Makalah Epistemologi; Kelompok 2.docx

  • Uploaded by: egi imamtaufiq
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Epistemologi; Kelompok 2.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,064
  • Pages: 10
Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam dipengaruhi oleh para dewa. Karenanya para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti dan kemudian disembah. Dengan filsafat, pola piker yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang tergantung pada rasio. Kejadian alam, seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi berada pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari kebenaran. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk mendapatkan jawaban. Namun setiap jawabanjawaban tersebut juga selalu memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan caracara ilmiah. Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru sebaliknya, semakin menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teoriteori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Karena itu bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa keingintahuannya terhadap dunianya.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah: a) Apakah yang dimaksud dengan Epistemologi? b) Apakah metode untuk mendapatkan pengetahuan? c) Apakah metode yang digunakan dalam analisis metode ilmiah?

C. Tujuan 1. Untuk memahami pengertian Epistemologi, dan

1

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

2. Untuk mengetahui berbagai metode yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan. BAB II PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN EPISTEMOLOGI Secara spesifik epistemologi berhubungan dengan karakter, sumber, batasan, dan validitas pengetahuan. Dari sudut pandang epistemologi, segala sesuatu yang kita klaim kita ketahui, apakah dalam bidang sains, sejarah, maupun fenomena kehidupan sehari-hari akan kecil nilainya jika kita tidak mampu mendukung pengetahuan kita secara argumentatif. Tidak hanya itu, semua konsep - konsep tentang kehidupa manusia, teori - teori tentang alam semesta, bahkan penegasan tentang kejadian sehari-hari, membutuhkan semacam pembenaran rasional (justification).1 Ada beberapa pengertian mengenai epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu. Secara sederhana

epistemologi

juga

disebut

teori

pengetahuan

(theory

of

knowledge;

erkentnistheorie).2 Pengetahuan dalam arti sebuah usaha yang dilakukan secara sadar baik dalam proses atau penarikan kesimpulan mengenai kebenaran suatu hal. Kebenaran dalam kajian ini lebih dari sebuah eksistensi mengingat banyakanya kemungkinan pendapat yang muncul mengenai nilai dari suatu objek dalam filsafat.

Secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam kajian Epistemologi, kajian mengenai kebenaran haruslah haruslah objektif sehingga siapapun akan mendapatkan paham yang sama pada saat memandang sebuah masalah dan solusi dari masalah tersebut. Kajian mengenai relativistik mungkin saja masuk dalam ranah ini namun dalam pandangan ilmu pengetahuan, seluruh pengamat adalah benar hanya saja melihat dari sisi yang berbeda, oleh karean itu ketika sudut pandang dari setiap pengamat disamakan akan muncul sisi yang sama.

Pengertian lain, mengenai epistemologi menyatakan bahwa epistimologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana mendapatkan pengetahuan atau lebih menitikberatkan pada sebuah proses penecarian ilmu: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manusia.

1 2

Zaprulkhan, Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer (Depok: Rajawali Pers, 2015), hlm. 63. Ibid., hlm. 64

2

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

Menurut Musa Asy’arie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan, P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.

Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas diungkapkan Dagobert D.Runes. Dia menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara itu, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemologi sebagai “ilmu yang membahas tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan.

2.2 METODE UNTUK MENDAPATKAN PENGETAHUAN Ada berbagai metode untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, yaitu sebagai berikut: a. Empirisme Empirisme merupakan suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman dalam memperoleh pengetahuan dan mengecilkan peranan akal.3 Dengan kata lain empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis catatan yang kosong (tabula rasa), dan di dalam buku catatan itulah dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, Bapak empirisme Britania, seluruh sisa penngetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta membandingkan ide-ide yang diperoleh dari pengindraan dan refleksi yang pertamatama dan sederhana tersebut.4 Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan, yang secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertama-tama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang faktual.

3

Zaprulkhan, Filsafat Ilmu Sebuah Analisis Kontemporer, op. cit., hlm. 73.

4

https://id.wikipedia.org/wiki/Epistemologi, diakses pada tanggal 31-3-2017.

