MAKALAH DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Penyuluhan Dosen Pengampu: DR. Burhan Karim, M.Pd
Disusun oleh : KELOMPOK III MURSALIM NURFATNUN NASHIRAH NURHIKMAH RISDA DAMAYANTI
SEMERSTER IV PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUD DA’WAH WAL IRSYAD (STAI DDI) PANGKEP TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt., berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa solawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang telah membimbing umatnya hingga sampai pada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan
dan
Penyuluhan,
yang
membahas
tentang
“DIAGNOSTIK
KESULITAN BELAJAR”. Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa kelemahan atau kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala tegur sapa, kritik, koreksi dan saran yang diberikan akan sangat membantu kami dalam menyusun makalah selanjutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya, Aamiin.
Pangkajene, 13 Maret 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR ISI..................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN .................................................................................. 3 A. Diagnosis Kesulitan Belajar dalam Proses Belajar Mengajar...................... 3 B. Pengumpulan Data untuk Diagnosis Kesulitan Belajar ............................... 3 C. Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar .................................................... 5 BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11 A. Kesimpulan .................................................................................................. 11 B. Saran ............................................................................................................ 11 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 12
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara
menetapkan
dan
kemungkinan
mengatasinya,
baik
secara
kuratif
(penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang subjektif. Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal. Kedua, adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BK lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan,
sikap
yang
terbuka
dan
mengasah
ketrampilan
dalam
mengidentifikasi kesulitan belajar siswa. Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang kondusif.
1
2
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Menjelaskan tentang diagnosis kesulitan belajar dalam proses belajar mengajar? 2. Menjelaskan tentang bagaimana cara pengumpulan data untuk diagnosis kesulitan belajar? 3. Menjelaskan tentang pelaksanaan kesulitan belajar?
C. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tentang diagnosis kesulitan belajar dalam proses belajar mengajar 2. Untuk mengetahui tentang bagaimana cara pengumpulan data untuk diagnosis kesulitan belajar 3. Untuk mengetahui tentang pelaksanaan kesulitan belajar
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut Thorndik e dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai: a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms); b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial; c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal. Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya. Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar, maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. B. Pengumpulan Data Untuk Diagnosis Dari
gejala-gejala
yang
tempak
itu,
guru
(pembimbing)
bisa
menginterpretasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru pun bisa mengadakan penyelidikan antara lain dengan: a. Observasi Cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Observasi mencatat gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuaun pendidikan. Data-data yang dapat diperoleh dengan observasi, misalnya:
3
4
1) Bagaimana sikap siswa dalam menghikuti pelajaran, adalah tanda-tanda cepat lelah, mudah mengantuk, suka memusatkan perhatian pada pelajaran. 2) Bagaimana kelengkpan catatan, peralatan dalam pelajaran. Murid yang mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala cepat lelah, mudah mengantuk, sukar konsentreasi, catatanya tidak lengkap, dan sebagainya. b. Interview Interview adalah cara mendapatkan data dengan waqwancara langsung terhadap orang yang siselidiki atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki (guru, orang tua, teman intim). Untuk menyelidiki murid yang mengalami kesulitan belajar, interview bisa dilaksanakan secara langsung atau gtidak langsung: kepada orang-orang yang tahu tentang keadaan diri anak. c. Tes diagnostic Suatu cara mengumpulkan data. Tes Diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik memerlukan sejumlah soal untuk satu mata pelajaran yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi anak didik. Soalsoal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Tes ini biasanya dilaksanakan sebelum pelajaran dimulai. Kesulitan belajar itu mungkin disebabkan IQ rendah, tidak memiliki bakat, mentalnya minder, dan lain-lain sehingga diperlukan tes psikologis. d. Dokumentasi Dokumentasi adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Untuk mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat : 1) Riwayat hidupnya; 2) Kehadiran murid di dalam mengikuti pelajaran; 3) Memiliki daftar pribadinya; 4) Catatan hariannya;
