Makalah Endodontik.docx

  • Uploaded by: Khaleda Shafira
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Endodontik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,792
  • Pages: 36
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerusakan jaringan keras gigi akibat karies, apabila dibiarkan terlalu lama tanpa perawatan lama kelamaan akan mengakibatkan bakteri akan berinvasi pada jaringan pulpa yang mengakibatkan kematian pulpa (nekrosis), penyebaran infeksi dapat berlanjut ke jaringan periapikal yang berakibat timbulnya abses periapikal (Rakhma, 2011). Perawatan gigi dengan pulpa mengalami kerusakan atau kematian adalah perawatan saluran akar bertujuan untuk membersihkan rongga pulpa dari jaringan pulpa yang terinfeksi kemudian membentuk dan mempersiapkan saluran akar tersebut agar dapat menerima bahan pengisi yang menutup seluruh system saluran akar. (Harty,2017) Perawatan Saluran Akar merupakan terapi yang tepat untuk mempertahankan gigi di era modern ini. Seperti yang diketahui, perawatan saluran akar merupakan perawatan yang memerlukan aspek khusus dan kemampuan teknis dalam merestorasi gigi akibat trauma atau komplikasi dari karies gigi. Patologi karies gigi menunjukkan secara lambat laun kematian pulpa dan muncul abses periapikal. Hal ini lah yang membedakan prosedur perawatan dan keberhasilannya dari kebutuhan perawatan saluran akar. Oleh karena itu, penegakkan status pulpa penting untuk diketahui sebelum melakukan perawatan saluran akar (Yusrini, 2017). Perawatan saluran akar pada pulpa gigi yang masih vital atau pulpitis ireversibel, tidak memerlukan medikasi intrakanal sehingga dapat diselesaikan dalam satu kali kunjungan. Namun dalam kondisi tertentu, misalnya waktu yang tidak cukup, maka perlu diberikan medikamen di dalam saluran akar untuk menjamin sterilisasi hingga saatnya dilakukan pengisian saluran akar (Ingle, 2008). Berdasarkan jumlah kunjungan, perawatan saluran akar ada dua macam yaitu perawatan saluran akar ada dua macam yaitu perawatan

saluran akar satu kunjungan dan perawatan saluran akar lebih dari satu kunjungan. Perawatan saluran akar satu kunjungan meliputi pembersihan saluran akar, sterilisasi dan obturasi yang diselesaikan dalam satu kali kunjungan (Grossman,2013). Tahap perawatan saluran akar antara lain: preparasi saluran akar yang meliputi pembersihan dan pembentukan (biomekanis), disinfeksi, dan pengisian saluran akar. Keberhasilan perawatan saluran ini dipengaruhi oleh preparasi dan pengisian saluran akar yang baik, terutama pada bagian sepertiga apikal. Tindakan preparasi yang kurang bersih akan mengalami kegagalan perawatan, bahkan kegagalan perawatan 60% diakibatkan pengisian yang kurang baik. Pengisian saluran akar dilakukan untuk mencegah masuknya mikro-organisme ke dalam saluran akar melalui koronal, mencegah multiplikasi mikroorganisme yang tertinggal, mencegah masuknya cairan jaringan ke dalam pulpa melalui foramen apikal karena dapat sebagai media bakteri, dan menciptakan lingkungan biologis yang sesuai untuk proses penyembuhan jaringan. Hasil pengisian saluran akar yang kurang baik tidak hanya disebabkan teknik preparasi dan teknik pengisian yang kurang baik, tetapi juga disebabkan oleh kualitas bahan pengisi saluran akar. Pasta saluran akar merupakan bahan pengisi yang digunakan untuk mengisi ruangan antara bahan pengisi (semi solid atau solid) dengan dinding saluran akar serta bagian-bagian yang sulit terisi atau tidak (Kartika, 2010).

BAB II KASUS

A. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF 1.

Data Pasien Nama Lengkap

: Tri Noviati

Alamat

: Ketileng Lama 11/26B 04/25 Sendang Mulyo Semarang

Nomor Telepon

: 085325528523

TTL

: Semarang, 23 November 1978

Jenis Kelamin

: Perempuan

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

No RM

: 991

2. Data Medik Umum

3.

Golongan Darah

:-

Alergi

: Tidak Ada

Penyakit sistemik

: Tidak Ada

Anamnesis Keluhan utama (CC): Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas kanan berlubang dan ingin ditambal. Riwayat perjalanan penyakit (PI): Pada gigi depan kanan atas tersebut pernah ditambal dengan tambalan sewarna gigi pada kurang lebih 5 tahun lalu, dan 4 bulan yang lalu tambslan tersebut terlepas lalu kemudian ditambal sementara di Puskesmas dengan tambalan berwarna putih. Sebulan kemudian tambala tersebut terlepas. Pasien terkadang merasa linu spontan tanpa adanya rangsangan. Pasien belum pernah minum obat untuk mengurangi keluhan tersebut. Riwayat kesehatan umum (PMH):

Pasien tidak pernah dirawat di Rumah Sakit. Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat-obatan dan cuaca. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu. Pasien tidak dalam perawatan dokter. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik. Riwayat kesehatan gigi (PDH): Pasien terakhir kali ke dokter gigi 4 bulan lalu utnuk mendapat perawatan penambalan sementara. Riwayat kesehatan keluarga (FH): Umum:

Ayah pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik

Ibu pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik Gigi:

Ayah pasien tidak memiliki keluhan pada giginya Ibu pasien tidak memiliki keluhan pada giginya

Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial (SH): Pasien tinggal bersama keluarganya dirumah dengan lingkungan yang bersih dan padat penduduk. Pasien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 2x sehari (mandi pagi dan mandi sore)

B. PEMERIKSAAN OBJEKTIF 1. Pemeriksaan Fisik Kesan Umum Kesehatan Penderita: Jasmani

: Sehat (tidak ada gangguan)

Mental : Sehat (kooperatif dan komunikatif) 2. Vital Sign Tekanan Darah

: 120/80 mmHg (Normal)

Nadi

: 80 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 37oC

Berat Badan

: 65 kg

Tinggi Badan : 145 cm 3. Pemeriksaan Ekstra Oral

TAK 4. Pemeriksaan Intra Oral Gingiva

: Terdapat pembengkakan gingiva berupa

fistula berisi pus pada sekitar apeks gigi 12

5. Pemeriksaan Penunjang

6. Diagnosis Gigi 12

: terdapat kavitas pada distal gigi kedalaman dentin disertai

dengan gingival bukal yang membesar Sondasi : Perkusi : + Palpasi : + Tes vitalitas: a. CE: b. EPT: skor 35 pada tingkat medium

