Makalah Ddpmipa .docx

  • Uploaded by: Nadya Fadhilah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Ddpmipa .docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,819
  • Pages: 15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan zaman, pembelajaran ataupendidikan sains di anggap sangat penting dan mempengaruhi dunia. Sains mempelajari tentang alam dan segala isinya termasuk makhluk hidup. Oleh karena itu kita sangat perlu untuk mempelajari sains dengan serius. IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju. Dalam pembelajaran sains, diperlukan keterampilan – keterampilan untuk menunjang sains tersebut ditangkap oleh peserta didik dengan maksimal, melalui makalah ini kami menjelaskan bagaimana keterampilan proses dalam pembelajaran sains. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian dari keterampilan proses ? 2. apa saja jenis keterampilan proses dalam pembelajaran sains ? 3. bagaimana aplikasinya dalam bidang kimia ?

1

1. 3 TUJUAN Untuk mengetahui bagaimana keterampilan proses dalam pembelajaran sains dan aplikasinya dalam pembelajaran kimia.

2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14) Menurut Semiawan, dkk (Nasution, 2007 : 1.9-1.10) menyatakan bahwa keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan- kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu yang baru. Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud mengembangkan kemampuan- kamapuan yang dimiliki peserta didik. Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian. Menurut Rustaman (2003), keterampilan proses adalah keterampilan yang melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau intelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitif terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya. Keterampilan manual jelas terlibat dalam keterampilan proses karena mereka melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial juga terlibat dalam keterampilan proses karena mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan

kegiatan

belajar-mengajar,

3

misalnya

mendiskusikan

hasil

pengamatan. Keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalamanpengalaman langsung sebagai pengalaman belajar. Melalui pengalaman langsung, seseorang dapat labih menghayati proses atau kegiatan yang sedang dilakukan. Keterampilan proses sains (KPS) adalah perangkat kemampuan kompleks yang biasa digunakan oleh para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah ke dalam rangkaian proses pembelajaran. Menurut Dahar (1996), keterampilan proses sains (KPS) adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Menurut Dimyati (2009), kelebihan KPS adalah: 1. KPS dapat memberikan rangsangan ilmu pengetahuan, sehingga siswa dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik. 2. Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan. Hal ini menyebabkan siswa menjadi lebih aktif. 3. KPS membuat siswa menjadi belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. KPS terdiri dari sejumlah keterampilan tertentu. Klasifikasi KPS adalah sebagai berikut: 1.

Mengamati Mengamati adalah proses pengumpulan data tentang fenomena atau

peristiwa dengan menggunakan inderanya. Untuk dapat menguasai keterampilan mengamati, siswa harus menggunakan sebanyak mungkin inderanya, yakni melihat, mendengar, merasakan, mencium dan mencicipi. Dengan demikian dapat mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dan memadai. 2.

Mengelompokkan/Klasifikasi Mengelompokkan adalah suatu sistematika yang digunakan untuk

menggolongkan

sesuatu

berdasarkan

syarat-syarat

tertentu.

Proses

mengklasifikasikan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari kesamaan, mencari

4

perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. 3.

Menafsirkan Menafsirkan hasil pengamatan ialah menarik kesimpulan tentatif dari data

yang dicatatnya. Hasil-hasil pengamatan tidak akan berguna bila tidak ditafsirkan. Karena itu, dari mengamati langsung, lalu mencatat setiap pengamatan secara terpisah,

kemudian

menghubung-hubungkan

hasil-hasil

pengamatan

itu.

Selanjutnya siswa mencoba menemukan pola dalam suatu seri pegamatan, dan akhirnya membuat kesimpulan. 4.

Meramalkan Meramalkan adalah memperkirakan berdasarkan pada data hasil

pengamatan yang reliabel (Firman, 2000). Apabila siswa dapat menggunakan polapola hasil pengamatannya untuk mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamatinya, maka siswa tersebut telah mempunyai kemampuan proses meramalkan. 5.

Mengajukan pertanyaan Keterampilan proses mengajukan pertanyaan dapat diperoleh siswa dengan

mengajukan pertanyaan apa, mengapa, bagaimana, pertanyaan untuk meminta penjelasan atau pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. 6.

