1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemiologi sebagai salah satu disiplin ilmu kesehatan yang relatif masih baru bila dibandingkan dengan beberapa disiplin ilmu lain, pada saat ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Epidemiologi terbagi atas dua kelompok yaitu, kelompok epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik, dalam makalah ini akan dibahas tentang epidemiologi analitik. Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi analitik merupakan fase kedua dari fase pendekatan epidemiologi karena pada fase ini dicoba untuk menganalisis penyebab penyakit dengan cara menguji hipotesis untuk menjawab pertanyaan seperti bagaimana timbulnya dan berlanjutnya penyakit. Unit analisis dari studi epidemiologi adalah sekelompok masyarakat yang bertempat tinggal sama di suatu daerah batas negara, propinsi, kabupaten, kotamadya, kecamatan, desa, serta tempat lainnya dan merupakan ilmu yang mempelajari h-ubungan antara masalah-masalah kesehatan dengan distribusi dan frekuensi penyakit yang menimpa masyarakat yang disebut sebagai epidemiologi analitik.Epidemiologi analitik sering digunakan atau dipakai pada penelitian kesehatan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan antara faktor risiko dan masalah-masalah kesehatan yang terjadi di dalam masyarakat(Chandra, 2009).
2
1.2 Tujuan 1) Menjelaskan definisi epidemiologi analitik. 2) Menjelaskan jenis disain epidemiologi analitik. 3) Menjelaskan
kualitas
epidemiologi analitik.
data
dan
hubungan
sebab
akibat
dalam
3
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Epidemiologi Analitik Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan (Lapau, 2009). Epidemiologi analitik di samping meliputi pemahaman terhadap dasar-dasar epidemiologi deskriptif juga mempunyai pembidangan yang lebih khusus. Kekhususannya tersebut menekankan pada aspek analisis yaitu mengkhususkan diri pada analisis hubungan antara fenomena kesehatan dengan berbagai variabel lain (Riyadi dan Wijayanti, 2011). Epidemiologi analitik dilakukan untuk mengidentifikasi dan menguji hipotesa tentang hubungan antara faktor penyebab yang diduga dan hasil (penyakit) tertentu yang muncul. Dalam pembuatan hipotesa umumnya diarahkan pada apakah suatu faktor pemaparan tertentu dapat menyebabkan suatu keadaan (penyakit) tententu. Yang termasuk dalam faktor pemaparan seperti sifat, perilaku, faktor lingkungan atau karakteristik lain yang mungkin menjadi penyebab penyakit. Epidemiologi analitik ini ditujukan untuk menentukan kekuatan, kepentingan dan makna statistik dari hubungan epidemiologi antara pemapar dan akibat yang ditimbulkan (Ferasyi, 2008). Jadi, secara umum epidemiologi analitik adalah penelitian epidemiologi yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor risiko dan penyebab penyakit serta membandingkan risiko terkena penyakit antara kelompok terpapar dan tak terpapar.
4
2.2 Jenis Disain Epidemiologi Analitik Epidemiologi analitik terdiri dari: (1) Studi observasi (case control, cohort, cross sectional), (2) Eksperimen/intervensi (eksperimen kuasi, eksperimen murni) (Rajab, 2009). Sedangkan menurut Lapau (2009) dan Bustan (2006), kelompok jenis disain epidemiologi analitik dapat dibagi menjadi dua subkelompok, yaitu: 1. Studi Observasional, yang terbagi atas: a. Studi Potong Lintang (cross sectional) b. Studi Kasus Kontrol (Case-control) c. Studi Kohort (Follow-up) 2. Studi Eksperimental, yang terbagi atas: a. Studi sebelum dan sesudah eksperimen dengan kontrol b. Trial klinik yang dirandomisasi c. Trial komunitas yang dirandomisasi Menurut Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitupre-experimental
design,
true
experimental
design,
dan quasy
experimental design. 1) Studi Observasional a. Studi Potong Lintang (cross sectional) Menurut Nugrahaeni (2011), Studi potong lintang (cross sectional) untuk penelitian analitik adalah studi yang mempelajari hubungan faktor risiko (paparan) dan efek (penyakit/masalah kesehatan) dengan cara mengamati faktor risiko dan efek secara serentak pada banyak individu dari suatu populasi pada satu saat.
5
Misalnya, penelitian mengenai perbedaan pemberian ASI Eksklusif pada berbagai tingkat pendidikan ibu, penelitian mengenai beda proporsi hiperlipidemia pada pria dan wanita, dan penelitian mengenai hubungan berbagai faktor risiko dalam menyebabkan terjadinya penyakit tertentu. Adapun skema studi potong lintang adalah sebagai berikut.