D/ nekrosis pulpa disertai abses periapikal DD/ Pulpitis ireversible

BAB III DIAGNOSIS DAN RENCANA PERAWATAN A. Pembahasan Karies pada gigi anterior yang telah meluas membawa dampak pada kesehatan, fungsi gigi dan estetis. Adanya perawatan saluran akar, maka diharapkan akan memperbaiki fungsi estetik dan meminimalisir kontaminasi lesi disekitar apikal. Adapun kegagalan perawatan saluran akar dapat diakibatkan rekontaminasi dari rongga mulut karena restorasi sementara yang tidak adekuat. Oleh karena itu, dokter gigi sebaiknya membuat restorasi permanen yang efektif ketika perawatan saluran akar telah selesai untuk menghindari rekontaminasi bakteri. Berdasarkan hasil anamnesa dan pemeriksaan obyektif terdapat kondisi gigi incisivus lateral karies kedalaman dentin sondasi (-), perkusi (+), palpasi (+), CE (-). Penampakan klinis terdapat pembengkakan pada bagian gingival. Setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, ditetapkan diagnosa kerja nekrosis pulpa disertai abses periapikal. Diagnosis penyakit pulpa didasarkan pada tanda dan gejala klinis. Diagnosis penyakit pulpa sebagai berikut : 1. Pulpitis reversibel. Pulpitis reversibel merupakan suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak terinflamasi setelah stimuli ditiadakan (Grossman dkk., 2012). Secara klinis rasa sakit yang tajam sebentar (berlangsung hanya beberapa detik), tidak spontan dan peka terhadap stimulus. Gambaran radiografis normal. Secara histologis ditemukan adanya hiperemi (inflamasi sedang), terdapat dentin reparatif, pembuluh darah melebar, ekstravasasi cairan udema, adanya sel inflamasi dan (Walton dan Torabinejad, 2008).

2. Pulpitis irreversibel. Pulpitis reversibel yang tidak dirawat akan berlanjut menjadi pulpitis ireversibel. Pulpitis ireversibel adalah inflamasi pulpa yang berat sehingga tidak akan pulih sekalipun penyebabnya dihilangkan. 13 Gejala klinis adanya nyeri spontan yang interminten atau terus menerus tanpa ada stimulus eksternal. Nyerinya bisa tajam, tumpul berbatas jelas, menyebar, bisa hanya beberapa menit atau berjam-jam. Pemeriksaan radiografis menunjukkan sedikit penebalan ligament periodontal, kadang-kadang erosi lamina dura (Walton dan Torabinejad, 2008). Pemeriksaan histologis terlihat adanya daerah abses atau nekrotik pada keadaan karies yang tidak dilakukan perawatan dijumpai mikrorganisme, limfosit, sel plasma dan makrofag (Grossman dkk., 2012). Secara klinis, pulpitis irreversibel dapat bersifat simtomatik dan asimtomatik. Pulpitis irreversibel simtomatik merupakan salah satu jenis pulpitis irreversibel yang ditandai dengan rasa nyeri spontan. Spontan berarti bahwa stimulus tidak jelas. Nyeri spontan terus menerus dapat dipengaruhi dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversibel simtomatik yang tidak diobati dapat bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk eksudat inflamasi. Sedangkan pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe lain dari pulpitis irreversible dimana eksudat inflamasi yang dengan cepat dihilangkan. Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang biasanya disebabkan oleh paparan karies yang besar atau oleh trauma sebelumnya yang mengakibatkan rasa sakit dalam durasi yang lama. 2. Pulpitis irreversibel hiperplastik Pulpitis irreversibel hiperplastik (polip pulpa) adalah bentuk pulpitis irreversibel pada pulpa yang terinflamasi secara kronis hingga timbul ke permukaan oklusal. Polip pulpa dapat terjadi pada pasien muda oleh karena ruang pulpa yang masih besar dan mempunyai pembuluh darah yang banyak, serta adanya perforasi pada atap pulpa yang merupakan drainase. Polip pulpa ini merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari

serat jaringan ikat dengan pembuluh kapiler yang banyak. Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan jaringan ikat yang berwarna merah mengisi kavitas gigi di permukaan oklusal. Polip pulpa disertai tanda klinis seperti nyeri spontan dan nyeri yang menetap terhadap stimulus termal. Pada beberapa kasus, rasa nyeri yang ringan juga terjadi ketika pengunyahan. 3. Nekrosis Pulpa Nekrosis pulpa adalah kematian pulpa yang dapat diakibatkan oleh pulpitis irreversibel yang tidak dirawat atau terjadi trauma yang dapat mengganggu suplai darah ke pulpa. Jaringan pulpa tertutup oleh email dan dentin yang kaku sehingga tidak memiliki sirkulasi darah kolateral. Bila terjadi peningkatan jaringan dalam ruang pulpa menyebabkan kolapsnya pembuluh darah sehingga akhirnya terjadi nekrosis likuifaksi. Jika eksudat yang dihasilkan selama pulpitis irreversibel didrainase melalui kavitas karies atau daerah pulpa yang terbuka, proses nekrosis akan tertunda dan jaringan pulpa di daerah akar tetap vital dalam jangka waktu yang lama. Jika terjadi hal sebaliknya, mengakibatkan proses nekrosis pulpa yang cepat dan total. Nekrosis pulpa dapat berupa nekrosis sebagian (nekrosis parsial) dan nekrosis total. Nekrosis parsial menunjukkan gejala seperti pulpitis irreversibel dengan nyeri spontan sedangkan nekrosis total tidak menunjukkan gejala dan tidak ada respon terhadap tes termal dan tes listrik.

Abses periapikal terdiri dari 2 jenis, yakni abses periapikal akut dan abses periapikal kronis. 1. Abses periapikal akut Abses periapikal akut merupakan abses terlokalisir dan diffuse, serta merupakan lesi likuefaksi pulpa yang merusak jaringan periradikuler pada gigi yang mengalami nekrosis pulpa. Memiliki karakteristik sakit

yang spontan dan kadang pasien mengeluhkan ketidaknyamanan dalam mengunyah. Pada tes termal maupun tes elektrik tidak adanya respon. Bagaimanapun, gigi biasanya sakit saat perkusi dan palpasi. Pada hasil radiografi didapatkan hasil radiolusen pada sekitar jaringan apeks gigi. 2. Abses periapikal kronis Abses periapikal kronis merupakan lesi inflamatori dari gigi nekrosis yang melibatkan jalur sinus. Abses periapikal kronis biasanya asimptomatik kecuali jika adanya jalanan sinus yang tertutup sehingga menimbulkan rasa sakit (Torabinejad et al, 2015).

Penatalaksanaan abses periapikal akut tergantung pada kondisi gigi yang terlibat, derajat kerusakan tulang yang terlihat pada foto rontgen, peranan gigi tersebut sebagai pilar untuk protesa cekat atau lepasan, keadaan seluruh mulut dan perilaku/keinginan pasien (Juniper and Parkins, 2011). Abses dapat didrainase dengan membuka kamar pulpa atau menginsisi pembengkakan jaringan lunak. Perawatan alternatifnya adalah pencabutan gigi yang memberikan saluran untuk drainase. Antibiotic digunakan jika abses besar dan menyebar, ada limfadenopati dan demam, serta tidak bisa diperoleh drainase. Penisilin adalah antibiotic yang dipilih. Jika infeksi tidak member respon terhadap penisilin atau menyebar dengan cepat, harus dilakukan biakan bakteri dan pemeriksaan kepekaan. Antibiotic umumnya tidak diperlukan jika gigi yang terkena dicabut, dapat dibuat drainase yang adekuat dan pasien dalam kondisi sehat (Langlais et al, 2013).

