BAB 1 PENDAHULUAN 3.1
LATAR BELAKANG Ruang rawat intensif atau Intensive Care Unit (ICU) adalah salah satu unit
pelayanan yang vital bagi suatu rumah sakit. Intensive Care Unit (ICU) dikenal sebagai unit perawatan di rumah sakit yang dilengkapi berbagai peralatan khusus disertai beberapa tenaga medis salah satunya perawat dengan keterampilan dibidang perawatan intensif dalam merawat pasien sakit gawat (penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain), dimana perlu penanganan dengan segera, pemantauan, perawatan serta terapi intensif (Gulli et al, 2004). Menurut data Laporan Riset Fasilitas Kesehatan tahun 2011, pelayanan perawatan intensif di Indonesia tersebar pada 57,7% RSU Pemerintah. Pelayanan Perawatan Intensif dimiliki oleh seluruh RSU Pemerintah Kelas A, 97,2% RSU Pemerintah Kelas B, 64,3% RSU Pemerintah Kelas C dan 15,6% RSU Pemerintah Kelas D. Keberadaan Intensive Care Unit (ICU) sejalan dengan fungsi utamanya dalam merawat pasien yang dalam keadaan kritis, memantau keadaan pasien secara terus menerus dan memberikan tindakan segera jika dibutuhkan pasien tersebut. Untuk dapat memberikan pelayanan prima dan manajemen yang efektif dan efisien, maka Intensive Care Unit (ICU) harus dikelola sesuai suatu standar pelayanan sesuai peraturan pemerintah terkait salah satunya dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, dimana salah satunya telah dijabarkan standar teknis
1
pelayanan intensif baik dari segi efektifitas pelayanan dan kompentensi pemberi pelayanan karena hal ini juga berhubungan dengan mutu pelayanan. Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Pasien sebagai individu dengan berbagai kebutuhannya yang kompleks selain fisik, psikososial hingga spiritual, yang dalam perjalananya juga tidak menutup kemungkinan memiliki masalah dilemma dalam pengambilan keputusan, dan lainnya. Perawat sebagai tenaga kesehatan professional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi biologi, psikologi, sosial, dan spiritual melalui asuhan keperawatan yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan pasien agat tercapai tujuan kesehatan yang optimal. Perawat memiliki banyak peran salah satunya adalah sebagai care giver dalam pemenuhan kebutuhan pasien.. Namun, seringkali dalam menangani pasien dengan perawatan intesif, perawat hanya berfokus pada permasalahan fisik pasien saja yang menyebabkan asuhan keperawatan tidak berjalan optimal. Sehingga secara kesimpulan dapat ditarik bahwa peran perawat yang komprehensif sangat vital dalam memberikan asuhan yang optimal kepada pasien khususnya pasien dengan perawatan intensif untuk mencapai kebutuhan pasien secara optimal.
3.2
TUJUAN
1.2.1
Tujuan Umum
2
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang peran perawat kritis dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien. 1.2.2
Tujuan Khusus 1) Mampu memahami dan menjelaskan konsep dasar pelayanan intensif. 2) Mampu memahami dan menjelaskan peran perawat kritis dalam pemenuhan kebutuhan pasien.
3
BAB 2 PEMBAHASAN 2.1
KONSEP PELAYANAN INTENSIVE CARE UNIT (ICU) Menurut Badan Litbangkes dalam Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan
2011, dijelaskan Pelayanan perawatan intensif adalah perawatan terpisah yang berada dalam rumah sakit, dikelola khusus untuk perawatan pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa akibat penyakit, pembedahan, atau trauma dan diharapkan dapat disembuhkan (reversible) dan menjalani kehidupan sosial dengan terapi intensif yang menunjang (support fungsi vital tubuh) pasien tersebut selama masa kegawatan. Terapi supportif dengan obat dan alat meliputi fungsi pernapasan, sirkulasi, sistem saraf pusat, sistem pencernaan, ginjal dan lain-lain bertujuan agar ancaman kematian dapat dikurangi dan harapan sembuh kembali normal dapat ditingkatkan. Pelayanan intensif meliputi antara laiun : Intensive Care Unit (ICU), Neonatus Intensive Care Unit (NICU), Pediatric Intensive Care Unit (PICU) dan Cardiac Intensive Care Unit (CICU/ ICCU). Lebih
lanjut,
dalam
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit, dijelaskan bahwa Intensive Care Unit (ICU) didefinisikan sebagai suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalansi dibawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana, prasara serta peratanan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital 4
dengan menggunakan keterampilan staf medic, perawat dan staf lain yang berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.
