untuk tes obyektif bentuk multiple choice items dapat digunakan salah satu dari dua buah rumus yaitu rumus yang memperhitungkan denda dan rumus yang tidak memperhitungkan denda.

Rumus perhitungan skor dengan memperhitungkan denda : S = R – ( W dibagi o – 1 ) Sedangkan untuk rumus yang mangabaikan denda yaitu: S=R Sasaran yang diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap dan sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes perbuatan diperlukan instrumen-instrumen tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu 2.3 Pemberian Skor Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade). Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari angka-angka dari setiap butir soal yang telah di jawab dengan benar, dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya. ( Mali El-Bustani) 1.

Perbedaan Antara Skor dan Nilai Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (=memberikan angka) yang diperoleh dengan jalan

menjumlahkan angka-angka bagi setiap butir item yang oleh testee telah dijawab dengan betul, dengan memperhitungkan bobot jawaban betulnya. Adapun yang dimaksud dengan nilai adalah angka (bisa juga huruf), yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu. Itulah sebabnya mengapa nilai sering disebut skor standar. Nilai, pada dasarnya adalah angka atau huruf yang melambangkan seberapa jauh atau seberapa besar kemampuan yang telah ditunjukkan oleh testee terhadap materi atau bahan yang diteskan, sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan. Nilai, pada dasarnya juga melambangkan penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee atas jawaban betul yang diberikan oleh testeedalam hasil tes belajar. Artinya, makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee akan semakin

tinggi. Sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab dengan betul itu hanya sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada testee juga kecil atau rendah. 2.

Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes, Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar (Standard Score)

Ada dua hal penting dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi skor standar atau nilai, yaitu: a. Dalam pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu ada dua cara, yaitu: 1. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada kriterium (patokan). 2. Bahwa pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dilakukan dengan mengacu atau mendasarkan diri pada norma atau kelompok. b. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai itu dapat menggunakan berbagai macam skala, yaitu: skala lima dengan nilai huruf A, B, C, D dan F. Skala Sembilan dengan nilai 1 sampai dengan 9. Skala sebelas dengan rentang nilai mulai dar 0 sampai dengan 10. a. Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu pada kriterium b. Hal-hal yang harus dipelajari oleh tesetee adalah mempunyai struktur hierarkis tertentu, dan bahwa masing-masing taraf harus dikuasai secara baik sebelum testee tadi maju atau sampai pada taraf selanjutnya. c. Evaluator atau tester dapat mengidentifikasi masing-masing taraf itu sampai tuntas. Atau setidak-tidaknya mendekati tuntas, sehingga dapat disusun alat pengukurnya. 1.

Pengolahan dan Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Hasil Belajar Menjadi Nilai Standar dengan Mendasarkan Diri atau Mengacu pada Norma atau Kelompok Pengolahan dan pengubahan skor mentah hasil tes hasil belajar menjadi nilai standar dengan mendasarkan diri atau mengacu pada norma atau kelompok serinh dikenal dengan istilah PAN (singkatan dari Penilaian berAcuan Norma) atau PAK (singkatan dari Penilaian berAcuan Kelompok).

Penilai beracuan kelompok ini mendasarkan pada asumsi sebagai berikut: 1) Pada setiap populasi peserta didik yang sifatnya heterogen (berbeda jenis kelamin, berbeda latar belakang pendidikan dan sebagainya), yang distribusinya membentuk kurva normal atau kurva simetrik. Asumsi ini mengandung bahwa pada setiap kegiatan pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik, sebagaian dari peserta didik tersebut nilai-nilai hasil belajarnya terkonsentrasi atau memusat di sekitar nilai pertengahan dan hanya sebagian kecil saja yang nilainya sangat tinggi atau sangat rendah. 2) Tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk menentukan posisi relative dari para peserta tes dalam hal yang sedang dievaluasi itu, yaitu apakah seorang peserta tes posisi relatifnya berada di “atas”, di “tengah”, ataukah di “bawah”. Dalam hal ini yang berhubungan dengan nilai standar kiranya perlu diketahui bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan, khususnya evaluasi hasil belajar dikenal berbagai jenis nilai standar, seperti: 1. Nilai standar berskala lima, yang sering dikenal dengan istilah nilai huruf, yaitu nilai A, B, C, D dan F. 2. Nilai standar brskala Sembilan, yaitu rentangan atau skala nilai yang bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9. 3. Nilai standar berskala sebelas, yaitu skala nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10. 4. Nilai standar z. 5. Nilai standar T. 

