Makalah Etika Interaksi Guru Yang Baik & Efektif (pra Uas).docx

  • Uploaded by: Mita Khoirul Ulum
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Etika Interaksi Guru Yang Baik & Efektif (pra Uas).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,362
  • Pages: 23
ETIKA INTERAKSI GURU YANG BAIK DAN EFEKTIF Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Keguruan Dosen Pengampu: Drs. Wahyudhiana, M. M. Pd.

Disusun Oleh: Mita Khoirul Ulum

(23070170101)

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW. yang kita nantikan syafaatnya di hari kiamat. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu memberikan masukan serta ide-ide untuk menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat memenuhi kewajiban saya pada mata kuliah Etika Profesi Keguruan, dan saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

04 Desember 2018

Mita Khoirul Ulum

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i KATA PENGANTAR .......................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Etika ……………................................................... 3 B. Pengertian Guru ……...…………............................................. 3 D. Pengertian Interaksi ..……………............................................ 5 E. Interaksi Edukatif ……...……................................................... 5 F. Interaksi Guru Terhadap Murid …....................................... ..... 7 G. Interaksi Guru Terhadap Masyarakat … ...................................16 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 19 B. Saran ……................................................................................ 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 20

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Proses Interaksi edukatif adalah susatu proses yang di dalamnya mengandung sejumlah etika atau norma. Etika merupakan ilmu tentang apa yang baik, dan kewajiban moral (akhlak). Untuk mendapatkan hasil yang optimal, etika itulah yang harus guru dan murid terapkan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, Etika dalam berinteraksi sangatlah penting karena sebaik apapun bahan ajar yang diberikan, sesempurna apapun metode dan media yang digunakan, namun jika interaksi guru dengan murid tidak harmonis, maka dapat menciptakan hasil yang tidak diinginkan. Permasalahan yang saat ini terjadi terkadang guru kurang mengakrabkan diri pada siswanya dan masih ada beberapa guru yang memperlakukan siswanya dengan pilih kasih dan membeda-bedakan siswanya yang cerdas, cantik, berpangkat, anak kesayangan dan lain sebagainya, sehingga siswa lainnnya merasa dirinya tidak diperhatikan, guru menjadikan sekolah ajang penganiayaan, pelecehan, dan tindak kriminal lainnya. Padahal siswa seharusnya merasakan bahwa sekolah bagi mereka merupakan tempat yang menyenangkan.

B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Etika? 2. Apa Pengertian Guru? 3. Bagaimana Peran dan Fungsi Guru? 4. Apa Pengertian Interaksi? 5. Bagaimanakah Interaksi Edukatif itu? 6. Bagaimanakah Interaksi Guru Terhadap Murid 7. Bagaimanakah Interaksi Guru Terhadap Masyarakat

1

C. Tujuan Penulisan Makalah 1. Untuk Mengetahui Pengertian Etika 2. Untuk Mengetahui Pengertian Guru 3. Untuk Mengetahui Peran dan Fungsi Guru 4. Untuk Mengetahui Pengertian Interaksi 5. Untuk Mengetahui Interaksi Edukatif 6. Untuk Mengetahui Interaksi Guru Terhadap Murid 7. Untuk Mengetahui Interaksi Guru Terhadap Masyarakat

2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Menurut Mohamad Surya, (2009) etika (ethic) bermakna sekumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, tata cara (adat, sopan santun) nilai mengenai benar dan salah tentang hak dan kewajiban yang dianut oleh suatu golongan atau masyarakat. Etika, pada hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang moral manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti: saling menghormati, saling menghargai, tolong menolong, dsb. Sebagai acuan pilihan perilaku, etika bersumber pada norma-norma moral yang berlaku. Sumber yang paling mendasar adalah agama sebagai sumber keyakinan yang paling asasi, filsafat hidup (di negara kita adalah Pancasila), budaya masyarakat, disiplin keilmuan dan profesi.

