MAKALAH DOWN SYNDROME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK II
Oleh : Kelompok 8 AFIF RIYANTO ( NIM. 180203109 ) AGUNG PERMANA ( NIM. 180203110 ) MUHAMMAD GALANG PRATAMA ( NIM. 180203126 )
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “DOWN SYNDROME” tepat pada waktunya.Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan - kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah berikutnya. Sekian penulis sampaikan, Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Aamiin.
Purwokerto, 26 Maret 2019
Penulis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Down syndrome merupakan kelainan kromosomal genetik yang disebut trisomi. Penderita sindrom down mempunyai tambahan kromosom pada kromosom 21.Hal ini dikarenakan adanya gagguan pembelahan
kromosom
aneuploidi.Bertambahnya
yang
disebut
kromosom
non-disjungsi
berdampak
pada
atau ketidak
seimbangan genetik, retardasi mental dan terganggunya fungsi fisik, intelektual bahkan fisiologitubuh. Beberapa orang tua menganggap kurangnya pendengaran dan kurangnya respon anak terhadap suara sebagai hal yang wajar. Namun bila tidak dideteksi secara dini dan tidak ditangani akan menyebabkan gangguan fungsi organ yang lain bahkan gangguan lain seperti gangguan sosial. Anak harus bisa berbicara secara menggumam pada umur 2 – 4 bulan, namun pada anak dengan down syndromedengan gangguan pendengaran, mereka tidak akan bisa berbicara sebelum umur 5 tahun. Sedangkan pada anak down syndrometanpa gangguan pendengaran, anak mulai dapat berbicara pada kisaran umur 2 – 5 tahun. Riset membuktikan bahwa, anak dengan sindrom down akan mengalami kesulitan dalam berbicara dikarenakan adanya faktor langsung seperti malformasi pada organ fonasi, gangguan motorik pada organ berbicara seperti lidah, mulut, pipi dan pharynx. Namun juga terdapat faktor tak langsung yang menyebabkan kesulitan berbicara dan berbahasa pada anak dengan sindrom down seperti adanya gangguan mendengar.Gangguan pendengaran dan gangguan perkembangan bahasa pada anak harus dapat dideteksi (screening) sedini mungkin.Adanya nilai kejadian kurangnya pendengaran dan
terlambatnya perkembangan bahasa anak sindrom down diduga adanya kurangnya kewaspadaan (awareness) dari orang tua dan pemberi layanan kesehatan. Untuk itulah diperlukan suatu penelitian untuk dapat menganalisa fenomena kejadian gangguan pendengaran dan gangguan perkembangan bahasa anak sindrom down terkhusus untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kurangya pendengaran dan gangguan perkembangan bahasa pada anakdown syndrome. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep teori dari down syndrome? 2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan down syndrome? 3. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui
dan
memahami
bagaimana
membuat
asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan down syndrome 2.Tujuan Khusus 1) Mengetahui dan memahami definisi down syndrome 2) Mengetahui dan memahami etiologi down syndrome 3) Mengetahui dan memahami patofisiologi down syndrome 4) Mengetahui dan memahami manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada klien dengan down syndrome 5) Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan down syndrome. 6) Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dari down syndrome
BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Menurut Selikowitz (2001), anak down syndrome dan anak normal pada dasarnya memiliki tujuan yang sama dalam tugas perkembangan, yaitu mencapai kemandirian. Namun, perkembangan anak down syndrome lebih lambat dari pada anak normal. Jadi diperlukan suatu terapi untuk meningkatkan kemandirian anak down syndrome. Menurut Bandi (1992: 24) anak cacat mental pada umumnya mempunyai kelainan yang lebih dibandingkan cacat lainnya, terutama intelegensinya.Hampir semua kemampuan kognitif anak cacat mental mengalami kelainan seperti lambat belajar, kemampuan mengatasi masalah, kurang dapat mengadakan hubungan sebab akibat, sehingga penampilan sangat berbeda dengan anak lainnya. Anak cacat mental ditandai dengan lemahnya kontrol motorik, kurang kemampuannya untuk mengadakan koordinasi, tetapi dipihak lain dia masih bisa dilatih untuk mencapai kemampuan sampai ke titik normal. Tanda-tanda lainnya seperti membaca buku ke dekat mata, mulut selalau terbuka untuk memahami sesuatu pengertian memerlukan waktu yang lama, mempunyai kesulitan sensoris, mengalami hambatan berbicara dan perkembangan verbalnya. Dari pendapat tersebut diatas dapat penulis simpulkan bahwa down syndrome adalah anak yang memiliki kelebihan kromosom sehingga intelektual dibawah rata-rata dan memiliki kelainan fisik.Kelainan pada anak down syndrome sangat jelas dan setiap anak down syndrome hampir memiliki wajah yang serupa. 2. Etiologi Bagi ibu yang berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak Down
Syndrom. Sembilan puluh lima penderita down syndrom disebabkan oleh kelebihan kromosom 21. Keadaan ini disebabkan oleh "nondysjunction" kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagian sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna. Di kalangan 5 % lagi, anak-anak down syndrom disebabkan oleh mekanisma yang dinamakan "Translocation". Keadaan ini biasanya berlaku oleh pemindahan bahan genetik dari kromosom 14 kepada kromosom 21. Bilangan kromosomnya normal yaitu 23 pasang atau jumlah kesemuanya adalah 46 kromosom.
3. Anatomi Fisiologi Gejala yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas : 1)
Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali
dengan adanya penampilan fisik yang menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dar inormal (microchephaly) dengan bagian (anteroposterior) kepala mendatar 2)
Sifat pada kepala, muka dan leher : penderita down
syndrome mempunyai paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung yang datar. Pangkal hidungnya pendek. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam. Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur. Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan gig ilambat dan tidak teratur Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan (epicanthal folds) (80%), white Brushfield
spots di sekililing lingkaran di sekitar iris mata (60%), medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus, katarak (2%), dan retinal detachment. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea. 3)
Manifestasi mulut : gangguan mengunyah menelan
dan bicara. scrotal tongue, rahang atas kecil (hypoplasia maxilla),
keterlambatan
pertumbuhan
gigi,
hypodontia,
juvenile periodontitis, dan kadang timbul bibir sumbing Hypogenitalism (penis, scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan keterlambatan perkembanganpubertas. 4) Xerosis
Manifestasi kulit : kulit lembut, kering dan tipis, (70%),
atopic
dermatitis
(50%),
palmoplantar
hyperkeratosis (40-75%), dan seborrheic dermatitis(31%), Premature wrinkling of the skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria infections, fungal infections (tinea), and ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata (6-8.9%), Vitiligo, Angular cheilitis 5)
Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan
berupa sumbatan pada esofagus (esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia). Saluran esofagus yang tidak terbuka (atresia) ataupun tiada saluran sama sekali di bagian tertentu esofagus. Biasanya ia dapat dekesan semasa berumur 1 – 2 hari dimana bayi mengalami masalah menelan air liurnya. Saluran usus kecil duo denum yang tidak terbuka penyempitan yang
dinamakan
“HirshprungDisease”.