Pengubahan Skor Mentah Hasil Menjadi Nilai Standar Berskala Lima a. Mengatur, menyusun dan menyajikan skor-skor mentah hasil ujian dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. b. Mencari, menghitung nilai rata-rata hitung yang melambangkan prestasi kelompok, dan deviasi standar yang mencerminkan variasi dari skor-skor mentah hasil ujian yang dicapai oleh peserta didik. c. Mengubah skor-skor mentah menjadi nilai standar skala lima. d. Mengkonversi skor-skor mentah yang dimiliki oleh masing-masing individu mahasiswa menjadi nilai standar berskala lima (nilai huruf A, B, C, D dan E).



Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar Berskala Sembilan

Nilai standar berskala Sembilan adalah nilai standar yang meniadakan nilai 0 dan nilai 10. Nilai standar tersebut tidak lazim digunakan di Indonesia. Berhubung dengan itu dirasa tidak perlu untuk menyajikan contoh penggunaan praktisnya. 

Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar Berskala Sebelas Nilai standar berskala sebelas adalah rentangan nilai standar mulai dari 0 sampai 10. Jadi disini akan kita dapati 11 butir nilai standar, yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10.



Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar z Nilai standar z umumnya dipergunakan untuk mengubah skor-skor mentah yang diperoleh dari berbagai jenis pengukuran yang berbeda-beda. Nilai standar z yang diperoleh dengan rumus: Dimana: x

= z score

= Deviasi skor X, yaitu selisih antara skor X dengan Mx.

SDx 

z

= Deviasi standar dari skor-skor X.

Pengubahan Skor Mentah Hasil Tes Menjadi Nilai Standar T T score adalah angka skala yang menggunakan mean sebesarr 50 (M=50) dan devisiasi standar sebesar 10 (SD=10). T score dapat diperoleh dengan jalan memperkalikan z score dengan angka 10, kemudian ditambah dengan 50: T score

=

10 z + 50 atau

T score

=

50

2.3.1

+ 10 z

Teknik Pengolahan Data

Adapun pada umumnya, pengolahan data hasil tes menggunakan bantuan statistik. Menurut Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil test menggunakan empat langkah pokok yang harus di tempuh.

a.

Menskor, yaitu memperoleh skor mentah daritiga jenis alat bantu, yaitu kunci jawaban, kunci scoring dan pedoman konversi.

b.

Mengubah skor mentah menjadi skor standar

c.

Menkonversikan skor standar kedalam nilai

d.

Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat validitas dan realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan daya pembeda.

Adapun cara pemberian skor terhadap hasil tes hasil belajar pada umumnya disesuaikan dengan bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes tersebut, tes uraian (essay) atau tes obyektif (objektive test) 1.

Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Uraian Pada tes uraian, pemberian skor didasarkan pada bobot (weight) yang diberikan pada

setiap butir soal, didasarkan dan disesuaikan dengan tingkat kesulitan dari soal tersebut dan atau banyak sedikitnya unsur yang terdapat dalam jawaban yang dianggap paling benar. Menurut Zainal Arifin (2011:223) system bobot ada dua macam: a.

Pertama bobot yang dinyatakan dalam skor maksimum sesuai dengan tingkat kesukarannya.

Rumus : skor = ΣX Σs Keterangan: ΣX= jumlah skor S = jumlah soal

b.

Kedua, bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal.

Rumus: skor = ΣXB ΣB keterangan: TK

= Tingkat kesukaran

X

= skor tiap soal

B

= bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal

ΣXB

= jumlah hasil perkalian X dengan B

2.