3

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

b. Rasionalisme Para pemikir yang menekankan bahwa pikiran atau akal adalah faktor yang pokok dalam pengetahuan kita, dinamakan rasionalis. Rasionalisme adalah pandangan bahwa kita mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa akal mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan kebenaran dengan diri sendiri, atau bahwa pengetahuan itu diperoleh dengan membandingkan ide dengan ide. Dengan menekankan kekuatan manusia untuk berpikir dan apa yang diberikan oleh akal kepada pengetahuan, seorang rasionalis, pada hakikatnya, berkata bahwa rasa (sense) itu sendiri tidak dapat memberikan kepada kita suatu pertimbangan yang koheren dan benar-benar universal. Para penganut rasionalisme berpandangan bahwa satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal) seseorang. Perkembangan pengetahuan mulai pesat pada abad ke-18. Orang yang dianggap sebagai bapak rasionalisme adalah Rene Descartez (1596-1650) yang juga dinyatakan sebagai bapak filsafat modern. Semboyannya yang terkenal adalah cogito ergo sum (saya berpikir, jadi saya ada). Berbeda dengan penganut empirisme, karena rasionalisme memandang bahwa metode untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui akal pikiran. Bukan berarti rasionalisme menegasikan nilai pengalaman, melainkan pengalaman dijadikan sejenis perangsang bagi akal pikiran untuk memperoleh suatu pengetahuan.5 Rasionalisme berpendirian bahwa sumber pengetahuan terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang sebagai sejenis perangsang bagi pikiran. Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja. Logika dan matematika adalah hasil dari akal dan bukan dari indera, walaupun begitu keduanya memberi pengetahuan yang dapat diandalkan. Sebagai contoh, pikirkanlah pernyataan “jika jumlah-jumlah yang sama ditambahkan kepada jumlah-jumlah yang sama, maka hasilnya sama juga. Sesuatu benda tidak bisa ada dan tidak ada pada waktu yang sama”. Dengan memikirkan hal tersebut, kita dapat melihat bahwa prnsip-prinsip dan hubunganhubungan itu benar walaupun kita belum mencobanya dalam segala situasi yang memungkinkan. c. Fenomenalisme/Kritisisme Kritisme digulirkan oleh filsuf besar asal Jerman abad ke-18, Immanuel Kant. Kant membuat uraian tentang pengalaman. Barang sesuatu sebagaimana terdapat dalam dirinya 5

http://www.kompasiana.com/jokowinarto/epistemologi_5500cb0fa333111e735121aa, diakses pada tanggal 29 Maret 2017. 4

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

sendiri merangsang alat inderawi kita dan diterima oleh akal kita dalam bentuk-bentuk pengalaman dan disusun secara sistematis dengan jalan penalaran. Karena itu kita tidak pernah mempunyai pengetahuan tentang barang sesuatu seperti keadaannya sendiri, melainkan hanya tentang sesuatu seperti yang menampak kepada kita, artinya, pengetahuan tentang gejala (Phenomenon). Bagi Kant para penganut empirisme benar bila berpendapat bahwa semua pengetahuan didasarkan pada pengalaman-meskipun benar hanya untuk sebagian. Tetapi para penganut rasionalisme juga benar, karena akal memaksakan bentuk-bentuknya sendiri terhadap barang sesuatu serta pengalaman. Selanjutnya, setiap manusia dalam mencandra realitas kehidupan senantiasa memprosesnya melalui sensasi menuju persepsi lalu ke konsepsi sehingga menjadi pengetahuan. Semua proses tersebut berjalan dalam lingkaran waktu dan ruang yang tidak bisa dipisahkan dalam diri manusia yang selalu mengonstruksi realitas eksternal berdasarkan persepsi yang mempunyai kecenderungan atau tujuan tertentu. Katakanlah, ketika jam dinding berdetak cukup keras, Anda tidak mendengarnya, karena Anda sedang asyik bercanda dengan teman Anda, sehingga Anda tidak memerhatikan suara keras jam dinding yang berdetak di atas kepala Anda. Namun, ketika Anda sedang seorang diri di kamar Anda, suara berdetak jam dinding yang sebenarnya lebih lemah justru Anda dengan dengan jelas sekali, sebab Anda memang sedang

berusaha

untuk

mendengar

suara

detakannya.