Penelitian cross sectional ini sering disebut juga penelitian tranversal, dan sering digunakan dalam penelitian-penelitian epidemiologi. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian yang lain, metode penelitian ini merupakan yang paling lemah karena penelitian ini paling mudah dilakukan dan sangat sederhana (Notoadmodjo, 2005). Penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional dapat dilakukan di rumah sakit atau dilapangan. Penelitian klinis yang dilakukan di rumah sakit banyak menggunakan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mencari adanya hubungan antara pajanan terhadap faktor risiko dan timbulnya
6
penyakit sebagai akibat pajanan tersebut. Hal ini dilakukan karena penelitian dengan pendekatan cross sectional untuk tujuan analitis akan lebih cepat, lebih praktis dan efesien serta data yang telah ada dapat dimanfaatkan walaupun terdapat beberapa kelemahan karena pengamatan sebab dan akibat dilakukan pada saat yang bersamaan, tanpa urutan waktu yang lazim, yaitu sebab mendahului akibat, yang merupakan salah satu syarat penting dalam menentukan hubungan sebab akibat (Hasmi, 2012). Menurut Budiarto dan Anggraeni (2002), penelitiancross sectional memiliki ciri-ciri dan langkah-langkah dalam melakukan penelitiannya. Ciri-ciri dari penelitian cross sectional tersebut sebagai berikut: a) Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan prevalensi penyakit tertentu. b) Pada penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding. c) Hubungan sebab-akibat hanya merupakan perkiraan saja. d) Penelitian ini dapat menghasilkan hipotesis. e) Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis. Langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian cross sectional sebagai berikut : 1) Identifikasi dan perumusan masalah. 2) Menentukan tujuan penelitian. 3) Menentukan lokasi dan populasi studi. 4) Menentukan cara dan besar sampel.
7
5) Memberikan definisi operasional. 6) Menentukan variabel yang akan diukur. 7) Menyusun instrumen pengumpulan data. 8) Rencana analisis. Bustan (2006) menjelaskan kelebihan dan kekurangan pada studi potong lintang (cross sectional), yaitu: 1. Kelebihan studi potong lintang: a) Cepat, dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan atau interview. b) Murah, bahkan dapat termurah dibandingkan dengan penelitian lainnya. c) Berguna untuk informasi bagi perencanaan misalnya untuk menentukan lokasi rumah sakit, penganggaran obat, dan peralatan medis, dan jenis jenis pelayanan yang diperlukan. d) Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variabel yang ada. 2. Kelemahan studi potong lintang: a) Umumnya hanya menemukan kasus yang selamat. Tidak dapat menemukan mereka yang mati karna penyakit yang diteliti. b) Sulit dilakukan terhadap penyakit atau masalah yang jarang dalam masyarakat. c) Sulit dipakai untuk penyakit yang akut, pendek masa inkubasi dan masa akhirnya.
8
b. Studi Kasus Kontrol (Case- control) 1) Pengertian Kasus Kontrol Studi kasus kontrol merupakan studi penelitian yang dimana peneliti akan melakukan observasi atau pengukuran terhadap variabel bebas dan tergantung tidak dalam satu waktu. Penelitian ini merupakan penelitian observasional karena peneliti tidak memberi perlakuan kepada subjek penelitian (Ningtyas,2015). Kasus kontrol dapat digunakan untuk mempelajari penyakit yang jarang karena kasus-kasus dikumpulkan secara retrospektif dari data suatu kelompok pada rumah sakit yang besar dan dibandingkan dengan kontrol yang bebas penyakit (Richard, dkk,
2008).
Tujuan
studi
kasus
kontrol
yaitu
untuk
mengembangkan hipotesis atau membuktikan hipotesis secara terbatas tentang hubungan variabel dependen dan variabel independen serta menyelidiki faktor-faktor yang mungkin menghasilkan
informasi
dalam
rangka
mencegah
atau
mengobati penyakit atau masalah tertentu. Dalam studi kasus kontrol, kelompok yang dipilih adalah Kelompok Kasus dan Kelompok Kontrol (Lapau, 2009). Yang dimaksud dengan kelompok kasus adalah subjek yang didiagnosis menderita penyakit. Kelompok kontrol adalah subjek yang tidak menderita suatu penyakit yang diambil secara acak dari populasi yang sama dengan populasi asal kasus (Tamza, 2013).