B. Pengertian Guru Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005: 509). Pengertian ini memberi kesan bahwa guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mengajar. Istilah guru sinonim dengan kata pengajar dan sering dibedakan dengan istilah pendidik. Perbedaan ini dalam pandangan Muh. Said dalam Rusn, (2009: 6263) dipengaruhi oleh kebiasaan berpikir orang Barat, khususnya orang Belanda yang membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan kata opveoding (pendidikan).

3

Pandangan ini diikuti oleh tokoh-tokoh pendidikan di dunia Timur, termasuk tokoh-tokoh pendidikan di kalangan muslim. Nata, (1997: 61) mengemukakan istilah-istilah yang berkaitan dengan penamaan atas aktivitas mendidik dan mengajar. Ia lalu menyimpulkan bahwa keseluruhan istilah-istilah tersebut terhimpun dalam kata pendidik. Hal ini disebabkan karena keseluruh istilah itu mengacu kepada seseorang yang memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada orang lain. Selanjutnya, guru menurut Zahara Idris dan Lisma Jamal dalam Idris, (2008: 49) adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu yang mandiri, dan makhluk sosial. Al-Gazali tidak membedakan kata pengajaran dan pendidikan sehingga guru dan pendidik juga tidak dibedakan (Rusn, 2009: 63). Hal ini senada dengan pandangan Abi Salih, (1410: 10). Ia memandang bahwa sesungguhnya istilah tarbiyyah dan ta‘lȋm dalam pendidikan Islam sama saja. Pendapatnya demikian karena melihat kenyataan bahwa di dalam Al-Qur'an kedua kata itu digunakan untuk mengungkapkan kegiatan pengajaran dan pendidikan yang meliputi semua segi perkembangan manusia. Dengan demikian, guru dan pendidik sama saja. Seseorang yang aktif dalam dunia pendidikan harus memiliki kepribadian sebagai seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai pendidik kadangkadang dirasakan lebih berat dibandingkan dengan profesi yang lain. Karena, guru merupakan seorang yang harus bisa digugu dan ditiru. Digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua muridnya. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Ditiru artinya ia menjadi uswatun hasanah, menjadi suri teladan dan panutan bagi muridnya, baik cara berpikir dan cara berbicaranya maupun berprilaku sehari-hari (Mulyasa, 2008:48). Dengan demikian, guru memiliki peran yang sangat besar dalam pelaksanaan pembelajaran atau pendidikan.

4

C. Pengertian Interaksi Menurut Suprayekti, (2004: 5) interaksi adalah sebagai hubungan timbal balik. Hubungan ini tidak bersifat sepihak bahwa guru merupakan satu-satunya subjek. Siswa dapat juga sebagai subjek belajar. Artinya adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya siswa mendominasi proses interaksi, adakalanya baik guru maupun siswa berinteraksi secara seimbang. Menurut Hermianto, (2010: 52) interaksi adalah hubungan timbal balik antara individu, antara kelompok manusia, maupun antar orang dengan kelompok manusia. Menurut Miftahul Huda, (2008: 38-39) bahwa interaksi yang bernilai pendidikan yaitu interaksi yang dilakukan dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tangkah laku dan perbuatan seseorang. Dengan konsep di atas, maka lahirlah konsep dengan istilah guru di satu pihak dan siswa di pihak lain. Keduanya berada dalam interaksi yang bernilai pendidikan dengan posisi, tugas, dan tanggungjawab yang berbeda, namun tetap bersama-sama dalam mencapai tujuan pendidikan. Berdasarkan pengertian di atas mengenai interaksi, maka dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah hubungan timbal balik yang terjadi antara guru dan siswa yang sudah direncanakan.

D. Interaksi Edukatif Menurut Sardiman, (2011) interaksi edukatif merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai dan norma yang merupakan subtansi, sebagai media antara guru dan murid dalam rangka mencapai tujuan. Dalam interaksi edukatif terdapat dua kegiatan yaitu kegiatan guru di satu pihak, dan kegiatan murid di pihak lainnya. Guru mengajar dengan gayanya sendiri, dan murid belajar dengan gayanya sendiri. Di sinilah guru perlu memahami gayagaya belajar murid. Kesinambungan antara gaya-gaya mengajar guru dan gayagaya belajar murid akan membantu guru menciptakan suasan yang kondusif dan efektif.