B. RENCANA PERAWATAN 1. Pulpektomi Pulpektomi adalah tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa dari seluruh akar dan korona gigi. Pulpektomi dibagi menjadi dua yaitu pulpektomi vital dan devital. Pulpektomi vital merupakan pulpektomi dengan melakukan anastesi terlebih dahulu. Sedangkan pulpektomi

devital sudah jarang dipakai karena mengandung bahan yang berbahaya yaitu arsen. Pulpektomi dilakukan dibawah pengaruh anestesi dengan terlebih dahulu dilakukan pembuatan foto rontgen pada gigi untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan jaringan sekitar gigi yang akan dirawat. Selanjutnya dilakukan restorasi sementara pasca pulpektomi. Namun, selain pulpektomi yang dilakukan dibawah pengaruh anestesi juga bisa dilakukan devitalisasi gigi. Devitalisasi gigi ini dilakukan pada pasien yang tidak tahan terhadap anestesi atau alergi terhadap obat anestesi. Bahan yang dapat digunakan untuk melakukan devitalisasi ini adalah Arsen dan TKF, namun khusus untuk bahan Arsen telah lama ditinggalkan karena bersifat toksik.

1. Outline Form Cavity entrance Cavity entrance adalah teknik untuk membuat akses ke saluran akar dalam perawatan endodontic. Untuk dapat melakukan cavity entrance dibuat suatu outline form untuk mempermudah pekerjaan cavity entrance tersebut. Outline Form Cavity entrance merupakan proyeksi ruang pulpa ke permukaan gigi di bagian cingulum untuk gigi anterior atau oklusal untuk gigi posterior. Tujuanya untuk membuat akses yang lurus, menghemat preparasi jaringan gigi, membuka atap ruang pulpa. Cavity entrance pada tiap gigi berbeda baik dari segi bentuk outlinenya serta teknik yang dilakukan untuk cavity entrancenya. Hal ini dikarenakan perbedaan bentuk anatomis pada tiap-tiap gigi sehingga antar gigi memiliki perbedaan dalam proses cavity entrancenya. A. Outline Form Cavity entrance Insisiv Sentral dan Lateral Ruang Pulpa memiliki dua bagian yaitu bagian mahkota dan bagian akar. Pada ruang pulpa terdapat tanduk pulpa yang menjadi salah satu pertimbangan dalam membuat proyeksi pada incisal ataupun

oklusal. Selain ruang pulpa, posisi oriface saluran akar juga menjadi salah satu pertimbangan pembuatan proyeksi.

Pada gigi insisif

terdapat dua tanduk pulpa bagian mesial dan distal. Pada gigi insisif memiliki satu oriface. Sehingga jika diproyeksikan antara 1 oriface dan dan duatanduk pulpa,didapatkan bentuk outline triangular pada incisal. Outline pada gigi insisif sentral dan lateral adalah sama, hanya ukuran besar atau kecilnya triangular yang berbeda.

Gambar 1. Outline gigi Insisif 2. Preparasi Cavity entrance Prinsip preparasi cavity entrance : A. Membentuk jalan masuk Pembentukan

jalan

masuk

diperlukan

agar

operator

mendapatkan lapang pandang dan cahaya yang memadai untuk melihat kavitas. Jalan masuk ini harus dibentuk sedemikian rupa untuk semua bentuk instrumen. Pembentukan jalan masuk sangat perlu untuk diperhatikan, karena jalan masuk ke kavitas akan sangat memengaruhi preparasi operator nantinya. Pembentukan jalan masuk yang baik akan menghasilkan preparasi yang baik pula.

B. Menghilangkan karies dan jaringan yang lemah akibat karies Perlu diketahui dan dipahami bahwa posisi dan luas karies menentukan bentuk dasar dan teknik preparasi kavitas. Dalam membentuk sebuah cavity entrance, prinsip yang perlu diingat adalah

membuang semua jaringan yang terserang karies dengan membuang sesedikit mungkin jaringan sehat.

C. Membuat bentuk yang memuaskan secara biologis Prinsip penting dari pembuatan bentuk yang memuaskan secara biologis adalah melakukan perluasan untuk mencegah karies timbul kembali.

Dalam hal ini, tepi kavitas harus dilebarkan ke

daerah dimana karies tidak mudah terjadi, yang berarti daerah permukaan gigi yang mudah dibersihkan oleh pasien. Hal ini dipengaruhi oleh letak karies dan oral hygiene pasien. Selain itu, perlu diperhatikan pula hubungan antara kavitas dengan bentuk kamar pulpa. Sangat penting bagi operator untuk mengetahui dan memahami bentuk dan posisi kamar pulpa masing-masing gigi agar dapat membentuk cavity entrance yang baik. D. Membuat bentuk yang memuaskan secara mekanis Hal ini berkaitan dengan mencegah pergeseran atau patahnya restorasi.

Dalam

hal

pembuatan

cavity

entrance

perlu

mempertimbangkan stabilitas restorasi. Apabila ingin mendapatkan kavitas yang stabil bagi restorasi kita nantinya, kavitas harus dibuat agar memiliki dinding dan bagian dasar yang lurus, juga memiliki sudut tegak lurus antara satu dengan yang lain. Kavitas tidak harus memiliki sudut yang tajam, justru sudut kavitas lebih baik agak membulat pada beberapa kasus, namun kavitas tidak boleh dibuat dengan dasar benar-benar bulat membentuk cekungan seperti mangkuk. Bentuk kavitas yang membulat seperti mangkuk dapat menyebabkan restorasi berotasi keluar dari kavitas. 1. Preparasi cavity entrance

Preparasi cavity entrance dapat dilakukan setelah pembentukan outline cavity entrance. Dimana alat alat yang digunakan dalam preparasi cavity entrance adalah sebagai berikut: -

Macam macam mata bur low speed

-

Round bur kecil

-

Round bur besar

-

Fissure silindris

-

Fissure tapered

-

Long shank flat end dan round end

Untuk teknik preparasi cavity entrance sendiri berbeda antara gigi berakar tunggal dan ganda. Perbedaannya terletak pada saat pengarahan mata bur untuk mencari orifice. Untuk preparasi cavity entrance pada akar tunggal gigi insisiv, preparasi dimulai dengan menggunakan mata bur round bur kecil sejajar dengan elemen, lalu sekiranya mata bur sudah menembus bagian terluar dari dentin mata bur dapat di ganti dengan mata bur fissure silindris untuk kemudian di arahkan kembali sejajar sumbu gigi sampai terasa menembus ruang kosong, yang berarti sudah menembus kamar pulpa. Jika sudah demikian pencarian orifice dapat di cari menggunakan smooth broach. Jika orifice sudah di temukan gunakan round bur besar untuk

menghilangkan tanduk pulpa.