2.2
PERAN PERAWAT KRITIS DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PASIEN Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien
yang berkualitas tinggi dan komprehensif. Seseorang yang sakit berupaya mencari penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang berkualitas dan cepat tanggap atas keluhan klien, serta penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman. Bentuk pelayanan di rumah sakit antara lain pelayanan Intensive Care Unit (ICU). Seseorang yang berada di dalam ruang ICU selain memiliki permasalahan fisik yang kompleks juga merasakan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman terhadap integritas. Klien mungkin mempunyai ketidakpastian tentang makna kematian sehingga mereka menjadi rentan terhadap distress spiritual. Terdapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang membuat mereka mampu untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut (Potter & Perry, 2005). Untuk pasien yang kritis, waktu adalah sesuatu hal yang vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat (Talbot, 1997). Perawat sebagai tenaga kesehatan profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi biopsiko-sosio-spiritual. Peran perawat kritis sebagai berikut:
5
2.2.1 PERAWAT SEBAGAI ADVOKAT Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu (Potter dan Perry, 2005). Contoh peran perawat sebagai advokat: a. Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien atau keluarga dalam membuat keputusan. b. Menyesuaikan penyuluhan dengan kekuatan pasien. Pertimbangkan bahwa nyeri, demam, keletihan dan dapat mengganggu proses pembelajaran atau penyuluhan. c. Membantu pasien mendapatkan perawatan yang diperlukan d. Mendukung keputusan dari pasien atau keluarga yang tentang pelayanan keperawatan yang akan diberikan ataupun proses perpindahan transfer ke rumah sakit lain yang memiliki kualitas yang sama. e. Ikut membantu pasien/ keluarga ketika dibutuhkan, seperti dalam pengambilan keputusan perawatan demi kepentingan pasien. f. Menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien. g. Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien.
6
Nurse as advocate when there unmeet needs: family
Self preseravation: Physiological adaptation representating major body systems: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Safety and security
Social interaction Psychological adaptation
Spiritually Sense of belonging connectedness
Air Circulation Nutrition Metabolism Coordination Elimination Needs of critically ill patient Gambar 1. Basic human needs are aimed at survival Sumber : Carolyn, et all (1997)
2.2.2 PERAWAT SEBAGAI PEMBERI ASUHAN LANGSUNG (CARE GIVER) Menurut Doheny (dalam Kusnanto, 2004), salah satu elemen peran perawat sebagai perawat profesional adalah care giver (pemberi asuhan keperawatan). Sebagai pelaku atau pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat memberikan pelayanan keperawatan kepada klien dengan menggunakan pendekatan
proses
keperawatan
yang
meliputi
pengkajian,
diagnosis,
keperawatan, implementasi dan evaluasi. Sebagai care giver atau pemberi asuhan keperawatan, maka perawat kritis dalam hal pemberian asuhan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar klien harus mengikuti standar asuhan keperawatan intensif yang merupakan acuan minimal asuhan keperawatan yang harus diberikan di instalasi perawatan intensif/ Intensive Care Unit (ICU). Langkah-langkah yang harus dilakukan meliputi :
7
1.
Pengkajian Merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang mengaruskan perawat menemukan data kesehatan klien secara tepat. Pengkajian meliputi proses pengumpulan data, validasi data, menginterprestasikan data dan memformulasikan masalah atau diagnosa keperawatan sesuai analisa data. Pengkajian awal di dalam keperawatan intensif sama dengan pengkajian umumnya yaitu dengan pendekatan sistim yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, namun ketika klien yang dirawat telah menggunakan alat-alat bantu mekanik seperti alat bantu napas (ABN), hemodialisa, pengkajian juga diarahkan ke hal-hal yang lebih khusus yakni terkait dengan terapi dan dampak dari penggunaan alat-alat tersebut.
2.