Keadaan
ini
disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rectum. dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang air besar. Saluran usus rectum bagian usus yang paling akhir (dubur) yang tidak terbuka langsung
atau
penyempitan
yang
dinamakan
“Hirshprung
Disease”.Keadaanini disebabkan sistem saraf yang tidak normal di bagian rektum. Biasanya bayi akan mengalami masalah pada hari kedua dan seterusnya selepas kelahiran di mana perut membuncit dan susah untuk buang air besar Apabila anak sudah mengalami sumbatan pada organ-organ tersebut biasanya akan diikuti muntah-muntah. Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kromosom melalui amniocentesis bagi para ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal kehamilan. Terlebih lagi ibu hamil yang pernah mempunyai anak dengan sindrom down atau mereka yang hamil di atas usia 40 tahun harus dengan hati- hati memantau perkembangan janinnya karena mereka memiliki risiko melahirkan anak dengan sindrom down lebih tinggi. 6)
Sifat pada tangan dan lengan : Sifat-sifat yang jelas
pada tangan adalah mereka mempunyai jari-jari yang pendek dan
jari
kelingkingmembengkokkedalam.Tapaktanganmerekabiasanya hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”. Tampilan kaki : Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jarikaki dan jari kaki kedua agak jauh terpisah dan tapak kaki. Tampilan
klinis
otot
:
mempunyai
otot
yang
lemah
masalah
dalam
menyebabkan mereka. menjadi
lembek
dan
menghadapi
perkembangan motorik kasar. Masalah-masalah yang berkaitan dengan masa kanak-kanak downsyndrom mungkin mengalami masalah kelainan organ-organ dalam terutama sekali jantung danusus. 7)
Down syndrom mungkin mengalami masalah
Hipotiroidism yaitu kurang hormon tiroid. Masalah ini berlaku di kalangan 10 % kanak-kanak down syndrom. Down syndrom
mempunyai ketidakstabilan di tulang-tulang kecil di bagian leher
yang
menyebabkan
berlakunya
penyakit
lumpuh
(atlantoaxial instability )dimana ini berlaku dikalangan 10% kanak-kanak
down
syndrom.
Sebagian
kecil
mereka
mempunyai risiko untuk mengalami kanker sel darah putih yaitu leukimia. Pada otak penderita sindrom down, ditemukan peningkatan rasio APP (amyloidprecursorprotein) seperti pada penderita Alzheimer. 8)
Masalah Perkembangan Belajar Down syndrom
secara
keseluruhannya
mengalami
keterbelakangan
perkembangan dan kelemahan kognitif. Pada pertumbuhan mengalami masalah lambat dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat untuk berjalan, perkembangan motorik halus dan berbicara. Perkembangan sosial mereka agak menggalakkan menjadikan mereka digemari oleh ahli keluarga.Mereka juga mempunyai sifat periang. Perkembangan motor kasar mereka lambat disebabkan otot-otot yang lembek tetapi mereka akhirnya berhasil melakukan hampir semua pergerakan kasar 4. . Patofisiologi Bagi ibu yang berumur 35 tahun keatas, semasa mengandung mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan anak Down Syndrom. Penderita down syndrom disebabkan
oleh
kelebihan
kromosom
21.
Keadaan
ini
disebabkan oleh "non- dysjunction" kromosom yang terlibat yaitu kromosom 21 dimana semasa proses pembahagian sel secara mitosis pemisahan kromosom 21 tidak berlaku dengan sempurna. Di kalangan lain, anak-anak down syndrom disebabkan oleh mekanisma yang dinamakan "Translocation". Keadaan ini biasanya
berlaku
kromosom 14.
oleh
pemindahan
bahan
genetik
dari
5. Pathway Down syndrome
6. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang muncul pada down syndrome, antara lain: a.
Fitur wajah yang datar
b.
Kepala berukuran kecil
c.
Leher pendek
d.
Mulut berukuran kecil dan lidah yang terjulur
e.
Otot kurang terbentuk dengan sempurna
f.
Ada celah antara jari kaki pertama dan kedua
g.
Telapak tangan yang lebar dengan jari-jari yang pendek dan satu lipatan pada telapak
h.
Berat dan tinggi badan rendah dibanding rata-rata
7. Komplikasi Down syndrome dapat memicu beragam komplikasi, antara lain:
Kelainan jantung. Sekitar setengah dari anak dengan Down syndrome diketahui terlahir dengan penyakit jantung bawaan, sehingga harus menjalani operasi.
Gangguan pencernaan. Sebagian penderita Down syndrome mengalami gangguan pencernaan, seperti sulit menelan (disfagia) dan penyakit celiac.
Demensia. Saat mencapai usia lanjut, penderita Down syndrome cenderung terserang demensia, terutama penyakit Alzheimer.