9
Sedangkan menurut Budiarto dan Anggraeni (2002), kelompok kasus atau kelompok penderita ialah kelompok individu yang menderita penyakit yang akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subjek studi. Hal ini penting dijelaskan karena tidak semua orang yang memenuhi kriteria penyakit yang akan diteliti bersedia mengikuti penelitian dan tidak semua penderita memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kelompok kontrol ialah kelompok individu yang sehat atau tidak menderita penyakit yang akan diteliti, tetapi mempunyai peluang yang sama dengan kelompok kasus untuk terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai penyebab timbulnya penyakit dan bersedia menjadi subjek studi. Secara skematis stuktur penelitian kasus-kontrol dapat di gambarkan sebagai berikut:
10
Penjelasan untuk gambar tersebut adalah pada keadaaan awal, peneliti mengkategorikan kelompok penderita sebagai kasus dan kelompok bukan penderita sebagai kontrol kemudian kedua kelompok ditelusuri pengalaman terpajan oleh faktor resiko pada masa lalu. Pada sebagian kelompok kasus akan terpajan oleh faktor resiko dan sebagian lagi tidak terpajan, demikian pula halnya dengan kelompok kontrol. Perbedaan pengalaman terpajan oleh faktor risiko pada kedua kelompok dibandingkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara penyakit yang diteliti dengan faktor risiko yang diduga sebagai penyebab (Budiarto, 2004). 2) Ciri-ciri Kasus Kontrol Ciri- ciri case control adalah bersifat observasional, diawali dengan kelompok penderita dan bukan penderita, terdapat kelompok kontrol, kelompok kontrol harus memiliki risiko terpajan oleh faktor risiko yang sama dengan kelompok kasus, membandingkan besarnya pengalaman terpajan oleh faktor antara kelompok kasus dan kelompok kontrol, tidak mengukur insidensi (Budiarto dan Anggraeni, 2002). Langkah-langkah dalam melakukan penelitian dengan menggunakan case control adalah: a. Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor risiko atau efek). b. Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel).
11
c. Identifikasi kasus. d. Pemilihan subjek sebagai kontrol. e. Melakukan pengukuran “retrospektif” (melihat ke belakang) untuk melihat faktor risiko. f. Melakukan analisis dengan membandingkan proporsi antara variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel objek control(Abidin, 2012). Contoh kasus yaitu pada penelitian kasus kontrol Avian Influenza pada unggas di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, kajian kasus-kontrol dilakukan pada dusun sebagai unit kajian.Sebagai kasus adalah dusun yang pernah dilaporkan atau sedang mengalami kasus AI, dan kontrol merupakan dusun yang dilaporkan belum pernah mengalami, tetapi dekat dengan dusun kasus.Besarnya sampel kajian kasus kontrol dihitung menggunakan rumus menyidik penyebab penyakit maka didapat masing-masing 109 dusun kasus dan 109 dusun kontrol. Untuk komparabilitas kedua kelompok dilakukan berdasarkan faktor resiko penyebab AI yang diteliti meliputi tanggal pengambilan sampel, kabupaten, kecamatan, tipe pertenakan, asal DOC, status vaksinasi (pernah atau belum, jenis atau produk vaksin, jumlah vaksinasi), identifikasi atau tindakan pasca vaksinasi, sumber pakan, manajemen umum seperti lokasi kandang, sistem pemeliharaan, masa istirahat kandang, cara pencucian kandang, sumber air, biosekuriti seperti sanitasi
12
personal, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan. Data dianalisis dengan Chi Square (x2) dan Odds Ratio(OR)(Widiasih, 2006). Metode penelitian kasus-kontrol sangat sesuai untuk penelitian penyakit yang sangat jarang terjadi atau penyakit dengan fase laten yang panjang, misalnya hubungan antara rokok dan karsinoma paru-paru atau hubungan kontrasepsi oral dan karsinoma payudara, pelaksanaan penelitian kasus-kontrol relatif lebih cepat dibandingkan dengan penelitian kohort karena penelitian diawali dengan kelompok penderita tanpa harus menunggu insidensi seperti pada penelitian kohort, biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan penelitian kasus-kontrol relatif lebih kecil dibandingkan dengan penelitian kohort, metode penelitian kasus-kontrol tidak dipengaruhi faktor etis seperti pada penelitian eksperimen karena pada penelitian kasuskontrol, intervensi tidak dilakukan oleh peneliti, data yang ada dapat dimanfaatkan terutama bila penelitian dilakukan dengan berbasis rumah sakit, dan dapat digunakan sebagai penelitian pendahuluan