Caranya, yaitu dengan menggerakkan mata bur round besar inside to out side sampai tanduk pulpa benar benar rata. Cara mengecek tanduk pulpa sudah rata yaitu dengan menggunakan explorer yang di masukkan ke dalam saluran akar, jika dalam pergerakannya masih ada sangkutan, maka tanduk pulpa masih perlu di bersihkan kembali. Langkah yang terakhir adalah dengan menggunakan mata bur fissure silindris untuk meratakan dan membentuk kavitas sesuai dengan

outline yang sudah di buat. Hal ini bertujuan agar instrument yang kita gunakan untuk perawatan dapat masuk dengan baik dan tidak ada hambatan. Alasan pentingnya pembuangan atap dan tanduk pulpa ialah sebagai berikut: 1. Membantu menemukan orifis saluran akar 2. Memungkinkan diperolehnya akses yang lurus Akses yang lurus diperlukan untuk memudahkan memasukkan instrument pada saluran akar pada tahapan selanjutnya dari perawatan saluran akar 3. Menurunkan insidens diskolorisasi pada gigi anterior Hal ini terjadi karena tanduk pulpa berisi debris yang jika tidak dibersihkan akan menyebabkan diskolorisasi dalam beberapa bulan atau tahun. Pembuangan tanduk pulpa harus dibuka secara hati-hati dan tidak perlu membuang terlalu banyak email atau dentin. Berikut adalah kesalahan kesalahan yang di mungkinkan dapat terjadi pada saat melakukan cavity entrance -

Preparasi salah arah menyebabkan terjadinya step atau

perforasi

lateral -

Perforasi terlalu dalam menyebabkan perforasi menembus bifurkasi

-

Preparasi cavity entrance yang terlalu lebar sehingga menyebabkan permukaan gigi yang tersisa terlalu tipis sehingga mudah pecah jika di tumpat.

A. Teknik preparasi saluran akar Merupakan pembukaan akses ke saluran akar dengan membuang seluruh jaringan karies, membuka atap pulpa, dan membentuk akses garis lurus, dengan prinsip Cleaning and Shaping. Yang dimaksud dengan Cleaning, membersihkan saluran akar dengan melakukan debridemen. Debridemen adalah mengeluarkan iritan (berupa bakteri, produk bakteri, jaringan nektorik, debris organik, jaringan vital, produk dari saliva, darah, dll) yang ada maupun yang mampu menjadi iritan dari seluruh sistem saluran akar.Shaping yaitu membentuk saluran akar agar bisa diisi secara optimal dan saat pengisian kedap dari zat apapun (hermetic).Preparasi saluran akar dilakukan setelah dilakukan membuka atap pulpa dan mengambil jaringan pulpa dan mendapatkan saluran akar di dasar pulpa (orifice) kemudian dilakukan pengukuran panjang kerja.

1. Teknik Konvensional: a) Teknik konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada gigi dengan saluran akar lurus dan akar telah tumbuh sempurna. b) Preparasi saluran akar menggunakan file tipe K c) Gerakan file tipe K-flex adalah alat diputar dan ditarik. Sebelum preparasi stopper file terlebih dahulu harus dipasang sesuai dengan panjang kerja gigi. Stopper dipasang pada jarum preparasi setinggi puncak tertinggi bidang insisal. Stopper digunakan sebagai tanda batas preparasi saluran akar. d) Preparasi saluran akar dengan file dimulai dari nomor yang paling kecil e) Preparasi harus dilakukan secara berurutan dari nomor yang terkecil hingga lebih besar dengan panjang kerja tetap sama untuk mencegah terjadinya step atau ledge atau terdorongnya jaringan nekrotik ke apical.

f) Selama preparasi setiap penggantian nomor jarum preparasi ke nomor yang lebih besar harus dilakukan irigasi pada saluran akar. Hal ini bertujuan untuk membersihkan sisa jaringan nekrotik maupun serbuk dentin yang terasah. Irigasi harus dilakukan secara bergantian anatar H2O2 3% dan aquadest steril, bahan irigasi tyerakhir yang dipakai adalah aquadest steril. g) Bila terjadi penyumbatan pada saluran akar maka preparasi diulang dengan menggunakan jarum preparasi yang lebih kecil dan dilakukan irigasi lain. Bila masih ada penyumbatan maka saluran akar dapat diberi larutan untuk mengatasi penyumbatan yaitu larutan largal, EDTA, atau glyde (pilih salah satu). h) Preparasi saluran akar dianggap selelsai bila bagian dari dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk tahap pengisian saluran akar.

2. Teknik Step Back Konsep teknik step back juga dikenal dengan sebagai teknik corong atau preparasi serial. Teknik ini mula-mula diuraikan oleh Clem di tahun 1969 dan menjadi populer ketika serangkaian laporan penelitian mengindikasikan keunggulan dibanding teknik preparasi standar. Selain itu teknik step back menciptakan ketirusan yang gradual dari apeks ke arah korona. Teknik ini dengan instrumen baja anti karat merupakan teknik yang banyak sekali diajarkan dan digunakan dewasa ini. a) Yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan pada saluran akar yang bengkok dan sempit pada 1/3 apikal. b) Tidak dapat digunakan jarum reamer karena saluran akar bengkok sehingga preparasi saluran akar harus dengan pull and push motion, dan tidak dapat dengan gerakan berputar. c) Dapat menggunakan file tipe K-Flex atau NiTi file yang lebih fleksibel atau lentur. d) Preparasi saluran akar dengan jarum dimulai dari nomer terkecil:



No. 15 s/d 25 = sesuai panjang kerja



File No. 25 : Master Apical File (MAF)



No. 30 = panjang kerja – 1 mm MAF



No. 35 = panjang kerja – 2 mm MAF



No. 40 = panjang kerja – 3 mm MAF



No. 45 = panjang kerja sama dengan no. 40 dst

e) Setiap pergantian jarum file perlu dilakukan pengontrolan panjang kerja dengan file no. 25, untuk mencegah terjadinya penyumbatan saluran akar karena serbuk dentin yang terasah. f) Preparasi selesai bila bagian dentin yang terinfeksi telah terambil dan saluran akar cukup lebar untuk dilakukan pengisian.