Cara Memberi Skor Mentah untuk Tes Objektif

Ada dua cara untu memberikan skor pada bentuk tes objektif: a. Tanpa Rumus Tebakan (Non-Guessing Formula) Pemberian skor pada tes objektif pada umumnya digunakan apabila soal belum diketahui tingkat kerumitannya. Untuk soal obyektif bentuk true-false misalnya, setiap item diberi skor maksimal 1 (satu). Apabila testee menjawab benar maka diberikan skor 1 dan apabila salah maka diberikan skor 0. b. Menggunakan Rumus Tebakan (Guessing Formula) Biasanya rumus ini digunakan apabila soal-soal tes itu pernah diujicobakan dan dilaksanakan sehingga dapat diketahui tingkat kebenarannya. Adapun rumus-rumus tebakan sebagai berikut: Bentuk Benar-salah (True or False) S = ΣB- ΣS Keterangan: S

= skor yang dicari

ΣB

= Jumlah Jawaban yang benar

ΣS

= Jumlah Jawaban yang Salah

Bentuk Pilihan Ganda (multiple choice) S = ΣB – ΣS n-1 keterangan:

S

= skor yang dicari

ΣB

= Jumlah Jawaban yang benar

ΣS

= Jumlah Jawaban yang Salah

n

= Alternatif jawaban yang disediakan



= Bilangan Tetap

2.3.1 Skor Total (Total Skor) Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh dari penjumlahan angka-angka dalam setiap butir soal yang di jawab dengan benar oleh testee, dan memperhitungkan bobot jawaban, sedangkan nilai adalah angka atau huruf yang merupakan hasil konversi (rubahan) dari penjumlahan skor yang disesuaikan pengaturannya dengan standar tertentu yang pada dasarnya merupakan lambang kemampuan testee terhadap materi atau bahan yang diteskan. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan nilai, maka skor-skor yang telah didapat masih merupakan skor mentah (raw score) dan perlu diolah sehingga skor dapat berubah menjadi nilai-nilai jadi. Pengolahan skor yang dimaksudkan untuk menetapkan batas lulus (passing grade) dan untuk mengubah skor mentah menjadi terjabar (drived score) atau menjadi skor yang sifatnya baku atau standar (Standard Score). Untuk menentukan batas lulus maka harus dihitung terlebih dahulu rata-rata (mean) dan simpangan baku (standard deviation), kemudian mengubah skor mentah menjadi skor terjabar atau skor standar.

2.3.3 Konversi Skor Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai peserta didik kedalam skor terjabar atau standar untuk menetapkan nilai hasil belajar yang diperoleh. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor stdandard atau nilai yaitu : 1) Dalam pengolahan dan pengubahan skor menjadi skor standard atau nilai terdapat dua cara yang dapat ditempuh yaitu :

a. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dilakukan dengan mengacu pada kriterium (Criterion) atau sering juga disebut dengan patokan. Cara pertama ini sering dikenal dengan istilah criterion referenced evaluation. Di dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilain Acuan Patokan (PAP) ada juga yang mengatakan dengan istilah Standar Mutlak. b. Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan mengacu pada norma atau kelompok. Cara kedua ini dikenal dengan istilah norm referenced evaluation. Di dalam dunia pendidikan Indonesia dikenal dengan istilah Penilaian Acuan Norma (PAN) 2) Pengolahan dan pengubahan skor mentah menjadi nilai dengan berbagai macam skala, misalnya : skala 5 (Stanfive), yaitu nilai standar berskala lima yang dikenal dengan istilah nilai huruf A, B, C, D dan F. Skala sembilan (Stanine) yaitu nilai standar berskala sembilan dimana rentang nilainya mulai dari 1 sampai dengan 9 (tidak ada nilai =0 dan >10), skala sebelas (standard eleven/ eleven points scale) rentang nilai mulai dari 0 sampai dengan 10, z score (nilai standar z), dan T score (nilai standar T). 2.3.4 Cara Memberi Skor Skala Sikap Untuk mengukur sikap dan minat belajar siswa, guru dapat menggunakan alat penilaian model skala, seperti sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan lima skala, yaitu; Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala yang digunakan 5,4,3,2,1 (untuk pernyataan positif) dan 1,2,3,4,5 (untuk pernyataan negative). Begitupun dengan skala minat, guru dapat menggunakan lima skala, seperti Sangat Berminat (SB), Berminat (B), Sama Saja (SS), Kurang Berminat (KB), dan Tidak Berminat (TB).