terhadap
penyakit
yang
belum
diketahui
penyebabnya (Budiarto, 2004). 3) Kekurangan dan Kelebihan Kasus Kontrol Kelebihan : a) Cocok untuk mempelajari penyakit yang jarang ditemukan b) Hasil cepat, ekonomis c) Subjek penelitian bisa lebih sedikit
13
d) Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin berhubungan dengan penyakit e) Kesimpulan korelasi kurang baik, karena ada pembatasan dan pengendalian faktor risiko f) Tidak menghadapi kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau cohort g) Tidak memerlukan waktu lama (lebih ekonomis) Kekurangan : a) Pengukuran variable yang retrospektif, objektifitas dan reliabilitasnya kurang karena subjek penelitian harus mengingat kembali factor-faktor risikonya, b) Tidak dapat diketahui efek variable luar karena secara teknis tidak dapat dikendalikan Kadang-kadang sulit memilih control yang benar-benar sesuai dengan kelompok kasus karena banyaknya factor resiko yang harus dikendalikan c. Studi Kohort (Follow up) 1) Pengertian Kohort Rancangan penelitian kohort adalah sebuah rancangan penelitian
dimana
peneliti
mengelompokkan
atau
mengklasifikasikan kelompok terpapar dan tidak terpapar, kemudian diamati sampai waktu tertentu untuk melihat ada tidak efek atau penyakit yang timbul.
14
Dalam studi ini sekelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab penyakit (agent). Kemudian, diambil sekelompok orang lain yang mempunyai ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaparkan atau dikenakan pada penyebab penyakit. Kelompok kedua ini disebut kelompok kontrol.Setelah beberapa saat yang telah ditentukan kedua kelompok tersebut dibandingkan, dicari perbedaannya antara
kedua
kelompok
tersebut
bermakna
atau
tidak
bebas
dari
(Notoadmodjo, 2005). Pada
awal
subjek
penelitian
harus
penyakit/masalah kesehatan, dari hasil pengamatan setelah rentang waktu yang ditentukan, dianalisis dengan teknik tertentu sehingga dapat disimpulkan apakah ada hubungan paparan dengan penyakit atau efek yang terjadi.
15
Rancangan penelitian kohort dibedakan menjadi kohort prospektif dan kohort retrosfektif : a) Kohort Prospektif : Rancangan penelitian kohort prospektif apa bila paparan atau faktor risiko diukur pada wal penelitian, kemudian di follow up untuk mengetahui efek dari paparan dimasa datang. Lamanya follow up berdasarkan perkiraan lamanya efek akan terjadi. Biasanya penelitian ini dilakukan bertahun-tahun. b) Kohort Retrosfektif : Pada rancangan penelitian kohort retrospektif faktor risiko dan efek/penyakit sudah terjadi dimasa lampau sebelum dilakukan penelitian. Dengan demikian, variabel-variabel tersebut. 2) Langkah-Langkah Penelitian Kohort Merumuskan pertanyaan penelitian dan hipotesis a) Langkah pertama yang harus dilakukan oleh peneliti, adalah merumuskan
masalah
atau
pertanyaan
penelitian,
menentukan apa yang menjadi variabel dalam penelitian, baik variabel dependen, maupun variabel independen, dan yang selanjutnya peneliti akan merumuskan hipotesa penelitian. b) Menentukan kelompok terpapar dan tidak terpapar Pada studi kohort, harus diperhatikan mengenai penentuan kelompok yang akan mendapat paparan dengan kelompok yang tidak akan mendapat paparan. Pemilihan kelompok
16
terpapar yang berasal dari populasi umum memungkinkan peneliti mendapatkan informasi yang lengkap dan akurat dari subjek penelitian. Populasi umum merupakan pilihan yang tepat pada beberapa keadaan, seperti: Prevalensi paparan pada populasi cukup tinggi Batas geografik jelas, dan secara demografik stabil Ketersediaan catatan demografi yang lengkap dan up to date Selain populasi umum, kita dapat menggunakan populasi khusus. Populasi khusus merupakan alternatif pada keadaan apabila prevalensi paparan dan kejadian penyakit pada populasi umum rendah, dan adanya kemudahan untuk memperoleh informasi yang akurat. Kelompok tidak terpapar atau kelompok kontrol dalam penelitian kohort adalah kumpulan subjek yang tidak mengalami pemaparan, atau pemaparannya berbeda dengan kelompok target. Penentuan kelompok tidak terpapar dapat dipilih dari populasi yang sama dengan populasi kelompok terpapar, dan dapat dipilih dari populasi yang bukan asal kelompok terpapar, tetapi harus dipastikan kedua populasi harus sama dalam hal faktor faktor yang merancukan penilaian hubungan antara paparan dan penyakit yang sedang diteliti.