Keuntungan dibanding konvensional

Kekurangan

Tidak begitu mudah menyebabkan Pada akar yang sempit, instrument trauma periapikal Memudahkan

tersendat dan mudah patah

pengambilan

lebih Kebersihan daerah apical dengan

banyak debris

irigasi sulit dicapai

Flare lebih besar yang dihasilkan Resiko terdorongnya debris kea rah instrumentasi

memudahkan periapikal

pemampatan kerucut gutta –perca yang

ditambahkan

baik

dengan

metode kondensasi lateral maupun kondensasi vertikal. Perkembangan suatu matriks apikal Prosedur perawatan membutuhkan atau stop mencegah penumpatan waktu lama berlebih saluran akar Tekanan kondensasi lebih besar Membutuhkan banyak peralatan dapat

digunakan

yang

sering

digunakan untuk mengisi saluran lateral dengan bahan penutup

3. Teknik Balance Force a) Menggunakan alat preparasi file tipe R- Flex atau NiTi Flex b) Menggunakan file no. 10 dengan gerakan steam wending, yaitu file diputar searah jarum jam diikuti gerakan setengah putaran berlawanan jarum jam. c) Preparasi sampai dengan no. 35 sesuai panjang kerja. d) Pada 2/3 koronal dilakukan preparasi dengan Gates Glidden Drill (GGD) - GGD #2 = sepanjang 3 mm dari foramen apical - GGD #3 = sepanjang GGD #2 – 2 mm - GGD #4 = sepanjang GGD #3 – 2 mm - GGD #5 = sepanjang GGD #4 – 2 mm - GGD #6 = sepanjang GGD #5 – 2 mm e) Preparasi dilanjutkan dengan file no. 40 s/d no.45 f) Dilakukan irigasi

Keuntungan balance force : 

Hasil preparasi dapat mempertahankan bentuk semula



Mencegah terjadinya ledge dan perforasi



Mencegah pecahnya dinding saluran akar



Mencegah terdorongnya kotoran keluar apeks

4. Teknik Crown Down Presureless Preparasi saluran akar dengan menggunakan teknik crown-down bertujuan untuk menghasilkan bentuk preprasi seperti corong yang lebar pada daerah korona dan pelebaran daerah apeks yang kecil. Dengan pelebaran daerah korona terlebih dahulu maka kototoran dan debris keluar terlebih dahulu

sebelum

instrumen

ditempatkan

di

daerah

apeks

sehingga

kemungkinan terjadinya ekstrusi debris ke jaringan periapeks dapat terhindari. Teknik Crown Down Presureless dan teknik step down adalah modifikasi dari teknik step back. Ketiga teknik ini menghasilkan hasil yang

serupa yaitu bentuk preparasi seperti corong yang lebar dengan pelebaran daerah apeks yang kecil.Para pendukung teknik ini menganjurkan agar saluran akar sedapatnya dibersihkan dengan baik dahulu sebelum instrumen ditempatkan di daerah apeks sehingga kemungkinan terjadinya ekstruksi debris ke jaringan periapeks dapat dikurangi.Teknik ini kerap dianjurkan sebagai pendekatan dasar dengan menggunakan instrumen nikel- titanium rotatif. Keuntungan teknik crown-down 

Membuang penyempitan servikal



Akses ke apical lurus



Instrumentasi apical efisien



Irigasi mudah



Pengeluaran debris mudah



Mencegah debris terdorong ke arahapeks



Instrumen yang digunakan lebih sedikit



Waktu lebih cepat



Preparasi menghasilkan taper lebih besar

Keuntungan teknik crown-down dengan alat putar (rotary instrument) 

Meenggunakan sedikit peralatan/instrument



Waktu perawatan lebih cepat



Tidak menggunakan jari sehingga kelelahan berkurang



reparasi bentuk taper lebih lebar sehingga :



Bentuk saluran lebih baik



Obturasi lebih mudah



Keberhasilan perawatan lebih mudah dicapai

CROWN-DOWN a) Diawali dengan file terbesar sx/Gates Gliden Drill preparasi 1/3 koronal (19 mm)

b) Tentukan panjang kerja K-File #15 (apex locator) c) Preparasi badan saluran akar (file S1, S2 = PK; F1-F3 = PK) d) Untuk menghaluskan (H-File #25 = PK) e) Irigasi NaOCl 2,5%-5%

Perbedaan Teknik Step Back dan Crown Down

STEP-BACK

CROWN-DOWN

Sudah lama digunakan

Popularitas baru menanjak

Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di Diajarkan di sekolah kedokteran gigi di Asia

Amerika

Diawali dengan instrumen terkecil

Diawali dengan instrumen terbesar

Preparasi dimulai pada daerah 1/3 Preparasi dimulai pada daerah 1/3 apikal

korona

Menggunakan hand instrument

Menggunakan rotary instrument

B. Obturasi saluran akar Tahapan yang dilakukan setelah preparasi saluran akar untuk menutup seluruh sistem saluran akar secara hermetis hingga kedap cairan (tight fluid seal). Syarat untuk melakukan pengisian saluran akar, antara lain; 

Tidak ada keluhan penderita



Tidak ada gejala klinik



Tidak ada eksudat yang berlebihan (saluran akar kering)



Tumpatan sementara baik



Hasil perbenihan negatif Tujuan pengisian saluran akar yaitu untuk mencegah masuknya cairan

maupun kuman dari jaringan periapikal kedalam saluran akar agar tidak terjadi infeksi ulang. Bahan pengisi yang sering digunakan pada pengisian saluran akar dibagi menjadi 

Bahan Padat ; Gutta percha, Silver-point



Bahan Semi padat atau pasta Contohnya ; Semen Grossman, semen kalsium hidroksida, resin epoksi, resin polivinil Amalgam

Teknik pengisian saluran akar 1. Teknik Pengisian Gutta Point / Gutta Percha a) Single cone : Teknik ini dilakukan dengan memasuk kan gutta point tunggal ke dalam saluran akar dengan ukuran sesuai dengan diameter preparasinya. Untuk menambah adaptasi gutta point dan kerapatannya terhadap dinding saluran akar ditambahkan semen saluran akar (sealer). b) Kondensasi : Teknik ini dilakukan dengan memasukkan guttap point kedalam saluran akar, kemudian dilakukan kondensasi atau penekanan kearah lateral maupun kearah vertikal. Indikasi teknik ini jika bentuk saluran akarnya oval atau tidak teratur. -

Lateral :Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama (#25) dimasukkan sesuai dengan panjang preparasi, kemudian ditekan dengan spreader ke arah lateral. Dengan cara yang sama dimasukkan guttap point tambahan (lebih kecil dari spreader) hingga seluruh saluran akar terisi sempurna.

-

Vertikal : Saluran akar diulasi semen dan guttap point utama dimasukkan sesuai dengan panjang preparasi, kemudian guttap point dipanaskan ditekan dengan plugger ke arah vertikal ke bawah. Dengan cara yang sama Gutt ap percha tambahan (dibuat

seperti bola) dimasukkan dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi sempurna. c) Kloropercha / eucapercha : Teknik ini dilakukan dengan melunakkan ujung guttap point utama dengan kloroform atau eucalyptol dan dimasukkan ke dalam saluran akar hingga guttap point akan berubah bentuk sesuai dengan saluran akarnya terutama daerah apikal. Kon dikeluarkan lagi untuk menguapkan bahan pelarutnya. Setelah saluran akar diulasi semen guttap point dimasukkan ke dalam saluran akar dan ditekan hingga seluruh saluran akar terisi sempurna. d) Termokompaksi : Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat McSpadden Compactor atau Engine Plugger yaitu alat yang mirip file tipe H (Hedstrom). Akibat putaran dan gesekan dengan dinding saluran akar mampu melunakkan guttap point dan mendorong ke arah apikal e) Termoplastis : Teknik ini dilakukan dengan menggunakan alat Ultrafil atau Obtura, yaitu alat yang bentuknya mirip pistol dan mampu melunakkan guttap point serta mendorong ke dalam sakuran akar ke arah apikal

Gambar 2 : Obtura engine untuk teknik termoplastis

Gambar 1 : single cone obturation

Gambar 3 : kondensasi lateral

2. Teknik Pengisian Ag-Point a) Grossman, langkah-langkahnya; 

Asepsis



Memilih Ag-point



Trial foto : sesuai dengan panjang kerja



Ag-point dipotong sebatas orifice



Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta



Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam



saluran akar dengan tang “Stieglietz forcep”.