Merumusakan hipotesis Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu

kejadian atau pengamatan tertentu. 7.

Merencanakan percobaan Agar siswa dapat memiliki keterampilan merencanakan percobaan maka

siswa tersebut harus dapat menentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan. Selanjutnya, siswa harus dapat menentukan variabel-variabel, menentukan variabel yang harus dibuat tetap, dan variabel mana yang berubah. Demikian pula siswa perlu untuk menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis, menentukan cara dan langkah-langkah kerja. Selanjutnya siswa dapat pula menentukan bagaimana mengolah hasil-hasil pengamatan. 8.

Menggunakan alat dan bahan

5

Untuk dapat memiliki keterampilan menggunakan alat dan bahan, dengan sendirinya siswa harus menggunakan secara langsung alat dan bahan agar dapat memperoleh pengalaman langsung. Selain itu, siswa harus mengetahui mengapa dan bagaimana cara menggunakan alat dan bahan. 9.

Menerapkan konsep Keterampilan menerapkan konsep dikuasai siswa apabila siswa dapat

menggunakan konsep yang telah dipelajarinya dalam situasi baru atau menerapkan konsep itu pada pengalaman-pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. 10.

Berkomunikasi Keterampilan ini meliputi keterampilan membaca grafik, tabel, atau diagram

dari hasil percobaan. Menggambarkan data empiris dengan grafik, tabel, atau diagram juga termasuk berkomunikasi. Menurut Firman (2000), keterampilan berkomunikasi

adalah

keterampilan

menyampaikan

gagasan

atau

hasil

penemuannya kepada orang lain.

B. Jenis- Jenis Pendekatan Keterampilan Proses Dasar Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses- prosesnya meliputi keterampilan mengklasifikasikan,

mengobservasi, mengukur,

mengklasifikasi,

mengobservasi,

mengkomunikasikan,

menginferensi,

memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengen al hubunganhubungan angka. 1. Keterampilan Mengobservasi Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek- objek atau kejadian- kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh imformasi atau data mengenai benda atau kejadian. (Nasution, 2007: 1.8- 1.9)

6

Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi misalnya menjelaskan sifat- sifat yang dimiliki oleh benda- benda, sistem- sistem, dan organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran, dan lain- lain. Contoh yang lebih konkret, seorang guru sering membuka pelajaran dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau lihat ? atau bagaimana rasa, bau, bentuk, atau tekstur…? Atau mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi. 2. Keterampilan Mengklasifikasi Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan ketermpilan yang dikembangkan melalui latihan- latihan mengkategorikan benda- benda berdasarkan pada (set yang ditetapkan sebelumnya dari ) sifat- sifat benda tersebut. Menurut Abruscato mengkalsifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan golongan benda- benda atau kegaitan- kegiatan. (Nasution, 2007 : 1.15) Bentuk- bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini misalnya memilih bentuk- bentuk kertas, yang berbentuk kubus, gambar- gambar hewan, daun- daun, atau kancing- kancing berdasarkan sifat- sifat benda tersebut. Sistemsistem klasifikasi berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar- gambar hewan dan tumbuhan (yang digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan panjang di kelas. Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk kalsifikasi organismeorganisme dari carta yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada didalam kelas, atau gambar tumbuh- tumbuhan dan hewan- hewan yang dibawa murid sebagai sumber klasifikasi 3. Keterampilan Mengukur Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui kegiatan- kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan- satuan yang

7

cocok dari ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan menurut Carin, mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non konvensional. (Nasution, 2007 : 1.20) Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan menggunakan alat- alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan menentukan perkiraan sautu objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat. Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat sendiri atau dikembangkan dari benda- benda yang ada disekitar. Sedangkan pada tahap selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur. Sebagai contoh, dalam pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang, ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa menggunakan biji- bijian atau kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang akan diukur. Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/ baku adalah siswa memperkirakan dimensi linear dari benda- benda (misalnya yang ada di dalam kelas) dengan menggunkan satuan centi meter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran benda sebenarnya. 4. Keterampilan Mengkomunikasikan Menurut Abruscato (Nasution, 2007: 1.44 ) mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan Esler ((Nasution, 2007: 1.44) dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang menjelaskan benda- benda serta kejadain- kejadian secara rinci.