17
Kelemahan dalam menggunakan populasi umum adalah derajat kesehatan berbeda, data kependudukan, kesehatan, dan catatan medik pada populasi umum tidak seakurat pada populasi khusus. c) Menentukan Sampel Langkah selanjutnya dalam studi kohort adalah menetapkan besarnya sampel yang akan digunakan dalam penelitian. a. Pengambilan data dan pencatatan Kedua kelompok yang telah ditetapkan, yaitu kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar, kemudian diikuti selama jangka waktu tertentu sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan pencatatan semua keterangan yang telah diperoleh sesuai tujuan penelitian. b. Pengolahan dan analisi data hasil penelitian Semua data yang telah diperoleh, meliputi data kejadian penyakit yang dialami oleh kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar, dilakukan pengolahan data agar dapat ditangani dengan mudah, meliputi kegiatan editing, coding, processing, dan cleaning. Selanjutnya data yang diperoleh disajikan dalam tabel.
18
3) Ciri-Ciri Penelitian Kohort Pemilihan subyek berdasarkan status paparannya, kemudian dilakukan
pengamatan
dan
pencatatan
apakah
subyek
mengalami outcome yang diamati atau tidak. Bisa bersifat retrospektif atau prospektif . 4) Karakteristik Penelitian Kohort Bersifat observasional Pengamatan dilakukan dari sebab ke akibat Disebut sebagai studi insidens Terdapat kelompok control Terdapat hipotesis spesifik Dapat bersifat prospektif ataupun retrospektif Untuk kohor retrospektif, sumber datanya menggunakan data sekunder 5) Kelebihan Dan Kekurangan Dari Penelitian Kohort Kelebihan : a) Kesesuaian dengan logika normal dalam membuat inferensi kausal b) Dapat menghitung laju insidensi c) Untuk meneliti paparan langkah d) Dapat mempelajari beberapa akibat dari suatu paparan
19
Kekurangan : a.
Lebih mahal dan butuh waktu lama
b.
Pada kohort retrospektif, butuh data sekunder yang lengkap dan handal
c.
Tidak efisien dan tidak praktis untuk kasus penyakit langka
d.
Risiko untuk hilangnya subyek selama penelitian, karena migrasi, partisipasi rendah atau meninggal
e.
rawan terhadap bias
2) Studi Eksperimental 1)
Pengertian Studi Eksperimental Eksperimen merupakan suatu penelitian yang menjawab pertanyaan “jika kita melakukan sesuatu pada kondisi yang dikontrol secara ketat maka apakah yang akan terjadi?”. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang di kontrol secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment) pada kondisi tersebut dan hal inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Sehingga penelitian eksperimen dapat dikatakan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2011). Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk mengukur efek dari suatu intervensi terhadap hasil tertentu yang diprediksi sebelumnya.Desain
ini
merupakan
metode
utama
untuk
menginvestigasi terapi baru.Misal, efek dari obat X dan obat Y
20
terhadap kesembuhan penyakit Z atau efektivitas suatu program kesehatan terhadap peningkatan kesehatan masyarakat. Beberapa contoh penelitian dengan desain eksperimental, seperti mengukur efektivitas penggunaan antibiotik terhadap perawatan wanita dengan gejala infeksi saluran urin dengan hasil tes urin negatif / negative urine dipstict testing dan efektivitas program MEND (Mind, Exercise, Nutrition, Do it) terhadap tingkat obesitas pada anak (Bonita, 2006). Menurut Sugiyono (2011) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitupre-experimental design, true experimental design, dan quasy experimental design. a. Pre-experimental design Desain ini dikatakan sebagai Pre-experimental design karena belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh.Masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Bentuk Pre-experimental design dibagi beberapa macam antara lain: a) One-Shoot Case Study Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai ilmiah suatu desain penelitian. Adapun bagan dari one-shot case study adalah sebagai berikut:
21
X
O
Perlakuan terhadap variabel Pengamatan
atau
independen (Treatment of pengukuran
terhadap
independent variable)
variabel
dependen
(Observation
or
measurement of dependent variable)
Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang diberi perlakuan, dan selanjutnya
diobservasi
hasilnya.