Penetapan masalah/diagnosa keperawatan Setelah melakukan pengkajian, data dikumpulkan dan diinterprestasikan kemudian dianalisa lalu ditetapkan masalah/diagnosa keperawatan berdasarkan data yang menyimpang dari keadaan fisiologis. Kriteria hasil ditetapkan untuk mencapai tujuan dari tindakan keperawatan yang diformulasikan berdasarkan pada kebutuhan klien yang dapat diukur dan realistis (Craven & Himle, 2000).
3.
Perencanaan tindakan keperawatan Perencanaan tindakan keperawatan dibuat apabila diagnosa telah diprioritaskan. Prioritas masalah dibuat berdasarkan pada ancaman/resiko ancaman hidup, lalu dilanjutkan dengan mengidentifikasi alternatif diagnosa keperawatan untuk meningkatkan keamanan, kenyamanan dan
8
diagnosa keperawatan untuk mencegah komplikasi. Perencanaan tindakan mencakup
4
unsur
kegiatan
yaitu
observasi/monitoring,
terapi
keperawatan, pendidikan dan tindakan kolaboratif. Pertimbangan lain adalah kemampuan untuk melaksanakan rencana dilihat dari ketrampilan perawat,
fasilitas,
kebijakan
dan
standar
operasional
prosedur.
Perencanaan tindakan perlu pula diprioritaskan dengan memperhatikan besarnya
kemungkinan
masalah
dapat
diselesaikan.
Tujuan
dari
perencanaan ini adalah untuk membuat efisiensi sumber-sumber, mengukur kemampuan dan mengopttimalkan penyelesaian masalah. 4.
Melaksanakan tindakan keperawatan Semua kegiatan yang dilakukan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien harus sesuai dengan rencana tindakan. Hal ini penting untuk mendukung pencapaian tujuan. Tindakan keperawatan dapat dalam bentuk observasi, tindakan prosedur tertentu, tindakan kolaboratif dan pendidikan kesehatan. Dalam tindakan perlu ada pengawasan terus menerus terhadap kondisi klien termasuk evaluasi perilaku.
5.
Evaluasi tindakan keperawatan Adalah langkah kelima dalam proses keperawatan dan merupakan dasar pertimbangan yang sistematis untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan sekaligus merupakan alat untuk melakukan pengkajian ulang dalam upaya melakukan modifikasi/revisi diagnosa dan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan setiap akhir tindakan pemberian asuhan yang disebut sebagai evaluasi proses dan evaluasi hasil yang dilakukan untuk menilai
9
keadaan kesehatan klien selama dan pada
akhir perawatan. Evaluasi
dicatat pada catatan perkembangan klien. 6.
Dokumentasi keperawatan Adalah catatan berisi data pelaksanaan tindakan keperawatan atau respon klien terhadap tindakan keperawatan sebagai pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan perawat kepada pasien dari kebijakan. Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen legal dalam sistim pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik sehingga informasi mengenai keadaan kesehatan klien dapat diketahui secara berkesinambungan.
2.2.3 PERAWAT SEBAGAI KOLABORATOR Dasar pengelolaan pasien ICU adalah pendekatan
multidisiplin dari
beberapa disiplin ilmu terkait yang dapat memberikan kontribusinya
sesuai
dengan bidangkeahliannya dan bekerjasama di dalam tim. Tim tersebut terdiri dari: spesialis anestesi, dokter penanggung jawab spesialis, perawat ICU, dokter ahli mikrobiologi klinik, ahli farmasi klinik, ahli nutrisi, fisioterapis, dan tenaga lain sesuai klasifikasi pelayanan ICU.
10
Spesialis anestesi Perawat ICU Dokter spesialis
Ahli farmasi klinik
KLIEN
Fisioterapi s klinik
Ahli nutrisi klinik
Tenaga lain
Dokter ahli mikrobiologi klinik
Gambar 2. Tenaga Medis di Pelayanan Intensif
Peran kolaborator ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan lainnya seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya memberikan pelayanan yang baik (Vicky, 2010). Contoh peran perawat sebagai kolaborator : a. Bertindak sebagai penghubung antara pasien dan keluarga pasien dalam hal yang berhubungan dengan penyakit, kondisi pasien, biaya yang harus disiapkan, apa yang harus dilakukan. b. Bertindak sebagai kolaborator yang menjadi penghubung pasien dengan tim kesehatan lain seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, laboratory, Spesialis anestesi, Dokter spesialis, perawat ICU, dokter ahli mokrobiologi klinik, ahli farmasi klinik, dan tenaga lain sesuai klasifkasi pelayanan ICU yang bekerja bersama-sama mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya. c. Mendiskusikan rencana pemindahan lebih awal saat hospitalisasi di ICU.