5
5) Daftar hadist di sekolah; 6) Kumpulan ulangan; 7) Rapor, dan lain-lainnya. C. Pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar Diganosis kesulitan belajar merupakan suatu prosedur dalam memecahkan kesulitan belajar. Sebagai prosedur maka diagnosis kesulitan belajar terdiri dari langkah-langkah yang tersusun secara sistematis. Agar pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar dapat menghasilkan sesuai dengan keinginan, maka taat pada prosedur itu merupakan suatu keharusan. Beberapa langkah pokok/prosedur dan teknik pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Beberapa langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan sebagai berikut: a. Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun sifatnya lebih khusus dalam bidang studi tertentu. b. Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan: Meneliti nilai ujian Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya. Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan. Melaksanakan sosiometris untuk melihat hubungan sosial psikologis yang terdapat pada para siswa. Kesulitan belajar itu dapat kita deteksi dari observasi pada saat proses kegiatan belajar. Agar observasi dapat mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada observasi ini dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut: 1) Cepat lambatnya (berapa lama) menyelesaikan pekerjaan (tugasnya); 2) Ketekunan atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir; alpa, sakit, izin);
6
3) Partisipasi
dan
konstribusinya
dalam
pemecahan
masalah
atau
mengerjakan tugas kelompok (bagan partisipasi); 4) Menyenangi orang lain secara sosiometris dan sebagainya. 5) Penggunaan Catatan waktu belajar Efektif Dalam lembaga pendidikan tertentu, untuk bidang studi dan oleh guru tertentu, telah mulai diadakan pencatatan berapa waktu yang secara efektif digunakan oleh siswa dalam memecahkan masalah soal atau mengerjakan tugas tertentu. Dalam kontes kelas lazimnya waktu dialokasikan untuk bidang studi dan tiap jam pelajaran tertentu(40-50 menit). Dalam konteks tugas individual ditetapkan berdasarkan perhitungan hari/minggu tertentu. Dengan membandingkan durasi dan frekuensi siswa itu secara berkelompok maka kita mudah mengetahui atau menemukan kasus-kasus yang diduga mengalami kesulitan belajar. 6) Penggunaan Catatan Kehadiran (Presensi) dan Ketidak hadiran (Absensi) Frekuensi dari absensi inipun sangatlah berharga untuk menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Dengan membuat rangking mulai dari yang banyak angka ketidakhadirannya, kita dengan mudah menemukan siapa yang bermasalah. Kemungkinan akan tampak relevansi frekuensi ketidakhadiran ini dengan prestasinya. 7) Penggunaan Catatan Partisipasi (Partisipasi Chat) Dalam bidang tertentu ada yang sangat mengutamakan keterampilanketerampilan khusus seperti komunikasinya, interaksi sosialnya dalam menyumbangkan pikiran, menambahkan dan lain-lain, ini merupakan catatan partisifasi amat berharga. Dengan demikian kita dapat mengetahui siswa mana yang aktif di kelas, dan mana yang pasif. 8) Penggunaan Catatan dan Bagan Sosio metri Dalam bidang tertentu juga kadang dibutuhkan kerjasama siswa dalam kelompok. Dalam kerjasama ini dibutuhkan suatu kondisi saling menerima, saling percaya, saling menyenangi di antara sesama anggota. Dari ini kita dapat mengetahui mana siswa yang memilih dan dipilih dan mana yang tidak memilih dan dipilih, mana siswa yan disenangi dan mana
7
yang kurang disenangi atau terisolasi. Dengan ini maka kita dapat menjadikan siswa yang terisolasi ini sebagai siswa yang patut dijadikan kasus bimbingan penyesuaian sosial. 2. Melokalisasikan Letaknya Kesulitan (Permasalahan) Setelah kita menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka pesoalan selanjutnya yang perlu kita telaah, ialah (1) dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku) yang manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi, dan (4) dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan itu terjadi. Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar siswa dengan cara sebagai berikut: a. Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan dengan cara membandingkan angka nilai prestasi individu siswa untuk semua bidang studi.untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang berisi semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya. b. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan
pelajaran
dimanakah
kesulitan
terjadi.