2.3.5 Cara Memberi Skor untuk Domain Psikomotor Dalam domain psikomotor, pada umumnya yang diukur adalah penampilan atau kinerja. Untuk mengukurnya, guru dapat menggunakan tes tindakan melalui simulasi, unjuk kerja atau tes identifikasi. Salah satu instrument yang dapat digunakan adalah skala penilaian yang terentang dari Sangat Baik (5), Baik (4), Cukup (3), Kurang Baik (2), sampai dengan Tidak Baik (1).

2.4 Verifikasi Verifikasi adalah pemeriksaan tentang kebenaran laporan, pernyataan, perhitungan uang, dan lain sebagainya. Verifikasi data dimaksudkan untuk dapat memisahkan data yang baik yaitu data yang dapat memperjelas gambaran yang akan diperoleh mengenai diri individu atau sekelompok individu yang sedang dievaluasi, dari data yang kurang baik yaitu data yang mengabarkan gambaran yang akan diperoleh apabila data itu ikut serta diolah. 2.5.1 Penafsiran skor tiap siswa Skor setiap siswa tidak dapat ditafsirkan sendiri artinya pasti melibatkan kelompok tersebut.Skor tiap siswa ditafsirkan tanpa menghubungkannya dengan siswa lain dalam kelompok tes. Selain perbedaan yang tersebut dalam tabel, masih ada perbedaan-perbedaan lain, misalnya: a. Setiap pendekatan memerlukan persyaratan tertentu, misalnya untuk PAP guru harus menjabarkan TIU menjadi TIK. b.Harus ada tes formatif untuk memantau PBM dan melaksanakan pengajaran remidial (jika diperlukan). c. Perencanaan tes harus matang, perlu ada kisi-kisi. 2.5.2 Melakukan verifikasi data Dalam evaluasi hasil belajar, wujud nyata dari kegiatan menghimpun data adalah melaksanakan pengukuran, misalnya dengan menyelenggarakan tes hasil belajar apabila evaluasi hasil belajar itu mengguanakan teknik tes, ataukah melakukan pengamatan, wawancara atau angket dengan menggunakan instrumen-instrumen tertentu berupa rating scale, check list, interview guide atau questionnaire apabila evaluasi hasil belajar itu menggunakan teknik non tes. Data yang telah berhasil dihimpun disaring terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Proses penyaringan itu dikenal dengan istilah penelitian data atau verifikasi data. 2.6 Standar Penilaian Menurut Badan Standar Nasional Penilaian (BSNP), Penilaian adalah prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik. 2.6.1 Standar penilaian oleh Pendidik Menurut BSNP, standar penilaian oleh peserta didik mencakup beberapa standar berikut ini:

1)

Standar Umum Penilaian Merupakan aturan main dari aspek-aspek umum dalam pelaksanaan penilaian. Adapun

prinsip-prinsipnya, yaitu: 1. Pemilihan teknik penilaian disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran serta jenis informasi yang ingin diperoleh dari peserta didik. 2. Informasi yang dihimpun mencangkup ranah-ranah yang sesuai dengan standar isi dan standar kompetensi lulusan. 3. Informasi mengenai perkembangan prilaku peserta didik dilakukan secara berkala pada kelompok mata pelajarn masing-masing. 4. Pendidik harus selalu mencatat perilaku peserta didik yang menonjol, baik yang bersifat positif maupun negative dalam buku catatan perilaku. 5. Melakukan sekurang-kurangnya tiga kali ulangan harian menjelang ulangan tengah semester dan tiga kali menjelang ulangan akhir semester. 6. Pendidik harus menggunakan teknik penilaian yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan. 7. Pendidik harus selalu memeriksa dan memberi balikan kepada peserta didik atas hasil kerjanya sebelum memberikan tugas lanjutan. 8. Pendidik harus memiliki catatan kumulatif tentang hasil penilaian untuk setiap peserta didik yang berada dibawah tanggung jawabnya. 9. Pendidik melakukan ulangan tangah dan akhir semester untuk menilai penguasaan kompetensi sesuai dengan tuntutan dalam standar kompetensi (SK) dan standar lulusan (SL). 10. Pendidik yang dibei tugas menangani pengembangan diri harus melaporkan kegiatan peserta didik kepada wali kelas. 11. Pendidik menjaga kerahasiaan pribadi peserta didik dan tidak disampaikan paa pihak lain tanpa ijin dengan yang bersangkutan atau kepada orang tua/wali murid.