Gangguan penglihatan. Setengah dari penderita Down syndrome mengalami gangguan penglihatan, seperti katarak, rabun jauh, rabun dekat, juling, penipisan kornea, nistagmus, mata malas, dan konjungtivitis.
Masalah kesehatan mulut. Penderita Down syndrome dapat mengalami mulut kering, kesulitan saat menyikat gigi, gigi berlubang, dan radang gusi.
Penyakit tiroid. Sebagian kecil penderita Down syndrome mengalami penyakit tiroid, yang dapat menyebabkan hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid) atau hipertiroidisme (kelebihan hormon tiroid).
Gangguanpendengaran.
Sebagian
penderita
Down
syndrome
mengalami masalah pada pendengaran, akibat penumpukan cairan di bagian tengah telinga atau glue ear.
Sleep apnea. Kelainan bentuk tulang dan jaringan pada penderita Down syndrome bisa menyebabkan sumbatan pada saluran napas, dan berujung pada sleep apnea.
Gangguan psikologis dan mental. Sekitar 1 dari 5 penderita Down syndrome mengalami gangguan mental, seperti gangguan obsesifkompulsif, autisme, depresi, dan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).
Selain sejumlah komplikasi di atas, penderita Down syndrome lebih rentan mengalami obesitas, gangguan hormon, penyakit autoimun, dan penyakit infeksi. Penderita Down syndrome juga lebih berisiko terkena kanker darah (leukemia), walaupun hal ini jarang terjadi. 8. Pemeriksaan Diagnosis Down syndrome dapat dideteksi pada masa kehamilan melalui skrining kelainan genetik, yaitu dengan tes darah dan USG kehamilan. Selanjutnya akan dilakukan tes air ketuban dan uji sampel ari-ari, guna memastikan apakah terdapat kelainan gen. a. USG kehamilan USG kehamilan dilakukan setiap kali ibu hamil melakukan kontrol kandungan. Melalui pemeriksaan USG, dokter kandungan dapat menilai pertumbuhan janin, dengan melihat kadar cairan tulang belakang janin. b. Tes darah Dokter akan mengukur kadar protein PAPP-A (pregnancy-associated plasma protein-A) dan hormon HCG (human chorionic gonadotropin) pada trimester awal kehamilan. Pada trimester kedua, tes darah kembali dilakukan untuk mengukur kadar alpha-protein (AFP), estriol, HCG, dan hormon inhibin A. Seluruh pemeriksaan tersebut menjadi dasar bagi dokter, untuk menentukan apakah perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih berisiko, yaitu pengambilan sampel air ketuban atau ari-ari. c. Tes air ketuban Tes air ketuban atau amniocentesis dilakukan untuk mengetahui apakah janin menderita kelainan genetik. Amniocentesis dilakukan pada trimester kedua, saat kehamilan memasuki usia 15 minggu.
d. Uji sampel ari-ari Kelainan genetik juga dapat diketahui melalui pengambil sampel jaringan ari-ari atau plasenta. Pemeriksaan ini disebut chorionic villus sampling (CVS). CVS dilakukan oleh dokter kandungan saat kehamilan memasuki usia 10-13 minggu. Untuk mendeteksi kemungkinan memiliki anak yang menderita Down syndrome, pasangan disarankan melakukan konseling genetik sebelum merencanakan kehamilan, terutama jika memiliki anggota keluarga yang menderita kelainan ini.
9. Penatalaksanaan Setelah lahir, bayi dengan sindrom Down akan diuji untuk masalah kesehatan, seperti masalah mata, telinga, atau tiroid. Semakin cepat masalah ini ditemukan, semakin baik mereka dapat dikelola. Kunjungan dokter secara teratur dapat membantu anak Anda tetap dalam kesehatan yang baik. Setelah itu, dokter akan membuat rencana pengobatan yang memenuhi pertumbuhan kebutuhan anak Anda. Misalnya, kebanyakan anak-anak dengan Down sindrom perlu terapi wicara dan terapi fisik. Remaja dan orang dewasa dengan sindrom Down mungkin perlu terapi okupasi untuk mempelajari keterampilan kerja dan belajar bagaimana untuk hidup mereka sendiri. Konseling dapat membantu dengan keterampilan sosial dan masalah emosional. Banyak profesional kesehatan akan membantu anak Anda untuk melewati kehidupan. Akan tetapi peran orang tua juga sangat penting untuk keberhasilan anak. Untuk membantu kondis anak, Anda dapat melakukan:
a.