Basis dengan semen



Foto pengisian

b) Sommer, langkah-langkahnya; 

Asepsis



Memilih Ag-point



Trial foto : sesuai dengan panjang kerja



Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta



Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam



saluran akar.



Sekitar orifice diberi gutta-percha



Basis dengan semen



Ag-point dipotong pada bidang oklusal



Foto pengisian

Gambar 4 : contoh bentuk silver point c) Nichols / sectional, langkah-langkahnya; 

Asepsis



Memilih Ag-point



Trial foto : sesuai dengan panjang kerja



Ag-point pada 1/3 apikal digurat yang dalam dengan



carborundum



Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta



Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam



saluran akar.



Luksasi Ag-point agar terpotong pada daerah guratan.



Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara



Foto pengisian

d) Ag-tip, langkah-langkahnya; 

Asepsis



Memilih Ag-point



Trial foto : sesuai dengan panjang kerja



Saluran akar dikeringkan dan diulas pasta



Ag-point disterilkan, diulas pasta dan dimasukkan ke dalam



saluran akar dengan aplikator.



Aplikator diputar



Saluran akar diberi paper-point dan ditutup sementara



Foto pengisian

Panjang obturasi Panjang obturasi relatif terhadap apeks juga merupakan faktor yang penting. Idealnya, material obturasi tidak sampai keluar dari saluran akar. 

Obturasi berlebih (overfill) Overfill adalah keadaan yang tidak dikehendaki. Jika material

melewati

saluran

akar

maka

kegagalan

makin

lama

makin

meningkat.Pemeriksaan histologik jaringan periapeks setelah obturasi yang berlebih secara khas memperlihatkan adanya inflamasi yang meningkat dan penyembuhan yang terhambat atau terlambat.Dalam keadaan ini, pasien mungkin mengalami ketidaknyamanan setelah obturasi. Dua masalah lain akibat obturasi berlebih adalah terjadinya iritasi dari material obturasi dan tidak adanya kerapatan apeks.



Obturasi terlalu pendek (underfill) Keadaan ini terjadi jika baik preparasi maupun obturasinya lebih

pendek daripada panjang kerja yang seharusnya atau jika obturasi tidak mencapai panjang yang dipreparasi. Keduanya dapat menyebabkan kegagalan, terutama dalam jangka panjang. Preparasi ideal atau panjang obtursi adalah 12 mm kurang dari apeks. Preparasi atau obturasi yang tidak mencapai panjang ini akan menyisakan iritan atau sisa-sisa yang berpotensi menjadi iritan di daerah apeks saluran akar. Lama kelamaan bisa timbul inflamasi di periapeks, bergantung pada volume iritannya atau keseimbangan antara iritan dengan sistem imun tubuh.

Dibandingkan dengan obturasi brlebih, obturasi yang terlalu pendek tidak begitu menimbulkan masalah, seperti terlihat dari prognosis dan pemeriksaan histologinya. Oleh karena itu, aksiomanya adalah jika ada kemungkinan kesalahan, pilihlah yang lebih pendek dan berusahalah selalu untuk melakukan semuanya hanya di dalam saluran akar. C. Instrumentasi Saluran Akar Menurut Beer (2012) instrumentasi dengan menggunakan teknik step back, bagian apikal diinstrumentasi terlebih dahulu dan selanjutnya aspek koronal saluran akar dibentuk. Radiografi untuk menentukan panjang kerja.File pertama yang sesuai dengan panjang kerja dan dimasukkan ke dalam saluran akar sampai titik terjepit yang disebut sebagai file apikal awal (IAF). Saluran akar harus dilebarkan membentuk kerucut dengan empat instrument yang lebih besar secara berurutan.Selama fase instrumentasi awal, tidak boleh ada ukuran instrument yang dilewati karena ada resiko penyumbatan

saluran

akar.

File

sebelumnya

dianjurkan

untuk

dimasukkan kembali untuk memastikan kualitas instrumentasi hingga kedalaman yang tepat. Setelah setiap pergantian instrument, saluran akar harus dibilas berulang kali. File terakhir yang digunakan sesuai panjang kerja, dan terus membuang serpihan dentin yang berwarna putih disebut sebagai file master apikal (AMF). Ukurannya sesuai dengan master point guta perca. Bagian korona saluran akar kemudian dibentuk kerucut dengan teknik step back menggunakan empat ukuran instrumen tambahan. Untuk mendapatkan hasil ini, keempat file terakhir diatur 1mm lebih pendek daripada AMF, yang memberikan bentuk kerucut pada saluran akar di bagian atas, disertai stop apikal tetap.Instrumentasi terakhir dengan AMF yang memastikan kelancaran saluran akar.Dalam satu penelitian, kebersihan saluran akar beserta arah dan bentuknya diteliti setelah instrumentasi menggunakan file K, file Hedstrom, dan Uni file.

Larutan irigasi yang digunakan terdiri dari : larutan saline, larutan urea, larutan ureaperoksida dalam gliserin, larutan kloramin, sodium hipoklorit,

sodium

hipoklorit

bersama

dengan

asam

etilendiaminotetrasetik (EDTA). Beberapa larutan irigasi yang biasanya digunakan

adalah

sodium

hypochlorite,

EDTA,

Chlorhexidine

digluconate. Sodium hypochlorite adalah suatu agen pereduksi, larutan jernih mengandung 5% klorin sebagai pelarut pulpa dan irigan saluran akar, tetapi juga mempunyai sifat anti-mikrobial yang ssignifikan.Mekanisme NaOCl

dengan

produksi

hypochlorous

acid

dan

hypochlorite

ion.Mempunyai kemampuan antibakteial dengan penetrasi masuk ke dinding sel bakteri, kombinasi kimiawi pada protoplasma sel bakteri. NaOCl merupakan bahan yang dapat melarutkan jaringan vital atau non vital dan juga merupakan desinfeksi.Pelarutan ini merupakan efek dari NaOCl terhadap jaringan vital jika konsentrasinya 1% atau lebih.Hidrogen peroksida merupakan asam lemah dengan pH 5.Melalui kontak dengan enzim katalase dan gluthation peroxidase, melepaskan On yang menghasilkan buih bila berkontak dengan jaringan vital, darah, atau nanah. Pada irigasi saluran akar,

pembentukan buih ini dapat

menghasilkan sisa jaringan dan sisa dentin. Dengan terlepasnya On, bakteri anaerob akan dihancurkan. Proses pelarutan jaringan lebih sedikit dari NaoCl. Irigasi berselang antara NaoCl dengan H202 dapat menghilangkan efek On dan juga meningkatkan efek bakterisida dari bahan irigasi. Irigasi terakhir harus dilakukan dengan NaOCl karena On yang terlepas dapat menyebabkan tekanan yang membesar pada saluran akar yang tertutup dan pembengkakan serta rasa sakit (Tarigan, 2015). EDTA sebagai larutan irigasi dapat menghilangkan smear layer dentin dan benar-benar tidak meninggalkan debris pada permukaan dentin. Agen ethylendiaminetetraacetic memebentuk kalsium chelate

solution dengan ion kalsium dentin. Larutan membersihkan komponen inorganic pada smear layer endodontic. Chlorhexidine digluconate merupakan kation bisbiguamide sebagai irigasi dan sama seperti medikamentosa saluran akar.CHX efektif pada bakteri E. faecalis dan mencegah konolisaasi bakteri pada saluran akar periode

yang

lama.