Dapat
dilakukan
dengan menganalisis jawaban siswa terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada bagiam mana siswa mendapat kesulitan. c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini adalah analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soal-soal saat proses belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya. 3. Lokalisasi jenis faktor dan sifat yang menyebabkan siswa mengalami berbagai kesulitan Secara garis besarnya sebab kesulitan dapat timbul dari dua hal yaitu: a. Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri siswa itu sendiri. Hal ini antara lain disebabkan oleh :
8
a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni: 1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa. 2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihat dan pendengar.1 b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa.2 Ada tiga macam faktor ekstern, antara lain: 1) Lingkungan keluarga, seperti hubungan tidak harmonis. 2) Lingkunagan masyarakat, seperti lingkungan yang kumuh, teman yang nakal. 3) Lingkungan sekolah, seperti lokasi dekat pasar, guru yang kurang profesional, fasilitas kurang memadai, situasi atau proses belajar mengajar yang
tidak
merangsang
siswa
untuk
aktif
antisifatif
(kurang
kemungkinannya siswa belajar secara aktif”student aktif learning”), Sering pindah sekolah dan lain-lain.3 Untuk mengenal kesemua faktor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, dapat dibuat oleh guru, maupun yang dikerjakan orang lain yang tersedia disekolah. Cara dan alat itu antara lain: 1) Test kecerdasan 2) Test bakat khusus 3) Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru.
1
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hlm.173.
2
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013), Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 292.
3
hlm. 170
9
4) Inventory 5) Wawancara dengan siswa yang bersangkutan. 6) Mengadakan observasi yang intensif baik dalam maupun di luar kelas 7) Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau temanteman bila dipandang perlu. 4. Perkiraan kemungkinan bantuan Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan sifat kesulitan, latar belakangnya, faktor-faktor yang menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan beberapa hal berikut: a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak. b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan. d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan. e. Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif. f. Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut. 5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya Pada langkah ini perlu menyusun suatu rencana atau alternatif-alternatif rencana yang akan dilaksanakan untuk membantu peserta didik/siswa mengatasi masalah kesulitan belajarnya. Rencana ini hendaknya berisi : a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk menyembuhkan kesulitan yang dialami siswa tersebut. b. Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang. Ada baiknya rencana ini dapat didiskusikan dan dikomunikasikan dengan pihakpihak yang dipandang berkepentingan kelak diperkirakan akan terlibat dalam pemberian bantuan kepada yang bersangkutan seperti penasehat akademik, guru, orang tua, pembimbing penyuluh dan ahli lain. Rencana ini harus berisi tentang jadwal kegiatan pemberian bantuan, cara bantuan diberikan, tempat, petugas yang akan memberikan bantuan, dan tindak lanjut bantuan.
10
6. Evaluasi dan Tindak Lanjut Evaluasi disini untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan tersebut berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. Kalau ternyata treatment yang diberikan tidak berhasil, maka diadakan pengecekan kembali.4 Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa : a. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial dapat dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh motivasi. b. Membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada siswa. c. Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi. d. Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.
4
Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, Cet. II, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hlm. 100
BAB III PENUTUP
A. Simpulan Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan terapi terhadap permasalan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui berbagai media penanganan yang khusus intensif serta terpadu antara pendidik, siswa dan orang tua dirumah. Dalam hal ini pendidik yakni guru di sekolah dan orang tua di rumah dituntut untuk benar-benar mengerti akan tipe atau jenis masalah yang dihadapi oleh siswa/anak. Sebagai seorang pengajar kita harus mengetahui faktor-faktor penyebab kejenuhan yang melanda peserta didik dan berusaha mengatasi kejenuhan tersebut. Salah satunya dengan memberikan suasana yang tidak membosankan dalam pemebelajaran serta menggunakan metode yang menyenangkan bagi siswa. B. Saran Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan rekan-rekan dalam memahami materi yang kami bahas ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca guna menyempurnakan makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu. 2004. Psikologi Belajar. Cet. II, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Daharnis.1989. Diagnosis Kesulitan Belajar. Padang : IKIP Padang.Syah, https://www.academia.edu/22133025/diagnosis_kesulitan_belajar Mulyadi. 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar Dan Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar. Yogyakarta : Nuha Litera Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Noer Rohmah. 2012. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Teras
12