11
d. Selalu memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang setiap perbaikan yang dialami pasien. e. Jelaskan apa yang diharapkan dari keluarga dan pasien di lingkungan yang baru, seperti apa yang dibatasi dan apa yang tidak. f. Menjadi kolaborator untuk meyakinkan pasien tentang keahlian dan keterampilan perawat di unit perawatan yang baru, misal dalam perpindahan pasien ke ruang rawat lain―dari ruang intensif ke rawat inap).
2.2.4 PERAWAT SEBAGAI KONSULTAN Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan terutama mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010). Peran sebagai konsultan adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan. Mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan. Hal ini merupakan tugas perawat sebagai seorang pembaharu (Hidayat, 2004). Contohnya perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan serta dalam membantu pasien dalam pengambilan keputusan (dilemma etik). Peran ini dilakukan atas permintaan klien tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12
2.2.5 PERAWAT SEBAGAI PENELITI Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode pemberian pelayanan (Vicky, 2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan, baik dalam praktik maupun dalam pendidikan keperawatan. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa perawat sebagai peneliti memiliki peran yang cukup penting karena dari hasil penelitian inilah nantinya pemenuhan kebutuhan di ruang Intensive Care Unit (ICU) akan lebih baik lagi karena hal-hal yang belum terpenuhi sebelumnya dapat terpenuhi dengan adanya penelitian yang dilakukan. Contohnya perawat di ICU melakukan penelitian dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan mendatangkan pembimbing rohani serta melibatkan peran keluarga dalam memberikan motivasi dan metode yang aman dan tepat dalam menjaga kenyamanan klien dan keluarga. Misal dengan memberikan keluarga memajang foto keluarga di meja perawatan atau memberikan aromatherapy dalam membantu relaksasi pasien.
2.2.6 PERAWAT SEBAGAI KOORDINATOR Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian layanan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan (Vicky, 2010). Contohnya adalah ketika pasien pertama kali masuk ke ruangan intensif, perawat langsung berkoordinasi terkait tindakan perawatan kepada tim medis khusus terkait dalam menangani dan dalam pemberian terapi secara tepat, salah satunya melalui metode
13
clinical pathways, sehingga diharapkan pasien dapat mencapai kesehatan optimal melalui standar manajemen perawatan yang tepat. standar Dalam Carolline, et al (1997) dijelaskan tujuan perawat sebagai koordinator adalah : a. Untuk memenuhi asuhan keperawatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien. b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien c. Menggunakan
keterampilan
perawat
untuk:
merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengontrol.
14
BAB 3 PENUTUP 3.1
KESIMPULAN Berdasarkan atas beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
peran perawat kritis dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien khususnya pasien dengan perawatan intensif dengan tingkat kebutuhan dan ketergantungan total, sangat kompleks. Dalam memenuhi kebutuhan terapi pasien secara langsung selain sebagai pemberi asuhan keperawatan secara langsung (care giver), advokator pasien, kolabolator, dan konsultan. Selain itu, perawat juga berperan dalam mengatur dan mengembangkan bidang keperawatan melalui peran Koordinator dan peneliti.
3.2
SARAN Pada hasil diskusi yang telah dilakukan adapun saran yang disampaikan
untuk menyempurnakan penyajian materi pada makalah yang telah ada: 1. Penulisan daftar pustaka dan referensi yang digunakan dalam pembuatan materi makalah masih ada yang lebih dari ketentuan referensi.
15
DAFTAR PUSTAKA Carolyn, et al. 1997. Critical Care Nursing Seventh Edition. Philadelphia: Lippincott Company. Departemen Kesehatan RI, 2006, Standar Pelayanan Keperawatan Di ICU, Jakarta. Gulli LF, Nasser B, Sampson U. 2004. Intensive Care Unit. Gale Encyclopedia of Surgery: A Guide for Patients and Caregivers. Hidayat, Aziz Alimul. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Kemenkes. 2011. Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit. Diakses pada 8 Maret 2018 melalui www.kemenkes.go.id Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (LITBANGKES) Kemenkes RI. 2012. Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan 2011: Rumah Sakit. Diakses pada 14 Maret 2018 melalui www.kemenkes.go.id Keputusan Menteri Kesehatan RI 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Pelayanan Intensive
Care
Unit
(ICU)
di
Rumah
Sakit.