Disinilah,

kritisisme

atau

fenomenalisme menyingkapkan distingsi yang jelas antara objek dan pengalaman subjek; antara realitas dunia dan penampakan bagi manusia; antara fenomenal world dan the noumenal world. Jadi cukup jelas, alasan bahwa benda-benda tidak bisa kita ketahui secara lengkap karena manusia selalu dipengaruhi cara kerja sensasi dan persepsi yang sudah berada dalam batasan ruang dan waktu. Berpijak pada argumentasi di atas, bagi kritisisme terdapat kerja sama (korelasi) antar realitas empiris dan proses penalaran dalam menginstruksi pengetahuan. Bentuk pengetahuan yang kita konsepsikan sudah merupakan sintesis antara realitas yang menampakkan sebagai objek kepada subjek dan proses persepsi sang subjek yang bermukim dalam ranah ruang dan waktu. Dengan alasan inilah, kritisisme mengkritik paham emprisme yang mmutlakkan pengalaman empiris dan paham rasionalisme yang memutlakkan fakultas rasio. Sebab pengetahuan sebenarnya merupakan sintesis antara kerja nalar dan realitas empiris. Tepat pada titik ini pula, kritisisme dianggap cukup berhasil dalam mendamaikan metode empirisme dengan rasionalisme. d. Intusionisme Intuisionisme merupakan paham yang menekankan tidak terperantaranya pengetahuan atau bukti-bukti dari karakter ide-ide tertentu. Dalam metode untuk memperoleh pengetahuan, intuisionisme mengajarkan bahwa tidak ada pemisahan antara knower (yang mengetahui) dengan yang diktahui. Secara tidak langsung, sebenarnya intuisionisme

5

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

merupakan kelanjutan atau metode yang bisa melengkapi kekurangan metode kritisisme dalam mecandra realitas. Kritisisme mengatakan bahwa dalam menyibak realitas, kita hanya bisa mengetahui penampakan dari realitas tersebut, bukan realitas tersebut secara hakiki. Intuisionisme justru mengklaim bahwa realitas dunia secara hakiki bisa dipahami melalui intuisi. Menurut Louis O. Kattfoff terdapat perbedaan antara dua pengetahuan yaitu pengetahuan mengenai (knowledge about) dan pengetahuan tentana (knowledge of). Pengetahuan mengenai dinamakan dengan pengetahuan diskursif atau pengetahuan simbolis, dan pengetahuan ini ada perantaranya. Sementara pengetahuan tentang disebut pengetahuan yang langsung atau pengetahuan intuitif dan pengetahuan tersebut diperoleh secara langsung tanpa perantara. Menurut Henry Bergson, filsuf Perancis modern, sebagai pencetus aliran intuisionisme modern berpegang pada perdebatan tersebut. Pengetahuan diskursif tergantung kepada pemikiran dari suatu sudut pandang atau suatu kerangka acuan, dan pelukisan kejadian yang berhubungan dengan sudut pandang serta kerangka acuan tersebut. Maka, menurut Bergson, intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari pengetahuan intuitif. Salah satu di antara unsur-unsur yang berharga dalam intuisionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati oleh indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif. Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkari nilai pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan yang disimpulkan darinya. Intusionisme - setidak-tidaknya dalam beberapa bentuk - hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang lengkap di peroleh melalui intuisi, sebagai lawan dari pengetahuan yang nisbi - yang meliputi sebagian saja - yang diberikan oleh analisis. Ada yang berpendirian bahwa apa yang diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka, sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita keadaanya yang senyatanya. e. Metode Ilmiah Metode ilmiah lazimnya digunakan dalam bidang pengetahuan alam atau sains. Metode ilmiah berupaya menggabungkan antara pengalaman empiris (observasi) dan akal dalam memperoleh pengetahuan atau menyelesaikan persoalan-persoalan yang tengah

6

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

dihadapi oleh ilmuan (saintis). Secara sederhana, sains merupakan pengetahuan yang rasional dan dibuktikan dengan bukti empiris. Namun, gejala yang paling menonjol dalam wacana sains ialah adanya bukti empiris. Formula utama dalam sains adalah a) buktikan bahwa itu rasional dan b) tunjukan bukti empirisnya. Dari sudut ini dapat pula diketahui bahwa objek penelitian pengetahuan sains hanyalah objek yang empiris sebab ia harus menghasilkan bukti empiris. Dalam bentuknya yang sudah baku, pengetahuan sains itu mempunyai paradigm dan metode tertentu. Paradigmanya disebut paradigm sains (scientific paradigm) dan metodenya disebut metode ilmiah (scientific method). Menurut Harold H. Titus, metode ilmiah dalam memperoleh pengetahuan harus melalui enam langkah sebagai berikut : 1. Definisi yang jelas tentang suatu masalah atau problema 2. Data permasalahan yang relevan dan tersedia harus dikumpulkan. 3. Data permasalahan harus diklasifikasi; diberi nomor, dianalisis, dan dikelompokkan 4. Hipotesis sementara harus dibentuk atau diformulasikan 5. Deduksi dapat ditarik dari hipotesis untuk membentuk inferensi (kesimpulan) 6. Verifikasi dengan melakukan dengan pengamatan, eksperimen atau mengecek konsistensi hipotesis dengan fakta-fakta yang ada sangkut pautnya dan dianggap benar. Jika seuatu hipotesis terpaksa disingkirkan karena tidak benar, maka kita memilih hipotesis lain kemudian melakukan langkah-langkah seperti pada hipotesis pertama. 1. MACAM – MACAM METODE ILMIAH 1.1 Metode Induktif Metoda induktif merupakan metoda ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kualitatif. Metoda ini memiliki dua macam tahapan : tahapan penelitian secara umum dan secara siklikal. Induksi dapat juga diartikan sebagai suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Dalam metode induksi, setelah pengetahuan diperoleh, makan akan dilakukan generalisasi seperti ilmu mengajarkan kita jika suatu logam dipanasi, ia mengembang, bertolak dari teori ini kita akan tahu bahwa logam lain jika dipanasi akan mengembang. Metoda induktif merupakan metoda yang diterapkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dimulai dengan pengamatan dan diakhiri dengan penemuan teori. a) Tahapan penelitian secara umum Tahapan penelitian secara umum secara garis besar terdiri dari tiga tahap utama, yaitu (1) tahap pralapangan, (2) tahap pekerjaan lapangan, dan (3) tahap analisis data. Masingmasing tahap tersebut terdiri dari beberapa langkah.