5

Adapun terdapat faktor-faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi satu sama lain, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Adanya ujuan yang hendak dicapai Dasar pendidikan nasional Indonesia, mengacu pada UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang memuat tujuan pendidikan nasional yaitu bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. 2. Adanya subjek manusia (guru dan murid) yang melakukan pendidikan Guru adalah figur manusiawi yang memiliki peran penting dalam pendidikan. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu tidak mesti lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau, di rumah dan sebagainya. Murid merupakan orang yang mendapat pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Murid sebagai manusia perlu dibina dan dibimbing dengan perantara guru, ia memiliki potensi akal untuk dijadikan kekuatan agar menjadi manusia susila yang cakap. 3. Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu Selain

lingkungan

keluarga,

lingkungan

masyarakat

juga

memperngaruhi pola interasksi dan pola perkembangan anak. Lingkungan masyarakat menetapkan lingkungan pergaulan yang merupakan bagian dari lingkungan seorang anak yang cukup berpengaruh bagi proses pendidikan anak yang cukup berpengaruh bagi proses pendidikan anak dari pergaulan dan interaksi mereka biasanya pada kelompok atau organisasi. Dalam konteks ini, peran tokoh-tokoh masyarakat dan pemerintah seharusnya tidak terlepas sebagai pembentukan kelompok pemuda tersebut.

6

4. Menggunakan alat-alat pendidikan untuk mencapai tujuan Alat-alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan. Alat-alat pendidikan yang dimaksud adalah perbuatan atau tindakan yang secara konkrit dan tegas dilaksanakan, guna menjaga agar proses pendidikan bisa berjalan dengan lancar dan berhasil, misalnya: metode, pendekatan, perangkat keras yang digunakan untuk tujuan pendidikan yang dilakukan.

E. Interaksi Guru Terhadap Murid Menurut Ahmad R., (1997) dalam pengetian sederhana guru adalah orang yang memberikan pengetahuan kepada murid. Sementara murid adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. 1. Macam-macam interaksi antara guru dan murid Ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru dengan murid yakni: a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif tetapi siswanya pasif, sehingga komunikasi seperti ini jelas kurang banyak menghidupkan kegiatan siswa belajar. Contoh jenis kegiatan pembelajaran ini adalah dengan metode ceramah. b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah Pada komunikasi ini guru dan siswa bersama-sama berperan sebagai pemberi aksi dan penerima aksi. Keduanya saling memberi dan menerima, sehingga pola komunikasi ini lebih baik daripada yang pertama, sebab kegiatan guru dan siswa relatif sama, tetapi komunikasi antar siswa masih kurang atau sama sekali tidak ada. c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa yang

7

satu dengan siswa yang lainnya. Proses belajar mengajar dengan pola komunikasi

ini

mengarah

kepada

proses

pembelajaran

yang

mengembangkan kegiatan secara optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif. Contoh jenis kegiatan pembelajaran ini adalah dengan metode diskusi, simulasi dan belajar kelompok. 2. Pola Interaksi antara guru dan murid a. Pola dasar interaksi Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi. b. Pola interaksi berpusat pada isi Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran. c. Pola interaksi berpusat pada guru Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif. d. Pola interaksi berpusat pada siswa Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni

8

membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya. Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa. 3. Faktor yang mendasari terjadinya interaksi antara guru dan murid Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi antara guru dan murid adalah sebagai berikut: a. Faktor tujuan Tujuan pendidikan atau pengajaran yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis: 1) Tujuan kognitif, tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan. 2) Tujuan efektif, tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai, dan alasan. 3) Tujuan psikomotorik, tujuan yang berkaitan dengan keterampilan menggunakan telinga, tangan, mata, alat indra, dan sebagainya. Tiga syarat utama untuk terwujudnya interaksi pengajaran antara guru dan murid, adalah: 1) Merumuskan tujuan, menyempitkan lapangan tujuan umum ke dalam bentuk yang tampak pada tingkah laku peserta didik. 2) Mengkhususkan tujuan. 3) Memfungsionalkan tujuan, bahwa tujuan yang diharapkan nyata, berguna bagi perkembangan peserta didik. b. Faktor bahan atau materi pengajaran Penguasaan bahan oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas ilmu kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat, dan luasnya ilmu , maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan yang akan di ajarkannya ke dalam bidang ilmu atau kecakapan yang

9

bersangkutan. Penyusunan informasi-informasi yang baik itu bukan saja untuk mempermudah murid untuk mempelajarinya, melainkan juga memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran. Isi bahan pengajaran itu sangat luas dan berbeda dalam tinggi-rendah serta sukar-mudahnya. Macamnya pun banyak. Karenanya , sebelum menentukan bahan studi pengajaran yang akan di pelajari oleh murid, perlu diadakan pilihan terlebih dahulu. Pilihan itu biasanya berdasarkan pada pedoman-pedoman tertentu agar keseluruhan bahan yang telah di tentukan itu teratur dan mencerminkan suatu hal yang integral bagi hidup murid selama di sekolah sekarang, dan sesudahnya. Yang menentukan pedoman tersebut ialah pihak Depdikbud (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan). Isi pedoman yang dimaksud adalah di sekitar kesesuaian bahan pengajaran dengan tujuan institusional, tujuan kurukulum, tujuan pengajaran, serta tujuan pendidikan pada umumnya dan haluan negara, selain itu bahan pengajaran harus disesuaikan dengan tingkatan jenjang pendidikan, tahap perkembangan jiwa, dan jasmani murid serta kebutuhan-kebutuhan yang ada pada mereka. c. Faktor guru dan peserta didik Guru dan murid adalah dua subjek dalam berinteraksi pengajaran. Guru sebagai pihak yang berinisiatif awal untuk penyelenggaraan pengajaran, sedangkan murid sebagai pihak yang secara langsung mengalami dan mendapatkan manfaat dari peristiwa belajar mengajar yang terjadi. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan murid sebagai arah tujuan aktifitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru. Jadi kedua pihak (guru dan murid) menunjukan sebagai dua subjek pengajaran yang sama-sama menempati status yang penting. Kemudian untuk menjadikan profesionalitas kerja guru setidaknya ia memiliki empat bidang utama, yakni: 1) Guru harus mengenal setiap murid yang dipercayakan kepadanya.

10

2) Guru harus memiliki kecakapan memberi bimbingan, sebab mengajar hakikatnya membimbing. 3) Guru harus memiliki dasar pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan atau pengajaran. 4) Guru harus memiliki pengetahuan bulat dan baru mengenai ilmu yang diajarkan. d. Faktor Metode Metode adalah suatu kata kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai satu tujuan. Makin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaianya. Tetapi tidak ada satu metode pun yang di katakan paling baik atau dipergunakan bagi semua macam usaha pencapaian tujuan, baik tidaknya satu metode dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utama yang menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai. Metode mengajar atau pengajaran, selain ditentukan atau dipengaruhi oleh tujuan juga oleh faktor kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya, keadaan peserta didik, dan situasi yang melingkupinya. Dengan kata lain, penerapan suatu metode pengajaran harus memiliki: 1) Relevansi dengan tujuan. 2) Relevansi dengan bahan. 3) Relevansi dengan kemampuan guru. 4) Relevansi dengan keadaan peserta didik. 5) Relevansi dengan situasi pengajaran. Secara umum metode-metode pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua: 1) Metode pengajaran individual. 2) Metode pengajaran kelompok atau klasikal. Adapun macam-macam metode itu sesungguhnya tidak terbatas banyaknya sekedar mengenal sebagian metode, adapun macam dari metode adalah sebagai berikut:

11

1) Metode ceramah atau persentasi atau kuliah mimbar. 2) Metode diskusi (dengan segala jenisnya). 3) Metode tanya jawab. 4) Metode resitasi atau penugasan. 5) Metode experiment. 6) Metode proyek. 7) Metode karya wisata. 8) Metode-metode lainnya. e. Faktor Situasi Yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, keadaan guru, keadaan kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau terganggu karena penggunaan suatu metode. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan metode-metode alternatif mengajar dengan mengingat kemungkinan-kemungkinan perubahan situasi. Situasi pengajaran yang kondusif (mendukung) sangat menentukan dan bahkan menjadi salah satu indikator terciptanya interaksi pengajaran, yang edukatif sifatnya. Terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan oleh perubahan secara tiba-tiba diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai cara-cara atau metode-metode yang akan digunakan. Keterampilan berimprovisasi dan kesigapan mengambil keputusan sungguh sangat diperlukan dalam situasi demikian. Kita tidak boleh tertegun atau terhenti sehingga tidak ada usaha sedikitpun untuk melaksanakan program dalam rangka mencapai tujuan, karena bukan saja akan merusak seluruh rencana pengembangan program melainkan juga merusak perkembangan peserta didik itu sendiri. f. Faktor sumber pelajaran Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumbersumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.

12

Interaksi antara guru dan murid tidaklah berproses dalam kehampaan , tetapi ia berproses dalam kemaknaan. Di dalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada murid . Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam proses interaksi antara guru dan murid. g. Faktor alat dan peralatan Alat dan peralatan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu mempermudah usaha untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1) Alat Nonmaterial, yang terdiri dari suruhan , perintah , larangan, nasihat dan sebagainya. 2) Alat material, yang dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan, slide dan sebagainya. h. Faktor evaluasi Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana keberhasilan murid dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dapat dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat istrumen penggali data seperti tes perbuatan, tes tertulis, dan tes lisan. Tujuan evaluasi sendiri untuk: 1) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan. 2) Memungkinkan guru menilai aktifitas atau pengalaman yang didapat dan menilai metode mengajar yang dipergunakan. 4. Hambatan dalam interaksi antara guru dan murid Kendala-kendala lain yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas antara lain adalah: a. Perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi. b. Konflik dan motivasi yang kurang sehat. c. Lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya inovasi yang dihasilkan.

13

d. Keuangan (financial) yang tidak terpenuhi. e. Penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi. f. Kurang adanya hubungan sosial dan publikasi. 8. Masalah-Masalah dalam interaksi antara guru dan murid a. Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh para proses belajar siswa. 1) Faktor Jasmaniah a) Faktor kesehatan Faktor kesehatan ini amatlah penting karena pada hakekatnya faktor ini yang menunjang siswa bersifat aktif dan pasif dalam proses belajar. b) Cacat Tubuh Faktor ini yang akan membuat siswa menjadi tidak percaya diri dan mengalami goncangan pesikologis yang tentunya akan berpengaruh terhadap proses belajar. 2) Faktor Psikologis a) Inteligensi Inteligensi adalah faktor penting yang harus ada pada sisiwa jika faktor ini tidak terpenuhi maka akan menghambat dalam proses belajar. b) Perhatian Perhatian adalah sesuatu yang harus dipenuhi guru terhadap siswa begitupun sebaliknya jika faktor ini di abaikan maka akan terganggunya interaksi belajar. c) Minat Minat merupakan dorongan dari dalam baik disadari ataupun tidak disadari jika faktor inilah yang akan memudahkan interaksi belajar.