Diakses
pada
14
Maret
2018
melalui www.kemenkes.go.id Kusnanto, 2004, Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta. Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan Praktik. Jakarta: EGC. Ristianingsih D, dkk. 2014. Gambaran Motivasi Dan Tindakan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien
Di Ruang Icu Pku Muhammadiyah Gombong. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No 2. Juni 2014 Stillwell, S. B. (2002). Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Talbot, Laura, dan Mary Meyers-Marquardt. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Vicky. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Diakses pada 10 Maret 2018 melalui Unismus Web: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-vickynurpr-5195-3-bab2.pdf
16
LAMPIRAN HASIL DISKUSI AULA 1. Pertanyaan oleh Jupita Ayu Purnamasari, Kelompok 6: Penjabaran materi di atas sudah baik, mungkin untuk memperjelas mengenai peran perawat sebagai peneliti dapat diberikan contoh mengenai penelitian terkait perawatan di raung ICU. Yang kedua, salah satu peran perawat juga sebagai konsultan dimana perawat sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Menurut pendapat kelompok apakah ada sikap tertentu yang harus dimiliki oleh perawat dalam menjalankan perannya sebagi konsultan, dimana mungkin saja saa melakukan konsultasi klien atau keluarga masih dalam kondisi belum menerima kondisi yang dialaminya saat itu? Jawaban oleh Marini Stefani Baker, Kelompok 2 menurut kami, perawat dalam hal ini memiliki sifat caring dan menempatkan diri dalam situasi dan kondisi pasien maupun keluarga. sebagai konsultan dan apabila pasien maupun keluarga masih dalam kondisi belum menerima kondiasi yang dialami maka perawat harus bisa memahami bahwa butuh waktu dan proses bagi setiap orang untuk menerima suatu keadaan. sehingga perawat tidak memaksakan kehendak kepada pasien maupun keluarga untuk menerima kondisinya. perawat harus memahami itu dan harus bisa bersabar menjelaskan dengan komunikasi yang terapeutik tentang setiap proses, tindakan dan perawatan yang diterima pasien. Jawaban oleh Yayuk Ratnasari Dewi Anggreni, Kelompok 2 Peran perawat sebagai peneliti dalam memenuhi kebutuhan dasar pasien. sebagaimana diketahui bahwa manusia sebagai pasien memiliki kebutuhan yang holistic, yaitu bio-psiko-sosial-spiritual. Pasien dengan perawatan intensif umumnya selain memiliki permasalahan fisik yang kompleks juga merasakan ketakutan terhadap nyeri fisik, ketidaktahuan, kematian dan ancaman terhadap integritas. Terdapat juga klien yang mempunyai rasa spiritual tentang ketenangan yang membuat mereka mampu untuk menghadapi kematian tanpa rasa takut (Potter & Perry, 2005). Melalui penelitian Ristianingsih, dkk (2014), didapatkan bahwa tindakan dan motivasi perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual masih kurang optimal. Contoh yang bisa diambil peran perawat sebagai peneliti salah satunya: perawat di ICU melakukan penelitian dalam pemenuhan kebutuhan spiritual melalui lateral thinking dengan relaksasi progresif melalui terapi music dan modifikasi lingkungan sesuai kebutuhan pasien serta melibatkan 17
peran keluarga dalam memberikan motivasi dan metode yang aman dan tepat dalam menjaga kenyamanan klien dan keluarga. Misal dengan memberikan keluarga memajang foto keluarga di meja perawatan atau memberikan aromatherapy dalam membantu relaksasi pasien. 2. Saran dari Dwi Ferafurisca Desi, Kelompok 6 Masukan dan saran tentang penulisan daftar pustaka. Setelah saya baca ada beberapa sumber yang belum masuk dalam daftar pustaka seperti (Craven & Himle, 2000) yang belum di cantumkan di dalam daftar pustaka. Kemudian untuk refrensi sebaiknya kalau dari buku mengunakan refrensi kurang dr sepuluh tahun dan jurnal kurang dari 5 tahun.
18