7

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

b) Tahapan penelitian secara siklikal Menurut Spradley, tahap penelitian kualitatif, khususnya dalam etnografi merupakan proses yang berbentuk lingkaran yang lebih dikenal dengan proses penelitian siklikal, yang terdiri dari langkah-langkah (1) pengamatan deskriptif, (2) analisis demein, (3) pengamatan terfokus, (4) analisis taksonomi, (5) pengamatan terpilih, (6) analisis komponen, dan (7) analisis tema. 1.2 Metode Deduktif Menurut Johnson, metode deduktif terdiri tiga langkah utama, yaitu : first, state the hypothesis (based on theory or research literature); nex, collect data to test hypothesis; finally, make decision to accept or reject the hypothesis. Sedangkan tahapan utama metoda induktif menurut Johnson adalah : first, observe the world; next, search for a pattern in what is observed; and finally, make a generalization about what is occuring. Kedua metoda tersebut selanjutnya oleh Johnson divisualisasikan sebagai berikut. Metoda deduktif merupakan metoda ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif. Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya. Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik (1996 : 6) menyatakan bahwa pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan :a) kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; b) menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; dan c) melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran pernyataannya secara faktual. Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan proses logico-hypothetico-verifikatifn ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut a) Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batasbatasnya serta dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya. b) Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan. c) Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan. d) Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta- fakta yang relevan dengan hipotesis, yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak. e) Penarikan kesimpulan yang merupakan penilaian apakah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.

8

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

BAB III KESIMPULAN

Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka perlu disimpulkan beberapa hal : Ilmu pengetahuan adalah ilmu yang mencoba menjawab segala permasalahan atau gejalagejala alam dan lingkungan atau masyarakat dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Ilmu pengetahuan bersifat relatif, artinya ilmu pengetahuan itu tidak kaku sehingga ia akan terus berkembang seiring dengan kerja dan usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan kebenaran dan pemanfaatan hidup yang lebih berarti. Juga teori-teori yang telah dibangun oleh para ilmuwan tidak akan bertahan sepanjang masa. Ia akan dibantah oleh teoriteori baru yang lebih mendekati kepada kebenaran dan efesiensi kerja ilmiah. Rasionalisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendirian bahwa sumber pengetahuan yang mencukupi dan dapat dipercaya adalah akal. Rasionalisme tidak mengingkari peran pengalaman, tetapi pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal atau sebagai pendukung bagi pengetahuan yang telah ditemukan oleh akal. Akal dapat menurunkan kebenaran-kebenaran dari dirinya sendiri melalui metode deduktif. Rasionalisme menonjolkan “diri” yang metafisik, ketika Descartes meragukan “aku” yang empiris, ragunya adalah ragu metafisik. Empirisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang berpendapat bahwa empiri atau pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukanlah sumber pengetahuan, akan tetapi akal berfungsi mengolah data-data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang digunakan adalah metode induktif. Jika rasionalisme menonjolkan “aku” yang metafisik, maka empirisme menonjolkan “aku” yang empiris. Metoda deduktif merupakan metoda ilmiah yang diterapkan dalam penelitian kuantitatif. Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima kebenarannya dijadikan acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya. Sedangkan metoda induktif merupakan metoda yang diterapkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dimulai dengan pengamatan dan diakhiri dengan penemuan teori.

9

Filsafat Ilmu Makalah Kelompok 2; Epistemologi

10

Related Documents


More Documents from "Sabil Bile"