2)

Standar Perencanaan Penilaian Merupakan prinsip-prinsip yang harus dipedomani bagi pendidik. Ada tujuh prinsip

standar perencanaan penilaian:

1. Pendidik harus membuat rencana penilaian secara terpadu dengan silabus dan rencana pembelajarannya. 2. Pendidik haru mengembangkan criteria pencapaian kompetensi dasar (KD) sebagai dasar penilaian. 3. Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrument penilaiannya sesuai dengan indicator pencapaian KD . 4. Pendidik harus menginformasikan seawal mungkin kepada peserta didik tentang aspek-aspek yang dinilai dan criteria pencapaiannya. 5. Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian terhadap ke dalam kisi-kisi penilaian. 6. Pendidik membuat instrument berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang digunakan. 7. Pendidik menggunakan acuan criteria dalam menentukan nilai peserta didik.

3)

Standar Pelaksanaan Penilaian

Standar pelaksanaan oleh pendidik meliputi: 1. Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan re rencana penilaian yang telah disusun awal kegiatan pembelajaran. 2. Pendidikan menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada 3. Pendidikan menganalisis kualitas instrument dengan mengacu pada persyaratan instrument serta menggunakan acuan criteria. 4. Pendidik menjamin pelaksanaan ulanagn dan ujian yang bebas dari kemungkinan terjadinya tindak kecurangan. 5. Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik dan komentar yang bersifat mendidik.

4)

Standar Pengelolaan dan Pelaporan hasil Penilaian

Standar Pengelolaan dan Pelaporan hasil Penilaian oleh pendidik meliputi: 1. Pemberian skor untuk setiap komponen yang dinilai. 2. Penggabungan skor yang diperoleh dengan aturan yang telah ditetapkan.

dari berbagai teknik dengan bobot tertentu sesuai

3. Penentuan satu nilai dalam bentuk angka untuk setiap mata pelajaran, serta menyampaikan kepada wali kelas untuk ditulis dalam buku laporan pendidikan masing-masing peserta didik. 4. Pendidik menulis deskripsi naratif tentang akhlak mulia, kepribadian, dan potensi peserta didik yang disampaikan kepada wali kelas. 5. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya dalam rapat dewan guru untuk menentukan kenaikan kelas. 6. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaian kepada rapat dewan guru untuk menentukan kelulusan peserta didik pada akhir satuan pendidikan dengan mengacu pada persyaratan kelulusan satuan pendidikan. 7. Pendidik bersama wali kelas menyampaikan hasil penilaiannya kepada orang tua/wali peserta didik.

5)

Standar Pemanfaatan Hasil penilaian Sesuai dengan pedoman umum penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, ada lima standar

pemanfaatan hasil penilaian, yaitu: 1. Pendidik mengklasifikasikan peserta didik berdasar tingkat ketuntasan pencapaian standar kompetesi (SK) dan dan kompetensi dasar (KD) 2. Pendidik menyampaikan balikan kepadan peserta didik tentang tingkat capaian hasil belajar pada setiap KD disertai dengan dengan rekomondasi tindak lanjut yang harus dilakukan. 3. Bagi peserta didik yang belum mencapai standar ketuntasan, pendidik harus melakukan pembelajaran remedial agar setiap peserta didik dapat mencapai standar ketuntasan yang dipersyaratkan. 4. Kepada peserta didik yang telah mencapai standar ketuntasanyang dipersyaratkan dan dianggap memiliki keunggulan, pendidik dapat memberikan layanan pengayaan. 5. Pendidik

menggunakan

hasil

penilaian

untuk

mengevaluasi

efektivitas

kegiatan

pembelajaran dan merencanakan barbagai upaya tindak lanjut. 2.6.2 Standar penilaian oleh Satuan Pendidikan Ada dua pokok yang harus diperhatikan dalam penilaian hasil belajar menurut standar ini: 1. Standar penentuan pendidikan kelas, standar ini terdiri dari tiga hal pokok, yaitu:

1. Pada akhir tahun pelajaran, satuan pendidikan menyelenggarakan ulangan kenaikan kelas. 2. Satuan pendidikan menetapkan Sandar ketuntasan Balajar Minimal (SKBM) pada setiap mata pelajaran. SKBM harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. 3. Satuan Pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk menentukan kenaikan kelas setiap peserta didik. 2. Standar Penentuan kelulusan 1. Pada akhir jenjang pendidikan, satuan pendidikan menyelenggarakan ujian sekolah pada kelompok mata pelajaran IPTEKS. 2. Satuan pendidikan menyelenggarakan rapat dewan pendidikan untuk menentukan nilai akhir peserta didik. 3. Satuan pendidikan menentukan kelulusan peserta didik berdasarkan criteria kelulusan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah No.19/2005 pasal 7 ayat (1)

3.1 Pengertian Laporan Berikut ada beberapa pendapat tentang pengertian laporan: 1.

Suatu

bentuk

penyampaian

berita,

keterangan,

pemberitahuan

ataupun

pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab (responsibility) yang ada antara mereka. 2.

Salah satu cara pelaksanaan komunikasi dari pihak yang satu kepada pihak yang lainnya.

3.

Merupakan salah satu alat untuk menyampaikan informasi baik formal maupun nonformal.

4.

Penyampaian informasi dari petugas/ pejabat tertentu kepada petugas / pejabat tertentu dalam suatu system administrasi.

Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa laporan itu adalah bentuk penyajian fakta tentang suatu keadaan atau suatu kegiatan. Fakta yang disajikan itu pada umumnya berkenaan dengan tanggung jawab yang ditugaskan kepada si pembuat laporan. Fakta yang disajikan merupakan bahan atau keterangan berdasarkan keadaan objektif yang dialami sendiri oleh si pembuat laporan (dilihat, didengar, atau dirasakan sendiri) ketika si pembuat laporan itu melakukan suatu kegiatan.

Menyusun laporan evaluasi adalah kegiatan akhir dari evaluasi program. Laporan hasil evaluasi disusun dalam bentuk tulisan dan dapat dipublikasikan. Secara garis besar laporan evaluasi program terdiri dari empat pokok hal yaitu permasalahan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan kesimpulan hasil evaluasi. Laporan evaluasi tidak ubahnya seperti laporan penelitian, ada yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dan ada juga yang menggunakan pendekatan kualitatif. Laporan evaluasi yang menggunakan pendekatan kuantitatif umumnya tersusun dari lima atau enam bab, yaitu : pendahuluan, pembahasan kepustakaan, metodologi evaluasi, hasil evaluasi dan pembahasan, serta kesimpulan dan rekomendasi. Sedangkan laporan evaluasi yang menggunakan pendekatan kualitatif umumnya tersusun dari beberapa bab dan sub bab yang dapat diidentifikasi menjadi tiga bagian pokok, yaitu : pendahuluan, inti pembahasan dan kesimpulan. Secara garis besar laporan hasil evaluasi diharapkan diususun secara ringkas, padat, jelas dan paling tidak memuat hal-hal berikut : ringkasan eksekutif, pendahuluan, kajian pustaka, komponen dalam metodologi evaluasi, hasil evaluasi, kesimpulan dan rekomendasi yang terakhir adalah daftar pustaka. Tata tulis laporan mencakup ketentuan tentang kertas, naskah, sampul, pengetikan, penomoran, ilustrasi, pengutipan, penulisan lampiran, penulisan daftar pustaka dan bahasa. 1.

Kertas naskah dan sampul

Naskah laporan sebaiknya menggunakan jertas kwarto (21x28,5 cm) HVS 80 gram, sampul laporan sebaiknya dibuat dari kertas buffalo dengan warna disesuaiakan. 2.

Pengetikan

Pengetikan mencakup penggunaan huruf, penulisan bilangan, spasi, batas tepi naskah, pengetikan alenia baru, pengisian halaman naskah, pengetikan bab dan sub bab. 3.

Penomoran

Penomoran halaman diletakkan di sebelah kanan atas dua spasi di atas baris pertama teks. 4.

Ilustrasi

Ilustrasi dapat terdiri dari foto, grafik, diagram, bagan, peta dan denah serta tabel.

5.

Pengutipan

Kutipan harus sama dengan sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Penulisan kutipan diawali dan diakhiri dengan tanda kutip (“ ). 6.

Penulisan lampiran

Lampiran seperti tabel, carta, dokumen, transkip wawancara dan sejenisnya ditempatkan setelah daftar pustaka 7.