Pelajari semua tentang sindrom Down. Hal ini dapat membantu orang tua untuk tahu apa yang diharapkan dan bagaimana orang tua dapat membantu anak.
b.
Ikuti program-program khusus yang dirancang untuk anak sindrom Down.
c.
Memilih sekolah yang sesuai. Undang-Undang mengharuskan sekolah umum
untuk
memberikan
pelayanan
kepada
semua
anak-anak
berkebutuhan khusus berusia 3 sampai 21 tahun.
B. Konsep Asuhan Keperawatan Proses keperawatan adalah adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara klien sampai ke taraf optimal melalui pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu kebutuhan klien. (Nursalam, 2005) Dalam
asuhan
keperawatan
pasien
dengan
asma
bronkial,
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap, yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. 1. Pengkajian a. Lakukan pengkajian Fisik b. Lakukan pengkajian perkembangan c..Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak lain mengalami keadaan serupa d. Observasi adanya manifestasi Sindrom Down: e. Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat) f. Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar
g. Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata miring ke atas dan keluar) i. Hidung kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung sadel) j. Lidah menjulur kadang berfisura k. Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar) l. Palatum berlengkung tinggi m. Leher pendek tebal n. Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus) o. Sendi hiperfleksibel dan lemas p. Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul. q. Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan) r. Intelegensia s. Bervariasi dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah t. Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang u. Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif v. Anomaly congenital (peningkatan insiden) w. Penyakit jantung congenital (paling umum) Analisa Data Analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip, asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi pasien.Analisa data dilakukan melalui pengesahan data, pengelompokkan
data,
membandingkan
data,
menentukan
ketimpangan atau kesenjanganserta membuat kesimpulan tentang kesenjangan atau masalah yang ada. (Gaffar, 1999)
2. Diagnosa keperawatan a) Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d abnormalitas perkembanga kromosom,kelainan fisik b)
Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan
berhubungan
dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang
menjulur dan palatum yang tinggi. 3. Rencana Keperawatan No 1
Diagnosa
Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Risiko tinggi infeksi b/d Tujuan :
Intervensi (NIC) a) Ajarkan keluarga
hipotonia, peningkatan
Setelah diberikan asuhan
tentang teknik
kerentanan terhadap
keperawatan selama x 24 jam,
mencuci tangan
infeksi pernapasan
pasien tidak menunjukkan bukti
yang baik.
infeksi pernafasan
b) Tekankan pentingya
Kriteria hasil :
mengganti posisi
Untuk meminimalkan
anak dengan sering,
pemajanan pada organisme
terutama
infektif
penggunaan postur
Untuk mencegah
penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru Untuk mencegah krusta
sekresi dan mengeringnya membrane mukosa Karena tulang hidung anak
duduk c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin d) Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung
tidak berkembang
dengan spuit tipe-
menyebabkan masalah kronis
bulb
ketidakadekuatan drainase mucus
e) Dorong kepatuhan terhadap
Untuk keberhasilan
penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organism resisten
imunisasiyang dianjurkan f) Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotic bila diinstruksikan
2
Perubahan nutrisi (pada
Tujuan :
neonatus) : kurang dari
Setelah diberikan asuhan
kali sebelum
kebutuhan berhubungan
keperawatan selama x 24 jam,
pemberian makan,
dengan kesulitan
kesulitan pemberian makan
bila perlu
pemberian makanan
pada masa bayi menjadi
karena lidah yang
minimal
pemberian makan
menjulur dan palatum
Kriteria hasil :
sedikit tapi sering:
yang tinggi.