8

Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan membaut dan menginterpretasi informasi dari grafik, charta, peta, gambar, dan lain- lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan mengkomunikasikan deskripsi benda- benda dan kejadian tertentu secar rinci. Siswa diminta untuk mengamati dan mendeskrifsikan beberapa jenis hewan- hewan kecil ( seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya), kemudain siswa tersebut menjelaskan deskrifsi tentang objek yang diamati didepan kelas. 5. Keterampilan Menginferensi Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato , menginferensi/ menduga/ menyimpulakan secara sementara adalah adalah menggunakan logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yagn di observasi( Nasution, 2007 : 1.49) Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang- guncang bungkusan yang berisi benda itu, kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Disamping itu juga belajar bahwa inferensi dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat. 6. Keterampilan Memprediksi Memprediksi adalah meramal secara khusus tentangapa yang akan terjadi lpada observasi yang akan datang (Abruscato Nasution, 2007 : 1.55) atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang berdasarkan dari kejadiankejadian yang terjadi sekarang, keterampialn menggunakna grafik untuk menyisipkan dan meramalkan terkaan- terkaan atau dugaan- dugaan. (Nasution, 2007 : 1.55)

9

Jadi dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini adalah memprediksi berapa lama (dalam menit, atau detik) lilin yang menyala akan tetap menyala jika kemudian ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan. 7. Keterampilan Mengidentifikasi Variabel Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada situasi tertentu. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam suatu pengukuran baku tertentu. Besaran kuantiatif adalah besaran yang dinyatakan dalam suatu pengukuran baku tertentu. Dalam suatu eksperimen terdapat tiga macam variable, yaitu: variable manipulasi, variable respon dan variable control. Namun untuk tingkatan SD ketrampilan ini belum dilatihkan. 8. Keterampilan membuat Hipotesis Hipotesis biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan tentang pengaruh yang akan terjadi dari variable manipulasi terdapat variable respon. Menurut (Nur, 1996) hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merusumkan masalah yang akan diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan deduktif. Perumusan induktif berdasarkan data pengamatan sedangkan perumusan deduktif berdasarkan teori. Hipotesis juga dapat dikatakan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah. 9. Keterampilan Menyimpulkan Menyimpulkan di dalam ketrampilan proses disebut inferensi. Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran inferensi sebaiknya menggunakan pembelajaran kontruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya. 10. Keterampilan Eksperimen 10

Eksperimen dapat didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu eksperimen akan berhasil jika variable yang dimanipulasi dan jenis respon yang diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi yang akan dikontrol sudat tepat. Untuk keberhasilan eksperimen ini maka setiap eksperimen harus dirancang terlebih dahulu kemudian diuji coba. Melatihkan merencanakan eksperimen tidak harus dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan konsep-konsep di dalam kurikulum.

C. APLIKASI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA 1. Mengobservasi(mengamati) Aplikasi dalam pembelajaran kimia tentang keterampilan proses mengamati yaitu contohnya mengamati suatu zat, yang diamati ialah cirri – cirri zat tersebut, misalkan dari bau, warna, dan bentuk dari zat tersebut. a. keterampilan membedakan aplikasinya misalkan dapat membedakan antara zat yang satu dan zat yang lainya atau dapat membedakan senyawa dan unsure. b. keterampilan mengukur apabila saat akan melakukan praktikum, maka larutan yang akan dibuat untuk mereaksikan larutan dengan larutan lainnya maka diukur dahulu berapa mili larutan yang akan dibutuhkan. 2. keterampilan mengklasifikasi Keterampilan

ini

contohnya

pada

beberapa

unsur

kita

dapat

mengklasifikasikan dengan beberapa unsure tersebut masuk kedalam golongan mana, misalnya golongan alkali tanah dan alkali. 4. keterampilan menginterprestasi Interpretasi adalah menafsirkan sesuatu berdasarkan data yang ada. Keterampilan ini dapat digunakan setelah melakukan suatu eksperimen. Misalnya setelah melakukan suatu praktikum kita mendapatkan hasil berupa beberapa angka. Langkah selanjutnya yang digunakan adalah