Penulisan daftar pustaka

Penulisan daftar pustaka meliputi buku, artikel, laporan atau karangan dalam jurnal atau majalah ilmiah dan penerbitan lain. 8.

Bahasa

Bahasa yang digunakan untuk penulisan laporan evaluasi adalah Bahasa Indonesia ragam ilmiah.

3.2 SISTEMATIKA LAPORAN EVALUASI Dalam membuat sebuah laporan hasil evaluasi, ada hal-hal tertentu yang harus diperhatikan. Berikut contoh sistematika penulisan sebuah laporan yang umum digunakan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Evaluasi D. Manfaat Evaluasi BAB II KAJIAN PUSTAKA Kajian

Pustaka

diperlukan

untuk:

mempertajam

permasalahan

evaluasi;

mendasari

pengembangan strategi, rancangan, dan model evaluasi; mendasari instrumentasi dan penafsiran makna dari data yang akan diperoleh; dan mendasari analisis dan perumusan alternatif kebjakan. BAB III METODOLOGI EVALUASI A. Cakupan Wilayah Evaluasi

B. Rancangan Evaluasi C. Pengumpulan Data D. Triangulasi E. Analisis Data BAB IV HASIL EVALUASI A. Deskripsi Data B. Analisis Data dan Pembahasan C. Analisis Rekomendasi BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA

3.3 Tujuan Pembuatan Laporan Laporan evaluasi bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan. Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya. Penulisan laporan evaluasi memiliki beberapa tujuan yaitu untuk memberikan keterangan, memulai suatu tindakan, mengoordinasi proyek, menyarankan suatu langkah atau tindakan, dan merekam kegiatan. 3.4 Jenis-Jenis Laporan Laporan dapat digolongkan menurut : 1. Maksud pelaporan a.

Laporan informatif

Laporan informatif adalah laporan yang dimaksudkan untuk memberi informasi dan bukan dimaksudkan untuk memberi analisis atau rekomendasi. Titik pentingnya adalah pemberian informasi yang akurat dan terinci. b.

Laporan rekomendasi

Yaitu laporan yang di samping memberikan informasi juga menyertakan pendapat si pembuat laporan, dengan maksud memberikan rekomendasi (usul yang tidak mengikat). Meski demikian akurasi dan rincian informasi tetap diperlukan supaya rekomendasi yang diberikan juga meyakinkan. c.

Laporan analitis

Yaitu laporan yang memuat sumbangan pikiran si pembuat laporan, bisa berupa pendapat atau saran, setelah melalui analitis yang matang dan mendalam. Kebanyakan laporan akademis berada pada kategori ini. d. Laporan pertanggungjawaban Dalam hal ini, si pembuat laporan memberi gambaran tentang pekerjaan yang sedang dilaksanakan (Progress report) atau sudah dilaksanakan (bersifat evaluatif). e.

Laporan kelayakan (feasibility report)

Pelapor menganalisis suatu situasi atau masalah secara mendalam untuk menuju penilaian yang bersifat pilihan: layak atau tidak. Berbagai alternative dinanalisis, kemudian ditentukan mana yang lebih baik. 2. Bentuk Laporan a. Laporan berbentuk memo Biasanya laporan pendek yang memuat hal – hal pokok saja, dan beredar di kalangan intern organisasi. b. Laporan berbentuk surat Isinya lebih panjang daripada laporan yang berbentuk memo, sekitar tiga lembar folio. Bisa ditujukan ke luar organisasi. c. Laporan berbentuk naskah Laporan ini bisa panjang atau pendek. Bila panjang dibuat dalam format buku, dan dalam penyampaiannya mutlak diperlukan surat atau memo pengantar. d. Laporan berbentuk Campuran

Laporan ini tidak lain gabungan antara bentuk naskah dengan memo atau surat. Dibuat begini karena isinya cukup kompleks sehingga harus dipadukan dengan bentuk naskah agar pengkodean bagian – baiannya lebih mudah dilakukan. e.

Laporan berbentuk formulir

f.

Laporan berbentuk buku

3.

Waktu Penyampaian

a.

Laporan Insidental

Laporan ini tidak disampaikan secara rutin, hanya sekali- sekali saja dalam rangka suatu kegiatan yang tidak terjadwal tetap. b.