Untuk menghilangkan
biarkan anak untuk
mukus Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan pernapasan mulut Karena refleks menelan pada
a) Hisap hidung setiap
b) Jadwalkan
beristirahat selama pemberian makan c) Berikan makanan padat dengan mendorongnya ke
anak dengan sindrom down
mulut bagian
kurang baik
belakang dan
Memberikan kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan Untuk mengealuasi asupan nutrisi Mengetahui diet yang tepat
samping d) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy berdasarkan tinggi dan berat badan e) Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur
f) Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah makanan yang spesifik 3
Risiko tinggi cedera b/d
Tujuan :
hiperekstensibilitas
Setelah diberikan asuhan
bermain dan
sendi, instabilitas
keperawatan selama x 24 jam,
olahraga yang sesuai
atlantoaksial
mengurangi risiko terjadinya
dengan maturasi
cedera pada pasien dengan
fisik anak, ukuran,
sindrom down
koordinasi dan
Kriteria hasil :
ketahanan
Untuk menghindari cedera Menjauhkan anak dari factor
resiko cedera Memberikan perawatan
yang tepat Untuk mencegah
keterlambatan pengobatan
a) Anjurkan aktivitas
b) Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher c) Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru, pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial d) Laporkan dengan segera adanya tandatanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya ketrampilanmotorik stabil dan control
kandung kemih/usus, perubahan sensasi) 4
Kurangnya interaksi
Tujuan :
sosial anak b/d
Setelah diberikan asuhan
agar memberi
keterbatasan fisik dan
keperawatan selama x 24 jam,
kesempatan anak
mental yang mereka
kebutuhan akan sosialisasi
untuk bermain
miliki.
terpenuhi
dengan teman
Kriteria hasil :
sebaya agar anak
Pertukem anak tidak
mudah bersosialisasi
semakin terhambat Kemampuan berekspresi
5
a) Motivasi orang tua
b) Beri keleluasaan / kebebasan pada
diharapkan dapat menggali
anak untuk
potensi anak
berekspresi
Defisit pengetahuan
Tujuan :
(orang tua) b/d
Setelah diberikan asuhan
pada orang tua agar
perawatan anak
keperawatan selama x 24 jam,
memberi lingkungan
syndrom down.
orang tua/keluarga mengerti
yang memadai pada
tentang perawatan pada
anak
anaknya Kriteria hasil : lingkungan yang memadai
a) Berikan motivasi
b) Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan
mendukung anak untuk
motorik kasar dan
berkembang
halus serta
Kemampuan berbahasa pada anak akan terlatih Aktivitas sehari-hari akan membantu pertukem anak
pentunjuk agar anak mampu berbahasa c) Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam
aktivitas sehari-hari.
4. Evaluasi Keperawatan 1. Diagnosa 1 Anak tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan
2. Diagnosa 2 a) Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya b) Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makanan c) Bayi bertambah berat badannya sesuai dengan tabel perkembangan d) Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis
3. Diagnosa 3 a) Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan berolahraga b) Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik 4. Diagnosa 4 Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder 5. Diagnosa 5 a) Keluarga mengetahui tentang perawatan pada anak dengan Sindrome Down b) Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya.
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Down syndrome merupakan kelainan yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis
yang cukup khas. Kelainan
yang berdampak pada
keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental. Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Adriana, Dian. 2013. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta: Salemba Medika. Aryanto. 2008. Gangguan Pemahaman Bahasa pada Anak Down Syndrome.Jakarta: EGC. Bremner, G.J., Wachs, D.T. 2010. Infant Development. Second Edition Volume 2: Applied and Policy Issues.
Campbell. 2012. Buku Ajar Biologi. Jakarta : Penerbit Erlangga. Chamidah, Atien Nur. 2009. Deteksi Dini Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan. Jurnal Pendidikan Khusus Vol 2 No 5. Yogyakarta Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UNY. Djuantoro, Dwi. 2014. Patofisiologi: Buku Ajar Ilustrasi made Incredibly Easy. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara. Durand Mark & Barlow David, H. 2007. Essential of Abnormal. Amerika: Thomson Wadsworth