Penggunaan

CHX

sebagai

irrigasi

tidak

direkomendasikan untuk regenerasi prosedur endodontic. NaOCl dan CHX seharusnya tidak dikombinasi selama irigasi karena akan terjadi reaksi precipitation. 1. Disenfeksi Saluran Akar Desinfeksi adalah mematikan mikroorganisme patogenik pada saluran akar dengan pengambilan jaringan pulpa terlebih dahulu. Syarat disinfeksi saluran akar adalah sebagai berikut : Germisida dan fungisida yang efektif, Tidak mengiritasi jaringan periapikal, Stabil dalam larutan, Mempunyai efek antimicrobial yang lama, Harus aktif dengan adanya darah, derivate protein jaringan, Tidak mengganggu jaringan periapikal, Tidak menodai struktur gigi, Harus mampu dinonaktifkan dalam medium biakan, Harus tidak menginduksi respon imun antara sel. 1. Minyak esensial Suatu kelompok minyak esesnsial dengan disenfektan yang lemah.Eugenol dengan bahan esens kimiawi minyak cengkeh dan mempunyai hubungan dengan fenol. 2. Fenol. Bahan kristalin putih mempunyai bau khas ter batu bara, dicairkan (asam karbolik) terdiri dari 9 bagian fenol dan 1 bagian air. Fenol adalah racun protoplasma dan menyebabkan nekrosis jaringan lunak

3. Para klorofenol. Kompoun

ini

pengganti

fenol

dengan

klorin

yang

menggantikan salah satu atom hydrogen.Larutan ini memusnahkan

berbagai mikroorganisme yang biasanya ditemukan dalam saluran akar yang terinfeksi. 4. Formokresol Bahan ini merupakan kombinasi formalin dan kresol dalam perbandingan 1:2. Formalin adalah disenfektan kuat yang bergabung dengan albumin membentuk suatu substansi yang tidak dapat dilarutkan. Formokresol adalah suatu medikamen bakterisidal yang tidak spesifik dan sangat efektif terhadap organisme aerobic dan anaerobic yang ditemukan di dalam saluran akar 5. Cresatin Bahan metakresilasetat suatu larutan jernih, stabil, berminyak, dan tidak mudah menguap, sebagai antiseptic dan meringankan rasa sakit 6. Kalsium hidroksida Medikamentosa

yang

digunakan

sebagai

medikamen

intrasaluran.Pengaruh antiseptic terkait dengan pH yang tinggi dan melumerkan jaringan pulpa nekrotik. Dalam studi menunjukkan pada kerusakan periapikal kalsium hidroksida suatu disenfektan yang efektif 7. Chlorhexidine Digluconate CHX direkomendasikan sebagai irigasi dan medikamentosa pada saluran akar dengan 2% CHX gel, mixture of CHX and kalsium hidroksida. CHX efektif pada bakteri E. faecalis dan Candida Albican

2. Pengisian Saluran Akar Metode aplikasi yang dapat diterima dengan baik dan telah tebukti antara

lain:

kondensasi

lateral,

termomekanis. Gutta perca terdiri dari (Beer, 2012) -

19-45% gutta perca

kondensasi

vertical,

kondensasi

-

33-61% seng oksida

-

1-4,1% lilin (wax)

-

1,5-3,1% garam logam berat Bahan pengisi saluran akar dibagi menjadi (Tarigan, 2015): 1. Bahan semi padat, terdiri atas bahan pasta atau semen. Sekarang sudah mulai ditinggalkan. 2. Bahan padat. Contohnya metal (Ag, Au, Ti) dan kunstoff, bahan ini juga sekarang mulai ditinggalkan karena kerugian yang diberikannya. 3. Gutta perca. Bahan yang paling umum digunakan. Sekarang gutta perca juga sudah menuruti ISO warna instrument endodontic. Dahulu kloroform sering digunakan sebagai bahan pelunak guta perca, tetapi sekarang tidak digunakan lagi karena efek bakterisidnya. Sekarang juga guta perca dengan derajat pengerucutannya 6%, 4%, 2% sesuai dengan instrument NiTi yang digunakan. Sealer merupakan semen yang ada takaran tertentu dapat menutupi

celah saluran akar yang belum diisi oleh guta perca.(Tarigan, 2015). Semen saluran akar yang ideal harus : memberikan penutupan yang sangat baik bila mengeras, menghasilkan cukup adhesi di antara dinding saluran, radiopak, tidak menodai, secara dimensional stabil, mudah dicampur dan dimasukkan ke dalam saluran, mudah dikeluarkan jika perlu, tidak dapat dilarutkan dalam cairan jaringan, bakterisidal, tidak mengiritasi jaringan periapikal, lambat mengeras sehingga waktu kerja lama. Dengan saluran akar yang tertutup rapat/ hermetik akan menyebabkan : - Mikroflora tidak dapat tumbuh - Mencegah terjadinya penyakit hiperbarik - Merangsang penyembuhan jaringan sekitar akar gigi Bahan pengisi saluran akar yang digunakan harus menutup seluruh sistem

saluran akar terutama di daerah apikal yang banyak terdapat saluran akar tambahan. Bahan pengisi saluran akar utama biasanya bahan padat atau semi padat (pasta atau bentuk yang dilunakkan). Bahan ini terdiri dari atas inti yang dapat mengisi saluran akar dan dapat disertai dengan semen saluran akar. Akan tetapi semen saluran akar mutlak digunakan untuk sebagian besar bahan pengisi. Bahan pengisi dimasukkan ke dalam saluran akar dalam berbagai bentuk dan teknik pengisian untuk mendapatkan pengisian saluran akar yang kedap cairan. Syarat bahan pengisi saluran akar : 1.

Mudah dimasukkan ke dalam saluran akar

2.

Dapat menutup saluran akar dengan rapat ke arah lateral dan apikal

3.

Tidak mengerut setelah dimasukkan ke dalam saluran akar

4.

Tahan kelembaban/ tidak larut dalam cairan tubuh

5.

Bersifat barterisid/ menghambat pertumbuhan bakteri

6.