14

d) Bakat Bakat adalah kemampuan yang ada secara alami dan perlu dikembangkan. Bakat inilah yang akan memudahkan dalam interaksi belajar. e) Motif Motif adalah dorongan dari dalam yang disadari dan mempunyai tujuan yang jelas. Sehingga motif mempunyai peran penting dalam interaksi belajar. f) Kematangan Kematangan adalah sikap kedewasaan murid, murid yang dewasa akan lebih mudah berinteraksi dengan gurunya. g) Rasa percaya diri siswa Percaya diri adalah hal yang sangat berpengaruh dalam proses belajar, khususnya bagi keaktifan murid. Bila murid aktif, interaksi pun akan lebih banyak. h) Kebiasaan belajar Setiap murid memiliki karakteristik yang berbeda-beda, hal ini akan mempengaruhi dalam proses interaksi, karena berbeda murid, bebeda pula caranya berinteraksi. 3) Faktor Kelelahan Bila saat pembelajaran murid merasa lelah, interaksi pun tidak akan berlangsung efektif, karena itu pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru harus dapat menyesuaikan dengan keadaan murid nya. b. Faktor-Faktor Ekstern Belajar yang berpengaruh pada aktivitas belajar 1) Guru sebagai pembina siswa belajar. 2) Prasarana dan sarana pembelajaran. 3) Kebijakan Penilaian. 4) Kurikulum. 5) Metode Mengajar.

15

F. Interaksi Guru Terhadap Masyarakat Menurut Ahmad R., (1997) Peranan guru dalam masyarakat berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi. Di sekolah guru menjadi pengajar, pembimbing serta teladan bagi murid-muridnya. Kemudian di masyarakat guru merupakan figur

teladan

bagi

masyarakat

di

sekitarnya

yang

memberikan

kontribusi positif dalam norma-norma sosial di masyarakat. Di dalam masyarakat yang sangat menghargai guru, peranan guru sangat sulit kalau tidak diimbangi dengan kecakapan dan kompetensi dalam bidangnya. Ia akan tersisih dengan sendirinya karena persaingan dengan guru-guru yang lebih mumpuni. Apalagi bila ada guru yang tidak mampu memberikan keteladanan untuk muridnya, pasti ia akan tersisih karena banyak masyarakat yang menjadikanya sebagai bahan pembicaraaan yang tidak baik. Masalah ini masih sering kita temui di sekitar kita pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya. Kedudukan guru sebagai seorang teladan dan fungsi tanggung jawab moral di masyarakat menjadi tugas yang begitu berat. Karena baik secara langsung dan tidak langsung guru bertanggung jawab atas generasi bangsa yang dihasilkannya. Perilaku anak bangsa menjadi salah satu tolak ukur bukti pendidikannya. Namun, bukan berarti ini menjadi tanggung jawab para guru sepenuhnya. Keterlibatan keluarga dan masyarakat di sekitarnya pun memiliki andil prilaku tersebut. Pelaksanaan tanggung jawab tentulah diiringi dengan penghargaan yang berlaku. Penghargaan atas peranan guru dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1. Penghargaan sosial Penghargaaan atas jasa guru dalam bersikap sosial kepada anggota masyarakat serta penempatan posisi guru dalam stratifikasi sosial masyarakat yang bersangkutan. Hal ini akan mudah kita temui di masyarakat pedesaan, karena rasa hormat dan santun pada guru sangat ditekankan. 2. Penghargaan ekonomi Penghargaan atas peran guru dalam bidang gaji yang diterimanya.