11

menginterpretasi hasil praktikum itu sehingga menghasilkan suatu pernyataan. 4. keterampilan memprediksi Sebelum melakukan praktikum kimia, ada beberapa prediksi yang kita buat. Inilah yg disebut dengan keterampilan prediksi. Misalkan suatu senyawa dicampur dengan senyawa lainnya akan menghasilkan suatu senyawa yang baru yang kita prediksi. Itu yang dinamakan

dengan prediksi. Untuk membuktikan apakah

prediksi kita benar dengan melakukan sebuah praktikum. 5. keterampilan membuat hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan atau dugaan sementara yang termasuk ke dalam tahap-tahap penelitian. Tentunya aplikasi dari kemampuan ini dapat digunakan dalam suatu penelitian. Sebelum kita melakukan observasi dari penelitian itu, kita dituntut untuk membuat hipotesis yang nantinya akan dibuktikan apakah hipotesis kita benar atau tidak setelah dilakukannya eksperimen. 6. keterampilan mengendalikan variable Keterampilan mengendalikan variabel akan sangat diperlukan dalam tahapan suatu penelitian. Hal ini perlu untuk membatasi apa yang akan diteliti dan juga apa-apa saja faktornya. Jika kita tidak mampu mengendalikan variabel, maka penelitian yang kita lakukan tidak memiliki batasan

dalam

hal

apa

yang

diteliti

dan

faktor-faktor

yang

mempengaruhinya. 7. keterampilan merencanakan dan melaksanakan penelitian eksperimen Keterampilan ini bisa dilakukan dengan merencanakan tentang apa yang akan kita buat untuk suatu praktikum. Dan melakukan eksperimen atau melakukan praktikum sesuai prosedur atau dengan percobaan tanpa prosedur. 8. keterampilan menyimpulkan (inferensi) Setelah melakukan suatu praktikum kimia, kita akan diminta untuk membuat kesimpulan dari apa yang telah dipraktikumkan. Disinilah kemampuan menyimpulkan itu dapat diasah. Misalnya setelah mereaksikan beberapa zat dalam beberapa tabung reaksi yang berbeda, kita akan diminta untuk menyimpulkan apa perbedaan yang ditimbulkan oleh masing-masing reaksi tersebut. 9. keterampilan mengaplikasi (menerapkan)

12

Semua zat yang ada di muka bumi ini tidak terlepas dari adanya kandungan bahan kimia, sehingga ilmu kimia sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Kita akan mudah mengaplikasikan ilmu-ilmu kimia dalam kehidupan kita. Misalnya, ada beberapa zat kimia yang akan berbahaya jika dikonsumsi. Sebagai orang yang telah mempelajari ilmu kimia dan mengetahui apa-apa saja bahaya dari suatu zat, kita seharusnya mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan dengan cara tidak mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat berbahaya tersebut. 10. keterampilan mengkomunikasikan Keterampilan ini bisa digunakan saat melakukan responsi setelah praktikum, asisten labor memberikan beberapa pertanyaan tentang praktikum yang telah

dilakukan

dan

kita

bisa

menjawabnya

untuk

keterampilan

mengkomunikasikan. Dalam bentuk tulisan bisa dibuat dalam bentuk analisis untuk mengomunikasikan.

13

BAB III PENUTUP Kesimpulan Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan- keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan- kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam diri siswa (DEPDIKBUD, dalam Moedjiono, 1992/ 1993 : 14) Keterampilan mengklasifikasi,

proses

dasar,

meliputi

mengobservasi,

keterampilan

mengklasifikasikan,

mengobservasi, mengukur,

mengkomunikasikan, menginferensi, memprediksi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan- hubungan angka.

14

DAFTAR PUSTAKA Nasution, Noehi, dkk.2007. Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: DEPDIKBUD Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga Firman, H. (2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

15

Related Documents

Makalah Ddpmipa .docx
June 2020 4
Makalah,,,,.docx
December 2019 7
Makalah Manperpus 10.docx
November 2019 0
Makalah K3.docx
April 2020 2

More Documents from "Yulius Bagas"