Bersifat radiografik

7.

Tidak menyebabkan perubahan warna pada gigi

8.

Tidak mengiritasi jaringan periapikal

9.

Mudah dikeluarkan dari dalam saluran akar bila diperlukan

Macam-macam pasta saluran akar a.

Seng-oksida-resin Sebagian besar pasta ini mengandung resin seng-oksida sebagai unsur dasar serbuk, misal: tubil seal kem, endomethasone, kloroperkan N-O+N2 normal. Cairannya biasanya terdiri dari eugenol atau kombinasi dengan cairan canada, eukaliptol, creosote.

b.

Kalsium-hidroksida Merupakan pasta saluran akar polimetrik kalsiumhidroksida, non eugenol, mis: CRCS.

c.

Gutta-percha berbentuk Kon (conus) sebagai bahan pengisi utama. Ukuran gutta percha pengisi yang sama dengan ukuran jarum endodontik, dari besaran 15 sampai 140, sesuai dengan standard ADA dan ISO, guttap

percha ini dapat disterilkan dengan alkohol 70%, chlorhexidine 2%, atau sodium hipoklorit (5%). Guttap point ISO dengan penambahan diameter keruncingan 2% per mm. Guttap point protaper dengan penambahan keruncingan 4%, 6%, 12% per mm. Namun demikian masih banyak sistem keruncingan yang berbeda karena tergantung pada merek misalnya: core filler guttap percha, guttap percha point, yang menggunakan inti dari resin. - Sifat dan komposisi gutta-percha Mulai diperkenalkan tahun 1867, gutta percha merupakan bahan pengisi yang sangat diperlukan karena tidak mengerut setelah insersi kecuali kalau dibuat plastis dengan suatu pelarut atau pemanasan. Mudah disterilkan sebelum dimasukkan dan tidak mendorong pertumbuhan bakteri. Gutta-percha adalah radiopak, tidak menodai struktur gigi dan tahan terhadap uap lembab, serta mudah dikeluarkan dari saluran akar bila perlu. Mungkin merupakan bahan yang paling kurang toksik dan paling sedikit mengiritasi jaringan periapikal dari semua bahan pengisi saluran akar. Sebaliknya gutta-percha sukar dimasukkan ke dalam saluran akar yang sempit, dan tidak menutup saluran di bagian lateral dan apikal kecuali jika dikombinasi dengan sealer (pasta saluran akar). Untuk meremajakan gutta-percha yang telah menua dan rapuh dapat dilakukan tindakan dengan mencelupkannya sebentar ke dalam air leding panas (550 C) diikuti pendinginan seketika dalam air leding dingin. Pengisian saluran akar dengan guttap point sampai daerah orifis. Untuk memotongnya diperlukan alat yang panas. Hal ini dapat ditempuh dengan menggunakan eksavator yang dipanaskan atau trimer khusus pemotong guttap point.

C. TAHAPAN KUNJUNGAN Alat dan Bahan Alat : a. Diagnostic set

h. Spuit injeksi

b. High Speed Handpiece

i. Endo akses bur

c. Low Speed Handpiece

j. Smooth broach

d. Handscoon dan masker

k. Barbed broach

e. Cotton roll

l. K-File

f. Suction

m. H-file

g. Sliding caliper

n. Lentulo

Bahan : a. Paper point b. Formokresol c. Bahan dressing (CaOH) d. Bahan irigasi (NaOCl) e. Pasta CaOH f. Iodoform g. Cavit h. Lining SIK i. Resin komposit

1. Kunjungan pertama a. Mempersiapkan pasien dan alat bahan b. Devitalisasi pulpa c. Trepanasi Membuka kamar pulpa menggunakan endo akses bur dengan tekanan ringan, irigasi dengan sejumlah besar larutan sodium hipoklorit (NaOCl) dan keringkan saluran dengan paper point. Tutup kavitas tadi dan bebaskan gigi dari oklusi. Jika nanah yang keluar tidak dapat dikontrol, biarkan lubang dalam keadaan terbuka selama 24 jam.

d. Medikasi Pemberian antibiotik amoksisilin dan parasetamol untuk meredakan rasa nyeri yang ditimbulkan. Namun, pemberian paracetamol diminum jika hanya terasa nyeri/sakit saja.

2. Kunjungan Kedua a. Mempersiapkan pasien dan alat bahan b. Perawatan Pulpektomi Non Vital

1) Eksplorasi 2) Pulp Debridement 3) Irigasi saluran akar NaOCl 2 mm spuit injeksi 4) Pengukuran panjang kerja 5) Preparasi Saluran Akar 6) Sterilisasi saluran akar (dressing) 7) Tumpat sementara menggunakan cavit sampai dengan kunjungan berikutnya selama 7 hari atau c. Perawatan pulpektomi vital

1) Anastesi infiltrasi disekitar labial dan palatal gigi 12 menggunakan Lidokain HCl 2% 1:100 (2 ml) 2) Pengambilan jaringan pulpa

3) Irigasi kombinasi salin dan NaOCl 2,5% 4) Medikasi dengan Cresophen 5) Restorasi sementara dengan cavit 6) Control 7 hari 7) Pengukuran panjang kerja 8) Preparasi Saluran Akar 9) Sterilisasi saluran akar (dressing) 10) Tumpat sementara menggunakan cavit sampai dengan kunjungan berikutnya selama 7 hari

3. Kunjungan ketiga a. Pemeriksaan Subjektif Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan dengan gigi yang dirawat dan menanyakan nyaman atau tidak digunakan untuk makan. Jika dari pasien tidak ada keluhan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya. b. Pemeriksaan Objektif Perkusi ( - ) Palpasi ( - ) c. Bongkar tumpatan sementara, irigasi dan keringkan dengan papper point d. Tes perihidrol e. Pengisian saluran akar (Obturasi) f. Tumpat sementara menggunakan cavit 4. Kunjungan keempat a. Pemeriksaan subjektif Menanyakan kepada pasien apakah ada keluhan dengan gigi yang dirawat dan menanyakan nyaman atau tidak digunakan untuk makan. Jika dari pasien tidak ada keluhan maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya. b. Pemeriksaan objektif Perkusi ( - ) Palpasi ( - ) c. Restorasi permanen menggunakan restorasi direk resin komposit kelas III

Daftar Pustaka Grossman LI. Grossman’s Endododntic Practice. 12th ed. (Chandra BS, Krishna VG eds). New Delhi : Wolters Kluwer Health; 2010. Ingle JI, Bakland LK, Baumgertner JC. Ingle’s Endodontics. 6 th ed. BC Decker Inc; 2008. Bergenholtz G, Bindslev PH, Reit C. Textbook if Endodontology. 2nd ed. Blackwell Publishing Itd; 2010. American Association of Endodontists : Glossary of Endodontic Terms. 8th ed. American Association of Endodontists; 2012:10 Walton RE, & Torabinejad M. 2008. (Penerjemah. N. Sumawinata). Prinsip dan praktek ilmu endodonsi. Cetakan ke-1. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 305. Hal. 315337.

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""