Contoh:
Pengaruh
penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O). b) The one group pretest-posttest design Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-posttest design, terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan. Bentuk bagan desain tersebut adalah sebagai berikut. O1
X
O2
Pretest
Treatment
Posttest
22
c) The static-group comparison Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih secara acak. b. True experimental design Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti
dapat
mengontrol
semua
variabel
luar
yang
mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true experiments menurut
Suryabrata
(2011)
adalah
untuk
menyelidiki
kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalamtrue experiments pasti ada kelompok kontrol dan pengambilan sampel secara random. Design ini terbagi atas:
23
a) Pretest-posttes control group design Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk mengetahui perbedaan keadaan awal antara group eksperimen dan group kontrol.Hasil pretest yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak berbeda secara signifikan. b) Posttest-only control group design Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masingmasing dipilih secara random (R). Grup pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak. Kelompok yang diberi perlakuan disebut kelompok eksperimen dan kelompok yang tidak diberi perlakuan disebut kelompok kontrol. c. Quasi experimental design Quasi experiments disebut juga dengan eksperimen purapura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
variabel
kontrol
sepenuhnya
untuk
mengontrol
tetapi
tidak
variabel
digunakan luar
yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya.Dalam eksperimen ini, jika menggunakan
24
random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol (Fatoni, 2013). Tujuan penelitian experiment semu adalah untuk menjelaskan hubungan-hubungan, megklarifikasi penyebab terjadinya suatu peristiwa, atau keduanya.Desain penelitian quasi eksperimen sering digunakan pada penelitian lapangan (Riyanto, 2011). 2)
Kelebihan dan kekurangan Studi Eksperimental Kelebihan o Memungkinkan
untuk
dilakukan
randomisasi
dan
melakukanpenilaian penelitian dengan double blind. o Dengan teknik randomisasi, peneliti bisa mengalokasikan sampel
penelitian
kedalam
dua
atau
lebih
kelompok
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan peneliti lalu diikuti ke depan. o Bisa meminimalisir faktor perancu yang dapat menyebabkan bias dalam hasil penelitian. Kekurangan o Berkaitan dengan masalah etika, waktu pengorganisasian penelitian (Najmah, 2015).
dan masalah
25
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Epidemiologi analitik adalah ilmu yang mempelajari determinan yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan distribusi penyakit atau masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Epidemiologi analitik di samping meliputi pemahaman terhadap dasar-dasar epidemiologi deskriptif juga mempunyai
pembidangan
yang
lebih
khusus.
Kekhususannya
tersebut
menekankan pada aspek analisis yaitu mengkhususkan diri pada analisis hubungan
antara
fenomena
kesehatan
dengan
berbagai
variabel
lain.
Epidemiologi analitik ini ditujukan untuk menentukan kekuatan, kepentingan dan makna statistik dari hubungan epidemiologi antara pemapar dan akibat yang ditimbulkan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Abidin,Zainal. 2012. “Macam-Macam Penelitian”, skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas HasanuddinMakasssar. Budiarto, Eko., dan Anggraeni, Dewi. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : EGC. Budiarto, Eko. 2004. Metode Penelitian Kedokteran Sebuah Pengantar. Jakarta: EGC. Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : PT RINEKA CIPTA. Chandra, Budiman. 2009. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Fatoni, Fanny. 2013. Experimental Researce. Palembang: Universitas Sriwijaya. Ferasyi, T. R. 2008. Epidemiologi Dan Ekonomi Veteriner. Banda Aceh : Syiah Kuala University Press. Hasmi. 2012. Metodologi Penelitian Epidemiologi. Jakarta : CV. Trans Info Media. Lapau,
Buchari.2009. Prinsip Balai Penerbit FKUI.
dan
Metode
Epidemiologi.
Jakarta:
Ningtyas, Dwi Wahyu dan Wibowo, Arief. 2015. Pengaruh Kualitas Vaksin Campak Terhadap Kejadian Campak di Kabupaten Pasuruan. Jurnal Berkala Epidemiologi. 3 (3) : 315-326. Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nugrahaeni, D.K. 2011. Konsep Dasar Epidemiologi. Jakarta : EGC. Rajab, Wahyudin. 2009. Buku Ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Rothman KJ. 2002. Epidemiology, An Introduction. New York: Oxford University Pres. p.57-93.