Laporan Periodik

Ditulis dalam suatu periode tertentu dan dinamai sesuai periodenya pula. Contoh: Laporan harian, Mingguan, Bulanan dan seterusnya.

3.5 Pengertian Profil Prestasi Siswa Profil prestasi belajar siswa adalah suatu bentuk grafik yang biasa dipergunakan untuk melukiskan prestasi belajar peserta didik baik secara individual maupun kelompok, baik dalam satu bidang studi maupun untuk beberapa bidang studi, baaik dalam satu waktu (at pint of time) maupun dalam deretan waktu tertentu (time series). 3.6 Bentuk-Bentuk Profil Prestasi Siswa Profil prestasi belajar siswa pada umumnya dituangkan dalam bentuk diagram batang (grafik balok=barchart), atau dalam bentuk diagram garis. Dalam hubungan ini, pada sumbu horizontal grafik (abscis) ditempatkan gejala-gejala yang akan dilukiskan grafiknya, seperti mata pelajaran bidang studi tertentu atau gejala-gejala psikologis lainnya. Sedangkan pada sumbu vertikal (ordinat) dicantumkan angka-angka yang melambangkan frekuensi, persentase, angka rata-rata dan sebagainya. 3.7 Kegunaan Profil Prestasi Siswa Pembuatan profil prestasi belajar siswa itu antara lain memiliki kegunaan sebagai berikut:

1.Untuk melukiskan prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik, baik secara individual maupun kelompok, dalam satu bidang studi atau beberapa jenis bidang studi. 2.Untuk melukiskan perkembangan prestasi belajar peserta didik secara individual maupun kolektif dalam beberapa periode tes, pada suatu bidang studi. 3.Untuk melukiskan prestasi belajar peserta didik dalam beberapa aspek psikologis dari suatu bidang studi. Secara sistematis dapat dikemukakan bahwa laporan tentang siswa bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu : 1.

Siswa sendiri

Bagi siswa, laporan kemajuan atau laporan prestasi akan sangat bermanfaat karena secara alamiah setiap orang selalu ingin tahu akibat dari apa yang telah mereka lakukan, entah hasil itu menggembirakan atau mengecewakan. Dengan mengetahui hasil yang positif dari perbuatannya, maka pengetahuan yang diperoleh akan dikuatkan. Dan begitu juga sebaliknya, jika siswa mendapat informasi bahwa jawabannya salah, maka lain kaliia tidak akan menjawab seperti itu lagi. 2.

Guru yang mengajar

Dengan melihat catatan laporan kemajuan siswa, maka guru akan dengan tenang mengamati hasil tersebut sehingga dapat mengoreksi kemampuan siswanya ataupun kemampuannya sendiri dalam mengajar. 3.

Guru lain

Yang dimaksud guru lain disini adalah guru yang akan menggantikan guru yang mengajar terdahulukarena siswa tersebut sudah naik kelas atau adanya perpindahan baik siswa yang pindah atau guru yang pindah ke tempat lain. Apabila tidak ada catatan atau laporan mengenai siswa, maka guru yang mengganti mengajar tidak akan tahu bagaimana memperlakukan siswa tersebut. 4.

Pihak lain di sekolah

Siswa yang berada di sekolah bukan hanya semata-mata tanggung jawab guru yang mengajar saja. Kepala sekolah, wali kelas, dan guru pembimbing merupakan personil penting dan juga memerlukan catatan tentang siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa akan di perhatikan oleh seluruh pihak.

5.

Orangtua

Dengan menyerahkan anak ke sekolah tidak berarti orang tua dapat lepas tangan saja. Orang tua masih merupakan penanggung jawab utama bagi anaknya. Itulah sebabnya maka orang tua masih ingin selalu mengetahui kemajuan anaknya. Hal tersebut dapat dilihatnya melalui laporan yang di buat oleh guru. 6.

Pemakai lulusan

Pengetahuan dan keterampilan yang di peroleh seorang anak tidaklah sama dengan anak-anak yang lain. Ada yang sangat berhasil, berhasil dan biasa-biasa saja. Tingkat keberhasilan ini dinyatakan secara lengkap dalam laporan prestasi siswa.

Related Documents


More Documents from "Sastra Nopi"