16

Dari segi perubahan sosial, guru yang baik juga harus mampu melaksanakan tugas profesionalnya sebagai seorang guru. Baik di dalam maupun di luar pembelajaran, sehingga guru bisa disebut sebagai agent of change yang berperan dalam inovator, motivator, maupun fasilitator. Jadi, jelas bahwa guru merupakan peranan aktif dalam seluruh aktifitas masyarakat. Posisi strategis guru di tengah masyarakat idealnya, antara lain: 1. Pendidik Seorang guru bukan hanya mendidik muridnya di sekolah namun seorang guru juga harus memberikan pendidikan umum kepada masyarakat sekitarnya agar apa yang diajarkan kepada siswanya dapat disambut baik dan juga dipahami secara umum oleh masyarakat sekitar. Hal ini penting untuk meningkatkan rasa percaya masyarakat pada kemampuan seorang guru. 2. Penggerak potensi Seorang guru yang dianggap sebagai tokoh penting dalam masyarakat harus menggunakan posisi strategisnya untuk melihat bagaimana potensi yang dimiliki masyarakat sekitarnya. Terlebih jika guru tersebut berada di lingkungan yang minim SDM (Sumber Daya Manusia) terpelajarnya. Karena dengan kemampuan seorang guru melihat potensi masyarakat di sekitarnya, akan menjadi modal penting bagi pendidikan di daerah tersebut karena dapat digunakan sebagai arah tujuan kemana masyarakat ini akan diarahkan. 3. Manager Dianalogikan seperti seorang manager yang mengatur jalannya tahapan-tahapan teknis dalam perencanaan. Begitu pula fungsi guru dalam masyarakat sebagai pengatur arahnya pendidikan baik terhadap peserta didik secara langsung dan masyarakat di sekitarnya secara tidak langsung. Seorang guru harus mampu mengajak masyarakat yang heterogen untuk melakukan fungsi masyarakatnya dalam hidup berbangsa dan bernegara. Karena tidak semua masyarakat tahu bagaimana melaksanakan hak dan kewajibannya. 4. Penengah konflik Masyarakat heterogen yang terdiri dari berbagai macam etnis budaya yang berbeda biasanya akan memiliki tingkat ego yang berbeda-beda.

17

Masalah akan muncul ketika ego bertentangan dan menimbulkan konflik baru. Disinilah peran guru sebagi penengah konflik yaitu mampu mencari solusi dari permasalahan yang ada dengan kepala dingin, mengedepankan akal dan hati dari pada nafsu amarah, mengutamakan pendekatan psikologi persuasif daripada emosional oportunis, hal ini sangat dinantikan demi tercapainya kerukunan warga. 5. Pemimpin kultural Peran-peran

diatas

dengan

sendirinya

menempatkan

seorang

guru sebagai pemimpin yang lahir dan muncul secara alami, bakat, potensi, aktualisasi,

dan

kontribusi

besarnya

dalam

pemberdayaan

potensi

masyarakat. Seorang guru lebih tenang bersama rakyat yang bebas dari kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Interaksi adalah hubungan timbal balik yang terjadi antara guru dan siswa yang sudah direncanakan. Interaksi edukatif merupakan sebuah proses interaksi yang menghimpun sejumlah nilai dan norma yang merupakan subtansi, sebagai media antara guru dan murid dalam rangka mencapai tujuan. Dalam interaksi edukatif terdapat dua kegiatan yaitu kegiatan guru di satu pihak, dan kegiatan murid di pihak lainnya. Guru mengajar dengan gayanya sendiri, dan murid belajar dengan gayanya sendiri. Di sinilah guru perlu memahami gaya-gaya belajar murid. Kesinambungan antara gaya-gaya mengajar guru dan gaya-gaya belajar murid akan membantu guru menciptakan suasan yang kondusif dan efektif. Untuk menciptakan interaksi yang baik dan efektif di antara guru dan murid maka harus ada kerjasama di antara kedua belah pihak.

B. Saran Kami berharap makalah ini akan memberikan sumbangan pada mata kuliah Etika Profesi Kegruan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki makalah ini senantiasa saya harapkan dan nantikan.

19

DAFTAR PUSTAKA

Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti Winaya. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Cet. III; Jakarta: Balai Pustaka. Rusn, Abidin Ibn. 2009. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Cet II; Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jilid I. Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Idris, Muhamad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Cet. I; Yogyakarta: ArRuzz Media. Abi Shalih, Muhibb al-Din Ahmad, et al. 1410. Mudzakkiroh Mu’jizah fi alTarbiyah al- Islamiyyah wa Thuruq Tadris al-‘Ulum al-Diniyyah wa alArabiyyah. Al-Madinah al-Munawwarah: Matabi al-Jami’ah al-Islamiyyah. Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Cet. VII; Bandung: Remaja Rosda Karya. Suprayekti. 2004. Interaksi Belajar Mengajar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Tenaga Kependidikan. Hermianto, dan Winarno. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2008. Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak. Malang: UIN Press. Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers. R, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

20

Related Documents


More Documents from ""